Anda di halaman 1dari 13

MALANG

SATUAN ACARA
PENYULUHAN
(SAP)

Bidang/Mata Kuliah : Keperawatan Medical Bedah 1

Pokok Bahasan : NAPZA

Sub Pokok Bahasan : Dampak dan upaya pencegahan penyalahgunaan

NAPZA Sasaran : Remaja di RW 05 DESA GUYUNG

Hari/ Tanggal : Minggu, 10 Nopember 2019

Waktu : 1 x 20 Menit

Tempat : Rumah Pak RT

Penyuluh : Subiyanto, Siti Nurmiati, Joko Warsito

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhankesehatan tentang NAPZA, remaja dapat mengetahui,


memahami dampak dari penyalahgunaan NAPZA, serta termotivasi untuk menjauhi
NAPZA.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapat penyuluhan ini remaja diharapkan mampu:

1. Menyebutkan pengertian NAPZA.

2. Menyebutkan jenis-jenis NAPZA.

3. Menyebutkan dampak penyalahgunaan NAPZA.


• Menjelaskan tentang
upaya pencegahan
penyalahgunaan
NAPZA.
• Memberikan
kesempatan bertanya
kepada remaja dari

materi yang telah


dijelaskan.

Penutup • Mengevaluasi • Memberikan 2 Menit


kemampuan remaja jawaban sesuai
terhadap materi yang dengan materi yang
telah dijelaskan. telah diberikan
• Memberikan umpan
balik yang positif atas

jawaban remaja
• Menyimpulkan hasil
kegiatan • Menjawab salam

• Mengucapkan salam

C. Evaluasi
Remaja mengerti tentang definisi, jenis narkotika, dampak, dan upaya pencehagan

penyalahguaan narkotika.
D. Sumber Buku
Sumiati, dkk., 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan &
Ketergantungan NAPZA Jakarta: Trans Info Media.
Lampiran Materi
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ZAT ADIKTIF LAINNYA
(NAPZA)

A. Pengertian NAPZA
NAPZA singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat Adikitif lainnya.
NAPZA berupa zat yang bila masuk ke dalam tubuh dan akan mempengaruhi tubuh,
terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan pada fisik, psikis dan
fungsi sosial (Sumiati dkk, 2009).

B. Pengertian Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA secara terus menerus atau
sekali-sekali secara berlebihan dan tidak menurut petunjuk dokter (WHO dalam Sumiati
2009).

C. Jenis-Jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok (Partodiharjo, 2006).
1) Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun bukan sintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan

atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya
toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi.
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi
kedalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, golongan III.
(1) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Gologan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun,
kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya adalah ganja,
heroin, kokain, morfin, opium,dan lain-lain.
(2) Narkotika gologan II adalah narkotika yang memiliki nilai adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan
turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
(3) Narkotika Gologan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein
dan turunannya.
2) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati
gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan.
(1) Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
(2) Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif yang kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
(3) Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
(4) Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, duminol), diazepam, dan lain-lain.
3) Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika
yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol
dan minuman lain yang memabukkan, thinner dan zat-zat lain seperti lem kayu,
penghapus cair aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat

memabukkan.

D. Klasifikasi Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA dapat diklasifikasikan menjadi eksperimental,
rekreasional, situasional, penyalahgunaan, dan ketergantungan (Sumiati dkk, 2009).
1) Experimental user (Eksperimental)
Mereka pada umumnya menggunakan NAPZA tanpa motivasi tertentu
dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu. Pemakaian NAPZA ini hanya
sekali- sekali dengan dosis yang relatif kecil, belum ada ketergantungan fisik
maupun psikologik. Kelompok ini jumlahnya tebanyak.
2) Recreational users / Causal users (Rekreasional)
Mereka sudah lebih sering menggunakan NAPZA, namun pemakaiannya
terbatas hanya pada waktu-waktu pesta atau sewaktu-waktu berekreasi bersama.
Pemakai biasanya memiliki keterikatan yang tinggi dengan kelompoknya.
3) Situasional users / Circumtantional user (Situasional)
Mereka menggunakan NAPZA bila menghadapi situasi yang sulit karena
mereka beranggapan tidak dapat atau tidak sanggup mengatasi masalah tanpa

bantuan NAPZA. Pengguna NAPZA pada golongan ini dapat merupakan suatu
pola tingkah laku tetentu yang mendorong individu untuk lebih sering
mengulangi perbuatannya, sehingga resiko untuk menjadi pecandu lebih besar.
4) Intensified users (Penyalahgunaan)
Mereka sudah menggunakannya secara kronis, paling tidak sehari sekali.
Kelompok ini sudah merasa butuh menggunakan NAPZA untuk mendapatkan
kenikmatan atau untuk melarikan diri dari tekanan atau masalah yang sedang
dihadapi.
5) Compulsive dependence users (Ketergantungan)
Mereka menggunakan secara lebih sering, dengan dosis yang tinggi.
Mereka tidak dapat lagi melepaskan kebiasaannya tanpa menderita gonjangan dan
gangguan psikis dan fisik. Mereka sudah menderita gangguan mental yang berat
dan butuh perawatan khusus.

E. Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Dampak penyalahgunaan Narkoba (Partodiharjo, 2006).
1) Dampak terhadap fisik
Pemakai narkoba dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan menjadi
sakit sebagai akibat langsung adanya narkoba dalam darah. Kerusakan jaringan
pada organ tubuh akan merusak fungsi organ tubuh tersebut sehingga berbagai
penyakit timbul.
2) Dampak terhadap mental dan moral
Semua penderitaan yang dialami akibat penyakit tersebut dapat
menimbulkan perubahan sifat, sikap, dan perilaku. Pemakai narkoba berubah
menjadi tertutup karena malu akan dirinnya, takut mati, atau takut perbuatannya
akan diketahui. Karena menyadari buruknya perbuatan yang ia lakukan, pemakai
narkoba berubah menjadi pemalu, rendah diri, dan sering merasa sebagai
pecundang, tidak berguna, dan sampah masyarakat. Sebagai akibat dari 3 sifat
khas narkoba, pemakai narkoba berubah menjadi orang yang egois, eksklusif,
paranoid (selalu curiga dan bermusuhan), jahat (psikosis), bahkan tidak peduli
terhadap orang lain (asosial).
3) Dampak terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa
(1) Masalah psikologi
Bila seorang anggota keluarga terkena narkoba, berbagai masalah akan
muncul dalam keluarga itu. Mula-mula yang timbul adalah masalah
psikologis, yaitu gangguan keharmonisan rumah tangga.
(2) Masalah ekonomi atau keuangan
Masalah psikologi tadi kemudian meningkat menjadi masalah
ekonomi. Banyak uang terbuang untuk berobat dalam jangka waktu yang
lama. Banyak
uang dan barang yang hilang karena dicuri atau dijual oleh pemakai narkoba
untuk membeli narkoba.
(3) Masalah kekerasan dan kriminalitas
Masalah ekonomi dapat meningkat lagi menjadi munculnya kekerasan

dalam keluarga seperti perkelahian, pemaksaan, penganiayaan, bahkan


pembunuhan sesama anggota keluarga.
4) Penyakit akibat pemakaian Narkoba
Penyakit langsung karena narkoba. Penyakit ini adalah penyakit sebagai
akibat kerusakan organ tubuh karena sel-selnya dirusak oleh narkoba.
(1) Kerusakan pada otak
Kerusakan pada otak akan mengganggu fungsi otak. Bentuknya
tergantung dari sel dan bagian otak yang rusak. Penyakit akibat gangguan
fungsi otak dapat berupa stroke atau cacat mental maupun moral.
(2) Kerusakan pada hati
Narkoba dapat merusak sel hati sehingga menggangu fungsi hati.
Akibatnya dapat menurunkan daya tahan tubuh karena gangguan netralisasi
racun (fungsi detoksifikasi) dan gangguan kekebalan (imunitas). Kerusakan
pada hati juga menyebabkan gangguan metabolisme.
(3) Kerusakan pada ginjal
Narkoba dapat merusak fungsi ginjal sebagai penyaring zat-zat yang
tidak berguna di dalam darah untuk dibuang melalui urin.
(4) Kerusakan pada jantung
Narkoba dapat merusak sel-sel pada jantung atau pembuluh darah
jantung. Dampak yang sering terjadi adalah serangan jantung koroner.
Penyempitan pembuluh darah jantung dapat menyebabkan rusaknya otot
jantung karena kekurangan darah (iskemik) atau infark.
(5) Penyakit infeksi karena cara pemakaian narkoba
Penyakit akibat penyalahgunaan narkoba yang lain adalah penyakit
infeksi berbahaya, seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan sifilis.
F. Karakteristik remaja yang beresiko menyalahgunakan NAPZA
Karakteristik remaja yang beresiko tinggi menyalahgunakan NAPZA adalah :
(Sumiati dkk, 2009)
1) Sangat menuntut kebebasan atau tidak suka peraturan dan tidak menyukai

pekerjaan yang menuntut ketekunan.


2) Mengutamakan nilai-nilai pertemanan yang berlebihan dan solidaritas pada kawan
melewati batas umum.
3) Suka tampil “lebih” dibandingkan dengan kawan-kawannya dan mudah sekali
kacau atau kehilangan kontol.
4) Potensi bertindak agresif, destruktif dan konfrontatif, jika kehendaknya tidak
tercapai, potensial melanggar aturan yang berlaku.
5) Tidak bisa menunggu atau bersabar dan cepat bosan serta merasa tertekan,
murung, dan merasa tidak sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
6) Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko berbahaya
yang berlebihan dan cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
7) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam
pendidikan atau pekerjaan atau lapangan kegiatan lainnya serta adanya rasa
rendah diri.
8) Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung menurun dan kurang
berprestasi dalam kegiatan ekstrakulikuler.
9) Cenderung memiliki gangguan jiwa, seperti : kecemasan, apatis, menarik diri
daam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stress.
10) Putus sekolah pada usia yang sangat dini, perilaku antisosial pada usia dini, seperti:
sering mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya.
11) Mempunyai persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang dekat walaupun
seringkali kenyataannya tidak demikian dan berkawan dengan pemabuk atau
pemakan obat secara berlebihan.
12) Sudah mulai merokok pada usia lebih dini dari pada rata-rata perokok lainnya.
13) Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religious
G. Gejala dan tanda-tanda dini penyalahgunaan NAPZA
Gejala atau tanda-tanda dini penyalahgunaan NAPZA dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu tanda-tanda fisik, tanda-tanda dirumah, dan tanda-tanda di sekolah
(Sumiati dkk, 2009).

1) Tanda-tanda fisik
(1) Kesehatan fisik dan penampilan diri menurun.
(2) Badan kurus, lemas, malas, dan selera makan menurun serta suhu tubuh tidak
beraturan.
(3) Pernafasan lambat dan dangkal, pupil mata mengecil dan kejang otot.
(4) Suka mengeluh mulutnya terasa kering dan pahit serta bibirnya tampak
kehitam-hitaman.
(5) Cara berpakaian sembarangan dan menjadi penggemar baju lengan panjang.
(6) Matanya memerah dan cekung, terkesan ngantuk terus.
(7) Jika kena air timbul rasa sakit, sehingga biasanya malas mandi.
(8) Kesadaran makin lama makin menurun.
2) Tanda-tanda dirumah
(1) Membangkang terhadap teguran orang tua dan jarang ikut kegiatan keluarga.
(2) Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya.
(3) Mulai melupakan tanggung jawab rutinnya dirumah dan tidak mau peduli
akan peraturan keluarga.
(4) Sering pergi ke disko, mall atau pesta, dan pulangnya lewat malam atau
menginap di rumah teman.
(5) Pola tidur berubah, pagi susah dibangunkan, malam suka begadang.
(6) Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang, bila ditanya
sikapnya depensif atau penuh kebencian.
(7) Sering mencuri uang dan barang-barang berharga di rumah serta sering
memaksa keluarga untuk meminta uang dengan berbagai alasan.
(8) Malas mengurus diri, menarik diri atau mengunci diri dikamar dan sering
tersinggung dan mudah marah dan sering berbohong.
(9) Bersikap lebih keras terhadap keluarga dibandingkan sebelumnya.
(10) Sekali-sekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo atau cadel, dan jalan
sempoyongan.
(11) Disekitarnya sering ditemukan barang-barang aneh, seperti : jepitan, plester,
korek api, sendok kecil, obat-obatan, kertas timah. Serta ada bau-bauan yang

tidak biasa dirumah atau ditemukan jarum suntik, namun ia mengatakan


barang-barang itu bukan miliknya.
3) Tanda-tanda di sekolah
(1) Membolos sekolah atau tidak displin dan perhatian terhadap lingkungan tidak
ada.
(2) Sering kelihatan mengantuk di sekolah dan prestasi menurun drastis.
(3) Sering keluar kelas pada waktu jam pelajaran dengan alasan ke kamar kecil
dan terlambat masuk kelas setelah jam istirahat.
(4) Sekali-sekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo atau cadel dan jalan
sempoyongan.
(5) Meninggalkan hobi-hobinya dan mulai sering berkumpul dengan anak yang
tidak beres di sekolah.
(6) Mudah tersinggung dan mudah marah serta sering berbohong.

H. Upaya remaja dalam mencegah penyalahgunaan NAPZA


Upaya-upaya yang dapat dilakukan remaja untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan NAPZA dapat difokuskan pada diri remaja itu sendiri maupun terhadap
lingkungan baik lingkungan di rumah maupun di sekolah (Sumiati dkk, 2009).
1) Upaya-upaya yang dilakukan untuk diri sendiri
(1) Gunakan obat dengan wajar sesuai dengan petunjuk dokter.
(2) Mengerti, menerima dan menghormati diri sendiri sebagaimana mestinya.
(3) Kembangkan potensi yang ada dan libatkan dalam kegiatan positif.
(4) Belajar bergaul dengan orang baik-baik dan pilihlah orang yang dapat
dipercaya untuk berkomunikasi jika ada masalah.
(5) Belajar cara mengatasi permasalahan dan tekanan hidup tanpa menggunakan

NAPZA.
(6) Jika ada masalah yang tidak bisa diatasi sendiri, cari bantuan seorang ahli.
(7) Kembangkan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat sesuai dengan agama
dan kepercayaan.
(8) Belajar untuk mengatakan “tidak” terhadap tawaran teman yang menyuruh

mencoba menggunakan NAPZA.


(9) Hindari kelompok teman yang menyalahgunakan NAPZA.
(10) Cobalah mempraktekkan keputusan untuk mengatakan tidak kepada NAPZA.
(11)Pilihlah kegiatan positif yang dapat menolong dan dapat menyalurkan hobbi,
lebih mandiri, lebih percaya diri dan lebih berprestasi.
2) Upaya-upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sekolah dan rumah
yang bebas NAPZA, adalah:
(1) Membentuk Satuan Tugas (Satgas) sekolah dan forum siswa anti NAPZA
(Forsana) dibawah koordinasi OSIS.
(2) Melaporkan segala bentuk pemikiran, peredaran atau penyalahgunaan
NAPZA kepada pihak sekolah dan orangtua.
(3) Mempelajari bahaya NAPZA dan cara-cara menghindari pengaruh NAPZA
serta menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu teman
memahami dan menghindari penggunaan NAPZA.
(4) Segera mencari pertolongan guru atau orangtua bila mengetahui salah
seorang teman terlibat penyalahgunaan NAPZA.
(5) Mendorong orangtua aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah
dalam rangka penanggulangan masalah NAPZA.
(6) Aktif berpartisipasi dalam Organisasi Sswa Intra Sekolah (OSIS) atau sekedar
mengembangkan gagasan kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA atau program kegiatan lain untuk meningkatkan
ketahanan diri bagi siswa.
(7) Secara sukarela ikut berperan dalam gerakan keamanan dan ketertiban
(kamtib) sekolah.
(8) Menyediakan diri sebagai mentor atau tutor bagi adik kelas untuk setiap

kampanye anti NAPZA.


(9) Berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan guru, kepala sekolah, dan
orangtua siswa pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai