Anda di halaman 1dari 9

Nama : Vira Ayunika Dewi

Nim : P2.06.20.5.19.038

Prodi : Profesi Ners

Mata Kuliah : Komunikasi Keperawatan

Dosen : Bapak Dudi Hartono, NERS., M.Kep

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KONDISI KHUSUS


PADA PASIEN IGD
1. Fase Pra Interaksi

Suatu hari seorang pria berumur 37 tahun mengalami kecelakan sepeda motor dan mengalami
patah tulang dibagian betis. Oleh kerabatnya dibawa kerumah sakit untuk segera diberi tindakan
medis.
Setelah keluarga dari pasien sudah menyelesaikan administrasi perawat datang ke ruang unit
gawat darurat dan setelah dokter melakukan penanganan segera pada ektremitas bagian bawah
yang fraktur perawat melakukan pemeriksaan ulang pada pasien

2. Fase Orientasi

 Memberikan Salam
Perawat : “Assalamualaikum Wr.Wb pak?”
Pasien : “Walaikumsalam wr.wb”
 Memperkenalkan Diri Perawat
“ Bapak permisi Nama Saya Vira Ayunika Dewi, saya senang di panggil perawat Vira
atau boleh suster Vira. Bapak saya perawat yang bertugas di ruangan IGD. Saya dinas
pagi dari pukul 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang nanti. Bapak kalau ada apa-apa bisa
panggil saya di ruang perawat.
 Menanyakan Nama Pasien/Klien, Menyepakati kontrak/pertemuan dan Mengevaluasi
Kondisi Pasien
Perawat : “ Maaf pak sebelumnya, disini saya akan menanyakan data pasien, tidak lama
pak cuma 5-10 menit. Apakah bapa bersedia?”
Pasien : “Ya Bersedia sus.”
Perawat : “Baiklah, Nama bapak siapa?”
Pasien : “ Bapak Andika”
Perawat : “biasanya dipanggil bapak apa?”
Pasien : “pak dika aja sus.”
Perawat : “baiklah pak dika,bagaimana kondisi pagi ini? Apa ada yang dikeluhkan?”
Pasien : “saya merasa nyeri pada bagiann kaki saya yang patah.”
Perawat : “selain itu ada keluhan lain?”
Pasien : “ Tidak ada sus.”
Perawat :“Baiklah pak, kalau tidak ada lagi saya permisi, kalau ada apa-apa boleh panggil
saya di ruang perawat “

3. Fase Kerja
Suster      : “Baik bapak, saya akan memeriksa keadaan bapak tindakan ini memerlukan
waktu 10-15 menit, yang mana saya akan memeriksa tekanan darah bapak,suhu badan
bapak,sama denyutan nadi bapak, apakah bapak bersedia?”
Pasien      : “Iya sus bersedia”
Suster  : “oke, bapak dika lebih nyaman di periksa posisi berbaring atau posisi duduk
pak?”
Pasien  : “Duduk aja suster (suster pun menaikkan sandaran pada bapak dika)
Suster  : “Baik, bapak maaf ya pak (perawat memeriksa tekanan darah,suhu
tubuh,detakan jantung pasien)”
Suster   : “Alhamdulillah pemeriksaan nya udah selesai bapak.” (perawat mengembalikan
posisi pasien bapak dika dengan posisi berbaring)
Pasien   : “Terimakasih sus”
Suster     : Iya bapak, sekarang saya akan menyebutkan hasil pemeriksaannya bapak, dan
hasilnya Alhamdulillah normal pak.”
Tekanan darah           : 120/80 mmHg
Suhu tubuh                : 36 C
Denyut nadi               : 70x permenit
Pasien : “Alhamdulillah terimakasi suster”
Suster   : “sama-sama bapak, dengan senang hati ini sudah menjadi kewajiban dan tugas
kami bapak sebagai perawat.”
Pasien  :” iya suster”
Perawat :” Iya, karena bapak disini baru datang, saya disini akan mengorientasikan pada
bapak dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan ini. Tujuannya
untuk menjaga kenyamanan bapak. Apa bapak bersedia?”
Perawat : “sebelumnya, saya akan membaca peraturan untuk ruangan ini terlebih dahulu,
pertama mengenai jam kunjung,di rumah sakit ini, jam kunjung dibatasi, karna untuk
menjaga kenyamanan klien. Jam kunjung pagi dari jam 09.00-11.00, jam kunjung sore
dari jam 14.00-17.00, pengunjung yang boleh masuk maksimal 2orang, jadi apabila ada
kerabat atau keluarga bapak yang berkunjung lebih dari 2orang, telah disediakan ruang
tunggu didepan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum dilanjutkan ada yang
ingin ditanyakan?”
Pasien    : “nggak ada sus.”
Perawat :“baiklah kalau begitu, kita lanjut ya pak. Selanjutnya saya akan
mengorientasikan lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. tempat tidur ini bisa
dinaikkan bagian atas dan bawahnya, ini ada pemutarnya yang sebelah kanan untuk
menaikkan bagian kaki dan yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. disebelah kanan
tempat tidur ada lemari kecil,disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti
untuk bapak dan ibu, dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi,jadi nanti bapak bisa
mandi atau buang air disana, diatas tempat tidur ada bell,jika bapak membutuhkan
sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan menekan bell. Oya buk, diruangan ini
juga tidak diperkrnankan merokok, dan mohon bantuannya untuk menjaga kebersihan
ruangan ini untuk kenyamanan bersama ya pak.”

4. Fase Terminasi

Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”


Pasien    : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”
Perawat: “baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu
bapak bisa menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana hijau tepat
di atas kepala bapak.”
Pasien: “iya sus”
Perawat :” bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk
memeriksa keadaan bapak.”
Pasien    : “iya sus”
Perawat : “saya permisi dulu pak, sekali lagi kalau ada yang dibutuhkan bapak bisa
menghubungi kami di ruang perawat.”
Pasien    : “iya sus, terimakasih”
Perawat : “Iya sama-sama pak”

 Pengertian komunikasi terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan
perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal
mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111)
karena :
a. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
b. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan
intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan
ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
c. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak
mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan

a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)


1. Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2. Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas
intervensi.
3. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4. Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5. Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang
diharapkan bisa realistik.
6. Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang
sesuai.
7. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang
dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
1. Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
2. Sesi perencanaan tim kesehatan.
3. Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
4. Membuat rujukan.
c. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
1. Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
2. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3. Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
d. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Memulai interaksi dangan pasien.
3. Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4. Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
kebutuhannya.
5. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
e. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Komunikasi Gawat darurat

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat
darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak
orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat
dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau
cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat

a. Klien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas,  Luka Tusuk dada/perut dengan shock
dan sesak,  hipotensi / shock.

b. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).

c. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.

d. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.

e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan
label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

f. Pasien Meninggal

Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)

SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah
sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.

a. Fase Pra Rumah Sakit

Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang
melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan.  Pada umunya yang pertma yang
menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang
awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan
penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu
dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran korban dengan
menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan
lanjut ke rumah sakit. Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat
ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi
menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan
pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan pendarahan, kemudian
melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk
pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.

b. Fase Pelayanan Rumah Sakit


Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn
yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi yang
dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang
cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti cairan yang
keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.

c. Fase Pelayanan Antar Rumah Sakit ( Rujukan )

Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan
petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu dengan
rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan
penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan sehinga
dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban sebut. 
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit
tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan, kemudian
rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu
pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama


antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
dalam perawatan (Purwanto, 1994). Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat
menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat
darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang
fatal.

Teknik komunikasi pada gawat darurat

1. Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien
selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan
ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam
mengungkapkan  perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien
berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap
penerimaan sebaiknya  perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.

3. Mengulang Pernyataan Klien

Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.

4.  Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk


meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan
dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.

5. Menyampaikan Hasil Pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus  pada permasalahan yang sedang dibicarakan.

Prinsip Komunikasi Gawat Darurat

Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap :

a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya,  dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
Fase Fase Dalam Komunikasi Gawat Darurat

Fase komunikasi terapeutik terdiri dari 4 fase, yaitu


1.  Fase Pra-Interaksi

Fase pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat


mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat
untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.

Pra-interaksi :

a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.


b. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
d. Rencanakan pertemuan pertama.

2. Fase Orientasi

Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien atau
pasien dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat diagnosa keperawatan. Fase
orientasi terdiri dari:
a. Pengenalan
b. Persetujuan Komunikasi
c. Program Orientasi yang meliputi :
1. Penentuan batas hubungan
2. Pengidentifikasian masalah
3. Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
4. Mengkaji apa yang diharapkan

3. Fase Kerja

Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan yang dibuat pada
tahap orientasi, perawat juga membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatan kemandirian
dan tanggungjawab diri sendiri.

4. Fase Terminasi

Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan. Dan juga berfungsi untuk mengantisipasi masalah
yang akan timbul. Pada tahap ini interaksi akan diakhiri.

Anda mungkin juga menyukai