Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM PROFESI NERS

 Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat


ini telah menunjukkan perbaikan dan
peningkatan secara bertahap dari tahun ke
tahun.
 Saat ini petugas kesehatan seperti dokter dan
perawat dituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanannya serta menentukan strategi
terbaik dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
 Tujuan tidak dapat dicapai hanya dengan
menjalankan tugas sesuai peran masing-masing
petugas atau profesi kesehatan saja, namun
diperlukan kerja sama antar petugas atau profesi
kesehatan terutama perawat dan dokter.
 Salah satu cara dalam bekerja sama adalah dengan
kolaborasi antar profesi. Perilaku kolaborasi antar
perawat dan dokter telah terbentuk sebagai suatu
proses komunikasi antara perawat dan dokter
selama melakukan perawatan pasien (Bankston,
2005).
 Menurut American Nurses Association (2002)
disebutkan bahwa salah satu fokus dari Nursing’s
Agenda for the Future adalah mengembangkan
lingkungan praktik keperawatan yang mendukung
pembuatan keputusan berdasarkan kolaborasi.

 Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh


Academy Health (2004) 2 dari 300 Registered Nurse
(RNs) yang diteliti menyimpulkan bahwa kolaborasi
antara dokter dan perawat dapat meningkatkan
pelayanan pada pasien, menurunkan biaya rumah sakit
yang ditanggung pasien, meningkatkan kepuasan baik
petugas kesehatan maupun pasien, dan kualitas
perawatan.
 Menurut Depkes RI (2004) Instalasi Gawat Darurat
(IGD) merupakan salah satu pintu kontak pasien
dengan rumah sakit yang pertama dan merupakan
suatu unit di rumah sakit yang dikhususkan untuk
melayani pasien gawat darurat yang memerlukan
pelayanan medik yang cepat, tepat, bermutu,
terjangkau, bersifat segera, dan pasien bisa datang
kapan saja, serta merupakan karakteristik yang dapat
dibedakan dengan unit-unit pelayanan lain yang ada
di rumah sakit.
 IGD merupakan instalasi yang dituntut adanya
kolaborasi yang baik antara dokter dan perawat,
kondisi tersebut dikarenakan dokter dan perawat
merupakan pemberi pelayanan kesehatan pertama
yang menangani pasien gawat darurat.
 Kolaborasi antar profesi antara dokter dan perawat
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dapat
diwujudkan melalui diskusi tentang diagnosis,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi dan masing-masing bertanggungjawab
pada pekerjaannya (Basuki dan Endang, 2008).

 Dokter dan perawat yang menangani pasien gawat


darurat diharapkan mampu memberikan pertolongan
pertama dengan respon yang cepat dan tepat terhadap
kondisi pasien saat pertama kali datang atau masuk
IGD dan siap siaga terhadap semua perubahan yang
terjadi pada pasien
 Penerapan kolaborasi antar perawat dan dokter di
Indonesia masih memiliki banyak kendala, sehingga
mengakibatkan pelayanan kesehatan yang kurang
maksimal. Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan
dari berbagai profesi merupakan kunci penting dalam
meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien (Butscher, 2012).

 Fakta yang terjadi saat ini adalah sulit sekali untuk


menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut ke dalam
sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin
kerjasama yang efektif seperti kurangnya keterampilan
komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya
diskusi bersama profesi lain dalam menentukan keputusan
klinis pasien.
 Terdapat beberapa faktor yang menjadi
penghambat pelaksanaan kolaborasi antara
perawat dan dokter antara lain: 1) komunikasi;
2) tingkat pendidikan yang rendah; 3)
kurangnya kepercayaan masyarakat dan
dokter terhadap perawat.
 Sedangkan faktor pendukung terlaksananya
kolaborasi adalah 4 :1) tingkat pendidikan
yang memadai; 2) pengakuan profesionalisme;
3) keterampilan perawat; 4) lama bekerja dan;
5) penghasilan
Ahyamuddin (2004).
 Komunikasi merupakan faktor penting yang
harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
melakukan kolaborasi.
 Menurut Arford (2005) komunikasi merupakan
salah satu bentuk perilaku kolaborasi, ketika
salah satu perilaku kolaborasi ini tidak berjalan
secara optimal maka pelayanan kesehatan
dapat terganggu.
 Faktanya masih banyak kendala yang dihadapi
antar tenaga kesehatan untuk melakukan
komunikasi yang efektif.
 Komunikasi adalah proses interpersonal yang
melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari
informasi dan ide. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah proses dimana perawat yang
menggunakan pendekatan terencana mempelajari
klien. proses memfokuskan pada klien namun
direncanakan dan dipimpin oleh seorang
profesional. (Potter & Perry, 2009).
 Stuart,G.W., & Laraia, 2005 mengatakan bahwa
dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat
dan klien menjadi penting dalam mengeksplorasi
kebutuhan klien.
EMOSI PERAN &
HUBUNGAN

NILAI
Johnson (1981) 3 syarat ;
1. Kita harus mengusahakan agar pesan-pesan
yang kita kirimkan mudah dipahami
2. Pengirim harus memiliki kredibilitas di mata
penerima
3. Kita harus berusaha mendapatkan umpan
balik secara optimal ttg pengaruh pesan
terhadap diri penerima
W. Schramm :“The condition of success in
communication”
 Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga
menarik perhatian komunikan
 Pesan harus menggunakan lambang yang tertuju
kepada pengalaman yang sama antara
komunikator dan komunikan
 Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi
komunikan dan menyarankan beberapa cara
untuk memenuhinya
 Pesan harus menyarankan suatu jalan
memperoleh kebutuhan tsb
 Mendengarkan
 Bertingkah laku asertif
 Menyelesaikan konflik
 Membaca situasi
 Melakukan persuasi
 Nada suara
 Volume suara
 Kecepatan suara
 Kejelasan pengucapan kata-kata
 Pemilihan kata
 Bahasa dan logat
 Kontak mata
 Anggukan dan gelengan kepala
 Eskpresi wajah
 Menghadap pada pembicara
 Isyarat antusias, tidak bosan, dan tidak cemas
 Tidak melakukan hal lain
 Menggurangi gangguan dari luar
 Gunakan umpan balik
 Saluran komunikasi yang banyak
 Mengenali siapa penerima pesan
 Komunikasi tatap muka
 Menyadari dampak bahasa tubuh
 Menanggapi isi pembicaraan
 Sopan dan wajar
 Menghormati semua orang
 Mengendalikan emosi
BAGAIMANA DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN
PROFESI LAIN KHUSUSNYA PADA TATANAN PELAYANAN DI RS ??
 Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa
kelompok adalah dua atau lebih individu yang
berbagi kebutuhan dan tujuan berama,
melibatkan satu sama lain ke dalam tindakan
yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu
padu serta memisahkan diri dari pihak lain
demi kebaikan interaksi yang mereka lakukan.
 Kelompok hadir untuk membantu manusia
mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai
dengan kemampuan individu.
 Komunikasi yang berlangsung antar anggota
kelompok dikenal dengan dinamika kelompok.
Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh
sejumlah variabel dan faktor yang saling terkait.

 Setiap anggota kelompok akan memberikan


pengaruh pada dinamika kelompok, didasarkan
pada motivasi mereka dalam berpartisipasi,
kesamaan mereka dengan anggota kelompok yang
lain, kedewasaan anggota kelompok dalam
mengespresikan perasaan mereka dan tujuan
kelompok tersebut.
 Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak
ragam kelompok, dari dua hingga organisasi profesional
yang besar. Sebagai partisipan kelompok, perawat mungkin
diharuskan menjalani peran yang berbeda baik menjadi
anggota atau pemimpin, pemberi saran atau penerima saran
sesuai dengan kapasitasnya.

 Tipe kelompok layanan kesehatan yang umum meliputi


kelompok kerja, kelompok penyuluhan, kelompok
swabantu, kelompok terapi, dan kelompok pendukung
sosial terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok
bergantung pada gaya kepemimpinan, tanggung jawab
anggota, tanggung jawab kepemimpinan, dan identifikasi
tugas dalam fase grup berbeda
 Perawat menjalankan peran yang
membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang
membentuk hubungan perawat klien juga
dapat diterapkan dalam hubungan sejawat,
yang berfokus pada pembentukan lingkungan
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan
klinis. Komunikasi ini berfokus pada
pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi,
kepemimpinan, dan manajemen.
 Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi,
pemecahan masalah kelompok, pemberian
tinjauan performa, dan penulisan laporan.
 Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim
kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan
terapeutik untuk membangun kepercayaan
dan meperkuat hubungan.
 Semua orang memilki kebutuhan akan
penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi,
kekuatan dan kontrol, serta perhatian.
 Perawat membutuhkan persahabatan,
dukungan, bimbingan, dan dorongan dari
pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat
stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan
komunikasi yang baik dengan klien, sejawat
dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).
 Jumlah Percakapan
 Kecepatan serta tempo interaksi
 Keintiman
 Kerjasama dan kompetisi
 Tugas, topik dan prosedur
 Nada emosi
 Dominan
(Argyle, dlm Cooper 1982)
 Memberi Cap (Labeling)
memberikan cap atau melakukan generalisasi atas pribadi
individu lain berdasarkan sikap / tingkah laku yg diamatinya
 Menyalahkan orang lain (Blame placing)
keberhasilan kerja tim karena tg jawab bersama, jika timbul
kesalahan karena kelalaian bersama tidak saling menyalahkan
 Hanya ada dua pilihan (Dichotomizing)
cenderung menggolongkan penilaian menjadi dua katagori yg
bertentangan, tidak mengenal kompromi
 Failure to specify behaviour
harapan orang lain berubah perilakunya namun tidak jelas cara
penyampaian perilaku mana yang ingin diperbaikinya….. Dapat
menimbulkan konflik
 Agar efektif sebagai profesional keperawatan,
itu tidak cukup untuk sangat berkomitmen
untuk klien. Pada akhirnya, iklim tempat kerja
akan memiliki efek pada hubungan yang
terjadi antara perawat dan klien secara pribadi.
 Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia
layanan kesehatan adalah salah satu faktor
yang paling umum.
 Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan
kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari
perawatan klien.
 Keberhasilan kelompok bergantung pada
hubungan baik diantara tim, terutama
pemimpin tim dengan anggota tim yang lain.
 Untuk mendorong terjadinya komunikasi,
pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip
komunikasi (WHO, 1999 )

Anda mungkin juga menyukai