DI KALANGAN REMAJA
Disusun Oleh :
NPM : 15005286
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang
berjudul Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja dengan lancar.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke alam yang terang benderang seperti sekarang ini sehingga kita bisa
merasakan nikmat iman dan islam.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada pihak-pihak yang mempunyai
andil dalam proses pembuatan Karya Ilmiah ini atas bantuan dan partisipasinya. Ucapan
terima kasih disampaikan antara lain kepada:
1. Para dosen dan stap tata usaha yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
2. Orang tua tercinta.
3. Sahabat-sahabat tersayang, atas semua masukan dan dukungan yang sangat
membantu.
Walaupun penyusunan karya ilmiah ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya,
namun tentu tak luput dari kekurangan, baik dalam penyusunan maupun isi karya ilmiah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari para
pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga peyusunan karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat umum.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover ............................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
yang baik dan benar yang sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Oleh karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut ke dalam
karya tulis ini, dengan harapan agar remaja saat ini mengerti penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta mengembangkan kemampuan berbahasa mereka
sesuai dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini?
3. Faktor apa sajakah yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dengan ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan penelitian secara umum
a. Mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini.
c. Mengetahui faktor yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
d. Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis
Manfaat secara teoritis adalah untuk memberi pengetahuan tentang bahasa
Indonesia yang baik dan benar sehingga masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari khususnya remaja, sehingga bahasa Indonesia yang baik dan
benar tetap terjaga.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami
gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam
kehidupan manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa
sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat disesuaikan dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi (Craff, 1987: 1).
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, antara lain: sudut
pandang bentuk dan sudut pandang makna (Martinet, 1987). Bentuk bahasa berhubungan
dengan keadaannya dalam mendukung perannya sebagai sarana komunikasi untuk
berbagai kepentingan komunikasi pemakai bahasa, dan hubungannya dengan aspek nilai
dan aspek makna adalah perannya yang terkandung dalam bentuk bahasa yang fungsinya
sebagai alat komunikasi ketiga unsur tersebut secara keseluruhan dimiliki oleh semua
bahasa di dunia.
4
c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda, dan
d. alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
2. Bahasa Negara
C. REMAJA
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai
21 tahun (www.wikipedia.com).
Menurut Hurlock tahun 1992 pada artikel tentang remaja di Wikipedia.com
menyatakan remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari tahun 2004 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah
Darajat tahun 1990 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com, remaja adalah masa
5
peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya,
sehingga sangat rentan untuk dipengaruhi. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan juga orang dewasa yang telah matang.
Hal yang sama diungkapkan oleh Santrock tahun 2003dalam artikel tentang remaja di
Wikipedia.com, bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1). 12 15
tahun; 2). Masa remaja awal, 15 18 tahun; 3). Masa remaja pertengahan, dan 18 21
tahun; 4). Masa remaja akhir.
Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut dapat dikatakan remaja adalah suatu
proses peralihan seorang manusia dari anak-anak menuju kedewasaan dengan usia 12
tahun sampai 22 tahun.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan
siapa dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan
pada masa mendatang (Kiko, 2001).
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki masa adelonsia dimana
pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan siapakah dan apakah dia
ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan, (Masa adelonsiayang
sangat kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan sebagai
suatu kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan dimasa lampau bagi
dirinya sendiri dengan orang lain. Menurut De Levita dalam artikel Study Analisis Di
Balik Perkembangan Psikologi Remaja, aaspek-aspek identifikasi identitas adalah :
1. Identitas sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama walaupun
berubah ketika menjadi tua serta dalam dunia sekitar.
2. Identitas sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan
berubah-ubah.
3. Identitas sebagai "bagai hidupku sendiri" yang berkembang dalam tahap-tahap
terdahulu dan menentukan bagaimana peran sosial itu dapat terwujud.
4. Identitas sebagai suatu yang khas pada tahap adelonsasi yang dapat berubah dan
dipahami setelah setiap adelonsasi.
5. Identitas sebagai pengalaman subjektif.
6
6. Identitas sebagai kesinambungan diri sendiri dengan orang lain.
Proses terjadinya identitas dapat diungkapkan juga secara abstrak. Identitas
adalah suatu proses restrukturisasi segala identifikasi dan pengalaman terdahulu, seluruh
identitas fragmeter baik dan buruk, atau positif negatif diolah dalam perspektif suatu
masa depan yang diartisipasi, manusia merupakan identitasnya, apabila dapat
menggabungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi kehidupan baru yang positif.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Sering kita dengar ungkapan gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Terhadap ungkapan itu timbul banyak reaksi. Pertama, orang mengira bahwa kata
baik dan benar dalam ungkapan itu mengandung arti atau makna yang sama atau identik.
Sebenarnya tidak! Justru ungkapan itu memberikan kesempatan dan hak kepada pemakai
bahasa untuk menggunakan bahasa secara bebas sesuai dengan keinginannya dan
kemampuannya dalam berbahasa.mari kita tinjau arti kedua kata itu.
Berbahasa yang baik ialah berbahasa sesuai dengan lingkungan bahasa itu
digunakan. Dalam hal ini beberapa faktor menjadi penentu. Pertama, orang yang
berbicara; kedua orang yang diajak berbicara; ketiga, situasi pembicaraan apakah situasi
itu formal atau nonforml; keempat, masalah atau topik pembicaraan.
Sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang sesuai dengan kaidahnya,
aturannya, bentuk, strukturnya. Kalau berbahasa Indonesia baku harus seperti bahasa
yang kaidahya tertulis dalam buku-buku tata bahasa. Sebaliknya, jika menggunakan salah
satu dialek. Dialek Jakarta misalnya, harus betul-betul bahasa Jakarta seperti yang
digunakan oleh penduduk asli Jakarta. Itulah yang dimaksud dengan kata benar.
1. Bahasa Indonesia baku
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-
orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang
dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya
sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan.Yang dimaksud dengan kemantapan
dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap
dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri
kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan
proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
a. Komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan
pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
b. Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-
buku ilmu pengetahuan
8
c. Pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.
a. Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam
kaidah tulis menulis yang distandarisasikan yang meliputi pemakaian huruf,
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda
baca.
b. Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti,
kata depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
c. Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang!
Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh:
Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis
serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun,
meskipun, sekalipun.
9
d. Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa
memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta
lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam
tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan tak baku. Ragam
tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis tak baku.
e. Dalam penulisan Singkatan dan Akronim. Singkatan nama orang, nama gelar,
sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana
Hukum ). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. hlm. sda. Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf
awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh:
DPR GBHN KTP PT. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri
Bappenas Iwapi Kowani.
f. Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal sebagai abad
teknologi. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh:
Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di perguruan tinggi
itu.
g. Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik
dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik (), tanda
garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop ().
h. Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.Dalam penulisan ilmiah, selain
harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan
berbagai faktor di luar kebahasaan.Faktor tersebut sangat berpengaruh pada
penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini,
kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang
kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi
pendengar atau pembaca.
10
B. PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah
berbahasa yang tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh
budaya luar, Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri.
Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat
tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan
Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya
sebagai bahasa gaul. Kosa kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam
Bahasa Indonesia. Misalnya gue yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk
mengganti kata saya; loe untuk mengganti kata kamu; nyokap-bokap untuk
mengganti kata ayah-ibu dan muncul kosa kata yang tidak jelas artinya seperti jijay,
lebay, kamseupay dan muncul partikel-partikel seperti -sih dandong.
Didalam masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan
pendapat bahwa para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang hanya
dipakai para pemuda. Remaja yang menggunakan seenaknya dan tidak dapat dipahami
masyarakat umum, atau dapat disebut juga bahasa gaul.
Mulai dari remaja di tinggakat sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas sampai para mahasiswa atau mahasiswi. Sebagian besar dari mereka saat
berkomunikasi telah jauh dari susunan keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun
seperti yang kita ketahui mereka semua berada dalam kalangan akademik yang masih
mendapatkan pendidikan. Tetapi pada kenyataannya bahasa Indonesia yang telah disusun
rapi dengan EYD telah jauh dilupakan.
Menurut Jay Bimo remaja yang kuper atau kurang pergaulan misalnya, si kutu
buku dan si anaak ibu, tidak mengenal bahasa prokem kebanyakan dari mereka masih
alami dalam penggunaan bahsa Indonesia artinya bahasa yang digunakan masih
mengandung unsur-unsur kebahasaan yang baik dan benar. Sebaliknya dengan remaja
yang dikatakan gaul, mereka cenderung kental dengan bahasa prokemnya. Pada
dasarnya penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak
11
ada yang menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan
bahasa Indonesia dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia
dengan benar telah di geser dengan bahasa-bahasa yang tidak dikenal. Dikarenakan
datangnya penduduk luar negeri ke dalam negeri yang membaur bahasa Indonesia dengan
bahasa asing. Ini merupakan tingkatan yang memperihatinkan. Karena seperti yang kita
ketahui mereka lebih bangga dengan bahasa asing, gaul dan prokemnya yang secara
langsung atau tidak langsung merusak bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau untuk
kalangan akademik yang seharusnya bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar tetapi pada kenyataanya mereka justru kental dengan bahasa asingnya, bahasa
daerahnya ban bahasa gaulnya dalam suasanya formal sekalipun.
Itu disebabkan karena pengaruh globalisasi, media masa dan pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia secara langsung atau tidak langsung
telah mempengaruhi bagaimana remaja berkomunikasi. Pengaruh globalisasi membawa
dampak negatif bagi remaja dalam hal kebahasaan yaitu tercermin pada perilaku
masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan
bahasa gaul atau bahasa prokem. Sedangkan dari media masa dan dari pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia membawa dampak berkembangnya
bahasa asing dikalangan remaja yang tidak jelas penggunaanya dan sulit dipahami
masyarakat.
Dari pengaruh tersebut didapatkan tiga bahasa yang digunakan remaja saat ini,
yaitu yang pertama bahasa prokem atau bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan
dikalangan pemuda ataupun remaja yang dalam penggunaan bahasa seenaknya sendiri
sehingga masyarakat tidak dapat memehaminya dalam proses komunikasi. Bahasa gaul
merupakan bahasa yang digunakan dikalangan remaja karena pengaruh arus globalisasi.
Bahasa gaul juga merupakan ragam bahasaIndonesia nonstandar yang lazim digunakan
di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut
sebagai bahasa gaul, bahasa karena pengaruh waktu. Dan yang kedua yaitu bahasa asing,
bahasa asing merupakan bahasayang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah
tempat yang tertentu misalnya, bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang
asing di Australia. bahasa asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan
di tanah air atau negara asal seseorang. Sangat disayangkan bahwa bahasa asing terutama
bahasa Inggris telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan yang tidak dapat
dipungkiri lagi banyak diantara mereka yang menuliskan kosakata asing padahal kosakata
itu telah diindonesiakan. Dan yang ketiga yaitu bahasa daerah yang merupakan warisan
budaya dari daerahnya masing-masing di wilayah Indonesia. Bahasa daerah merupakan
12
identitas dari daerahnya masing-masing. Indonesia kaya akan bahasa daerah, tetapi
seperti yang kita ketahui penggunaannya terkadang tidak sesuai pada waktunya. Remaja
yang derada dalam suasana formal dan lingkungan akedemik seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia dngan baik dan benar tetapi pada kenyataannya mereka masih
membawa bahsanya asalnya atau bahasa daerah.
13
Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di
sekolah saja tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang
tua cenderung tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-
anaknya sejak kecil. Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains atau
pun bahasa Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah.
Ironisnya, kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri.
Memang Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya
mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran
bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara tertulis kita
sering membaca kalimat Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD tetapi secara kasat
mata Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak.
Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan
remaja dewasa, mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa
lebih memilih untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada
Bahasa Indonesia dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan
tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dulu.
Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini
disebabkan karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon
artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang
idola mereka lakukan. Contohnya Laura Syndrome yang gejalanya menirukan gaya
ala Cinta Laura. Jadi jika suatu acara menggunakan bahasa formal, maka acara
tersebut membosankan untuk disimak.
14
kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun
bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa Indonesia masih
bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan bahasa gaul?
Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli
dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa bahasa gaul telah
mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah
kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada
yang menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa
Indonesia dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan
benar telah di geser dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal. Dikarenakan datangnya
penduduk luar negeri ke dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa
asing.
Bahasa yang digunakan remaja pada saat ini diantaranya adalah bahasa prokem
atau bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa indonesia tidak digunakan
sebagaimana mestinya dikarenakan beberapa faktor antara lain faktor dari luar dan faktor
dari dalam. Penggunaan bahasa gaul, asing maupun bahasa daerah dikalangan remaja
menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat para remaja kita
agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah dengan tindakan yang
nyata dari diri sendiri, masyarakan dan pemerintah. Karena itu merupakan elemen penting
untuk perubahan agar remaja, masyarakat dan pemerintah indonesia memiliki rasa bangga
akan bahasanya sendiri. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa, sebagai
identitas bangsa Indonesia dan sebagai lambang kebanggaan nasional.
B. SARAN
Karena remaja merupakan agen perubahan, sudah seharusnya kita sebagai remaja
saat ini menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan
sesuai dengan kaidah yang telah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas
kebanggaan bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan bahasa Indonesia yang baik dan benar :
1. Para remaja dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa indonesia yang baku
sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda
tetap menggunakan tatanan bahasa indonesia yang baku.
16
3. Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan Bahasa
Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.
4. Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda, bahwa Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
5. Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonsia di sekolah dan perguruan tinggi dengan
tugas praktik dialog atau monolog seperti dalam bermain drama, penulisaan artikel
makalah, dan lain sebagainya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18