Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN PSIKIATRI

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PENGGUNA NAPZA

oleh :
Melinda Nur P 222310101202
Elshinta Dika M 222310101204
Retri Adinda 222310101205
Rahayu Nugraheni 222310101206

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
OKTOBER, 2022
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
NAPZA merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif. Penggunaan narkotika menyebabkan hilangnya kesadaraan
akibat pengaruhnya terhadap sistem susunan saraf pusat. Narkotika
dikenal juga sebagai obat-obatan anastesi. Akibat lain dari penggunaan
narkotika yaitu hilangnya kesadaran dan ketergantungan. Narkotika
terbagi 3 golongan. Golongan I merupakan narkotika menimbulkan
ketergantungan yang sangat tinggi dan tidak bisa digunakan dalam
terapi sekalipun, sehingga hanya dapat dipelajari untuk ilmu pengetahuan,
salah satu contoh yaitu heroin.Golongan II merupakan narkotika yang
dapat menjadi opsi terakhir dalam pengobatan alternatif, salah satu
contohnya morfin.
Dampak dari penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah
kerusakan fisik, mental, emosional dan juga spiritual. Selain itu,
NAPZA juga mempunyai dampak negative yang sangat luas baik
secara fisik, psikis, ekonomi, sosial budaya, hankam serta berbagai
unsur kehidupan lainnya. Banyaknya dampak yang dialami oleh
penyalahguna NAPZA sehingga diperlukanya program pengobatan bagi
yang sudah mengalami penyalahgunan NAPZA serta antisipasi bagi
yang belum terjerat menggunakan NAPZA, terutama dari usia
remaja/pelajar.
Penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan oleh sebagian besar
remaja dari informan utamanya disebabkan oleh keinginan
mereka yang ingin diakui tersebut. Namun salah satu faktor yang
menyebabkan remaja menyalahgunakan NAPZA adalah akibat pengaruh
dan bujukan teman-temannya yang disertai tekanan dan acaman apabila
mereka tidak mau mengkonsumsi NAPZA. Kami harus bisa paling
tidak menyampaikan pesan-pesan dan anjuran-anjuran pemahaman
dari bahaya mengkonsumsi NAPZA yang kami berikan dapat
dimengerti dan tersampaikan dengan baik.Untuk itu lewat
penyuluhan kali ini kami mengajak segenap pihak untuk memerangi
NAPZA hal itu bertujuan agar tidak ada lagi kaum remaja yang
mengkonsumsi narkoba.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan
mengenai konsep asuhan keperawatan jiwa pada remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai
konsep Asuhan Keperawatan Jiwa pada remaja dengan penyalahgunaan
NAPZA.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan devinisi dari remaha, NAPZA, serta
perilaku penyalahgunaan NAPZA
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Golongan NAPZA
c. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon dari penyalahgunaan
NAPZA
d. Mahasiswa mampu menjelaskan zat adiktif yang disalahgunakan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan efek dan cara penanganan pada
penyalahgunaan napza
f. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya masalah pada
pengguna narkoba
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab terjerumusnya remaja
dalam penyalahgunaan narkoba
h. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak dari penyalahgunaan
narkoba
i. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan yang dapat
diberikan pada pengguna NAPZA
j. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dari penyalahgunaan
NAPZA
k. Mahasiswa mampu menjelaskan pohon masalah dari penyalahgunaan
NAPZA
l. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai masalah-masalah yang
sering timbul pada pengguna NAPZA.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara
sistematis tentang Asuhan Keperawatan pada remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA.

2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan penyalahgunaan NAPZA.
b. Masyarakat dapat mengetahui mengenai zat adiktif, efek samping,
akibat yang dapat ditimbulkan, pencegahan dan penatalaksanaan yang
harus diberikan pada penyalahguna narkoba.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Napza (Narkotika, Psikotropika, dan zat aditif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosial akan terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap Napza. (Alifia, 2019)
Napza adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian
tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan Napza
bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan
bersamaan dengan obat atau Napza lain yang dikonsumsi.

2.1.2 Etiologi Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya Napza
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka Napza
kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk
mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan Napza secara tetap ini menyebabkan
pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan
kerusakan fisik

2.1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala pengguna Napza sebagai berikut :
Gejala yang timbul diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir,
kesadaran menurun, vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan, konjungtiva
merah, nafsu makan bertambah, mulut kering, denyut jantung cepat, panik, curiga,
banyak keringat, mual muntah, halusinasi dan mengantuk. Jika putus zat maka
gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah, berkeringat, denyut jantung cepat,
tremor ditangan, mual muntah, kejang otot, cemas, agresif, halusinasi, delirium,
insomnia, pupil melebar, murung, depresi berat dan ada tindakan bunuh diri.

2.1.4 Jenis Napza Menurut (Sandi, 2016)


1. Sabu : zat metilamfetamin (turunan amfetamin) dimana Namanya meminjam
sebuah nama masakan dari jepang. Sabu berbentuk kristal putih mirip vetsin dan
tidak berbau. Cara penggunaan dibakar dengan menggunakan alumunium foil dan
asapnya dihisap atau biasanya juga dibakar.
2. Ganja : berasal dari tanaman cannabis sativa, sering juga disebut mariyuana,
gele atau cimeng yang mempunyai efek halusinogen.
3. Morfin : turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran getah poppy
(papaver sormary ferum) dengan bahan kimia.
4. Heroin : turunan morfin yang telah mengalami proses kimiawi.
5. Ekstasi : zat sintetik amfetamin yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet.
Ekstasi berarti sukacita yang melimpah, berlebihan, meluap.
6. LSD (lysergic Acid) : jenis narkoba yang berefek halusinogen. Nama lain yang
dikenal dijalanan Acid, Trips, Tabs, kertas.

2.1.5 Tahapan Pengguna Napza Menurut (Imelisa Dkk., 2020)

a. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)

Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau
coba-coba. Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman
beralkohol. Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil
ekstasi

b. Tahap pemakaian sosial

Tahap pemakaian Napza untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara
tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula Napza diperoleh secara
gratis atau dibeli dengan murah.

c. Tahap pemakaian situasional


Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres.
Pemakaian Napza sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai
berusaha memperoleh Napza secara aktif.

d.Tahap habituasi (kebiasaan)

Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering),
disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya
hidup

e. Tahap ketergantungan

Pengguna berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara.


berbohong, menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Pengguna sudah tidak
dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya

2.1.6 Rentan Respon

Rentang Respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan
yang berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkan
oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan


Ketergantungan

Keterangan :

a. Eksperimental
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin
memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba-coba

b. Rekreasional
Menggunakan zat saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya,
yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya
c. Situasional
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara
individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali
penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi
masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik,
stress, frustasi.
d. Penyalahgunaan zat adiktif
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan
secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi
penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungan sosial dan pendidikan
e. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan
sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu
kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis
tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa
digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Terapi Detoksifikasi : Langkah awal dari proses panjang terapi gangguan


penggunaan NAPZA dengan cara yang aman dan efektif. Sesudah terapi
detoksifikasi dapat dilanjutkan dengan terapi rehabilitasi atau terapi rumatan jika
abstinensia tidak dimungkinkan

b. Terapi Rumatan : Terapi jangka panjang minimal 6 bulan bagi klien


ketergantungan opioida dengan menggunakan golongan opioid sintetis agonis
(metadon) atau agonis parsial (buprenorfin) dengan cara oral/sublingual dibawah
pengawasan dokter yang terlatih, dengan merujuk pada pedoman nasional.
c. Terapi Rehabilitasi : Terapi ini adalah mengubah perilaku dan melakukan
pembiasaan agar abstinen dipertahankan
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

b. Diagnose Keperawatan

- Gangguan Persepsi Sensori

Risiko Perilaku
Kekerasan

Effect

Gangguan
Persepsi

core problem

Isolasi Sosial
1) Definisi
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang berlebihan atau terdistrosi.
2) Penyebab
a) Gangguan penglihatan
b) Gangguan pendengaran
c) Gangguan perabaan
d) Penyalahgunaan zat
3) Gejala tanda mayor
a) Subjektif
- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
- Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman,pengecapan
b) Objektif
- Distorsi sensori
- Respon tidak sesuai
- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, mencium sesuatu
4) Gejala tanda minor
a) Subjektif
- Menyatakan kesal
b) Objektif
- Menyendiri
- Melamun
- Melihat ke satu arah
- Bicara sendiri
5) Kondisi klinis terkait
a) Glaucoma
b) Katarak
c) Trauma okuler
d) Trauma pada saraf kranialis II,III,IV dan VI akibat stroke, aneurisma
intracranial, trauma
a. Intervensi
a. Tindakan keperawatan untuk pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi .
Tujuan : pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
3) Mengontrol halusinasi dengan benar minum obat
4) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari

BAB 3. STUDI KASUS / ANALISA KASUS


3.1 Pengkajian

Identitas pasien I: Tn. N berusia 36 tahun, pendidikan SD, pekerjaan kuli


bangunan, alamat Cirebon. Keluhan utama: pasien mengatakan mendengar suara
bisikan seorang wanita yang mengatakan dirinya jelek. Riwayat penyakit sekarang
yaitu: pasien mengatakan mendengar suarasuara seorang wanita yang mengatakan
dilarang untuk istirahat dan menyuruhnya selalu untuk berjalan pasien
mengatakan suara muncul pada saat pasien ingin tidur atau beristirahat dan saat
ingin duduk santai pada malam hari siang hari dan dipagi hari, pasien mengatakan
menutup telinga dan diam karena merasakan ketakutan.
DAFTAR PUSTAKA

Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza? Edisi Tim Editor. Semarang:
ALPRIN.

Imelisa, R., A. S. Roswendi, K. Wisnusakti, dan I. Restika Ayu. 2020.


Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikososial. Tasikmalaya, Jawa Barat: EDU
PUBLISHER.

Sandi, A. S. 2016. Narkoba Dari Tapal Batas Negara. Bandung: Mujahidin


PressBandung.

Anda mungkin juga menyukai