Anda di halaman 1dari 18

BAB I

P E N D A H UL U A N

1.1. Latar Belakang


Bahaya narkoba atau narkotika telah diketahui secara luas. Namun masih,
saja banyak yang doyan menikmati barang laknat itu.
Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(napza) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai narkoba (narkotika dan
bahan atau obat berbahaya) merupakan masalah yang sangat multi kompleks. Karena
itu perlu upaya penanggulangan komprehensif seluruh komponen masyarakat secara
aktif.
Dalam kedokteran dan kesehatan, napza masih bermanfaat bagi pengobatan.
Tapi kadang disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau
standar pengobatan, sehingga akan sangat merugikan.
Penyalahgunaan napza tidak hanya di kota-kota besar, tapi sudah sampai ke
kota-kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial
ekonomi menengah bawah sampai kalangan atas. Dari data yang ada,
penyalahgunaan napza paling banyak berumur antara 15-24 tahun.
Napza adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
memengaruhi tubuh, terutama otak/susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap napza.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya.
Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak
hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan napza.
Mitra muda, tak dapat dipungkiri bahwa narkoba merupakan wabah paling
berbahaya yang menjangkiti manusia di seluruh pelosok bumi. Tidak diragukan lagi,
bahwa kelemahan iman dan ketidakbersimpuhan kepada Allah dalam segala
kesulitan merupakan faktor terpenting yang mengkondusifkan kecanduan narkoba.
Manusia yang taat beragama pasti akan jauh dari neraka narkoba. Tidak
mungkin dia akan mengulurkan tangannya pada narkoba, baik membeli,

1
mengedarkan, maupun menyelundupkannya. Sebab, jalan narkoba adalah jalan setan
dan jalan Allah tidak mungkin bertemu dengan jalan setan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, masalah-masalah yang muncul dapat di
rumuskan sebagai berikut :
1. Banyaknya masyarakat belum mengetahui bahayanya narkoba.
2. Banyaknya masyarakat belum memiliki pemahaman tentang bahaya narkoba.
3. Banyaknya masyarakat belum memiliki konsep hidup sehat.

1.3. Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode secara langsung.
metode ini mengkaji berbagai referensi tentang bahayanya narkoba.

1.4. Tujuan Penulisan


Penulisan karya tulis ini bertujuan :
1. Agar Banyaknya masyarakat dapat mengetahui bahayanya narkoba.
2. Agar Banyaknya masyarakat dapat mengetahui pemahaman tentang bahaya
narkoba.
3. Agar Banyaknya masyarakat memiliki konsep hidup sehat.

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi dalam tiga Bab,
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Dalam Bab ini berisikan : Latar Belakang Penulisan, Rumusan Masalah,
Metode Penulisan KTI, Tujuan Penulisan serta Sistematika Penulisan
Karya Ilmiah.

BAB II Pembahasan
Dalam Bab Pembahasan akan dibahas mengenai Napza dan
pengertiannya serta golongannya, Jenis Narkoba dan Pengertiannya,

2
Bahaya Narkoba bagi Pelajar, Upaya Pencegahan dan Undang-undang
Narkotika.

BAB III PENUTUP


Dalam bab ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dan sedikit
saran-saran dalam menanggulangi Narkoba.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. NAPZA
Napza adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
memengaruhi tubuh, terutama otak/susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap napza.
Dalam perkembangannya, ada beberapa jenis napza yang kemudian
disalahgunakan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, definisi narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan.
Golongan I yakni narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan. Semisal heroin, putauw, kokain, dan ganja.
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat sebagai bahan pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir serta dapat untuk terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan, seperti morfin dan petidin.
Golongan III, narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai ’’potensi
ringan’’ mengakibatkan ketergantungan, contohnya kodein.
Dari berbagai golongan tersebut, yang sering disalahgunakan adalah
narkotika golongan pertama. Seperti opiat yakni morfin, heroin (putauw), petidin,
candu, ganja atau kanabis, marihuana, hasbis, kokain, yaitu serbuk kokain, pasta
kokain, dan daun kokain.
Sementara yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf

4
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Seperti
halnya narkotika, psikotropika juga ada penggolongan berdasar jenisnya.
Golongan I yakni psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
’’potensi amat kuat’’ mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya ekstasi,
sabu, dan LSD.
Golongan II yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
’’potensi kuat’’ mengakibatkan sindroma ketergantungan semisal amfentamin,
metilfenidat atau ritalin.
Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
’’potensi sedang’’ mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya
pentobarbital dan flunitrazepam.
Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
’’potensi ringan’’ mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya diazepam,
bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK,
pil koplo, rohip, dum, dan MG.
Sementara yang dimaksud dengan zat adiktif lainnya yang dimaksud di sini
adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif di luar yang disebut narkotika dan
psikotropika, meliputi minuman beralkohol. Minuman jenis itu mengandung etanol
etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan syarat pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu.
Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam tubuh manusia. Ada tiga golongan
minuman beralkohol yaitu A, B, dan C. Golongan A berkadar etanol 1%-5%,
contohnya bir. Golongan B berkadar etanol 5%-20 %, contohnya berbagai jenis
’’minuman anggur’’. Adapun golongan C mempunyai kadar etanol 20%-45 %,
speerti Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, dan Kamput.
Pada sejumlah kasus, beberapa orang dikatakan mengalami ketergantungan
napza. Ketergantungan pada napza yang dimaksud adalah keadaan di mana telah

5
terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah napza
yang makin bertambah. Apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan
timbul gejala putus zat.
Ada beberapa alasan jika dilihat dari tingkat pemakaian orang mengonsumsi
napza. Pemakaian yang lebih dikarenakan faktor coba-coba, yaitu pemakaian napza
yang tujuannya ingin mencoba, untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Pemakaian sosial atau rekreasi yaitu pemakaian napza dengan tujuan
bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai. Pemakaian situasional yakni
pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan,
kekecewaan, dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan
tersebut.
Kemudian pemakaian penyalahgunaan, yaitu pemakaian sebagai suatu pola
penggunaan yang bersifat patologis atau klinis yang ditandai oleh intoksikasi
sepanjang hari. Dia tak mampu mengurangi atau menghentikan dengan berusaha
berulang kali mengendalikan dan terus menggunakan walaupun sakit fisiknya
kambuh. Terakhir, pemakaian pada tingkat ketergantungan. Pada tingkat ini telah
terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian napza dihentikan atau dikurangi
dosisnya.
Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat (ketergantungan), maka
sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan
kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada
keluarga dan masyarakat.

2.2. Jenis Narkoba dan Bahayanya


Berikut Jenis-jenis Narkoba Dan Apa Saja Bahya-Bahayanya
1. Opium
Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan cara
ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok
atau syisya (rokok ala Timur Tengah). Opium diperoleh dari buah pohon opium
yang belum matang dengan cara menyayatnya hingga mengeluarkan getah putih
yang lengket.

6
Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa segar bugar dan mampu
berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak bertahan lama. Tak lama
kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami gangguan dan berakhir dengan
tidur pulas bahkan koma.
Jika seseorang ketagihan, maka opium akan menjadi bagian dari hidupnya.
Tubuhnya tidak akan mampu lagi menjalankan fungsi-fungsinya tanpa
mengonsumsi opium dalam dosis yang biasanya. Dia akan merasakan sakit yang
luar biasa jika tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya akan menurun drastis.
Otot-otot si pecandu akan layu, ingatannya melemah dan nafsu makannya
menurun. Kedua matanya mengalami sianosis dan berat badannya terus
menyusut.

2. Morphine
Orang yang mengonsumsi morphine akan merasakan keringanan (kegesitan) dan
kebugaran yang berkembang menjadi hasrat kuat untuk terus mengonsumsinya.
Dari sini, dosis pemakaian pun terus ditambah untuk memperoleh ekstase
(kenikmatan) yang sama.
Kecanduan bahan narkotika ini akan menyebabkan pendarahan hidung
(mimisan) dan muntah berulang-ulang. Pecandu juga akan mengalami
kelemahan seluruh tubuh, gangguan memahami sesuatu dan kekeringan mulut.
Penambahan dosis akan menimbulkan frustasi pada pusat pernafasan dan
penurunan tekanan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan koma yang berujung
pada kematian.
3. Heroin
Bahan narkotika ini berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang dihasilkan dari
penyulingan morphine. Menjadi bahan narkotika yang paling mahal harganya,
paling kuat dalam menciptakan ketagihan (ketergantungan) dan paling
berbahaya bagi kesehatan secara umum.
Penikmatnya mula-mula akan merasa segar, ringan dan ceria. Dia akan
mengalami ketagihan seiring dengan konsumsi secara berulang-ulang. Jika
demikian, maka dia akan selalu membutuhkan dosis yang lebih besar untuk
menciptakan ekstase yang sama. Karena itu, dia pun harus megap-megap untuk

7
mendapatkannya, hingga tidak ada lagi keriangan maupun keceriaan.
Keinginannya hanya satu, memperoleh dosis yang lebih banyak untuk
melepaskan diri dari rasa sakit yang tak tertahankan dan pengerasan otot akibat
penghentian pemakaian.
Pecandu heroin lambat laun akan mengalami kelemahan fisik yang cukup parah,
kehilangan nafsu makan, insomnia (tidak bisa tidur) dan terus dihantui mimpi
buruk. Selain itu, para pecandu heroin juga menghadapi sejumlah masalah
seksual, seperti impotensi dan lemah syahwat. Sebuah data statistik
menyebutkan, angka penderita impotensi di kalangan pecandu heroin mencapai
40%.

4. Codeine
Codeine mengandung opium dalam kadar yang sedikit. Senyawa ini digunakan
dalam pembuatan obat batuk dan pereda sakit (nyeri). Perusahaan-perusahaan
farmasi telah bertekad mengurangi penggunaan codeine pada obat batuk dan
obat-obat pereda nyeri. Karena dalam beberapa kasus, meski jarang, codeine
bisa menimbulkan kecanduan.

5. Kokain
Kokain disuling dari tumbuhan koka yang tumbuh dan berkembang di
pegunungan Indis di Amerika Selatan (Latin) sejak 100 tahun silam. Kokain
dikonsumsi dengan cara dihirup, sehingga terserap ke dalam selaput-selaput
lendir hidung kemudian langsung menuju darah. Karena itu, penciuman kokain
berkali-kali bisa menyebabkan pemborokan pada selaput lendir hidung, bahkan
terkadang bisa menyebabkan tembusnya dinding antara kedua cuping hidung.
Problem kecanduan kokain terjadi di Amerika Serikat, karena faktor kedekatan
geografis dengan sumber produksinya. Dengan proses sederhana, yakni
menambahkan alkaline pada krak, maka pengaruh kokain bisa berubah menjadi
sangat aktif. Jika heroin merupakan zat adiktif yang paling banyak menyebabkan
ketagihan fisik, maka kokain merupakan zat adiktif yang paling bayak
menyebabkan ketagihan psikis.

8
Setiap tahun, Amerika Serikat membelanjakan anggaran 30 miliar dollar untuk
kokain dan krak. Tak kurang dari 10 juta warga Amerika mengonsumsi kokain
secara semi-rutin. Pemakaian kokain dalam jangka pendek mendatangkan
perasaan riang-gembira dan segar-bugar. Namun beberapa waktu kemudian
muncul perasaan gelisah dan takut, hingga halusinasi.

6. Amfitamine
Obat ini ditemukan pada tahun 1880. Namun, fakta medis membuktikan bahwa
penggunaannya dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan risiko ketagihan.
Pengguna obat adiktif ini merasakan suatu ekstase dan kegairahan, tidak
mengantuk, dan memperoleh energi besar selama beberapa jam. Namun setelah
itu, ia tampak lesu disertai stres dan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
perasaan kecewa sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak kekerasan
dan kebrutalan.
Kecanduan obat adiktif ini juga menyebabkan degup jantung mengencang dan
ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah seksual. Bahkan dalam beberapa
kasus menimbulkan perilaku seks menyimpang. Termasuk derivasi (turunan)
obat ini adalah obat yang disebut “captagon”. Obat ini banyak dikonsumsi oleh
para siswa selama musim ujian, padahal prosedur penggunaannya sebenarnya
sangat ketat dan hati-hati.

7. Ganja
Ganja memiliki sebutan yang jumlahnya mencapai lebih dari 350 nama, sesuai
dengan kawasan penanaman dan konsumsinya, antara lain; mariyuana, hashish,
dan hemp. Adapun zat terpenting yang terkandung dalam ganja adalah zat
trihidrocaniponal (THC).

2.3. Bahaya Narkoba bagi Pelajar


Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya
usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.

9
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi
ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-
red) adalah sebagai berikut:
• Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
• Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
• Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
• Sering menguap, mengantuk, dan malas,
• Tidak memedulikan kesehatan diri,
• Suka mencuri untuk membeli narkoba.

2.4. Upaya Pencegahan Narkoba


Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah peredaran
narkoba. Cara tersebut antara lain :
• Mengadakan pengawasan yang ketat terhadap barang barang yang masuk.
• Memberikan hukuman yang berat terhadap pengedar dan pemakai narkoba.
• Melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak
secara rutin.
• Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang.
• Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik
anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di
sekitar lingkungan sekolah.
• Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.
• Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan
• keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat.

10
• Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran
keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia
menunjukkan bahwa anak-anak nakal dan brandal pada umumnya adalah berasal
dari keluarga yang berantakan (broken home).
• Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram
• sebagaimana haramnya Babi dan berbuat zina.
• Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah
dan Ibu, di Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan
tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum

2.5. Undang-Undang Narkotika


Pada Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan pada
Pasal 81 ayat 1, barang siapa tanpa hak dan melawan hukum seperti membawa,
mengirim, mengangkut, mentransito narkotika golongan I, akan dipidana penjara
paling lama 15 tahun dan didenda paling banyak Rp 750 juta.
Sementara jika membawa, mengirim, mengangkut, mentransito narkotika
golongan II akan diancam pidana pejara paling lama 10 tahun dan denda paling
banyak Rp 500 juta. Adapun pelanggaran untuk golongan III ancamannya adalah
penjara paling lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp 200 juta.
Semenatara bagi pecandu narkotika dewasa yang sengaja tidak melapor akan
diancam kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak Rp 2 juta. Bagi
pihak keluarga akan dikenai hukuman penjara paling lama tiga bulan atau denda
maksimal Rp 1 juta. Hal itu sebagaimana telah diatur dalam Pasal 88.
Adapun saksi yang tidak benar memberikan keterangan dalam pemeriksaan
seperti yang tertuang dalam Pasal 95, akan dikenakan tindak pidana narkotika di
muka persidangan, dan dipidana penjara masimal 10 tahun dan denda Rp 300 juta.
Sementara UU No 5 Tahun 1997 Pasal 59 tentang Psikotropika menjelaskan
bagi siapa yang menggunakan, memproduksi, mengedarkan psikotropika akan
dipidana dengan penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun, serta
dikenakan denda paling sedikit Rp 150 juta atau paling banyak Rp 750 juta.

11
Bagi yang tidak mempunyai hak, memiliki, menyimpan, dan atau membawa
psikotropika, akan diancam pidana 5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta seperti
yang tertuang dalam Pasal 62.
Menghalang-halangi penderita sindroma ketergantungan untuk menjalani
perawatan atau pengobatan pada fasilitas rehabilitasi (sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37) juga bisa terancam hukuman. Pasal 64 telah mengatur itu dengan ancaman
hukuman penjara setahun dan denda Rp 20 juta.
Bagi yang tidak melapor adanya penyalahgunaan dan atau pemilikan
psikotropika bisa dijerat dengan Pasal 65 dengan ancaman penjara satu tahun dan
denda paling banyak Rp 20 juta. Termasuk bersekongkol atau bersepakat untuk
melakukan, melaksanakan, membantu, menyuruh turut melakukan, menganjurkan,
atau mengorganisasikan suatu tindak pidana (Pasal 71) bisa dikategorikan sebagai
permufakatan jahat dan dihukum 15 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Masyarakat perlu menghindari diri dari penyebaran narkoba
2. Upaya pemerintah memberikan penyuluhan tentang penyebaran narkoba
3. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf
yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk
4. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan
ketentraman umu.
5. Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara
fisik maupun psikologis.

B. Saran
Setelah menguraikan bahaya akan narkoba dan kesimulannya, disni penulis
memberikan sedikit saran
1. Hendaknya masyarakat peduli tentang kesehatan
2. Pemerintah hendaknya segera mencari solusi agar penyebaran narkoba tidak
terjadi lagi
3. Hendaknya Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap
gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba
sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.
Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan
ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Harapan kami agar di negara kita terutama masyarakat umum menyadari
akan bahaya memakai atau mengkonsumsi Narkotika. Oleh karena itu, kita sebagai

13
generasi muda seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih teman bergaul, sebab
jika kita salah pilih teman lebih-lebih yang sudah kita tahu telah menjadi pecandu
hendaknya kita berfikir lebih dulu untuk bersahabat dengan mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Abimayu, Soli dan M. Thayeb Manrihu. 1984. Bimbingan dan Penyuluhan Di


Sekolah. Jakarta : CV. Rajawali.
 Budianto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya, Ganeca Exact : Bandung.
 H.M. Rozy SE, MSc. Cegah Narkoba Dengan Pendidikan Agama.
 http://cplin-1984.blogspot.com/
 http://organisasi.org/akibat-dampak-langsung-dan-tidak-langsung-
penyalahgunaan-narkoba-pada-kehidupan-kesehatan-manusia
 http://www.anneahira.com/narkoba/bahaya-narkoba.htm

15
KARYA TULIS ILMIAH

PEREDARAN NARKOBA DI KALANGAN


MASYARAKAT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

DELTA PUSAKA SILABAN


Kelas : XI IPS-2
Guru Bid. Study : Ibu EL.

SMA SWASTA GBKP KABANJAHE


TA. 2019/2020

16
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “PEREDARAN NARKOBA DI KALANGAN
MASYARAKAT”
Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh tgenaga
pendidik terhadap nilai akademik siswa atau yang lebih khususnya membahas
keberadaan tenaga pendidik terhadap mutu pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama
kepada:
1. Ibu EL, selaku Guru Bahasa Indonesia di Kelas XI IPS-2 SMA Swasta GBKP
Kabanjahe yang telah memberikan tugas ini kepada Penulis.
2. Seluruh teman-teman penulis di kelas XI IPS-2 yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu persatu.
Harapan saya karya ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang pengaruh tenaga pendidik terhadap nilai akademik siswa. Saya
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan selalu memberkati semua kegiatan dan perbuatan kita.

Kabanjahe, Maret 2020


Penulis,

DELTA PUSAKA SILABAN

i
17
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3. Metode Penelitian .................................................................. 2
1.4. Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4


2.1. Napza ..................................................................................... 4
2.2. Jenis Narkoba dan Bahayanya ............................................... 6
2.3. Bahaya Narkoba bagi Pelajar ................................................ 9
2.4. Upaya Pencegahan Narkoba .................................................. 10
2.5. Undang-Undang Narkotika .................................................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................... 13


3.1. Kesimpulan ............................................................................ 13
3.2. Saran ...................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
18

Anda mungkin juga menyukai