Anda di halaman 1dari 18

Kendalikan Tekanan Darah Tinggi Dengan Patuh

Latar belakang
Hipertensi atau yang dikenal sebagai penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi diatas batas normal, dimana hipertensi
ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg pada pemeriksaan paling sedikit dua kali. Penyakit hipertensi tahun demi tahun
terus mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di dunia sejalan dengan
perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik dan stres psikososial.
Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan
akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) jumlah penderita hipertensi
akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada tahun 2025
mendatang diperkirakan sekitar 25% warga dunia terkena hipertensi. Seperti di negara
Cina pada tahun 2025 diperkirakan akan ada sekitar ±300 juta penduduk yang mengalami
hipertensi. Berdasarkan data tahun 2015 WHO prevalensi penderita hipertensu
menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya.(Kemenkes RI)
Data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi
hipertensi secara nasional sebanyak 34,1%. Populasi penduduk beresiko usia >18 tahun
yang dilakukan pengukuran tekanan darah (Riskesdas RI, 2018). Data tersebut mengalami
kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan data hasil Riskesdas tahun 2013
yaitu, sebanyak 25,8%. Hal ini perlu diwaspadai mengingat hipertensi merupakan salah
satu penyakit degeneratif yang menjadi salah satu faktor resiko utama penyakit
kardiovaskuler (Riskesdas, 2018). Prevalensi penyakit hipertensi di Jawa Barat tahun
2018 didapatkan kelompok umur diatas 18 tahun sebanyak 40,3 %. Kelompok umur yang
memiliki penyakit hipertensi tertinggi yaitu kelompok dengan umur diatas 75 tahun
sebanyak 69,5%. Berdasarkan profil kesehatan kota Depok tahun 2018 untuk sepuluh
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dipuskesmas penyakit hipertensi menduduki
urutan pertama dalam 10 penyakit terbanyak yaitu 133.236 (16,3%) penduduk.
Etiologi Hipertensi
Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer atau
yang juga dikenal sebagai hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
yaitu ukuran tekanan darah sistolik yang melebihi 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik yang melebihi 90 mmHg secara persisten yang penyebabnya tidak diketahui
atau idiopatik, walaupun dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas
dan pola makan. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan memicu
terjadinya hipertensi primer, antara lain genetik, peningkatan kerja saraf simpatis, respon
terhadap stres, produksi berlebihan dari sodium-retaining hormones and
vasoconstrictors, konsumsi natrium secara berlebihan dalam jangka panjang, kurangnya
konsumsi kalium dan kalsium, peningkatan sekresi renin, angiotensin II, dan aldosterone,
dan obesitas. Hipertensi primer atau esensial terjadi sekitar 90%pada penderita
hipertensi(infodatin HT). Sedangkan hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan
darah dengan penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyebab-penyebab tersebut antara
lain obstructive sleep apnea, penyakit parenkim ginjal, stenosis pembuluh arteri ginjal,
aldosteronisme primer, gangguan tiroid, Cushing’s Syndrome, phaeochromocytoma,
koarktasi aorta. Pada hipertensi sekunder ata non-esensial terjadi sekitar 5% sampai 10%
pada penderita hipertensi.

2.2.5 Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua yaitu tidak dapat dimodifikasi dan dapat
dimodifikasi.

1. Tidak dapat dimodifikasi


● Genetik, risiko hipertensi akan meningkat apabila dikeluarga atau orang tua
memiliki riwayat hipertensi.
● Usia, dengan bertambahnya usia pembuluh darah akan kehilangan
elastisitasnya,sehingga usia dapat meningkatkan risiko hipertensi.
● Jenis kelamin, pada laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi
dengan usia dibawah 64 tahun, sedangkan pada perempuan diatas 65 tahun.
2. Dapat dimodifikasi

● Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko lebih tinggi terkena penyakit
hipertensi, karena dengan aktivitas fisik baik untuk sirkulasi darah dan jantung
dalam tubuh.
● Diet yang tidak sehat seperti makan-makanan yang tinggi garam, tinggi kalori,
dan lemak jenuh dapat meingkatkan risiko hipertensi.
● Obesitas, orang dengan obesitas akan menambah beban kerja pada sistem
sirkulasi dan jantung.
● Konsumsi alkohol dapat menyebabkan tekanan darah meningkat
● Diabetes juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
● Merokok juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah dan dapat
merusak pembuluh darah.
● Stress dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah, seperti status sosial
ekonomi dan psikososial.

2.2.6 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dan tahanan perifer. Pada orang
dengan hipertensi, terjadi peningkatan pada curah jantung atau tahanan perifer, maupun
keduanya. Pada proses penuaan, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan kekakuan
pembuluh darah lebih sering ditemukan sebagai penyebab dari hipertensi.
Pada orang dengan hipertensi, ditemukan adanya peningkatan tonus pembuluh darah
yang diakibatkan oleh rangsangan berlebihan dari α-adenoreceptor dan peningkatan
sekresi dari angiotensin atau endothelin yang mengakibatkan adanya peningkatan massa
pada otot polos pembuluh darah yang berujung dengan terjadinya vascular remodelling.
Didapatkan juga adanya peningkatan kalsium di dalam otot polos pembuluh darah yang
akan menyebabkan pembuluh darah berkonstriksi. Selain itu, pada hipertensi primer atau
esensial, didapatkan adanya ekskresi abnormal dari natrium yang menyebabkan tekanan
darah terganggu.
Sistem saraf otonom memiliki peran besar terhadap regulasi tekanan darah. Terjadi
peningkatan sekresi dan sensitivitas dari norepinefrin yang berfungsi sebagai
vasokonstriktor. Selain itu, mekanisme baroreseptor juga berperan pada orang yang
memiliki hipertensi. Misalnya jika orang tersebut tekanan darahnya lebih meningkat lagi
dari nilai awal yang memang sudah lebih tinggi dari normal, maka mekanisme
baroreseptor akan menurunkannya.

2.2.7 Tanda dan gejala


Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga hipertensi juga disebut
sebagai the silent killer karena penderitanya kadang tidak menyadari bahwa mereka
mengalami hipertensi. Tetapi pada beberapa keadaan, hipertensi dapat menimbulkan
gejala, antara lain:

● Sakit kepala pada pagi hari


● Mimisan
● Detak jantung yang tidak teratur
● Bunyi berdengung pada telinga
Selain tanda dan gejala yang disebutkan diatas, orang dengan hipertensi yang berat
dapat merasakan beberapa gejala berikut :

● Rasa lelah
● Mual
● Muntah
● Gelisah
● Bingung
● Nyeri dada
● Tremor otot
Tanda dan gejala yang disebutkan diatas dapat ditemukan dengan cara melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien.

2.2.8 Diagnosis

Hipertensi dapat didiagnosis dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik


pada pasien.21 Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada pasien curiga hipertensi
antara lain perubahan berat badan, konsumsi garam dan kolesterol sehari-hari, aktivitas
fisik, adanya psikososial stressor, konsumsi alkohol, obat-obatan, dan merokok. Penting
juga untuk ditanyakan adanya riwayat keluarga menderita hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit serebrovaskuler, diabetes mellitus, dan dyslipidemia. Sedangkan
anamnesis pada pasien yang telah diketahui mengalami hipertensi, penting untuk
menanyakan riwayat kardiovaskuler pada pasien. Ini berguna untuk rencana tatalaksana
pasien dengan hipertensi dan penyakit jantung. Beberapa pertanyaan yang dapat
ditanyakan kepada pasien adalah riwayat stroke atau transient ischemic attacks atau
demensia, riwayat penyakit arteri coroner yang termasuk miokard infark, angina pectoris,
dan coronary revascularizations, riwayat gagal jantung atau gejala yang menunjukkan
tanda-tanda gagal fungsi ventrikel kiri (nafas pendek dan edema), riwayat penyakit ginjal
kronik, riwayat penyakit arteri perifer, riwayat diabetes mellitus, dan riwayat sleep
apnoe. Selain pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus juga dipertimbangkan faktor-faktor
lain yang mungkin mempengaruhi tekanan darah seperti usia, dislipidemia,
mikroalbuminuria, asam urat, dan riwayat keluarga yang mengalami hipertensi serta
diabetes, dan riwayat merokok. Penting juga untuk menanyakan jenis obat-obatan yang
dikonsumi sekarang.
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali
atau lebih pada minimal dua kali kunjungan. Tekanan darah dapat diukur dengan
menggunakan dua metode, yaitu secara manual (metode auskultasi) dan menggunakan
alat ukur otomatis. Mengukur tekanan darah secara manual lebih direkomendasikan
karena menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Pada metode pengukuran tekanan
darah dengan menggunakan stetoskop (auskultasi), bunyi pertama (timbulnya bunyi) dan
terakhir (hilangnya bunyi) Korotkoff disebut sebagai tekanan darah sistolik dan diastolik
secara berurutan. Diagnosis hipertensi baru bisa ditegakkan pada pengukuran tekanan
darah pasien yang kedua kali yang berjarak satu sampai empat minggu dari pemeriksaan
pertama. Jika pada kedua pemeriksaan tersebut tekanan darah pasien melebihi 140/90
mmHg, pasien dapat dikatakan menderita hipertensi.
Selain melakukan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan fisik lain yang dapat
dilakukan antara lain: kesadaran, tanda-tanda vital, pengukuran tinggi dan berat badan
pasien, lingkar pinggang, tanda-tanda gagal jantung, pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan mata, dan juga nadi. Ukuran lingkar pinggang digunakan untuk mengetahui
apakah pasien memiliki sindrom metabolik atau resiko mengidap diabetes tipe dua.
Pasien dengen resiko tinggi memiliki ukuran lingkar pinggang >102cm untuk pria dan
>88cm untuk wanita. Sedangkan tanda-tanda gagal jantung sebagai komplikasi dari
hipertensi dapat diindikasikan dengan vena jugularis yang melebar, bunyi ronkhi basah
pada pemeriksaan jantung, pembesaran hati, dan edema perifer.
Selain melakukan pemeriksaan fisik, dapat dilakukan juga pemeriksaan penunjang
untuk mengevaluasi faktor risiko hipertensi dan adanya disfungsi pada organ target.
Pemeriksaan penunjang berupa:
1. Laboratorium : peningkatan ureum dan kreatinin dapat mengevaluasi fungsi ginjal,
penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) pada gangguan ginjal akut atau kronik.
2. Urinalisis seperti proteinuria pada gangguan ginjal
3. Gula darah, peningkatan gula darah pada diabetes mellitus
4. Profil lipid : peningkatan trigliserida dan low density dipoprotein, serta penurunan
high density lipoprotein.
5. Radiologi berupa foto polos thoraks untuk melihat komplikasi pada jantung dan paru-
paru serta peningkatan infiltrat parahiler pada edema paru. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi untuk melihat komplikasi pada jantung.
ke titik awal tersebut. Berbeda dengan usia yang lebih muda, pasien hipertensi pada
usia lanjut sering sudah mengalami pengurangan elastisitas arteri atau terjadi proses
sklerosis terutma pada arteri yang besar, sehingga mengakibatkan tekanan sistolik yang
lebih tinggi dan tekanan diastolik yang lebih rendah atau kenaikan dari tekanan nadi. Hal
ini menyebabkan suatu keadaan yang dikenal sebagai hipertensi sistolik terisolasi, yang
pada penanganya lebih sulit dibandingkan dengan hipertensi esensial biasa. Selain itu pada
usia lanjut juga sering mengalami disregulasi system saraf otonom yang dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik dan ortostatik hipertensi. Komplikasi lain seperti
kerusakan mikrovaskular pada ginjal juga menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal
kronik yang berakibat berkurangnya fungsi tubulus dalam mengatur keseimbangan
natrium dan kalium. Fungsi ginjal yang menurun secara progresif pada usia lanjut dapat
terjadi juga oleh proses glomerulosklerosis dan fibrosis interstitial yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah melalui mekanisme peningkatan natrium intrasel, penurunan
pertukaran ion natrium-kalsium, dan ekspansi volume darah. Peningkatan tekanan darah
oleh karena adanya penyebab sekunder perlu dipertimbangkan, seperti adanya stenosis
arteri renalis yang diakibatkan oleh lesi aterosklerosis, Obstructive sleep apnea (OSA),
aldosteronisme primer, dan tirotoksikosis. Penyebab kenaikan tekanan darah yang lain
adalah gaya hidup berlebihan, kebiasaan minuman keras, merokok, konsumsi kafein, obat-
obat AINS, pemakaian steroid, narktoika, asupan kurang kalsium, vitamin D dan C.

2.2.9 Tatalaksana Hipertensi

Tujuan utama tatalaksana hipertensi yakni untuk menurunkan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg atau <130/80 mmHg untuk pasien dengan diabetes atau gagal ginjal kronik.
Namun pada kenyataannya kebanyakan pasien memerlukan dua macam obat untuk
mencapai hasil yang diinginkan.

1. Tatalaksana non-farmakologi
Beberapa tatalaksana non-farmakologi yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Menurunkan berat badan pada pasien yang obesitas. Mengkontrol berat badan sampai
dengan hasil IMT 18,5 – 24,9 kg/m2 . dengan menurunnya berat badan pada orang yang
beratnya berlebih dapat menurunkan 5-20mmHg/10kg BB.
b. Mengatur diet agar jumlah garam yang dikonsumsi tidak berlebihan, yaitu <100 mmol
perhari ( 2,4 gram sodium atau 6 gram sodium klorida) yang mana dapat menurunkan
tekanan darah 2-8 mmHg. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti, otak, ginjal, paru,
dan minyak kelapa. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti
biskuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin. Makanan dan minuman dalam
kaleng seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink.
Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang. Susu full cream, mentega, margarine, keju,
mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
seperti sapi atau kambing, kuning telur, kulit ayam serta bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandung garam natrium.
d. Membatasi konsumsi alkohol untuk laki-laki < 30ml/hari dan untuk perempuan
<15ml/hari, dengan membatasi asupan alkohol maka tekanan darah akan berkurang
antara 2-4 mmHg.
e. Berhenti merokok pada pasien yang aktif merokok
f. Makan banyak buah dan sayuran dengan Dietery Approach to Stop Hypertension
(DASH). Dapat mengurangi tekanan darah 8-14 mmHg
2 . Farmakologi
Pemberian terapi farmakologis perlu diinisiasikan dengan pasien hipertensi grade I
dan tetap diatas target setelah tiga bulan perubahan gaya hidup. Pengobatan hipertensi
sebagian besar dibagi menjadi lima golongan yaitu, diuretik, beta-bloker, kalsium chanel
bloker, Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dan Angiotensin Converting Enzym Inhibitor
(ACE-I) JNC-7 Merekomendasikan diuretik thiazide sebagai terapi inisial atau kombinasi
dengan obat kelas lain. Obat thiazide mengkontrol hipertensi dengan menghambat
reabsorbsi dari sodium (Na+) dan ion-ion klorida (Cl-) dari tubulus kontortus distal di
ginjal. Thiazide dipilih dikarenakan dari data yang didapat menunjukan kemungkinan
terjadinya terkena stroke dan kematian akibat kardiovaskular pada pasien lanjut usia
dengan hipertensi. Selain itu thiazide sendiri mudah dicari dan merupakan obat yang dijual
dengan harga murah. Efek samping yang berguna pada thiazide yaitu fungsinya sebagai
rearbsorpsi kalsium dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya batu ginjal dan dapat
meningkatkan efek protektivitas dalam keadaan kadar mineral tulang yang hilang, maupun
pencegahan dari patah tulang panggul. Tetapi sangat disayangkan pengobatan thiazide
berhubungan dengan berbagai macam efek samping terhadap metabolik meliputi
gangguan elektrolit, dyslipidemia, insulin resisten dan diabetes mellitus.

Permasalahan
- Masih tingginya angka hipertensi di Indonesia dan termasuk dalam 10 penyakit
terbanyak
- Masih kurangnya kesadaran penderita hipertensi mengkontrol tekanan darahnya
- Masih kurangnya pengetahuan,sikap dan perilaku masyarakat mengenai kontrol
tekanan darah dan minum obat secara teratur

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


- Memberikan edukasi mengenai pengertian, factor resiko, tanda dan gejala, komplikasi
dan pengobatan secara rutin
- Memberikan kuesioner mengenai topik Hipertensi yaitu pengertian, factor resiko,
tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan dan pencegahan hipertensi
- Memberikan sendok garam dengan menjelaskan pemakaian garam <5 ml perhari
- Mengkontrol dan mengintervensi dalam waktu 1 minggu

Pelaksanaan
Tanggal 4 Juli 2020
Tempat : Sawangan Baru
Waktu : 11.00-14.30
- Melakukan edukasi mengenai hipertensi
Pengertian ; Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
Sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah Diastolik ≥90 mmHg. Sering disebut The Silent Killer
karena sering tanpa keluhan.
Faktor resiko : umur, jenis kelamin, genetic, merokok, obesitas, diet tinggi lemak, konsumsi garam
berlebih, dislipidemia,konsumsi alcohol berlebih dan stress
Kendalikan Hipertensi dengan patuh
- Periksa Kesehatan dengan rutin dan ikut anjuran dokter
- Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
- Tetap diet dan gizi seimbang
- Upaya aktifitas fisik
- Hindari merokok dan alcohol
Komplikasi Hipertensi
- Penyakit jantung
- Retinopati
- Stroke
- Penyakit ginjal
- Ganguan pembuluh darah
Atur Pola Makan dengan Teratur
- Batasi konsumsi gula <50 gram (4 sdm/hari)
- Batasi garam <5 gram (1 sendok tek/hari)
- Kurangi garam saat masak
- Batasi makanan cepat saji
- Batasi daging berlemak dan minyak goreng dan makan ikan sedikitnya 3 kali
perminggu

Monitoring dan Evaluasi

- Monitoring dan evaluasi secara berkala mengenai penderita hipertensi


- Melihat hasil intervensi dalam waktu 1 minggu dengan mengukur tekanan darah dan
mengevaluasi

“Pelaksanaan Kegiatan Antenatal Care Terpadu ”

LATAR BELAKANG
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di
bidang kesehatan. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia memiliki Rencana
Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah (RPKJM) dimana program kerja tersebut
merupakan upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan balita, meningkatkan status
gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular masih menjadi
prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan. Salah satu program
dalam RPKJM adalah menyelenggarakan Antenatal Care terpadu. ANC terpadu adalah
pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil secara komprehensif dan terpadu, mencakup
upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan
KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit
menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,
bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat
pelayanan sesuai standar ANC terpadu, seperti menimbang berat badan, mengukur
lingkar lengan atas, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, menghitung
denyut jantung janin, menentukan presentasi janin, memberikan imunisasi tetanus
toksoid, memberi tablet besi, serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium dapat berupa pemeriksaan rutin berupa pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein dalam urin, pemeriksaan hepatitis B, serta HIV.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat
dideteksi dan ditangani secara dini. Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil
akan mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak
reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.

PERMASALAHAN DIMASYARAKAT
Meskipun sejumlah upaya dilakukan, kematian ibu saat menghadirkan kehidupan baru bagi
bangsa masih tinggi. Tingginya kematian ibu melahirkan di Indonesia yang termasuk
tertinggi di Asia pada dasarnya menunjukkan kegagalan negara dalam melindungi kaum ibu.
Kematian ibu disebabkan oleh beberapa masalah yang sering terjadi mulai dari buruknya
kondisi gizi janin hingga mereka jadi calon ibu, rendahnya pengetahuan kesehatan
reproduksi, tingginya kasus pernikahan usia remaja, kekerasan seksual dan kekerasan dalam
rumah tangga, ketaksetaraan jender, hingga sistem layanankesehatan ibu hamil tak sesuai
budaya.

PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka untuk mengurangi
resiko kematian pada ibu hamil dan bayi baru lahir maka kami melakukan program
pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan ibu,
perkembangan janin serta mencegah dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil
dan berisiko terhadap kehamilannya.

PELAKSANAAN
Kegiatan antenatal care ini telah dilakukan di Poliklinik KIA puskesmas Sawangan setiap
hari Kamis dan Sabtu pada jam 08.00-11.00 WIB dan akan terus berlanjut sesuai dengan
program puskesmas dalam mendeteksi dini penyakit pada kehamilan.
Pemeriksaan ini meliputi
1. anamnesis tentang gejala utama seperti demam, muntah, nafsu makan menurun,
perdarahan selama kehamilan, keputihan, sesak, batuk lama, riwayat hipertensi, riwayat
kelahiran, status imunisasi dan lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat badan, pemeriksaan Leopold, serta
dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium bagi ibu hamil yang memiliki resiko atau
penyakit dalam kehamilannya.
3.Pemberian suplemen besi dan multivitamin jika perlu serta Imunisasi TT.

EVALUASI

- Pada anamnesis didapatkan 8 ibu hamil dengan usia kehamilan rata-rata sekitar 16 minggu-
40 minggu
- keluhan terbanyak pada ibu hamil nyeri dan kram perut bagian bawah.
- Pada pemeriksaan fisis sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam kehamilannya
dan bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap kehamilannya kami anjurkan
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut
misalnya usg abdomen dll.
- Beberapa yang kami dapatkan memiliki gejala dan tanda seperti hipertensi dan LILA
kurang dari nilai normal
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis kegiatan ANC dilanjutkan dengan
pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai indikasi.

“UPAYA PENINGKATAN TARAF KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN

PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT”

1. LATAR BELAKANG
Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene, dan
sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar
di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai
akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program. Menurut World
Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005, Buruknya kondisi sanitasi merupakan
salah satu penyebab kematian anak dibawah 3 tahun yaitu sebesar 19% hatau sekitar 100.000
anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar
2,3% dari Produk Domestik Bruto. Kondisi seperti ini dapat dikendal ikan melalui intervensi
terpadu melalu pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil WHO tahun 2007,
yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku
penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke air yang
digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat untuk menambah perilaku higienis
dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitme pemerintah dalam mencapai
target Millenium Development Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air
minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk
yang belum mendapatkan akses. Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban
disebut sehat untuk daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak
mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di
sekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan
bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima
pemakainya. Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu
berbeda dengan di perkotaan, oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan harus
memenuhi persyaratan jamban sehat seperti yang tersebut diatas. Terdapat dua jenis jamban
yang sering kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis cemplung dan leher angsa. Disebut
cemplung karena kotoran yang masuk langsung menuju ke tempat penampungan kotoran
tanpa melewati penghalang dari udara luar, hal itu memungkinkan hewan seperti lalat dan
kecoa dan keluar masuk dari penampungan kotoran. Jenis leher angsa merupakan jenis yang
paling direkomendasikan, karena pada jenis ini terdapat genangan air yang berfungsi untuk
mencegah hewan masuk dan keluar dan penampungan kotoran.

2. PERMASALAHAN

a. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat, bersih dan tidak berbau
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
c. Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

Intervensi
1.Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai arti penting jamban sehat
2. Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai strategi pengadaan jamban sehat

Pelaksanaan
Tanggal 7 Juli 2020
Tempat RT 02/RW 03 Sawangan Baru
- Penyuluhan dan menyebarkan leaflet mengenai arti penting jamban sehat
- Penyuluhan langsung mengenai strategi pengadaan jamban sehat
- Penyuluhan mengenai manfaat buang air besar dan kecil dijamban yaitu dapat
membuat lingkungan yang bersih dan sehat serta tidak berbau, tidak mencemari
sumber air dan tanah yang ada disekitarnya, tidak mengundang datangnya
lalat/kecoa/serangga yang dapat menularkan penyakit
- Memberitahukan dampak jika tidak membuang kotoran manusia di jamban yaitu
diare, kolera, disentri, tifus, kecacingan dan infeksi saluran pencernaan.

Monitoring dan evaluasi


- Masyarakat memahami upaya yang sudah dilakukan pemerintah dalam mendukung
program jamban sehat
- Tercapai koordinasi untuk melakukan penyuluhan secara berkala tentang jamban
sehat
- Masyarakat memahami manfaat dan fungsi jamban sehat

UPAYA MENINGKATKAN PENGGUNAAN AIR BERSIH


Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan air minum (Permenkes RI No. 32
Tahun 2017). Akhirakhir ini sulit medapatkan air bersih. Penyebab susah mendapatkan air bersih
adalah adanya pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga, limbah
pertanian. Selain itu adanya pembangunan dan penjarahan hutan merupakan penyebab
berkurangnya kualitas mata air dari pegunungan karena banyak tercampur dengan lumpur yang
terkikis terbawa aliran air sungai. Akibatnya, air bersih terkadang menjadi barang langka. Kebutuhan
air bersih yaitu banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan
sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Sumber air
bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan
kualitas. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. 10 Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari
berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung
pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Sumber Air Bersih Menurut air
yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasa-
batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain : a. Bebas dari kontaminan atau bibit
penyakit b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c. Tidak berasa dan berbau d.
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. e. Memenuhi
standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Air dinyatakan tercemar
bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah
industri. Air yang berada dari permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan
letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.

Permasalahan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan air bersih
- masyarakat belum memahami manfaat air bersih
- masih banyak masyarakat yang belum menggunakan air bersih

Intervensi
- Memberikan informasi mengenai penggunaan air bersih
- Memberitahukan manfaat menggunakan air bersih agar mencegah dari penyakit
- Menjelaskan mengenai jarak letak sumber air dengan pembuangan sampah agar tidak
tercemar

Pelaksanaan
Tanggal 8 Juli 2020
Waktu 12.30
Tempat RW 03 Sawangan Baru
- Melakukan penyuluhan secara individu di 5 KK mengenai penggunaan air bersih
- Memberikan penyuluhan dengan memberikan leaflet secara individu mengenai manfaat
menggunakan air bersih agar mencegah dari penyakit diare,kolera,disentri,tifus dll.
- Memberitahukan jarak sumber air dan tempat pembuangan sampah minimal 10 meter
- Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air disekitar sumber air, dan
dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoraan, tidak ada lumut, pada
lantai/ dinding sumur.
- Sumber air dapat diperoleh dari sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus
dijaga bangunannya agar tidak rusak
- Sumber mata iar harus dilindungi dari bahan pencemar
- Ember penampung air dilengkapi dengan penutup dna gayung bertangkai serta dijaga
kebersihannya

Evaluasi
- Masyarakat mengerti mengenai air bersih
- Mengevaluasi kepada masyarakat mengenai manfaat air bersih agar terhindar dari penyakit
- Masyarakat memahami sumber air yang dapat diperoleh

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik,
batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Ciri-ciri klinis yang dominan pada asma
adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk.Asma
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu genetik dan lingkungan. Mengingat patogenesisnya tidak jelas,
asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, dengan gejala episodik berulang berupa
batuk, sesak napas, mengi, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang
umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Menurut WHO3 (World Health
Organization) tahun 2011, 235 juta orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian
lebih dari 8% di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah. National Center for
Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar
9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7%
perempuan.4 Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mendapatkan
hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5%, dengan prevalensi
asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), D.I.
Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), untuk Jawa Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3
%. Asma merupakan diagnosis masuk yang paling sering dikeluhkan di rumah sakit anak dan
mengakibatkan kehilangan 5-7 hari sekolah secara nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15% anak laki-
laki dan 7-10% anak perempuan dapat menderita asma pada suatu waktu selama masa kanak-kanak.
Telah terjadi peningkatan kematian akibat asma termasuk pada anak di beberapa negara pada dua
dekade terakhir. Jumlah penderita asma terus meningkat seiring dengan bertambahnya komunitas
yang mengikuti gaya hidup barat dan urbanisasi. Hal tersebut juga berhubungan dengan
peningkatan terjadinya alergi lain seperti dermatitis dan rinitis. Dalam penelitian yang menggunakan
kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children), periode usia yang sering
mengalami kematian diwakili oleh kelompok usia 13-14 tahun. Faktor risiko yang dapat
mengakibatkan asma dan memicu untuk terjadinya serangan asma diantaranya adalah riwayat
atopik keluarga. Berdasarkan sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu orang tua
yang memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan untuk menderita alergi sebesar
33%, dan kemungkinan alergi pada anak yang kedua orang tuanya menderita alergi sebesar 70%.

Pasien usia 63 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai
batuk Batuk tidak disertai dahak, darah, dan tidak terdengar suara whoop di ujung batuk. Sesak
nafas terjadi disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Batuk dan sesak
dirasakan terutama bila udara dingin atau bila pasien kelelahan karena terlalu aktif atau banyak
beraktivitas. Sesak dan batuk dirasakan semakin memberat pada malam hari terutama saat udara
dingin, serta berkurang setelah diberikan obat sirup batuk pilek. Sebelumnya pasien juga sering
mengalami sesak nafas terutama pada malam hari. Pasien sempat dirawat di rumah sakit, dikatakan
menderita radang paru, kemudian sembuh. Sekitar 1 bulan lalu pasien pernah mengeluh keluhan
yang sama, keluhan batuk dan sesak kembali timbul, namun pasien hanya dibawa berobat ke klinik
dan mendapat obat kemudian pasien kembali sembuh. Saat ini keluhan sesak nafas dan batuk
kembali timbul, Terdapat riwayat alergi dingin pada pasien. Riwayat asma, alergi debu dan dingin
pada keluarga ada, yaitu pada ibu dan nenek pasien. Riwayat merokok pada keluarga tidak ada.

a. Riwayat Penyakit Dahulu :


1) Riwayat penyakit serupa : Ada
2) Riwayat hipertensi : disangkal
3) Riwayat stroke : disangkal
4) Riwayat DM : disangkal
5) Riwayat kolesterol : disangkal
6) Riwayat jantung : disangkal
7) Riwayat trauma kepala : disangkal
b. Riwayat Penyakit Keluarga :
1) Riwayat Hipertensi : disangkal
2) Riwayat DM : disangkal
3) Riwayat Penyakit jantung : disangkal
4) Riwayat Stroke : disangkal
1. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 72 kg
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37.0oC
- Tekanan Darah : 138/98 mmHg
- Nadi : 84 x/menit, regular
- Laju Nafas : 20 x/menit, reguler
b. Status Internus
1) Kepala/leher : normosefali, deformitas (-), bengkak (-)
: pembesaran KGB -/-
: pembesaran kelenjar tiroid -/-
2) Mata : Reflek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
3) Telinga/hidung : deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
: septum nasi ditengah
4) Mulut/faring : mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: tonsil T1/T1
: uvula ditengah
5) Thorax
 Paru
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
: gerak napas tertinggal (-)
Palpasi : tactile fremitus simetris, sama kuat
: ekspansi normal
Perkusi : bunyi sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, wheezing +/+, ronki -/-
 Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : pekak, batas jantung normal
Auskultasi : S1/S2 normal, (-) murmur, (-) gallop
6) Abdomen
 Inspeksi: cembung, bekas luka (-)
 Auskultasi : bising usus normal, bruits (-)
 Perkusi : timpani
 Palpasi : nyeri tekan epigastrik (-)
: hepatomegali (-), splenomegali (-)
7) Ekstremitas : akral hangat
: deformitas (-), edema (-)
: CRT <2 detik
Plan
Non Medikamentosa
- Hindari pencetus seperti suhu dingin dan aktivitas berat
- Minum obat secara rutin
- Kontrol berobat secara teratur
- Istirahat yang cukup
Medikamentosa
- Salbutamol tab 2x 4 mg
- Vitamin B complex 1x1
- Prednisone tab 2x 4 mg

Intervensi yang dipilih ialah melakukan pemeriksaan untuk pengobatan dasar yaitu
berupa anamesis, pemeriksaan fisik, penegakan diagnosis, pemberian terapi dan juga
pemberian edukasi kepada pasien.

Kegiatan Pengobatan Dasar di Puskesmas S dilaksanakan setiap hari mulai pukul


07.30 sampai selesai.Kegiatan diawali dengan pendaftaran pasien di loket.Kemudian
pasien menunggu untuk mendapatkan nomor antrian untuk pemeriksaan.Setelah
dipanggil sesuai nomor antrian pasien diperiksa tekanan darah terlebih dahulu dan
ditanya tentang keluhan yang dirasakan oleh pasien oleh dokter. Saat diruang periksa
dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik terkait keluhan, penegakan diagnosis, pemberian
terapi dan juga edukasi. Apabila diperlukan sebelum penegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium bila diperlukan.

Monitoring
a. Memperhatikan pasien pada saat dilakukan anamnesis, penjelasan diagnosis,
rencana terapi, pemberian edukasi mengenai pengetahuan dan pencegahan
penyakit.
b. Mengarahkan pasien untuk memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
yang diajukan.
c. Pasien bersedia untuk datang kembali untuk kontrol atau kembali ke puskesmas
bila kondisi belum membaik setelah obat habis.
YUK HAPUS STIGMA COVID-19 DAN MULAI AKB (ADAPTASI KEBIASAAN BARU)

Stigma adalah citra negative yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya. Wabah Penyakit infeksi seperti pandemic COVID-19 dapat memunculkan stigma
kepada orang atau kelompok tertentu. Berawal dari perasaan takaut berlebihan dan khawatir akan
tertular, stigma ini muncul di tengah masyarakat dan tentu kita tidak ingin terjadi. Sasaran stigma
yaitu pasien terkonfirmasi positif COVID-19, PDP, ODP dan keluarga atau kerabat yang dekat dengan
mereka. Tenaga Kesehatan yang menolong pasien terkonfirmasi positif COVID-19, PDP dan ODP.
Labelling, mendapatkan label sebagai penyebar penyakit. Diskriminasi dalam penggunana fasilitas
umum. Ejekan bahka pengucilan dari masyarakat. Penolakan kepada pasien COVID-19, ODP, dan PDP
untuk kembali bergabung di masyarakat, walaupun telah selesai perawatan/isolasi mandiri dan
dinyatakan
sembuh. Penolakan pemakaman bagi jenazah dari pasien terkonfirmasi positif atau terduga COVID-
19 untuk dimakamkan di TPU. Jangan mengejek, mengucilkan, atau melakukan diskriminasi terhadap
tenaga kesehatan yang merawat pasien COVID-19, ODP, dan PDP. Sebagai tenaga Kesehatan
professional Jangan khawatir!Mereka telah melindungi diri semaksimal mungkin dengan APD sesuai
standar. Mereka telah dibekali ilmu dan pengalaman untuk mencegah penularan penyakit. Setelah
merawat pasien, ada SOP ketat yang harus diiukuti untuk boleh bertemu kembali dengan keluarga
dan masyarakat. Agar tidak takut berlebihan Patuhi anjuran pemerintah untuk meminimalkan risiko
tertular seperti physical distancing minimal 2 meter, pemakaian masker, dan cuci tangan air
mengalir dan sabun sesering.

Permasalahan
- Masih banyak stigma ditengah masyarakat ditengah pandemic covid-19
- Masih banyak masyarakat yang mengucilkan dan mengejek bahkan menjauhi masyarakat
yang positif COVID-19.
- Masih banyak warga yang menolak jenasah positif covid-19

Intervensi
- Memberikan penyuluhan mengenai stigma dan Adaptasi Kebiasaan Baru
- Menjelaskan kepada masyarakat agar tidak mengucilkan pasien positif covid-19, ODP
maupun PDP
- Menjelaskan kepada masyarakat bagaimana atau hal-hal apa saja yang harus disipakan
dalam masa AKB ini.

Pelaksanaan
Tempat : Puskesmas Sawangan
Pukul : 08.00 WIB
Judul penyuluhan : Yuk Hapus Stigma COVID-19 dan mulai AKB ( Adaptasi Kebiasaan Baru)
Materi penyuluhan
Menghindari melabel pasien COVID-19, PDP, ODP, atau tenaga kesehatan yang merawat mereka
sebagai penyebar penyakit. Memberikan dukungan kepada pasien COVID-19, ODP, dan PDP,
misalnya dengan berikirim pesan mendoakan atau menawarkan bantuan. Jika mereka tetangga
kita,bantulan pemenuhan kebutuhan sehari-hari agar mereka dapat melakukan isolasi mandiri
dengan tenang tanpa harus terpaksa keluar rumah sebelum benar-benar sembuh. Mendukung
tenaga kesehatan yang sedang berjuang, misalnya dnegan membeerikan donasi/bantuan APD (Alat
Pelindung Diri) karena minimnya ketersediaan APD di fasilitas kesehatan. Tidak menyebarkan atau
membagikan informasi yang tidak jelas/hoax yang dapat memunculkan stigma. Sebarluaskan hanya
berita baik dan positif yang akan memunculkan rasa optimis di masyarakat, misalnya berita
kesembuhan pasien, Langkah pencegahan penularan, atau kisah perjuangan tenaga kesehatan.
AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru )
- Selalu membawa handsanitizer kemanapun pergi
- Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sesering mungkin
- Menjaga jarak min 2 meter
- Tetap jaga jarak saat pergi belanja dan naik transportasi umum
- Selalu wajib menggunakan masker

Evaluasi dan monitori


- Masyarakat mengerti mengenai stigma dan adaptasi kebiasaan baru
- Mengeavluasi masyarakat mengenai stigma dan adaptasi kebiasaan baru

Anda mungkin juga menyukai