DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
NERS A 2018
REGULER B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) (materi & poster
terlampir)
Hari/Tgl : Selasa, 13 April 2020
Durasi Waktu : 35 menit
Penyaji : Kelompok 6 Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas
Tempat : Sekolah SMA/MA sederajat di Kecamatan Pammana Kabupaten
Wajo
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Peserta yang mengikuti acara penyuluhan mampu memahami tentang narkotika, alkohol,
psikotrpika, dan zat adiktif lainnya.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat menjelaskan:
1. Menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya.
2. Menyebutkan Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.
3. Menyebutkan tanda dan gejala ketergantungan obat.
4. Menyebutkan bahaya penggunaan NAPZA.
5. Menyebutkan cara pencegahan penggunaan NAPZA
6. Upaya penanggulangan NAPZA
B. Sasaran
Sasaran ditujukan pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas 2018
C. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : Ceramah dan diskusi
2. Media : Proyektor, video, poster
D. Setting
2
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji (dapat disesuaikan dengan kondisi
ruangan yang tersedia)
Keterangan :
: Penyuluh
: Moderator (optional)
: Fasilitator
: Observer
: Peserta penyuluhan
3
● tanda dan gejala
ketergantungan obat.
● bahaya penggunaan
NAPZA.
● cara pencegahan penggunaan
NAPZA
● Upaya penanggulangan
NAPZA
2. Tanya Jawab ● Bertanya 5 menit diskusi
Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
3. Evaluasi ● Menjawab 3 menit Metode
Memberikan pertanyaan pertanyaan Teach
kepada minimal 2 audiens Back
tentang:
a. pengertian tentang NAPZA
dan macamnya.
b. Faktor Penyebab
Penyalahgunaan NAPZA.
c. tanda dan gejala
ketergantungan obat.
d. bahaya penggunaan
NAPZA.
e. cara pencegahan
penggunaan NAPZA
f. Upaya penanggulangan
NAPZA
3 Fase Penutup ● Menyimpulkan ● mendengarkan 2 menit
● Salam Penutup menjawab salam
VII. Evaluasi
4
a. Evaluasi Struktural
● Kontrak waktu pertemuan dengan klien dan keluarga jelas
● Penyuluh dan Media dari Tim tersedia lengkap pada hari H pelaksanaan
b. Evaluasi Proses
● Peserta
- 80% peserta penkes mengikuti kegiatan sampai selesai.
- Peserta aktif berdiskusi (min. 2 orang mengajukan pertanyaan)
● Penyuluh
- Mampu memfasilitasi jalannya penyuluhan.
- Mampu menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggungjawab.
c. Evaluasi Hasil
Pada bagian akhir, peserta secara sukarela/ditunjuk mampu menyebutkan ulang hal-hal
berikut ini: (materi lengkap terlampir pada bagian akhir)
● pengertian tentang NAPZA dan macamnya (minimal kepanjangan NAPZA).
● Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA (min 3 faktor).
● tanda dan gejala ketergantungan obat (min 3 ciri).
● bahaya penggunaan NAPZA (min 2 bahaya).
● cara pencegahan penggunaan NAPZA (min 1 cara)
● Upaya penanggulangan NAPZA (min 1)
5
LAMPIRAN MATERI LENGKAP (untuk standar pembuatan media seperti leaflet, poster,
flyer, dll)
6
- Narkotika Golongan II:
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh: morfin,
petidin)
- Narkotika Golongan III:
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I:
1) Morfin, zat ini berkerja langsung pada sistem saraf pusat sebagai penghilang rasa
sakit
2) Heroin, zat ini lebih kuat dari morfin sehingga zat ini sangat mudah menembus
otak
3) ganja, berasal dari tumbuhan, zat yang terkandung dalam ganja ini dapat
membuat si pemakai mengalami euforia (rasa senang berkepanjangan tanpa
sebab)
4) Kokain, ini juga berasal dari tanaman Erythxylon coca. Kokain ini dapat memicu
metabolisme sel menjadi cepat.
5) LSD atau Lysergic Acid/Trips/ Tabs, yaitu jenis narkotika yang trgolong dalam
halusinogen.
6) barbiturat, digunakan sebagai obat tidur
b. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).
7
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
- Psikotropika Golongan I:
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh: ekstasi, shabu, LSD)
- Psikotropika Golongan II:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
- Psikotropika Golongan III:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh: pentobarbital, Flunitrazepam).
- Psikotropika Golongan IV:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,
Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain:
8
1) Ekstasi, merupakan senyaa kimia yang mengakibatkan penggunanya menjadi
sangat aktif saat mengkonsumsinya
2) sabu-sabu, merupakan zat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang
parah seperti gangguan hiperaktivitas kekurangan perhatian atau narkolepsi
3) Nipam, adalah sejenis pil koplo yang digunakan untuk mengurangi ansietas.
4) Demerol, digunakan sebagai penghilang rasa sakit dan nyeri
c. Zat adiktif, merupakan zat yang berbahaya yang diperoleh dari bahan-bahan
alamiah. zat ini digunakan sebagai pengganti kokain dan morfin yang bekerja
menganggu sistem saraf pusat. jenisnya antara lain:
1) Minuman berakohol
Alkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
dalam kebudayaan tertentu, biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
obat dan juga digunakan sebagai zat pengawet. Jika digunakan sebagai campuran
dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam
tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu:
- Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B: kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C: kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.)
2) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain:
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
9
3) Tembakau: Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Nikotin, biasanya dihasilkan secara alami oleh tumbuh-tumbuhan
seperti tembakau dan tomat. Nikotin ini merupakan salah satu racun saraf yang
dapat merusak saraf.
4) Kafein, zat adiktif yang mempengaruhi sistem metabolik dan saraf pusat
10
1. Faktor individu:
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja
dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain:
● Cenderung membrontak dan menolak otoritas
● Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas,
Psikotik, keperibadian dissosial.
● Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
● Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri
negatif (low self-esteem)
● Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
● Mudah murung, pemalu, pendiam
● Mudah merasa bosan dan jenuh
● Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
● Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
● Keinginan untuk mengikuti tren, karena dianggap sebagai lambing keperkasaan dan
kehidupan modern.
● Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
● Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
● Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil
keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
● Kemampuan komunikasi rendah
● Melarikan diri sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan, ketidakmampuan,
kesepian dan kegetiran hidup, malu dan lain-lain)
● Putus sekolah
● Kurang menghayati iman kepercayaannya
2. Faktor Lingkungan:
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar
rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga, terutama faktor
11
orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna
NAPZA antara lain adalah:
a. Lingkungan Keluarga
● Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
● Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
● Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi
● Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
● Orang tua otoriter atau serba melarang
● Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
● Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
● Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
● Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)
● Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
● Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA
b. Lingkungan Sekolah
● Sekolah yang kurang disiplin
● Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
● Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif
● Adanya murid pengguna NAPZA
c. Lingkungan Teman Sebaya
● Berteman dengan penyalahguna
● Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
d. Lingkungan masyarakat/sosial
● Lemahnya penegakan hokum
● Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
3. Faktor NAPZA
a. Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
c. Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, membantu
tidur, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
12
d. Semakin canggihnya teknologi untuk mempermudah transportasi NAPZA
13
C. Menyebutkan tanda dan gejala ketergantungan obat.
Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah istilah klinis/medik-psikiatrik yang menunjukan
ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat pemakaian
psikologik-sosial, yang belum bersifat patologik
1. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara
berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
2. Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi),
apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat
(withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara
“normal”
14
kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan
tak mampu berfungsi secara efektif.
e. Ketergantungan (dependence use): yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila
pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya.
Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif dan
menujukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Pada saat menggunakan NAPZA: jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh
tak acuh), mengantuk, agresif, curiga
b. Bila kelebihan disis (overdosis): nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit
teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
c. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau): mata dan hidung berair, menguap terus
menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang,
kesadaran menurun.
d. Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau
bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
a. Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab.
b. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau
tampat kerja.
c. Sering berpegian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih
dulu
d. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan
anggota keluarga lain dirumah
15
e. Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian
menghilang
f. Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik
keluarga, mencuri, mengomengompas terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan
polisi.
g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan,
pencuriga, tertutup dan penuh rahasia
3. Peralatan yang Digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai
kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada
dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain:
a. Jarum suntik insulin ukuran 1 ml, kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar
mandi,
b. Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya
c. Sedotan minuman dari plastik
d. Gulungan uang kertas, yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain,
e. Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar.
f. Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
g. Botol-botol kecil sebesar jempol, dengan pipa pada dindingnya
16
cara dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui
suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut
freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar
lubang hidung bagian dalam.
d. Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, euphoria (rasa
gembira/senang/nikmat berlebihan), kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya
diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah. Kokain memperkecil pembuluh
darah sehingga mengurangi aliran darah. Jangka panjang akan mengurangi jumlah
dopamin atau reseptor dopamin dalam otak. Penggunaan yang terus menerus
menyebabkan sel otak akan tergantung pada kokain untuk dapat berfungsi normal.
Pengguna kokain yang kronis apabila berhenti akan ketagihan karena tidak dapat
merasakan kenikmatan apa pun. Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental)
Keluar ingus, pusing-pusing dan muntah
2. Shabu (Methamfetamine)
a. Otak sulit berfikir dan konsentrasi.
b. Perilaku menjurus pada kekerasan.
c. Berat badan menyusut, impoten, halusinasi (seolaholah mendengar atau melihat
sesuatu), paranoid (curiga berlebihan).
d. Kerusakan pembuluh darah otak yang dapat berlanjut menjadi stroke (pecahnya
pembuluh darah otak).
3. Ekstasi (Designed Substance)
a. Rasa senang dan euphoria
b. Nafsu makan berkurang
c. Banyak berkeringat dan mual
d. Gerak badan tak terkendali
e. Tekanan darah naik
f. Denyut jantung dan nadi bertambah cepat.
Bila dosis lebih banyak: Halusinasi (Tripping) sebagian menyenangkan, perasaan
melayang, kejang, muntah, panik, mudah tersinggung, melakukan tindak kekerasan yang
tidak masuk akal.
4. Tembakau
17
a. Mengandung nikotin, tar dan carbon monoksida yang berbahaya serta zat lain,
seluruhnya tak kurang dari 4.000 bahan kimia dan sebanyak 43 di antaranya bersifat
karsinogenik.
b. Tembakau merupakan bahan yang paling adiktif dimana ketergantungan tembakau
dapat terjadi setelah seseorang mengisap 3 – 20 batang rokok.
c. Menyebabkan kanker paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung, tekanan
darah tinggi.
d. 2-tetes nikotin murni dapat membunuh orang secara instan.
5. Depresan
a. Jenis narkotika yang menghambat kerja otak dan memperlambat aktivitas tubuh
b. Orang menjadi mengantuk, tenang, rasa nyeri dan stress hilang
c. Menimbulkan toleransi dan ketergantungan
d. Menimbulkan gejala putus zat yaitu rasa nyeri tubuh deman, berkeringat, menggigil.
e. Kematian karena overdosis akibat terhambatnya pernafasan
6. Heroin
a. Ketergantungan
b. Badan kurus, pucat, kurang gizi;
c. Impotensi Infertilitas pada wanita
d. Pemakaian dengan alat suntik dapat menyebabkan HIV/ AIDS, hepatitis B dan C.
e. Sakaw terjadi bila si pecandu putus menggunakan putaw.
7. Benzodiazepin
a. Mengurangi rasa gelisah (Anti-Anxiety)
b. Mempermudah tidur
c. Menggunakan benzodiazepin bersama alkohol sangat berbahaya.
d. Pengguna berat dapat timbul delirium (kekacauan pikiran)
e. Pengaruhi persepsi jarak dan gerakan.
f. Penggunaan dalam waktu lama dapat menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik
dan gejala putus zat (tremor, muntah, insomnia, anxiety, gampang marah, depresi).
8. Alkohol
a. Alkohol menekan kerja otak (depresan). Setelah diminum, alkohol diserap oleh tubuh
dan masuk ke dalam pembuluh darah.
18
b. Nama jalanan alkohol: booze, drink
c. Dapat menyebabkan: mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan, kecelakaan
karena mengendarai dalam keadaan mabuk.
d. Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan pada hati, kelenjar getah
lambung, saraf tepi, otak, gangguan jantung, kanker dan bayi lahir cacat dari ibu
pecandu alkohol.
9. Cannabis (Ganja, Cimeng, marihuana)
a. Menyebabkan ketergantungan.
b. Hilang ingatan sementara.
c. Distorsi waktu dan ruang.
d. Dehidrasi. Euforia / amat menyenangkan.
e. Daya menilai menjadi kehilangan kendali dan keseimbangan
f. Perubahan emosi/perasaan (tertawa terbahak-bahak, kemudian mendadak berubah
menjadi ketakutan. Hal ini karena efek THC di otak.
g. Dengan dosis tinggi, perasaan tidak tenang, ketakutan dan halusinasi
h. Apatis, depresi
i. Kecemasan yang berlebihan, rasa panik
j. Keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk
k. Ganja menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam
waktu lama.
l. Ganja beresiko peningkatan gejala seperti paranoid, berhalusinasi, depresi, dan
ketakutan.
m. Ganja beresiko tinggi terhadap penyakit kanker paru dan bronchitis kronis karena
kadar tar dari ganja 50% lebih tinggi daripada rokok.
10. Psilocybin
a. Halusinasi
b. Mengubah dan menyebabkan distorsi tentang persepsi terhadap lingkungan dan waktu
11. Inhalansia
Pengaruh Jangka Pendek:
a. Lebih berani, rasa malu berkurang.
b. Pusing, mengantuk, gembira.
19
c. Sakit kepala, diare, gejala seperti flu. Hidung berdarah, perih sekitar mulut dan
hidung.
d. Perilaku tidak tenang.
Pengaruh Jangka Panjang: Kerusakan otak dan organ penting lainnya.
Inhalan dalam dosis tinggi menyebabkan:
a. Disorientasi dan tidak sadar
b. Distorsi penglihatan Kematian
20
4. Pengenalan Diri dan Intervensi Dini
Mengenal dengan baik cirri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi untuk menggunakan
Napza merupakan suatu langkah yang bijaksana, baik yang berada dalam taraf coba-coba,
iseng, pemakai tetap maupun yang telah ketinggalan, kemudian segera memberikan
dukungan moril dan penanganan, apabila anak mengalami atau mengghadapi masa krisis
dalam hidupnya. Dalam hal ini kerjasama antara orang tua, guru serta masyarakat sangat
penting jika tidak teratasi segera dirujuk ke tenaga ahli psikolog maupun psikiater.
5. Program Pelatihan Ketrampilan Psikososial
Program latihan ini diterapkan atas dasar teori belajar, yang mengatakan bahwa gangguan
penyalahgunaan Napza merupakan perilaku yang dipelajari individu dalam lingkup
pergaulan sosialnya.Perilaku ini mempunyai maksud dan arti tertentu bagi yang
bersangkutan.Dalam pelatihan ini terdiri dari dua golongan yaitu,pertama Psychological
Inoculation dalam pelatihan ini diputar film yang memperlihatkan bagaimana remaja
mendapatkan tekanan dari pergaulannya, kemudian dalam hal ini dikembangkan sikap
remaja untuk menentang dorongan dan tekanan tersebut.Kedua Personal and Social Skill
training kepada remaja dikembangkan suatu ketrampilan dalam menghadapi problema
hidup umum termasuk merokok dan penyalahgunaan Napza. Ketrampilan ini
mengajarkan kepada remaja agar mampu mengatakan tidak, serta mengembangkan
keberanian dan ketrampilan untuk mengekspresikan kebenaran, sehingga remaja terbebas
dari bujukan atau tekanan kelompoknya.
21
2. Program kementrian sosial, sejak tahun 2004 Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Korban Napza mulai melaksanakan program layanan Rehabilitasi Berbasis
Masyarakat (RBM). Program ini didirikan dan dilaksanakan Provinsi Jawa Barat.
Tujuan utama mendirikan RBM-NAPZA adalah :
a. Mengurangi stigma negatif kepada korban penyalahgunaan NAPZA, keluarganya
maupun stigma terhadap lembaga pelayanan korban penyalahgunaan NAPZA
b. Mengurangi biaya yang dikeluarkan korban penyalahgunaan NAPZA dan
keluarganya, karena lokasi pelayanan ada di masyarakat sendiri
c. Melakukan penjangkauan terhadap korban penyalahgunaan NAPZA dan
keluarganya lebih muda dilakukan, cepat dan murah karena kedekatannya dengan
masyarakat, sehingga proses pertolongan bisa dilakukan semakin efektif dan
efesien
d. Melakukan pemberdayaan bagi korban penyalahgunaan NAPZA untuk dapat ber-
sosialisasi kembali dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
e. Mendorong partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam proses
penanggulangan
3. Membentuk lembaga yang nantinya akan melaksanakan kegiatan penanganan masalah
korban pada bidang terapi, rehabilitasi, bidang perlindugan, advokasi sosisal, dan bidan
pembinaan lanjut (after care).
Berikut faktor - faktor penanggulangan penyalahgunaan narkoba :
a. Faktor Internal
1. Kebijakan pimpinan Polri untuk membentuk Direktorat Narkoba pada tingkat
Markas Besar maupun tingkat Polda telah membuat penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia
2. Dibentuk organ dalam sttruktur organisasi Polri yang secara tegas mengatur tugas
pokok dan tugas-tugas dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba baik secara
pre-emtif, preventif, represif, kuratif, dan rehabilitatif. Tugas pre-emtif dan
preventif lebih diperankan oleh fungsi Intelijen, Binamitra, Samapta dan Dokkes,
tugas represif lebih dipe-rankan oleh fungsi Reserse dan tugas kuratif dan rehabi-
litatif lebih diperankan oleh fungsi Dokkes.
b. Faktor Eksternal
22
1. Adanya Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psiko-tropika dan Undang-
Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika serta Keppres RI No. 17 Tahun
2002 tentang Badan Narkotika Nasional, merupakan payung hukum yang
mengatur penanggulangan penyalahgunaan Narkoba, sehing-ga tidak membuat
aparat penegak hukum menjadi ragu-ragu dalam menjalankan penegakan hukum
khususnya yang berkaitan dengan penyalahgunaan Narkoba.
2. Dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap Polri khu-susnya dalam
memberantas masalah penyalahgunaan Narkoba.
3. Hubungan yang harmonis yang telah terjalin antara instansi terkait, akan
memudahkan dalam melakukan koordinasi, sehingga proses penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba secara holistik dapat berhasil secara optimal.
4. Terbentuk beberapa LSM yang peduli terhadap permasalahan Narkoba seperti
GRANAT, GANAS dan GERAM, yang perwakilan atau cabangnya tersebar
hampir di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dijadikan mitra Polri dalam melaku-kan
upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba melalui kegiatan yang bersifat
pre-emtif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
G. Referensi
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (2013). Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA,
diakses tanggal 1 April 2021, <Pencegahan Penyalahgunaan Napza (bnn.go.id)>
Badan Narkotika Nasional. 2019. Jenis-jenis Narkotika
BNN RI. 2012. Buku Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Dini. Jakarta:
Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN RI
Buku Pedoman Praktis Bagi Petugas Kesehatan (Puskesmas) Mengenai Penyalahgunaan
Narkotika Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA). 2003. Dinkes Prov Jawa
Tengah
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 2006. Pedoman Penyuluhan Masalah Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Depkes RI
Dinas Kesehatan. 2015. Bahaya NAPZA
Heriani, I. (2014). Upaya Penangggulangan Penyalahgunaan Narkoba Secara Komprehensif
(Vol. VI). Jakarta: Al' ADI.
23
Jumain, Muhammad Saud, & Asmawati. (2016). Penanggulangan penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) di kalangan pelajar: Modul (cet. 1.).
Makassar: Unit Penelitian dan Pengabmas Politeknik Kesehatan Makassar.
Sugianto. (2013). Penanggulangan Penyalahgunaan Napza di Provinsi Jawa Barat (Vol.
XVIII). Jakarta Timur: Informasi.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Diakses tanggal
29 Maret 2021
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Diakses tanggal
29 Maret 2021
24