OLEH :
KELOMPOK I
PUTU JANA YANTI PUTRI (01)
NI KOMANG AYU RISNA MULIANTINI (02)
MADE WAHYU RIANTINI (03)
NI KADEK ARIYASTUTI (04)
NYOMAN WITA WIHAYATI (05)
I NYOMAN SUGIHARTA DANA (06)
I GUSTI AYU INDAH JULIARI (07)
seperti yang tercantum dalam definsi Komisi Gabungan ILO/WHO pada tahun
1950 dan 1995. Hal tersebut terutama ditekankan pada upaya peningkatan atau
mencakup pula upaya kuratif dan rehabilitatif (objek empiris ilmu kedokteran
kerja). Hal tersebut sesuai dengan kerwajiban peraturan perundangundangan di
Indonesia (Permenakertrans & Koperasi No.Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Pelayanan
Health Services yang diusulkan oleh ICOH tahun 2005. Ruang lingkup atau
fungsi pokok pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif meliput enam area
promotif dan preventif ditambah satu area kuratif dan rehabilitatif.
Pertama, penempatan pekerja pada pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan
kapasitas kerja dan status kesehatannya, merupakan upaya preventif. Kesesuaian
pekerja secara fisik, mental dan sosial, dengan tuntutan kondisi kerja yang
test), untuk pekerja baru dan pekerja lama yang akan dipindah tugaskan. Untuk
itu, perlu deskripsi tuntutan tugas (task demand) meliputi data kondisi lingkungan
higiene industri, kondisi ergonomi pekerjaan dan kondisi faktor stres kerja yang
bersumber dari pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
Kedua adalah promosi kesehatan di tempat kerja/PKDTK (workplace health
misalnya pola makan, pola tidur dan istirahaat, aktivitas fisik, berat badan,
terutama penyakit jantung koroner, stroke dan hipertensi. PKDTK adalah ilmu
dan seni yang membantu pekerja dan manajemen mengubah perilaku hidup dan
perilaku bekerja untuk mencapai kapasitas kerja dan tingkat kesehatan yang
lapangan, PKDTK diaplikasikan sebagai program yang dirancang melalui proses
oleh, untuk dan bersama masyarakat di tempat kerja. Hal tersebut sesuai dengan
kesehatan pekerja.
fisik, kimia, dan biologi. Faktor risiko fisik meliputi panas, bising, getaran dan
radiasi. Faktor risiko kimia antara lain meliputi merkuri, timah hitam, benzene,
kloroform, organofosfat dan parakuat. Faktor risiko biologi antara lain meliputi
bersumber dari lingkungan kerja tersebut dikendalikman agar tidak melebihi nilai
ambang batas yang diperkenankan. Upaya yang kompleks ini telah berkembang
menjadi Ilmu Higiene Industri (Industrial Hygiene).
Keempat adalah perbaikan ergonomi, merupakan upaya preventif. Perbaikan
mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko ergonomi yang bersumber dari
pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain work station, posisi duduk, alat
bantu tangan, beban angkat angkut diupayakan agar pekerja terhindar dari postur
janggal yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal (trauma kumulatif).
Upaya yang kompleks ini juga telah berkembang menjadi Ilmu Ergonomi
(Ergonomy).
Kelima adalah pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
pekerjaan dan budaya kerja (Work Organization and Work Culture). Sebagai
contoh desentralisasi dalam perencanaan tugas, penerapan konsep tugas penuh,
otonomi tugas yang masih terintegrasi dengan tujuan ornagisasi yang lebih tinggi
gaya manajemen, komunikasi antar pekerja maupun antara pekerja dan pimpinan.
Surveilans kesehatan kerja meliputi :
1. Mengumpulkan data faktor risiko kesehatan di tempat kerja yang bersumber
dari lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja;
data kesehatan (dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan
khusus serta data kunjungan pengobatan/ perawatan) dan kemangkiran pekerja.
2. Melakukan analisis dan interpretasi data berdasarkan kaidah epidemiologi
untuk melihat frekuensi, distribusi dan trend perkembangan faktor risiko dan
gangguan kesehatan, menilai hubungan faktor risiko dan gangguan kesehatan
pekerja.
3. Komunikasi data dan hasil analisis untuk digunakan dalam rencana perbaikan.
Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Tansmigrasi. KAK/PAK secara individu
hanya dilaporkan dengan cara yang menjunjung tinggi kode etik untuk
menganjurkan dipertahankan seumur hidup.
Terakhir adalah pelayanan klinik merupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
perhitungan cacat serta rujukan bagi pekerja yang sakit/cedera, serta pelayanan
upaya preventif.
Tugas yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja antara lain berupa tugas administrasi dan pelaporan, tugas
pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/ pelatihan/
pendidikan kesehatan, keselamatan kerja yang diberikan kepada seluruh tenaga
kerja. Perawat memberikan keterangan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan
kerja kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja bila diperlukan.
Disamping itu perawat perlu mengetahui arah dan tujuan perusahaan secara
umum, merencanakan dan menerapkan program beserta evaluasinya, dan dapat
mengembangkan kemampuan menajerialnya, selaras dengan pengetahuan
kedokteran yang tlah dimilikinya. Dengan demikian, perawat yang memimpin
suatu unit pelayanan kesehatan kerja harus mampu menjalin kerja sama dengan
pihak pengurus perusahaan, tenaga kerja, dinas atau instansi terkait dan tetap
berpedoman pada etika profesinya.
Peranan perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa
dikatakan sangat bermakna,mengingat tugas fungsional perawat dalam K3 begitu
luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama perawatan kesehatan kerja adalah
kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan penekanan pada
pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini senada dengan tujuan K3.
Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Nasrul
Effendi, 1998)
Fungsi Perawat antara lain :
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan tehadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan
Tugas Perawat :
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan rumah sakit
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawat di rumah
kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan keselamatan dan kesehatan
kerja (k3) terhadap pekeja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup
pekerjaan perawat hiperkes meliputi :
a. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja
akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku
yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis
pekerjaannya.
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam
penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
d. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan
pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan
perawatan emergensi.
e. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan
membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
f. Management and Administration
Pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran perencanaan dan
pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
g. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperan untuk mengadakan perbaikan.
h. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga
kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
i. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga
kerja. Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan
tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
Terdapat beberapa aspek yang menjadi ruang lingkup K3 yang harus diperhatikan
oleh suatu instansi dalam pelaksanaan K3, yaitu :
1. Lingkungan Kerja
Ini adalah lokasi dimana para pekerja melakukan aktifitas bekerja. Kondisi
lingkungan kerja harus memadai (suhu, ventilasi, penerangan, situasi) untuk
meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan atau penyakit.
2. Alat Kerja dan Bahan
Ini adalah semua alat kerja dan bahan yang dibutuhkan suatu instansi untuk
memberikan pelayanan. Alat-alat kerja dan bahan merupakan penentu dalam
proses produksi, tentunya kelengkapan dan kondisi alat kerja dan bahan harus
diperhatikan.
3. Metode Kerja
Ini merupakan standar cara kerja yang harus dilakukan oleh pekerja agar
tujuan pekerjaan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, serta keselamatan dan
kesehatan kerja terjaga dengan baik. Misalnya, pengetahuan tentang cara
mengoperasikan mesin dan juga alat pelindung diri yang sesuai standar, serta
menjalankan SOP dalam suatu layanan kesehatan dengan tepat dan efektif.
Ruang lingkup hyperkes (kesehatan kerja) dapat dijelaskan sebagai berikut
(Rachman, 1990) :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Berdasarkan ILO/WHO Committee 1995 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
meliputi:
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
1) Sarana dan Prasarana.
2) Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan
paramedis Perusahaan).
3) Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
1) Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
2) Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
3) Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat
resiko yang diterima).
4) Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
c. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
d. Pelaksanaan Gizi Kerja.
1) Kantin (50-200 tenaga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari
200 tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
2) Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
3) Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
4) Pengelola dan Petugas Katering.
e. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
1) Prinsip Ergonomi :
a) Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
a) Efisiensi Kerja.
b) Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
c) Faktor Manusia dalam Ergonomi.
1) Beban Kerja :
a) Mengangkat dan Mengangkut.
a) Kelelahan.
b) Pengendalian Lingkungan Kerja.
f. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)
Dasar Hukum dan Pedoman :
1 UU No.1 /1970 tentang keselamatan kerja
2 UU No.23 /1992 tentang kesehatan
3 Permenkes RI No. 986/92 tentang kesehatan lingkungan RS
4 Permenkes RI No. 472 tahun 1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan
5 SK Menkes No.351 tahun 2003 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
6 Permenaker no.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
7 Keputusan Dir.Jen. P2PLP nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit
8 Pedoman K3 di rumah sakit th 2006 ( BinKesja DepKes )
9 Pedoman teknis pengelolaan limbah klinis dan desinfeksi dan sterilisasi di
rumah sakit tahun 2002.
\
DAFTAR PUSTAKA
M. Ramdan, Iwan. 2018. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
padaPerawat.
(online)https://www.researchgate.net/publication/323633078_Analisis_Ris
iko_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_K3_pada_Perawat diakses
tanggal 5 Juli 2019
Soal :
1. Dibawah ini yang bukan tujuan K3 adalah
a. Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas
a. Menjamin dan mengurangi kerugian yang diderita oleh semua pihak yang
bekerja
b. Memberi pertolongan dini bagi pekerja bila terjadi kecelakaan
b. Mencegah kecelakaan di jalan raya
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kecelakaan pada saat bekerja
2. Di bawah ini yang termasuk pentingnya K3, yaitu
1) Menyelamatkan karyawan
1) Menyelamatkan keluarga
2) Menyelamatkan perusahaan
3) Supaya mengetahui ilmu dari K3
a. 1,2 dan 3
a. 1,2 dan 4
b. 1,3 dan 4
c. 2, 3 dan 4
3. Apa kepanjangan dari K3?
a. Keselamatan dan kekuatan kerja
b. Keselamatan dan Kesehatan kerja
c. Kesejahteraan dan kesehatan kerja
d. Kekuatan, kesehatan, kesejahteraan
e. Kehidupan, keselamatan, kesehatan
4. Apa yang harus memperhatikan dalam melaksanakan K3?
a. Indoor_outdoor
b. Sanitasi
c. Input
d. Output
e. Jaringan
5. Salah satu tujuan awal dibentuknya standar keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja adalah
a. Kesehatan
b. Keselamatan
c. Bencana alam
d. Moral
e. Kedisiplinan
6. Pelayaan kesehatan kerja yang difokuskan pada upaya promotif dan preventif
seperti yang tercantum dalam definsi Komisi Gabungan …
a. ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1991
b. ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1992
c. ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1993
d. ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1994
e. ILO/WHO pada tahun 1950 dan 1995
2. Ruang lingkup atau fungsi pokok pelayanan kesehatan kerja yang
komprehensif meliputi …
a. enam area promotif dan preventif ditambah satu area kuratif dan
rehabilitatif.
b. enam area promotif dan preventif ditambah dua area kuratif dan
rehabilitatif.
c. enam area promotif dan preventif ditambah tiga area kuratif dan
rehabilitatif.
d. lima area promotif dan preventif ditambah satu area kuratif dan
rehabilitatif.
e. lima area promotif dan preventif ditambah dua area kuratif dan
rehabilitatif.
3. Bagian keempat dari area preventif adalah perbaikan ergonomi. Perbaikan
dilakukan dengan cara…
a. Meningkatkan upah pekerja
b. Menyesuaikan tuntutan tugas dengan kemampuan fisik dan mental
pekerja serta mengendalikan faktor risiko ergonomi yang bersumber
dari pekerjaan.
c. Memberikan sumbangsih tenaga dan finansial kepada pekerja
d. Menciptakan lingkungan kerja yang optimal dan nyaman
e. Memfasilitasi sarana dan prasarana yang mendukung terkait keselamatan
kerja para pekerja di tempat kerja
4. Prinsip Ergonomi, kecuali …
a. Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
b. Efisiensi Kerja.
c. Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
d. Pemberdayaan
e. Faktor Manusia dalam Ergonomi.
5. Ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes menurut American Association of
Occupational Health Nurses yang dapat membantu tenaga kerja dalam
memahami permasalahan kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan
keluar dari situasi krisis dikenal dengan istilah …
a. Health promotion / Protection
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection
d. Primary Care
e. Counseling
6. Dasar pedoman hukum K3 tercantum dalam…
a. SK Menkes No.351 tahun 2002 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
b. SK Menkes No.351 tahun 2003 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
c. SK Menkes No.351 tahun 2001 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
d. SK Menkes No.351 tahun 2004 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
e. SK Menkes No.351 tahun 2005 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
7. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja yang dilakukan tiga bulan
sebelum memasuki masa pension disebut …
a. Pemeriksaan kesehatan awal.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja
tertentu berdasarkan tingkat resiko yang diterima).
d. Pemeriksaan kesehatan Purna Bakti.
e. Pemeriksaan kesehatan lanjutan.
8. Desain mesin, desain work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban
angkat angkut diupayakan agar pekerja terhindar dari postur janggal yang
dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal (trauma
kumulatif),merupakan beberapa contoh tindakan …
a. Promotif
b. Rehabilitatif
c. Kuratif
d. Preventif
e. Rehabilitatif dan preventif
14. Berikut merupakan fungsi perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
menurut Nasrul Effendi, kecuali …
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Mengawasi lingkungan pekerja
a. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan tehadap pekerja
c. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
15. Berdasarkan ILO/WHO Committee 1995 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
meliputi sebagai berikut, kecuali …
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
c. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
d. Pelaksanaan Gizi Kerja.
e. Pengaturan jam istirahat.
16. Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang
lingkup pekerjaan perawat hiperkes meliputi, kecuali…
a. Health promotion / Protection
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection
d. Primary Care
e. Primary Survey
17. Terdapat beberapa aspek yang menjadi ruang lingkup K3 yang harus
diperhatikan oleh suatu instansi dalam pelaksanaan K3, Kecuali …
a. Lingkungan Kerja
b. Prinsip Kerja
c. Alat Kerja
d. Bahan Kerja
e. Metode kerja
18. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi ...
a. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b. Organisasi kerja dan desain tempat kerja
c. Efisiensi kerja
d. Pengendalian lingkungan kerja
e. Pelaksanaan pelaporan
19. Berdasarkan ILO/WHO Committee 1995 yang bukan termasuk tenaga
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja adalah…
a. Dokter Pemeriksa
b. Dokter perusahaan
c. Perawat perusahaan
d. Paramedic perusahaan
e. Satpam
20. Ruang lingkup atau fungsi pokok pelayanan kesehatan kerja yang
komprehensif meliput enam area …
a. Promotif
b. Preventif
c. Promotive dan preventif
d. Kuratif
e. Rehabilitatif
21. Aturan pemerintah tentang keselamatan kerja di muat dalam Undang –
Undang nomor ...
a. Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970
b. Pasal 3 Ayat 2 UU No. 1 Tahun 1970
c. Pasal 2 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1972
d. Pasal 2 Ayat 2 UU No. 1 Tahun 1971
e. Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1972
22. Berikut ini manfaat K3 bagi perawat adalah ...
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
c. Kepuasan pasien dan pengunjung
d. Meningkatkan citra Rumah Sakit
e. Mutu layanan yang baik
23. Berikut ini merupakan fungsi K3 dalam keperawatan kecuali ...
a. Sebagai pedoman melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya risiko
dan bahaya
b. Memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik dan dapat digunakan
secara aman dan efisien.
c. Pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para pekerja di
lingkungan kerja.
d. Melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
sehingga kinerjanya dapat meningkat.
e. Memantau sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar
tanpa adanya hambatan.
24. Peranan ahli kesehatan kerja pada etika kesehatan dan keselamatan kerja
sangat berperan penting. Maka dari itu fokus utama dari etika profesi
kesehatan kerjanya adalah ...
a. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
b. Tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan kerja yang lebih
mengutamakan pihak yang lebih menderita
c. Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
d. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
e. melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
sehingga kinerjanya dapat meningkat.