Anda di halaman 1dari 8

HIPERTENSI

DEFINISI

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi seseorang akan dikatakan hipertensi bila


memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,
pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang
menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.1 Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan
gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain seperti gagal
jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium akhir, atau bahkan
kematian.2

ETIOLOGI

Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%), bila ditemukan
sebabnya disebut sekunder (10%).3 Penyebabnya antara lain:

1. Tekanan darah cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia sehingga risiko
semua orang untuk hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
2. Perilaku dan faktor yang berhubungan dengan gaya hidup dapat menempatkan orang
pada risiko yang lebih tinggi untuk terkena tekanan darah tinggi. Ini termasuk makan
terlalu banyak garam (natrium), tidak makan cukup kalium (dari buah-buahan dan
sayuran), kelebihan berat badan, tidak mendapatkan cukup olahraga, serta minum
terlalu banyak alkohol dan merokok.
3. Sekitar 60% orang yang menderita diabetes juga memiliki tekanan darah tinggi.
4. Faktor Genetik. Risiko tekanan darah tinggi dapat meningkat bahkan lebih ketika faktor
keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat.4

EPIDEMIOLOGI

Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia, sering disebut
sebagai pembunuh diam-diam. Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di dunia mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025, dengan kematian mencapai 9,4 juta
individu. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menghasilkan prevalensi hipertensi pada
usia ≥ 18 tahun di Indonesia mencapai 25,8%, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
dan/atau memiliki riwayat minum obat hanya 9,5%, menunjukkan bahwa sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau oleh tim pelayanan kesehatan.2

KLASIFIKASI

Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu
dasar penentuan tatalaksana hipertensi.1

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan American Society of Hypertension and the


International Society of Hypertension Tahun 2013.1

Tabel 2. Klasifikasi hipertensi pada dewasa berdasarkan pedoman hipertensi American


College of Cardiology (ACC)/American Heart Association (AHA) tahun 2017.2
Tabel 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH, ESH-ESC, JNC 7.3

FAKTOR RISIKO

Adapun faktor risiko hipertensi sebagai berikut:

 umur (laki – laki > 55 tahun, wanita > 65 tahun)


 jenis kelamin
 riwayat keluarga
 genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol)
 kebiasaan merokok
 konsumsi garam
 konsumsi lemak jenuh atau dislipidemia (kolesterol HDL : laki-laki < 40 mg/dl; wanita <
46 mg/dl)
 kadar gula puasa (102-125 mg/dl)
 kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol
 obesitas
 kurang aktifitas fisik
 Stress
 penggunaan estrogen
 riwayat keluarga dengan penyakit jantung.5
DIAGNOSIS

Gejala dan tanda

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis
identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.2

Pemeriksaan Fisik

Penderita dapat terlihat sakit ringan hingga berat jika terjadi komplikasi. Tekanan darah
meningkat. Pemeriksaan lain seperti status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung.2

Pemeriksaan Laboratorium

Antara lain hemoglobin dan/atau hematokrit, gula darah puasa, HbA1c, profil lipid: kolesterol

total, LDL, HDL, trigliserida, kadar natrium, kalium, dan kalsium, asam urat, thyroid
stimulating hormone (TSH), kreatinin, dan eGFR. Urinalisis mencakup pemeriksaan
mikroskopis, protein urin dipstick atau rasio albumin : kreatinin, dan EKG 12 lead.2

PENATALAKSANAAN

Non-Farmakologis

Intervensi non-farmakologis merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan tekanan
darah; yang telah terbukti dengan uji klinis adalah penurunan berat badan, Dietary Approaches
to Stop Hypertension (DASH), diet rendah garam, suplemen kalium, peningkatan aktivitas
fisik, dan pengurangan konsumsi alkohol. Intervensi lain berupa konsumsi probiotik, diet
tinggi protein, serat, minyak ikan, suplemen kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan
kognitif, belum banyak didukung data dan penelitian yang kuat.2
Tabel 4. Intervensi non-farmakologis dalam tatalaksana hipertensi.2

Farmakologis
Tabel 5. Obat anti-hipertensi oral.2

KOMPLIKASI

Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko penyakit kardiovaskular berlangsung


secara terus menerus, konsisten dan independen dari faktor-faktor yang lain. Pada jangka lama
bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran target normo tensi pasti akan merusak
organ-organ. Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap menjadi penyebab kematian
tertinggi di dunia. Kenaikan tekanan darah yang berangsur lama juga akan merusak fungsi
ginjal. Makin tinggi tekanan darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus sehingga akhirnya
menjadi penyakit ginjal tahap akhir.3
Gambar 1. Komplikasi hipertensi yang tidak diobati mencapai target.3

PENCEGAHAN

Populasi pre-hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi permanen,
sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle
modification) agar tidak menjadi progresif ke kerusakan target organ.3

PROGNOSIS

Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan berlangsung seumur
hidup sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ. Berawal dari tekanan darah
115/75 mmHg, setiap kenaikan sistolik/diastolic 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas
penyakit kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat. Hipertensi yang tidak diobati
meningkatkan: 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25% kematian
PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian premature (mati muda), serta
menjadi penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal.3

REFERENSI:
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular Edisi 1. Indonesia. p1.
2. Adrian, S.J. Tommy. 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru
pada Dewasa. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya. 46(3), p172-174,
177-178.
3. Setiati S, Sudoyo AW, Alwi I, Simandibrata M, Setiyohadi B, Syam FA. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing. 2014, p2260, 2267, 2276,
2278, 2281.
4. World Health Organization. 2011. Hypertension Fact Sheet. Department of
Sustainable Development and Healthy Environments.
5. Michael, Natalia D, Margaretta SL, Putra WD, Gabrielia CR. 2014. Tatalaksana
Terkini pada Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, p37-38.

Anda mungkin juga menyukai