A. MIKTURASI/BAK
1. Pasien Laki-laki :
a. Membantu dalam pemberian Urinal
b. Pemasangan Condom Catheter
c. Kateterisasi Uretra (Straight & Indwelling @ Continuous Bladder
Drainage/CBD).
2. Pasien Perempuan
a. Membantu dalam pemberian Pispot/Bedpan
b. Kateterisasi Uretra
B. DEFEKASI/BAB
1. Membantu dalam pemberian Pispot/Bedpan & Commode
2. Rectal Suppositoria
3. Enema/Huknah/Klisma :
a. High Enema
b. Low Enema
4. Faeces Manual
C. TOILET TRAINING
1. Bladder Training
2. Bowel training
Tujuan penggunaan :
1. Menampung urine untuk pengambilan spesimen atau untuk mengukur
output pasien (Intake output @ I/O Chart).
2. Untuk meransang eliminasi normal & independent.
3. Untuk menjaga integritas kulit pasien (supaya pasien tidak mengotori
tempat tidur).
Indikasi :
i. Pasien yang kurang mampu berjalan tetapi masih mempunyai refleks PU
& BO yang normal, cth : Lansia yang tidak mampu berjalan ke toilet.
ii. Pasien yang plegia/pareses tapi refleksnya tidak mengalami gangguan.
iii. Pasien yang sedang dalam perawatan/immobilisasi, cth: Traksi, Plaster Of
Parish (POP), transfusi darah, dll.
iv. Pasien dengan total bedrest @ CRIB (Complete Rest In Bed),
cth : pasien dengan penyakit jantung, dll.
A. URINAL
Digunakan oleh :
♂ : Untuk BAB
♀ : Untuk BAK & BAB
Jenis-jenis Bedpan/Pispot :
Definisi :
Condom catheter adalah drainase urine eksternal yang mudah dan aman
digunakan untuk mengalirkan urine pada pasien laki-laki.
Indikasi :
a) Pasien inkontinen atau koma yang masih mempunyai kemampuan untuk
mengosongkan bladder secara spontan dan komplit.
b) Pasien yang sedang menerima perawatan atau pengobatan, exp : Diuretik,
untuk mengurangkan berjalan ke toilet dan juga memudahkan pengukuran
I/O Chart.
c) Pasien yang sadar tapi perlu perawatan Total Bedrest/CRIB,
exp : Pasien dengan penyakit jantung, dll.
Keuntungannya :
Kurang resiko infeksi terutama bila diselingi dengan perawatan perineal
yang adekuat.
Persiapan alat :
Kondom kateter
Strip elastik/Velcro
Urine bag
Disposible glove
Penile/perineum care set
Handuk, waslap, selimut mandi
No Intervensi Rasional
Sebelum
Semasa Prosedur
Komplikasi pemasangan :
a. Iritasi pada gland penis.
b. Infeksi Saluran kemih terutama jika Hygiene kurang.
Definisi :
Adalah sejenis obat yang dimasukkan ke dalam rektum melalui anus.
Persiapan alat :
Obat rectal Supp.
Disposible Glove
Water Soluble Lubricant (exp: Vaseline)
Gauze
Pispot/Commote
Selimut mandi & perlak (Disposible underpad)
Kertas toilet
Baskom, waslap, handuk, sabun dan air.
No Intervensi Rasionalisasi
Sebelum Prosedur
Semasa Prosedur
6 Buka kemasan obat dan lubrikasi supp. Untuk memudahkan insersi dan
dan jari yang akan dimasukkan ke dalam mencegah trauma
anus.
Selepas Prosedur
Definisi :
Enema adalah memasukkan larutan ke dalam rektumdan colon.
Tujuan/Indikasi Enema :
1. Pasien yang mengalami obstipasi berat (Impact stool)
Sebagai laxative (Memecahkan impact fecal sehingga memudahkan
pengeluarannya).
Meransang paristaltik usus.
2. Sebelum pembedahan (Elective Surgery) terutama bila dilakukan dengan
General Anaesthesia (GA)
Cth : Laparatomi
3. Sebelum pelaksanaan prosedur Diagnostic test terutama yang dilakukan
pada area abdomen (colon)
Cth : Colonoscopy, Sigmoidescopy dan Protoscopy.
4. Sebelum menjalankan X-Ray khas
Cth : Barium Enema, BNO/IVP, KUB X-Ray, dll.
5. Sebelum Partus yaitu pada Kala I (Enema Glycerin)
6. Untuk medikasi lokal atau sistemik
Cth : Enema Antibiotik & Enema karminative.
2. Carminative Enema
Untuk mengeluarkan gas/flatus pada kasus Flatulence.
Akan mengembangkan rektum/colon yang juga meransang paristaltik
Untuk dewasa dimasukkan 60 – 80 ml
Sekarang sudah ada dalam bentuk obat oral, yaitu : Mist Carminative
30 ml (untuk dosis dewasa)
4. Return-Flow Enema
Biasanya digunakan untuk mengeluarkan Flatus
Mengalirkan cairan 100 – 200 ml ke dalam rektum dan sigmoid yang
langsung dikeluarkan (in & out) untuk meransang paristaltik.
Proses ini diulang 5 – 6 kali sampai flatus dikeluarkan dan distensi
abdomen berkurang.
Disposible Glove
Pelicin Larut Air (Vaselin)
Perlak @ Disposible Underpad
Selimut mandi
Kertas Toilet
Pispot @ Commode
Termometer air
Baskom, waslap, handuk dan sabun
No Intervensi Rasional
1 Persiapan pasien
a. Jelaskan prosedur pada klien dan rasa Mengurangkan cemas dan agar
tidak nyaman yang akan dialami selama mendapatkan kerja sama
prosedur. pasien
c. Posisikan klien
Untuk dewasa: Supaya cairan mengalir
Huknah Tinggi : Lateral kanan @ mengikut gravitasi dan juga
Sim’s dengan lutut kanan flexi. memudahkan visualisasi pada
Huknah rendah : Lateral Kiri/Sim’s anus.
Untuk Anak-anak atau klien dengan
kontrol spinter anus yang kurang:
Dorsal recumbent dan diberi pispot
dibawah bokongnya.
2 Siapkan Peralatan
a. Lubrikasi ± 5 cm pada Rectal tube Memudahkan insersi dan
kurangkan trauma pada
mukosa rektum.
c. Jika tertahan pada spinter anal interna, Untuk relaxkan otot spincter
arahkan pasien untuk bernafas dalam dan mengurangkan trauma.
dan alirkan sedikit cairan melalui tube.
Persiapan Alat :
Botol larutan disposible dengan ujung bulat*
Disposible Glove
Pelicin Larut Air (Vaselin)
Perlak @ Disposible Underpad
Selimut mandi
Kertas Toilet
Pispot @ Commode
Baskom, waslap, handuk dan sabun
No Intervensi Rasional
Sebelum Prosedur
1 Jelaskan prosedur pada klien Untuk mengurangkan anxietas
dan untuk mendapatkan
kerjasama pasien
5 Selimuti tubuh dan extremitas bawah klien, Untuk menjaga privasi klien.
expose bagian yang akan dilakukan prosedur
seperlunya saja
6 Cuci tangan dan gunakan disposible glove Untuk mengurangkan M/O dan
mencegah kontaminasi pada
tangan perawat.
Semasa Prosedur
8 Dengan tangan non-dominan, regangkan Untuk merilexkan otot spincter
bokong bagian atas dan cari letak anus. anus agar memudahkan insersi
Arahkan klien untuk menarik nafas dan selang rektal.
menghembusnya perlahan-lahan melalui
mulut.
Selepas Prosedur
12 Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi Untuk mendapatkan hasil yang
adalah normal. Minta klien untuk menahan maximal.
larutan selama mungkin dengan berbaring di
tempat tidur (untuk bayi dan anak kecil,
dengan perlahan pegang kedua sisi bokong
selama beberapa menit)
14 Bantu pasien ke toilet atau bantu posisikan Untuk memberi posisi yang
dengan pispot @ commode. nyaman untuk BAB.
* Biasanya jarang diberikan pada bayi dan anak-anak karena komposisi larutannya dari
sabun (Hypertonic solution)
Definisi:
Impaksi fekal adalah suatu keadaan dimana faeces menjadi keras sehingga
tidak bisa dikeluarkan secara volunter melalui kanal anus.
Ini rentan terjadi terutama pada :
klien lansia akibat penurunan frekwensi metabolik, penurunan tingkat
aktivitas, ketidakadekuatan diet dan kecenderungan untuk menggunakan
laxative dan enema berlebihan secara rutin untuk meningkatkan evakuasi
faeces (Riwayat lengkap yang berkaitan dengan faktor-faktor ini harus
ditemukan).
Klien dengan imobilisasi, yang tidak mampu melakukan ambulasi secara
teratur dan yang gagal mempertahankan keseimbangan diet atau asupan
cairan.
Digital Disimpaction adalah tindakan memasukkan jari perawat ke dalam
rektum pasien untuk menghancurkan massa faeces dan mengeluarkannya dalam
bentuk yang telah hancur. Prosedur ini digunakan bila massa faeces terlalu besar
untuk keluar secara volunter dan pemberian enema tidak berhasil.
Tujuan:
Membuang secara manual faeces keras yang menghambat passage
evakuasi normal pada bagian bawah kolon.
Menghilangkan nyeri dan ketidak nyamanan
Merangsang paristaltik normal
Mencegah cedera rektal dan anal
No Intervensi Rasionalisasi
Sebelum prosedur
1 Cuci tangan medikal. Mengurangi transmisi MO
3 Kaji TTV pasien terutama nadi dan Sebagai data dasar untuk
tekanan darah. menentukan perubahan selama
prosedur.
Semasa prosedur
9 Secara merata lumasi 2 jari tangan pada Mencegah trauma anus dan
tangan dominan. rektum.
Setelah Prosedur
18 Buang glove yang kotor dan tukar yang Mencegah transmisi MO.
baru, kosongkan pispot dan bantu pasien Disimpaksi dapat meransang
ke toilet atau menggunakan pispot refleks defekasi.
bersih.
A. TOILET TRAINING
Definisi :
Adalah program regulasi BAK yang menggunakan teknik distraksi/
pengalihan dan relaksasi, jadi klien secara sadar akan mampu menahan
keinginan urgen untuk PU.
Tujuan :
1. Memperbaiki dan meningkatkan pola BAK klien yang normal.
2. Mengembalikan fungsi normal Bladder
a. Meningkatkan kemampuan kapasitas bladder melalui penundaan PU
dan peningkatan interval waktu antara PU.
b. Distensi Bladder secara bertahap dengan penyesuaian pengambilan
cairan.
3. Mengajarkan pasien bagaimana cara mengembalikan kontrol terhadap
urgency dan penundaan PU.
Indikasi :
Program ini dilakukan pada klien dengan Urinary Incontinence spesifik
pada Stress, Urgen dan Mixed Incontinence.
2. Bladder Training
Dimana klien menunda/menghambat sensasi urgency & PU menurut
jadwal yang telah ditentukan, hal ini lebih baik daripada PU saat ada
sensasi urgen.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang secara bertahap interval antara
PU; memperbaiki kebiasaan frekuensi PU; untuk menstabilkan otot
detrusor bladder dan untuk mengurangkan urgensi.
Penundaan PU menyebabkan volume PU yang lebih besar dan interval
yang lebih lama antara PU. Pada awal program, tunda PU selama 5 mnt
lalu tingkatkan secara bertahap.
Biasanya jadwal interval PU dimulai setiap 2 – 3 jam (kecuali semasa
tidur/malam hari setiap 4 jam) kemudian ditingkatkan setiap 4 – 6 jam.
3. Habit Training
Merujuk kepada waktu PU dan jadwal toileting.
Menjaga klien tetap kering dengan PU pada interval waktu yang reguler.
Kekurangan habit training adalah tidak ada usaha yang memotivasi klien
untuk menunda PU jika ungency terjadi. Jadi sebaiknya habit training ini
dilakukan jika program bladder training telah komplit dapat dilakukan oleh
pasien.
5. Positive Reinforcement
Ini termasuk dukungan dari perawat, keluarga dan orang terdekat
pasien dan juga ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
keberhasilan pelaksanaan program bladder training.
a) Tentukan pola BAK klien melalui pengkajian sejarah eliminasi klien dan
galakkan klien untuk PU pada saat-sat itu atau tentukan jadwal yang teratur
dan bantu klien untuk melaksanakannya sesuai jadwal baik itu klien rasa urgen
atau tidak.
b) Dorong pasien untuk menghambat sensasi pada awal urgency dirasakan.
Arahkan klien untuk melakukan teknik relaksasi pernafasan sampai urgency
berkurang atau hilang.
c) Juka klien sudah bisa mengontrol PU-nya sesuai jadwal, perpanjang interval
antara secara bertahap tapi tanpa kehilangan kemampuan untuk menahan
(continence).
d) Atur pengambilan cairan khususnya pada malam hari untuk menolong klien
mengurangkan kebutuhan untuk PU saat tidur.
e) Siang hari (jam 0600 – 1800), galakkan pengambilan cairan setengah jam
sebelum jadwal PU.
f) Hindari mengkonsumsi berlebihan: jus citrus, minuman berkarbonat (terutama
yang mengandung pemanis buatan), alkohol dan minuman yang mengndung
kafein, karena dapat mengiritasi bladder yang menjadi penyebab ketidak-
stabilan otot detrusor, meningkatkan resiko inkontinensia.
g) Jadwalkan obat/bahan makanan yang mengandung diuretik dipagi hari (kalau
ada/perlu).
Definisi :
Adalah program yang bertujuan untuk menolong klien mengembalikan
pola defekasi normal.
Indikasi dilakukan pada Pasien dengan :
Bowel Incontinence
Frequent Constipation
Frequent Fecal Impaction
5. Pembersihan usus
- Membebaskan kolon dari impaksi fekal dengan cara : manual disimpaksi,
enema atau laxative.
- Setelah impaksi faeces diatasi program Bowel Training dimulai dan
laxative/enema tidak diberikan lagi kecuali :
1. Pasien mengalami impaksi atau obstipasi lagi.
2. Untuk keperluan pemeriksaan diagnostik atau pembedahan.
3. Ada rekomendasi berdasarkan evaluasi dimana laxative/enema
dianggap program terbaik untuk pasien.
3. Waktu/Jadwal BAB
Menjadwalkan waktu BAB yang teratur sebagaimana pola eliminasi
sebelum sakit. Ini harus disesuaikan dengan waktu sekolah/bekerja,
biasanya setiap pagi.
Stimulasi untuk merespon kolon/reflex gastro kolon biasanya dilakukan ±
30 mnt sebelum BAB, contohnya pemberian minuman/jus orange hangat.
Tawarkan pasien pispot/commote/ke toilet diwaktu yang sama setiap hari.
Berikan masa yang cukup bagi pasien di toilet (5 – 25 mnt).
6. Privasi
Privasi dapat menimbulkan perasaan relaxasi yang dapat membantu proses
defekasi.
Privasi juga meyakinkan pasien bahwa orang lain tidak dapat mendengar
suara-suara memalukan dan bau busuk saat BAB.
Pasien harus dibantu ke toilet yang tertutup ataupun jika menggunakan
commode atau pispot jaga privasi pasien dengan menutup pintu dan tirai.
7. Posisi
Posisi duduk atau jongkok (squating), efek gravitasi dapat membantu
paristaltik dan pengeluaran faeces.
Elak penggunaan pispot kecuali sangat diperlukan. Untuk posisi
penggunaan pispot, tinggikan kepala tempat tidur, ampu punggung dan
kedua kaki dengan bantal.
Untuk mencegah tekanan exessive dan resiko kerusakan kulit, jangan
pernah membiarkan pasien menngunakan bedpan, commote atau duduk di
toilet lebih dari 25 menit.
Hoeman, Shirley P., 2002, Rehabilitation Nursing 3rd Ed.: Process, Application &
Outcomes. Missouri; Mosby Inc.
Kozier & colleagues, 2000, Fundamental of Nursing 6th Ed.: Concepts, Process &
Practice, USA: Multi Media Edition.
Leahi, Julia M. & Kizilay, Patricia E., 1998, Fundamental of Nursing: A Nursing
Process Approach, Philadelphia: Web Saunders Company.
Lillis, LeMone & Taylor, 1997, Fundamental Of Nursing 3rd Ed., Philadelphia:
Lippincolt.
Potter & Perry, 2000, Buku Saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar Ed. 3,
Jakarta: EGC.