Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN HIV/AIDS

Askep
HIV/AIDS
Pada Remaja
KELOMPOK 4 - RB
DEFINISI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penderita HIV
memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita
AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik
dengan berbagai komplikasinya.
TANDA DAN GEJALA
Tahap 1 : Infeksi HIV Akut Tahap 2 : Clinical Latency
Gejala mirip flu bisa meliputi: Pada tahap ini, virus masih berkembang biak, tetapi pada
• Demam tingkat yang sangat rendah. Orang di tahap ini mungkin
• Panas dingin tidak merasa sakit atau memiliki gejala apa pun. Tahap ini
• Ruam juga disebut infeksi HIV kronis
• Keringat malam
• Nyeri otot
• Sakit tenggorokan
• Kelelahan
• Kelenjar getah bening membengkak
• Sariawan
TANDA DAN GEJALA
Tahap 3 : AIDS

Gejala AIDS bisa meliputi:


• Penurunan berat badan yang cepat
• Demam berulang atau keringat malam yang banyak
• Kelelahan yang ekstrim dan tidak bisa dijelaskan
• Pembengkakan kelenjar getah bening yang berkepanjangan di ketiak, selangkangan, atau leher

• Diare yang berlangsung lebih dari seminggu


• Luka pada mulut, anus, atau alat kelamin
• Radang paru-paru
• Bercak merah, coklat, merah muda, atau keunguan pada atau di bawah kulit atau di dalam mulut, hidung,
atau kelopak mata
ETIOLOGI

Etiologi yang menyebabkan  kelainan imun pada AIDS adalah agen viral yang disebut HIV
dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell
Lymphotropic Virus (retrovirus).

Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein zat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat
dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
FAKTOR RISIKO
▪ Pergaulan remaja yang terlalu bebas
▪ Penggunaan obat-obatan NAPZA melalui IV dengan
jarum suntik yang digunakan berulang kali
▪ Melakukan hubungan melalui anal
▪ Seks apapun (oral, anal, atau vaginal) tanpa kondom
▪ Alkohol dan penggunaan narkoba lainnya (seks lebih
impulsif dan penggunaan kondom lebih kecil
kemungkinannya jika di bawah pengaruh alkohol atau
obat-obatan lain)
▪ Menggunakan tato dan tindik badan dengan jarum atau
instrumen yang terkontaminasi (tidak steril)
MASA INKUBASI
(berlangsung selama 5-7 tahun setelah infeksi)

Tahap Jendela (Window Terjadi setelah infeksi HIV, tes HIV negative karena belum ada anti
Period) (1-6 bulan) body HIV tetapi penderita dapat menularkan HIV kepada orang lain

Tahap Asimptomatik Tidak ada gejala lain


(5-10 tahun)

Tahap Pembesaran Terjadi pembesaran kelenjar limfa yang menetap dibanyak bagian
Kelenjar Limfe tubuh

Selanjutnya terjadi penurunan sel T- 4 dibawah 200/microliter sehingga muncul berbagai macam
penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik ini juga sudah sering
muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi
AIDS apabila sel T-4 didalam darahnya masih diatas 200/microliter
EPIDEMIOLOGI
Word Health Organisation (WHO) memperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak didunia telah terinfeksi
dan setiap hari sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut laporan dari WHO pada akhir tahun 2009, terdapat 33,3 juta
orang hidup dengan HIV dan 1,8 juta orang meninggal karenanya. Laju penularan infeksi pada wanita jauh lebih cepat dari
pada pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% terjadi di Negara berkembang terutama di Asia.

Beberapa Negara yang paling parah terkena antara lain: Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800 ribu penduduknya telah
terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay sudah 50% pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil
sudah terinfeksi virus HIV. Sementara itu Negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV dinegaranya. Tahun
2020 penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 miliar dollar AS. Setiap hari 7500 penduduk dunia
terinfeksi HIV, lebih dari separuh yang ternfeksi rata-rata berusia dibawah 25 tahun.
STADIUM
Stadium I Stadium
Infeksi HIV awal (infeksi akut), terjadi 2-4 minggu setelah
III
Laten klinis (infeksi HIV kronis) berlangsung sekitar 10-
infeksi awal, selain itu bias pula terjadi 1-3 bulan bahkan 6
15 tahun, infeksi dalam tubuh  tetap aktif tapi terlihat
bulan. Virus berkembangbiak dengan cepat dan tidak terkendali
asimtomatik atau hanya gejala ringan, seperti penurunan
pada minggu-minggu awal. Pada fase ini pasien belum
berat badan kurang dari 10% serta infeksi berulang pada
menunjukkan tanda dan gejala klinis.
saluran nafas serta kulit

Stadium Stadium
II IV
HIV dengan gejala penyakit terjadi selama lebih dari 1 bulan. Pada fase
HIV lanjut (AIDS), puncak system imun tubuh melemah
ini pasien sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai
atau rusak total. Masa infeksi HIV stadium ini berlangsung
bermunculan, penderita akan mengalami penurunan berat badan  yang
1-2 tahun dengan kondisi CD4 dibawah 200. Kondisi ini
lebih berat, diare yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang
menandakan HIV berkembang menjadi AIDS
timbul dan mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan
infeksi yang menjalar ke paru-paru
PKDM
PENULARAN HIV/AIDS
Hubungan seks bebas
PADA REMAJA Transfusi darah
HIV dapat menular melalui hubungan seks tanpa Beberapa kasus HIV juga bisa menular akibat transfusi
kondom, baik melalui vagina, anal, maupun seks darah. Ini dikarenakan tidak adanya pemeriksaan
oral. Selain itu seseorang yang suka gonta-ganti kesehatan terlebih dahulu
pasangan seksual juga beresiko terkena HIV
Mengonsumsi obat-obat terlarang
Penggunaan jarum suntik HIV dapat menular dengan mengonsumsi obat-obat
HIV dapat menular melalui jarum suntik yang terlarang, ini dikarenakan orang yang berada di bawah
terkontaminasi darah oleh orang  yang terkena HIV. pengaruh obat-obat tertentu lebih cenderung melakukan
Berbagi memakai jarum suntik atau menggunakan perilaku beresiko, seperti melakukan seks tanpa kondom
jarum suntik bekas membuat seseorang beresiko sangat dengan orang yang terinfeksi dan berbagi obat atau alat
tinggi tertular penyakit HIV suntik dengan orang yang HIV.
PENCEGAHAN HIV/AIDS
A Absen seks atau tidak melakukan
hubungan seks bagi yang belum menikah
(Abstinence) :
B (Be Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks
(tidak berganti-ganti pasangan)
Faithful) :
C (Condom) :
Cegah penularan HIV melalui hubungan
seksual dengan menggunakan kondom

D (No Drug) Dilarang menggunakan narkoba

: Pemberian edukasi dan informasi yang benar


E (Education) mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan

: pengobatannya
STIG DISKRIM
MA
Remaja yang menjadi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa
mendapatkan stigma dari berbagai lingkungan sosial seperti dari
INASI
Remaja yang menjadi orang dengan HIV/AIDS masih sering
mendapat diskriminasi dari orang-orang di lingkungan
keluarga, sekolah, bahkan tenaga medis. Keluarga yang memiliki sekitarnya. Bentuk diskriminasi oleh Keluarga diantaranya
remaja ODHA tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada dikucilkan, tidak diperbolehkan makan bersama, ditinggal
anggota keluarganya yang terinfeksi HIV. Dari segi pendidikan, oleh orang tuanya di panti asuhan atau diserahkan ke
remaja ODHA ada yang pernah terbuka terkait kondisinya tapi neneknya. Selain dari keluarga, diskriminasi dari tetangga
tetap mendapatkan stigma dari lingkungan sekolah tempat ia juga biasa terjadi seperti pengusiran keluarga remaja ODHA
mendaftar. Remaja ODHA biasanya memiliki self stigma seperti dari lingkungannya. Bentuk diskriminasi yang diterima
tidak membuka status karena takut dan malu bila penyakitnya remaja ODHA di sekolah ialah dikucilkan, diejek oleh
diketahui sehingga mereka tidak mau berobat. Stigma dari temannya, tidak boleh bermain dan makan bersama bahkan
tenaga medis terhadap anak remaja ODHA juga biasa terjadi, sampai dengan dikeluarkan dari sekolah.
namun ada pula yang tidak sehingga remaja ODHA mau berobat
sendiri tanpa diantar orang tua ataupun wali
ASUHAN
KEPERAWAT
AN
Pengkajian
Riwayat Penyakit Sekarang :
⮚ Anamnesis • BB dan TB yang tidak naik
• Demam yang berkepanjangan
Data Subjektif :
• Mulut dan faring dijumpai bercak-bercak putih
• Demam dan diare berkepanjangan
• Limphodenophati yang menyeluruh
• Pengetahuan pasien atau keluarga tentang AIDS
• Batuk
• Data nutrisi, intake makan, adanya penurunan berat badan
• Dermatitis
• Keluhan pada sistem respirasi (takipnea, batuk, dispnea,
hipoksia)
Faktor Lingkungan :
• Pergaulan bebas sehingga menyebabkan sering
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : melakukan seks bebas
• Orang tua yang terinfeksi HIV • Tertarik dengan ajakan teman dengan
• Penyalahgunaan zat menggunakan zat berbahaya melalui suntikan
yang tidak steril
Pengkajian
⮚ Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler:
Nadi cepat, tekanan darah meningkat, CHF
Sistem Penginderaan:
Sistem Integumen:
Mata, mulut dan telinga
Variccla, herpes zooster, scabies
Sistem Respirasi:
Sistem Perkemihan:
Bartuk lama dengan atau tanpa
Anuria, proteinuria
sputum, sesak napas, takipnea,
Sistem Endokrin:
hipoksia, nyeri dada
Pembesaran kelenjar parotis, limphadenopathi
Sistem Pencernaan:
Sistem Neuromuskuler:
BB menurun, anoreksia, kesulitan menelan, bercak putih,
Sakit kepala, penurunan kesadaran, sukar kosentrasi,
kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, cadidiasis
kejang-kejang ensephalopati, gangguan psikomotor,
esophagus, cadidiasis mulut, selaput lendir kering,
meningitis, keterlambatan perkembangan, nyeri otot
pembesaran hati, mual, muntah, cotilis akibat diare kronik,
pembesaran limpha
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen jalan nafas: 
Batasan karakteristik: selama ...x24 jam, diharapkan jalan nafas pasien 1. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
1. Suara napas tambahan efektif dengan kriteria hasil: menurun atau tidak ada dan adanya suara napas
2. Perubahan pola napas 1.  Frekuensi pernapasan dengan deviasi ringan tambahan
3. Sputum dalam jumlah berlebihan dari kisaran normal 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 
4. Batuk yang tak efektif 2.  Tidak ada suara napas tambahan 3. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
3.  Batuk tidak ada 4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam
berputar, dan batuk
5. Instruksikan  bagaimana agar bisa batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian pengobatan sebagaimana
mestinya
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan pola napas  Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x Monitor pernafasan:
Batasan karakteristik: 5 menit, diharapkan pola nafas pasien efektif 1. Awasi kecepatan/ kedalam pernafasan. Auskultasi
1. Pola napas abnormal dengan kriteria hasil: bunyi nafas, selidiki adanya sianosis.
2. Dispnea 1. Pasien tidak sesak 2. Observasi TTV
3. Pernapasan  cuping hidung  2. TTV dalam batas normal 3. Kaji penumpukan sekret.
4. Penggunaan otot bantu pernapasan 3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan 4. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
5. Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan
sekret.
7. Berikan oksigen tambahan, jika diperlukan.
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Nyeri kronis Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen nyeri:


Batasan karakteristik: selama ...x24 jam, diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standar dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak Nyeri: Efek yang Mengganggu 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
dapat mengungkapkannya 1. Ketidaknyamanan berkurang memperingan nyeri
2. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan 2. Gangguan penampilan peran tidak ada 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
aktivitas 3. Gangguan pergerakan fisik tidak ada pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Fokus pada diri sendiri 4. Gangguan aktifitas fisik tidak ada 4. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Defisiensi Volume Cairan Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Cairan:


Batasan Karakteristik: selama ...x24 jam, diharapkan volume cairan 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
1. Membran mukosa kering sesuai kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil: (pasien)
2. Haus Keseimbangan Cairan 2. Monitor status hidrasi
3. Kelemahan 1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 3. Monitor cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan
jam tidak terganggu kalori harian
2. Turgor kulit tidak terganggu 4. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
3. Kelembaban membran mukosa tidak dalam pemberian makan dengan baik
terganggu 5. Berikan cairan, dengan tepat.
4. Kehausan tidak ada
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Gangguan Makan 
kebutuhan tubuh selama ...x24 jam, diharapkan nutrisi sesuai 1. Observasi klien selama dan setelah pemberian
Batasan Karakteristik: dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil: makanan untuk meyakinkan bahwa intake/ atau
1. Diare 1. Asupan makanan secara oral asupan makanan yang tercapai dan dipertahankan
2. Kurang minat pada makanan 2. Asupan cairan secara oral 2. Monitor intake/ asupan cairan secara tepat
3. Ketidakmampuan memakan makanan 3. Beri dukungan (misalnya: terapi relaksasi, latihan
4. Kelemahan otot pengunyah desensitisasi, kesempatan untuk membicarakan
perasaan) sembari klien juga berusaha
mengintegrasi perilaku makan yang baru dan
perubahan gaya hidup
4. Kolaborasi asupan kalori harian yang dibutuhkan
dengan ahli gizi
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit:
Tanda dan gejala mayor:  selama ...x24 jam, diharapkan risiko kerusakan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Objektif: integritas kulit bisa teratasi dengan kriteria hasil: 2. Bersihkan perineal dengan air hangat
1. Kerusakan lapisan kulit Integritas kulit dan jaringan: 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
Tanda dan gejala minor: 1. Kerusakan lapisan kulit menurun hipoalergenik pada kulit yang sensitif
Objektif: 2. Nyeri menurun 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
2. Nyeri 3. Kemerahan menurun kering
3. Kemerahan 4. Pigmentasi abnormal menurun 5. Anjurkan menggunakan pelembab
Kondisi klinis terkait: 5. Jaringan parut menurun 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Imunodefisiensi (mis.AIDS) 7. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
8. Anjurkan mandi dan gunakan sabun secukupnya
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen energi:


Tanda dan gejala mayor: selama ...x24 jam, diharapkan aktivitas dapat 1.Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Subjektif: toleran dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
1.Mengeluh lelah Toleransi Aktivitas 2.Monitor kelelahan fisik dan emosional
Tanda dan gejala minor: 1.Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- 3.Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Subjektif: hari meningkat 4.Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
2.Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 2.Keluhan lelah  menurun 5.Anjurkan tirah baring
3.Merasa lemah 3.Perasaan lemah menurun 6.Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
7.Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Resiko cedera Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan cedera:


Faktor risiko: selama ...x24 jam, diharapkan risiko cedera bisa 1. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
Eksternal: teratasi dengan kriteria hasil: lingkungan ruang rawat
1. Terpapar patogen Tingkat Cedera 2. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
Internal: 1. Toleransi aktivitas meningkat dijangkau
2. Disfungsi autoimun 2. Ketegangan otot menurun 3. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah
3. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh 3. Iritabilitas menurun saat digunakan
4. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam
keadaan terkunci
5. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
6. Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik
pribadi atau alarm sensor pada tempat tidur atau
kursi
7. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai