DOSEN:
Ns.M.Syarif H,S.kep
Disusun oleh :
Agusnita Panca Indriati (AOA0150774)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul Trend & issue
keperawatanyang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
dengan fasilitator Ns.M.Syarif H,S.kep
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.
Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara
moral maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengertian .....................................................................................................
B. Tujuan ............................................................................................................
C. Keperawatan Kesehatan Masyarakat ............................................................
D. Tingkat Pelayanan Kesehatan .......................................................................
E. Lembaga Pelayanan Kesehatan .....................................................................
F. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan ............................................................
G. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan ..................................
H. Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Keperawatan .........................................
Komunitas
I. Memanfaatkan Hasil Penelitian Dalam Pelayanan ..........................................
Kesehatan
BAB III PENUTUP ................................................................................................
Kesimpulan ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu
system yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan
merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan,
mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem kesehatan mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, sistem
kesehatan tidak hanya mencakup health care atau pelayanan kesehatan, tetapi
meliputi pengembangan pembiayaan dan mekasnisme risk pooling sehingga dapat
melindungi masyarakat dari beban keuangan dan beban ekonomi karena penyakit.
Dimensi lain menyangkut peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan
informasi dan pilihan, juga merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.Sistem
kesehatan juga harus mampu memberikan manfaat kepada masyarakat dengan
disitribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada
tingkat manfaat yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sistem kesehatan
melakukan setidaknya empat fungsi yang meliputi pembiayaan, pemberian
pelayanan, produksi sumber daya dan pembimbingan.
B. Rumusan Masalah
a. Trend dan Issue Keperawatan komunitas
1) Apa Pengertian pembangunan kesehatan?
2) Tujuan pembangunan kesehatan?
3) Pengertian Keperawatan Kesehatan Masyarakat?
4) Apa saja Tingkat Pelayanan Kesehatan?
5) Apa saja Lembaga Pelayanan Kesehatan itu?
6) Apa saja Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan?
7) Apa maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan?
8) Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Praktik Keperawatan Komunitas?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Dapat memahami keperawatan kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
1) Dapat menjelaskan pengertian pembangunan kesehatan
2) Dapat menjelaskan tujuan pembangunan kesehatan
3) Dapat menjelaskan apa saja lembaga-lembaga yang bergerak dalam
pelayanan kesehatan
4) Dapat menjelaskan tentang keperawatan kesehatan masyarakat
5) Dapat menjelaskan apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan
6) Dapat menjelaskan maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan
Kesehatan
7) Dapat menjelaskan Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Praktik
Keperawatan Komunitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan
pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa
terminalnya dengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
4. Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada
klien pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti
praktek perawat keluarga dan lain-lain.
C. Pembiayaan Kesehatan
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan,
terdapat beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti
diperhatikan.Pertama, besaran (kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang
disediakan pemerintah maupun sumbangan sektor swasta. Kedua, tingkat
efektifitas dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.
Di Negara kita, proporsi anggaran pembangunan kesehatan tidak pernah
mencapai angka dua digit dibanding dengan total APBN/APBD.Padahal, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) jauh-jauh hari telah menstandarkan anggaran
pembangunan kesehatan suatu Negara pada kisaran minimal 5% dari GDP(Gross
Domestic Product/Pendapatan Domestik Bruto). Pada tahun 2003, pertemuan para
Bupati/Walikota se-Indonesia di Blitar telah juga menyepakati komitmen besarnya
anggaran pembangunan kesehatan di daerah-daerah sebesar 15% dari APBD.
Kenyataannya, Indonesia hanya mampu mematok anggaran kesehatan
sebesar 2,4% dari GDP, atau sekitar 2,2-2,5% dari APBN.Terbatasnya anggaran
kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa alasan. Berbagai hal bias
dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya kesadaran pemerintah
untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sector prioritas, juga karena
kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual dinegeri yang sedang
mengalami transisi demokrasi ini.
Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang
efektif dan efisien. Beberapa tahun yang lalu, lembaga transparansi internasional
mengumumkan tiga besar intansi pemerintah Indonesia yang paling korup. Nomor
satu adalah departemen agama, selanjutnya departemen kesehatan dan terakhir
adalah departemen pendidikan. Temuan ini semakin menguatkan dugaan adanya
tindak mafia anggaran pembangunan kesehatan pada berbagai instansi
kesehatahn di seantero negeri ini.Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme seperti
juga dialami di intansi lainnya tetap berurat akar dengan subur di departemen
kesehatan.
Akibatnya, banyak kita jumpai penyelenggaraan program-program kesehatan
yang hanya dilakukan secara asal-asalan dan tidak tepat fungsi.Relatif ketatnya
birokrasi di lingkungan departemen kesehatan dan instansi turunannya, dapat
disangka sebagai biang sulitnya mengejar transparansi dan akuntabilitas anggaran
di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam pembahasan fungsionalisasi anggaran
kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau disebut tidak ada sama sekali.
Pada sisi lain, untuk skala Negara sedang berkembang, Indonesia yang masih
berkutat memerangi penyakit-penyakit infeksi tropik akibat masih buruknya
pengelolaan lingkungan, seharusnya menempatkan prioritas pembangunan
kesehatan pada aspek promotif dan preventif, bukan semata di bidang kuratif dan
rehabilitatif saja. Sebagai catatan, rasio anggaran antara promotif dan preventif
dengan kuratifrehabilitatif selama ini berkisar pada 1:3, suatu perbandingan yang
tidak cukup investatif untuk bangsa sedang berkembang seperti
Indonesia.Akibatnya, sejumlah program kesehatan di negeri ini masih berputar-
putar pada upaya bagaimana mengobati orang yang sakit saja, bukannya mencari
akar permasalahan yang menjadi penyebab mereka jatuh sakit kemudian
meneyelesaikannya.
D. Beberapa Pemikiran
Pertanyaan yang mengemuka ialah model kebijakan kesehatan seperti apa
yang layak diterapkan di negeri kita, sistem pembiayaan yang bagaimana yang
cocok dengan kehidupan masyarakat kita. Depkes sebagai pengemban pertama
tanggung jawab konstitusi kita ternyata dalam banyak kasus terbukti tak dapat/ tak
mau berbuat banyak.Anggaran kesehatan yang teramat minim, terlepas basis
argumentasinya seperti apa; setidaknya menjadi isyarat akan kenyataan teguh,
bahwa memang hal-hal yang berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak
selalu dianggap sepele.Hal ini didukung pula oleh sifat apatis sebagian besar rakyat
kita, dalam mengkritisi kebijakan kesehatan. Pun itu diperparah dengan belum
transparannya
penggunaan anggaran, dan dana yang ada lebih dialokasikan pada pos-pos
yang bukanmenjadi kebutuhan mendesak masyarakat, sebagai contoh; beberapa
puskesmas diIndonesia memiliki fasilitas mobil ambulans yang lengkap namun di
puskesmas tersebut, tenaga medis yang ada hanya sebatas paramedis, tanpa
tenaga dokter, sarjana kesehatan masyarakat dan tenaga medis lainnya, jadi proses
pemenuhan dan penyediaan kebutuhan masyarakat akan kesehatan tidak berbasis
pada analisa kebutuhan tetapi lebih sebagai resultan dari tarik-menarik kepentingan
politik nasional maupun lokal.
Dalam lokus kajian spesifik, membengkaknya biaya kesehatan ternyata
secara langsung atau tidak juga disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan
perguruan tinggi atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang kesehatan. Indonesia
menjadi contoh dari mahalnya biaya yang harus ditanggung oleh para peserta didik
dari fakultas kedokteran, akademi maupun sekolah tenaga kesehatan lainnya. Hal
ini sangat kontras jika kita bandingkan dengan kasus negara tetangga seperti
Singapura atau Malaysia;dimana negara bertanggung jawab mengucurkan dana
besar bagi institusi pendidikan. Dominasi Negara berlebih-lebihan dalam banyak hal
termasuk mewajibkan pegawai negeri sipil, polisi atau militer untuk masuk hanya
pada perusahaan asuransi tertentu yang dikelola oleh negara membuka peluang
terjadinya praktek korupsi. Model itu sudah selayaknya ditinjau ulang.
E. Reformasi Kesehatan
Reformasi bidang kesehatan bukan lagi bahasa yang baru. Hanya saja
agendanya perlu dipertegas kembali sebagai landasan pembangunan selanjutnya.
Jika disederhanakan, agenda reformasi kesehatan akan lebih mengedepankan
partisipasi masyarakat dalam menyusun dan menyelenggarakan aspek
kesehatannya dengan sesedikit mungkin intervensi pemerintah. Pemberdayaan
masyarakat menjadi tolok ukur keberhasilan dan pemihakan terhadap kaum miskin
menjadi syarat penerimaan universalitasnya.
Gunawan Setiadi, seorang dokter dan master bidang kesehatan,
mengungkapkan beberapa alasan mengapa masyarakat dapat menyelenggarakan
kesehatannya, dan lebih baik dari pemerintah, antara lain:
1. Komitmen masyarakat lebih besar dibandingkan pegawai yang digaji
2.Masyarakat lebih paham masalahnya sendiri
3.Masyarakat dapat memecahkan masalah, sedangkan kalangan
profesional/pemerintah sekadar memberikan pelayanan4. Masyarakat lebih fleksibel
dan kreatif
5. Masyarakat mampu memberikan pelayanan yang lebih murah
6. Standar perilaku ditegakkan lebih efektif oleh masyarakat dibandingkan birokrat
atau profesional kesehatan
Pandangan-pandangan di atas menjadi cukup beralasan muncul dengan
melihat kecenderungan rendahnya etos kerja birokrat dan profesional kesehatan
selama ini.Sudah saatnya penyelenggaraan kesehatan diprakarsai oleh masyarakat
sendiri,sehingga pemaknaan atas hidup sehat menjadi sebuah budaya baru, di
mana didalamnya terbangun kepercayaan, penghargaan atas hak hidup dan
menyuburnya norma-norma kemanusiaan lainnya. Model penyelenggaraan
kesehatan berbasis pemberdayaan (empowerment) harus disusun secara rasional
dengan sedapat mungkin melibatkan semua stakeholder terkait.
Jadi, prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan
untuk masyarakat miskin mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak
terampas haknya selama ini. Untuk itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang
kesehatan perlu dipertajam dengan jalan antara lain :
1. Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit
menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
2. Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang
rawat inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional
rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik eksploitasi
danpemalakan pasien miskin atas nama biaya perawatan.
3. Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung
membantu masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih, program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya.
4. Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan
yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah
sakit stroke.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat
baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga
masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental dan sosial serta harapan berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut
Winslow menetapkan suatu syarat yang sangat penting, yaitu harus ada pengertian,
bantuan dan partisipasi masyarakat secara teratur dan terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/05/20/pembangunan-kesehatan/
Siti Nafsiah, "Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia
ketiga didunia", Gema Insani, 2000, 979915703X, 9789799157034."Pengantar
Kesehatan Lingkunagan", EGC, 9794487961, 9789794487969.