Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN

Dalam memenuhi tugas mata kuliah KPK3 yang dibimbing oleh :


Ibu Yeni Tutu Rohimah S.Kp., M.Kes

Oleh :
Kelompok 2
Agung Octa
Alfian Muhammad
Fathimatuzzahra
Maheval Candra Kirana
Rahmawanto
Tutut Hutami

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran
dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang
perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang
perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu
seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien
secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan
berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator
dan pendidik.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana ruang lingkup K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam
keperawatan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ruang lingkup K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
dalam keperawatan

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pentingnya K3 dalam keperawatan
b. Untuk mengetahui tujuan K3
c. Untuk mengetahui manfaat K3
BAB II
PEMBAHASAN

A. K3 dalam Keperawatan
1. Pentingnya K3 dalam Keperawatan
K3 atau kesehatan keselamatan kerja adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
pengusaha apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja. Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
pentingnya K3 dan bagaimana mengimplementasikannya dalam lingkungan
perusahaan. Dalam tulisan sederhana ini penulis mencoba menggambarkan
arti pentingnya K3 dan akibat hukum apabila tidak dilaksanakan.
K3 adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak dibidang produksi khususnya,
dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam
bekerja kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta
untuk menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah
potensi kerugian bagi perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun
yang lalu, namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum
memahami korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak
mengerti aturannya tersebut. Sehingga sering kali mereka melihat peralatan
K3 adalah sesuatu yang mahal dan seakan-seakan mengganggu proses bekerja
seorang pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi
pengaturan K3 yang telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
2. Tujuan
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
a. Tujuan dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang berada ditempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
b. Tujuan pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada pasal 3 ayat 1
UU N0. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4) Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5) Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6) Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar, atau radiasi, suara dan getaran.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
13) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau batang.
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan menyimpanan barang
17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya

Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa


dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan
syarat-syarat keselamatan kerja sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja
tersebut dapat diminimalisir.

3. Manfaat
Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada rumah sakit saja, tapi perawat
rumah sakit dan pasien serta pengunjung
a. Manfaat bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan
2) Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit
3) Meningkatkan citra rumah sakit
b. Manfaat bagi perawat Rumah sakit
1) Melindungi perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
c. Manfaat bagi pasien dan pengunjung
1) Mutu layanan yang baik
2) Kepuasan pasien dan pengunjung

4. Etika
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli
Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/pasien, teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses
kesehatan kerja ditinjau dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah
kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan
waktu bekerja, banyaknya angka absen menurun angka produktifitas tenaga
kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli
Kesehatan Kerja, hukum, agama, dan masyarakat luas.
Sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan dengan bidang kesehatan
dan keselamatan kerja maka mudah dipahami bahwa seseorang Ahli
Kesehatan Kerja memerlukan etika tenaga kesehatan karena harus bekerja
sama dengan bidang-bidang lain yaitu misalnya dokter, ahli higiene
perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi dan yang paling penting adalah
tenaga kerja. Tenaga Kesehatan Kerja yang merupakan tenaga profesional,
seyogyanya selalu menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-
hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan
asas moral, harus selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
kelompok manusia.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan
yang dinamakan kode etik profesi. Perilaku ini memang agak sulit
menanganinya, kecuali kesadaran diri masing-masing. Tenaga kesehatan
dalam menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik
profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang
terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan
bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja),
sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan,
dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika
dan Hukum yang berlaku.

B. Ruang Lingkup K3 dalam Keperawatan


Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun dan
di manapun. Tindakan keselamatan kerja dilakukan di tempat kerja, di
lingkungan keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat.
Ruang lingkup dalam UU No.1 Tahun 1970 meliputi kesatuan dari tiga
unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya adalah :
1. Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
3. Adanya sumber bahaya kerja di tempat kerja.

Adapun syarat-syarat pelaksanaan K3 diperuntukan untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit).
3. Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK).
4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja.
5. Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis.
7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja.
8. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas, lingkungan dan
proses kerja
Adapun aspek keselamatan kerja jika dilakukan di rumah sakit perlu ada
tanggung jawab moral dan komitmen, adanya kemampuan sumber daya
manusia, dan tindakan pencegahan. Tujuan utama kesehatan kerja antara lain
meliputi :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
akibat kerja
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
3. Perawatan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan
serta kenikmatan kerja
5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan
Ada dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, yaitu:
1. Resiko fisik tempat kerja : Resiko keselamatan kerja meliputi aspek-
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik
tempat kerja, alat dan manusia

2. Resiko kesehatan kerja : Resiko kesehatan kerja meliputi aspek-aspek


lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada
pekerja yang dapat 66 menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik
maupun psikis dalam jangka waktu tertentu

Tujuan Keselamatan Kerja meliputi :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan


pekerjaan, untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktifitas nasional Menjamin keselamatan setiap orang lain yang
berada di tempat kerja
2. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien
3. Sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja.
Syarat Keselamatan Kerja harus mengarah pada mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan yaitu : mencegah, mengurangi, dan
memadamkan kebakaran, mencegah dan mengurangi bahaya peledakan,
memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran,
memberi pertolongan pada kecelakaan, membeli alat-alat pelindung diri pada
para pekerja. Dengan terjaminnya tercapainya tujuan dan persyaratan
keselamatan kerja akan mempengaruhi pekerja atau siapa saja yang terkait
dengan pekerjaan tersebut. Tidak hanya orang yang terkait di dalamnya, akan
tetapi juga lingkungan dan benda kerja yang diproses.
Pengaruh yang akan muncul di antaranya bahwa lingkungan kerja menjadi
lebih aman, pekerja termotivasi untuk bekerja secara lebih baik, dan
termotivasi. Proses kegiatan menjadi lebih produktif, nyaman, dan kegairahan
dalam melakukan pekerjaan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat
diminimalkan, ergonomi, dan tingkat kesehatan membaik.
Peralatan/alat relatif terpelihara, juga jauh dari kemungkinan terjadinya
kebakaran. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan preventif, dengan cara setiap
pekerjaan harus dilakukan secara benar sesuai dengan SOP, ada alur kerja
yang jelas, menyiapkan dokter kesehatan, dilakukaknya pelatihan PPPK bagi
semua SDM yang terlibat dalam pekerjaan, pembentukan seksi dan pasukan
khusus, perencanaan gedung, ruang, bengkel tempat kerja sesuai standar.

Pemahaman terhadap UU K3; kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan;


kontrol, evaluasi dan pengembangan preplacement, pemeriksaan periodik,
perencanan jangka pendek dan panjang. 67 pendidikan dan pelatihan tentang
potensi dan bahaya akibat kerja; melakukan studi banding, mendatangkan ahli
epidemiology study, ergonomi, pencatatan dan pelaporan, dan dilakukan
immunisasi. Namun demikian, walaupun masalah K3 telah dirancang dan
disiapkan dengan sebaik-baiknya, tetap saja ada kesalahan yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa
faktor, antara lain :

1. Pribadi yang tidak siap bekerja;


2. Suasana tidak kondusif dan nyaman;
3. Pekerja yang tidak kompeten;
4. Alat/peralatan yang tidak sesuai peruntukannya;
5. Kondisi alat/peralatan yang tidak aman;
6. Lingkungan kerja tidak siap / berbahaya;
7. Penerangan tidak cukup / berlebihan Kotor dan tidak teratur;
8. Perlengkapan keselamatan kerja yang kurang;
9. Bekerja tidak sesuai SOP;
10. Tak ada rambu-rambu / Tanda-tanda;
11. Tak ada aturan; Tak ada alat keselamatan kerja; dan sebagainya.

Untuk itu maka perlu memperhatikan beberapa hal yang bisa dilakukan,
agar kesalahan atau kecelakaan dapat seminimal mungkin. Hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain :

1. Alat pelindung diri (APD) dipakai sesuai peraturan dan


peruntukkannya.
2. Perhatikan petunjuk gambar APD pada Gambar 33 berikut: Gambar
35.
3. Label Penandaan anjuran dalam pelaksanaan K3 Gunakan Alas Kaki
atau Sepatu
4. Gunakan Pelindung Wajah
5. Gunakan Pelindung mata Bot
6. Gunakan masker Bot
7. Gunakan Alas tangan Bot

Hal lain yang harus menjadi perhatian tentang pakaian, rambut, dan kuku;
Patuhi aturan perletakan alat kerja, Pembuangan bahan bekas, pakaian kerja;
Membuat laporan kejadian; Melaksanakan dengan tertib aturan, peraturan,
tata tertib, Undang-undang tentang K3; Jangan gunakan peralatan rusak;
Bersihkan mesin sesudah dipakai; Pastikan tak ada peralatan tertinggal;
Listrik mati/off sebelum ditinggal; Semua peralatan telah dikembalikan
ketempat semula, Jangan gunakan peralatan tanpa hak; Saat akan
menjalankan mesin pastikan semua kencang, terikat, tak ada perlengkapan
mengganggu; Lantai bersih; Membuat laporan akhir; Mengisi log book
pemakaian alat/mesin; Pekerja paham K3; Dapat menggunakan perlengkapan
K3; Menggunakan pakain kerja standard; dan Memahami sistem Evakuasi.
Pelayaan kesehatan kerja yang difokuskan pada upaya promotif dan
preventif seperti yang tercantum dalam definsi Komisi Gabungan ILO/WHO
pada tahun 1950 dan 1995, meliputi fungsi nomor 1) sampai dengan 8) di
bawah ini; sedangkan pelayanan yang komperhensif mencakup pula upaya
kuratif dan rehabilitatif (yang merupakan objek empiris ilmu kedokteran
kerja) sesuai yang diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia (Permenakertrans & Koperasi No.Per. 03/Men/1982 ttg Pelayanan
Kesehatan Kerja dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan) dan
tercantum dalam Basic Occupational Health Services yang diusulkan oleh
ICOH tahun 2005, maka ditambah lagi nomor 9) dan 10). Ruang lingkup atau
fungsi pokok pelayanan yang dimaksud adalah seperti berikut.
1. Menempatkan pekerja sesuai dengan kapasitas kerja dan derajat
kesehatannya, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum
penempatan (pre-placement test). Untuk kegiatan ini, diperlukan deskripsi
tuntutan tugas (task demand) termasuk data hasil pengukuran kondisi
lingkungan dari higiene industri dan kondisi kerja dari ergonomi, serta
kondisi psikososial yang bersumber dari organisasi kerja dan budaya kerja.

2. Melakukan upaya promosi kesehatan di tempat kerja/PKDTK


(workplace health promotion), dengan mengendalikan faktor risiko yang
bersumber dari perilaku hidup, misalnya pola makan, kurang gerak, berat
badan berlebih, konsumsi rokok, alkohol atau narkoba, agar pekerja
terhindar dari penyakit degeneratif kronik misalnya penyakit jantung
koroner, stroke dan hipertensi. PKDTK didefinisikan sebagai ilmu dan seni
yang membantu pekerja dan manajemen merubah perilaku hidup dan
perilaku bekerja untuk memelihara atau mencapai kapasitas kerja dan
tingkat kesehatan yang optimal, dengan demikian meningkatkan kinerja
dan produktivitas serta kapasitas kerja. PKDTK di lapangan, diaplikasikan
sebagai program kegiatan yang direncanakan melalui proses peningkatan
pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan (pendidikan), dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat di tempat kerja, sesuai kondisi dan potensi
tempat kerja, dengan pendekatan pendidikan, organisasi, masyarakat
lingkungan dan keluarganya, agar mencapai kemampuan pengendalian
pekerja terhadap kesehatannya.
3. Memperbaiki lingkungan kerja, dengan mengendalikan faktor risiko
kontaminan fisika, kimia dan biologi yang bersumber dari lingkungan
kerja agar tidak melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan.
Demikian kompleksnya upaya ini maka telah berkembang menjadi Ilmu
Higiene Industri (Industrial Hygiene).
4. Memperbaiki pekerjaan, dengan mengendalikan faktor risiko
ergonomi yang bersumber dari pekerjaan, misalnya desain mesin,
desain work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut,
agar pekerja terhindar dari postur janggal yang dapat berakibat pada
timbulnya gangguan muskuloskeletal (trauma kumulatif). Upaya ini juga
telah berkembang menjadi Ilmu Ergonomi (Ergonomy), karena
kompleksnya masalah.
5. Mengembangkan organisasi dan budaya kerja yang mendukung
kesehatan kerja, dengan memperbaiki kondisi faktor risiko stres
psikososial yang bersumber dari organisasi kerja dan budaya kerja (Work
Organization and Work Culture), misalmnya beban kerja, status
kepegawaian, sistem pengupahan, masalah orgaisasi, gaya manajemen,
kompetisi, konflik antar pekerja maupun antara pekerja dengan pimpinan.
6. Melaksanakan surveilans kesehatan kerja, dengan melakukan koleksi
data faktor risiko kesehatan di tempat kerja yang bersumber dari
lingkungan kerja, pekerjaan, organisasi kerja dan budaya kerja, serta
melakukan koleksi data kesehatan pekerja dan kemangkiran; kemudian
melakukan analisis dan interpretasi data berdasarkan kaidah epidemiologi
untuk melihat frekwensi, distribusi dan trend perkembangan faktor risiko
dan gangguan kesehatan, menilai adanya hubungan antara faktor risiko
kesehatan dan gangguan kesehatan pekerja; selanjutnya
mengkomunikasikan data dan hasil analisis untuk digunakan dalam
rencana perbaikan.
7. Melakukan pencatatan, pelaporan dan dokumentasi tentang upaya
Yankesja dan kasus KAK/PAK, dilaporkan kepada manajemen, serikat
pekerja dan pemerintah.
8. Mengkoordinasi kegiatan (rujukan) pemeriksaan, terapi, rehabilitasi dan
kompensasi bagi pekerja yang sakit/cedera, bekerja sama dengan dokter
spesialis kedokteran okupasi atau spesialis lainnya dan instansi terkait (a.l.
pusat rujukan, asuransi).
9. Melakukan pertolongan pertama bagi pekerja yang mengalami cedera
kecelakaan dan/atau penyakit akut serta melakukan Medical Emergency
Plan.
10. Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja, diagnosis, terapi,
rahabilitasi dan perhitungan cacat serta rujukan bagi pekerja yang
sakit/cedera.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
K3 atau kesehatan keselamatan kerja adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun dan
di manapun. Tindakan keselamatan kerja dilakukan di tempat kerja, di
lingkungan keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat. Ruang lingkup
dalam UU No.1 Tahun 1970 meliputi kesatuan dari tiga unsur yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya adalah :
1. Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
3. Adanya sumber bahaya kerja di tempat kerja.
Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada rumah sakit saja, tapi perawat
rumah sakit dan pasien serta pengunjung. Manfaat bagi Rumah Sakit
meningkatkan mutu pelayanan, mempertahankan kelangsungan operasional
rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit. Manfaat bagi perawat Rumah
sakit adalah melindungi perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK), mencegah
terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Manfaat bagi pasien dan
pengunjung yaitu mujtu layanan yang baik untuk kepuasan pasien dan
pengunjung.

B. Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan kesehatan keselamatan kerja dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan ,
alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC
Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit,
Jakarta.:Depkes RI
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta.
Fitramaya.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996)
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan .
Jakarta: EGC
Simamora, Roymond H. 2015. Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap Pembelajaran
Klinik Pendidikan Ners dengan Pengetahuan danPelaksanaan
Pendokumentasiaan Asuhan Keperawatan. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia.
Simamora, Roymond H., dan Butar-butar, J. 2016. Hubungan Mutu Pelayanan
Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH. Jurnal Ners Indonesia.
Simamora, Roymond H., Setiawan. 2017. Pengembangan Kompetensi Perawat
Pelaksana Ruang Rawat Inap dalam Manajemen Pelayanan Pasien Melalui
Pelatihan Penerimaan Pasien Berbasis Caring. Jurnal Riset Keperawatan
Indonesia
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung
Agung, 1985
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Anda mungkin juga menyukai