Anda di halaman 1dari 30

Pengaruh Tradisi “Sangkep Sekaa Teruna Teruni” Dalam

Upaya Mendidik Karakter Pemuda Pemudi di Desa Panjer

Tim Peneliti

I Made Bendesa Wirakusuma (17.200)


I.G.A.A Istri Gita Saraswati Jelantik (17.208)
Ni Putu Indira Rikma Suryani (17.210)
Ni Putu Rika Anggi Fitria (17.221)
Made Wisnu Wardana (17.230)

SMA Negeri 2 Denpasar


Jalan P.B Sudirman Denpasar
Tahun Ajaran 2015/2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini tepat pada waktunya.

Dalam karya tulis ilmiah ini kami membahas mengenai “Pengaruh Tradisi
Sangkep Sekaa Teruna Teruni Dalam Upaya Mendidik Karakter Pemuda Pemudi di
Desa Panjer”. Kami mengangkat tema ini karena ingin tahu mengenai manfaat, ciri
khas dari sangkep dan ingin mengetahui apakah sangkep dapat mendidik karakter
pemuda pemudi di Desa Panjer.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada:

1. Orang Tua yang sudah memberikan izin untuk melakukan penelitian dalam
pembuatan karya tulis.
2. Bapak/Ibu guru yang telah sabar dan dengan kesungguhan hati membimbing
kami untuk dapat menyelesaikan karya tulis ini.
3. Dan akhirnya, kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per
satu yang juga telah memberikan bantuan selama penyelesaian karya tulis.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya. Akhirnya kami berharap
semoga laporan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membaca
nya.

Denpasar, 28 September 2015

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pendidikan Karakter.........................................................................................10
2.2 STT (Sekaa Teruna Teruni)..............................................................................12
2.3 Sangkep.............................................................................................................15
2.4 Trilogi Pendidikan............................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................19
3.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................................19
3.2.1 Populasi dan Sampel................................................................................19
3.2.2 Wawancara..............................................................................................19
3.2.3 Survei.......................................................................................................20
3.3 Metode Pengolahan Data.................................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendidikan Karakter yang Diperoleh dari Sangkep Sekaa Teruna Teruni.......21
4.2 Manfaat Langsung yang Diperoleh dari Sangkep Sekaa Teruna Teruni..........22
4.3 Keunikan dari Sangkep.....................................................................................24
BAB V PENUTUP

3
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................26
5.2 Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27
LAMPIRAN 1..........................................................................................................28
LAMPIRAN 2..........................................................................................................29
LAMPIRAN 3..........................................................................................................30

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pendidikan Karakter Untuk Siswa..........................................................10


Gambar 2.2 Sekaa Teruna Teruni di Banjar...............................................................12
Gambar 2.3 Contoh Sangkep di Banjar.......................................................................15
Gambar 2.4 Pendidikan di Lingkungan Keluarga.......................................................16
Gambar 2.5 Pendidikan di Lingkungan Sekolah.........................................................17
Gambar 2.6 Pendidikan di Lingkungan Masyarakat...................................................18
Gambar 3.1 Wawancara dengan Prof. Dr. Nyoman Budiana, SH., Msi selaku
Narasumber Ahli......................................................................................20

5
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1............................................................................................................28
LAMPIRAN 2............................................................................................................29
LAMPIRAN 3............................................................................................................30
LAMPIRAN 4............................................................................................................31

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak
juga disebut anak-anak. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari
masa awal anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10
hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan
semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga (Anonim,2012a).
Remaja lebih memilih menghabiskan waktu di luar keluarga dan memilih
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Hal ini menyebabkan berubahnya
pola pikir remaja, kebiasaan dan tingkah laku akibat adanya pengaruh dari luar.
Dalam tahap ini, peran pendidikan mutlak diperlukan untuk mengarahkan remaja
pada jalur yang benar. Pendidikan dapat diperoleh di rumah, sekolah maupun
masyarakat. Pendidikan di masyarakat harus tetap dikembangkan untuk
menyempurnakan keberhasilan suatu pendidikan. Salah satu pendidikan di
masyarakat dapat diperoleh melalui banjar (Anonim,2012b).
Banjar merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Banjar adalah
pembagian wilayah administratif di Provinsi Bali, Indonesia di bawah Kelurahan atau
Desa, setingkat dengan Rukun Warga. Banjar umumnya memiliki organisasi

7
kepemudaan yang disebut Sekaaa Teruna - Teruni. Kelompok ini sering mengadakan
kegiatan khas yang disebut Sangkep Teruna - Teruni.
Sangkep adalah rapat banjar atau rapat besar yang melibat anggota banjar.
Sangkep pemuda biasanya membahas tentang kegiatan rutin, membahas suatu
masalah. Aturan sangkep pun berbeda-beda di setiap banjarnya. Ada yang
memperlakukan denda ketika tidak datang, ada membawa sesuatu ketika datang dan
bertukaran dan masih banyak lagi. Sangkep dapat menjadi sarana yang baik untuk
pendidikan di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memiliki ketertarikan untuk
menggali lebih dalam mengenai Sangkep Teruna Teruni dan keterkaitannya sebagai
salah satu sarana pendidikan. Maka, penulis melakukan tindak lanjut dengan
membuat karya tulis ilmiah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pendidikan karakter apa saja yang dapat dipelajari melalui Sangkep Sekaa
Teruna Teruni?
2. Apa saja manfaat langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dirasakan
pemuda-pemudi setelah mengikuti Sangkep Sekaa Teruna Teruni?
3. Apakah keunikan Sangkep dibandingkan rapat organisasi lainnya?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakter yang dapat ditumbuhkan melalui Sangkep Sekaa
Teruna Teruni.
2. Untuk mengetahui langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dirasakan
pemuda-pemudi setelah mengikuti Sangkep Sekaa Teruna Teruni.
3. Untuk mengetahui keunikan sangkep dibandingkan rapat organisasi yang lain.

8
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian kami, yaitu :
1. Manfaat Teoritis : diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang
mengenai pendidikan karakter yang di dapat melalui kegiatan Sangkep Sekaa
Teruna Teruni.
2. Manfaat Praktis : diharapkan dapat memberikan manfaat yang dirasakan
secara langsung dalam kehidupan sehari – hari melalui kegiatan Sangkep
Sekaa Teruna Teruni.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter adalah suatu usaha pengembangan dan mendidik karakter
seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak dan budi pekerti sehingga lebih baik. Pendidikan
karakter sangat penting bagi setiap orang, untuk menjadi orang yang lebih baik.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut (Admin, 2012).
Melalui pendidikan karakter (Gambar 2.1) pun dapat membentuk siswa yang
berkarakter. Pendidikan karakter perlu melibatkan sekolah. Sekolah harus menjadikan
pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di
sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh
tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Namun, tidak hanya sekolah saja yang berperan penting untuk mendidik karakter
siswa. Di sisi lain, pendidikan karakter harus melibatkan semua kepentingan dalam
pendidikan (Nurida, 2012).

Gambar 2.1 Pendidikan Karakter Untuk Siswa


Sumber : http://www.google.com/search?
q=gambar+pendidikan+karakter&tbm=isch&tbo=u&source=
univ&sa=X&ei=KXrbUe

10
Pembentukan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama lingkungan pendidikan
tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Jadi, keluarga sebagai pembentuk dan
pendidik karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian
didukung oleh lingkungan dan sekolah untuk memperkuat proses tersebut (Nurida,
2012).
Pendidikan karakter juga berguna untuk membangun keberadaban bangsa.
Membangun keberadaban bangsa yaitu kearifan dari keanekaragaman nilai serta
budaya kehidupan bermasyarakat.  Pendidikan karakter tidaklah sebatas wacana
namun realitas implementasinya, bukan hanya sekedar hanya kalimat namun tindakan
serta bukan hanya lambang atau slogan, namun keberpihak yang cerdas untuk
membangun keberadaban bangsa indonesia. Jadi, pendidikan karakter untuk
membangun keberadaban bangsa bisa melawati pendidikan dan pendidikan karakter
tidak hanya dibicarakan, tidak sebatas wacana, bukan hanya lambing tapi dilakukan,
ditaati (Nurida, 2012).
“Education is not a preparation of life, but it’s life it self”. Demikian pendapat
John Dewey saat beliau menjelaskan ranah pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan
adalah kehidupan. Pendidikan karakterdinuthkan unutk membangun kehidupan yang
lebih beradab, bukan sebaliknya kihidupan dipenuhi oleh perilaku yang tidak baik
dan tidak beretika. Selanjutnya untuk mencipatakan anak-anak bangsa dapat
mempunyai daya saing yang tinggi untuk hidup damai serta sejajar dengan bangsa-
bangsa lain di sunia yang makin maju serta bermatabat perlu pendidikan yang bisa
menambah seluruh potensi kecerdasan anak-anak bangsa, tidak lupa dilandasi dengan
pendidikan karakternya. Adapun karakter yang harus dimiliki anak-anak bangsa,
diantaranya :
1. Kerja sama
2. Disiplin
3. Taat dan bertanggung jawab
4. Etika yang baik
5. Berbudi pekerti luhur dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Nurida,
2012; Drama, 2013)

11
2.2 STT (Sekaa Teruna Teruni)
STT (Sekaa Teruna Teruni) (Gambar 2.2) adalah salah satu organisasi yang
ada dalam budaya Indonesia tepatnya di Bali. STT (Sekaa Teruna Teruni) masih ada
hingga sekarang. STT (Sekaa Teruna Teruni) berfungsi sebagai wadah dalam
mengembangankan kreatifitas remaja atau pemuda pemudi di Bali. Organisasi STT
(Sekaa Teruna Teruni) merupakan organisasi tradisional yang telah ada pada zaman
dulu yang ditugaskan untuk membantu (ngayah) desa adat jika sedang
menyelenggarakan kegiatan agama dan budaya di desa setempat. Selain itu, STT
(Sekaa Teruna Teruni) diharapkan bisa melestarikan budaya dan tradisi setempat.
Anggota organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) adalah para remaja atau pemuda
pemudi Bali yang berumur 16 tahun (jenjang sekolah setara SMA). Menjadi anggota
didalam organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) merupakan suatu kewajiban bagi
pemuda pemudi Bali, walaupun dia bekerja atau bersekolah diluar negeri. Menjadi
anggota organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) adalah syarat utama untuk menjadi
bagian dalam organisasi Desa Adat, jika tidak maka akan terkena denda atau sanksi
yang telah ditetapkan oleh organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) karena disetiap
STT (Sekaa Teruna Teruni) memiliki peraturan dan sanksi yang berbeda-beda
(Contributor, 2013).

Gambar 2.2 Sekaa Teruna Teruni di Banjar


Sumber : http://www.google.com/search?q=
gambar+sekaa+teruna&oq=gambar+sekaa+teruna&gs_l

12
Adapun visi STT (Sekaa Teruna Teruni) yaitu, menjadi STT (Sekaa Teruna
Teruni) yang kreatif, bertindak positif dan berbudi pekerti yang luhur. Misinya adalah
STT (Sekaa Teruna Teruni) menjadi tulang penggung banjar yang selalu aktif dan
berbuat posititf tentunya menjaga nama baik oranisasi, banjar, dan Bali. Masing-
masing desa memiliki STT (Sekaa Teruna Teruni) lebih dari tiga tergantung jumlah
banjar adat yang ada pada desa tersebut. Adapun tujuan STT (Sekaa Teruna Teruni)
yaitu :
1. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung jawab
sosial setiap generasi muda dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan
mengantisipasi berbagai masalah sosial.
2. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda yang trampil dan
berkepribadian baik serta berpengetahuan.
3. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka
mengembangkan jati diri STT (Sekaa Teruna Teruni) .
4. Termotivasinya setiap generasi muda untuk mampu menjalin toleransi dan
menjadi perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
5. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda dalam rangka mewujudkan taraf
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
6. Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi
muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan
pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu
mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya.
7. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan secara
kompertensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh generasi muda
bersama sesuai Pedoman Dasar STT (Sekaa Teruna Teruni) (Contributor,
2013).

13
Selain memiliki visi, misi dan tujuan, organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni)
juga mempunyai fungsi. Fungsi organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) adalah :
1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial, Penyelenggara Pendidikan dan
Pelatihan bagi masyarakat.
2. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda
dilingkunggannya secara komperhensif, terpadu dan terarah serta
berkesinambungan. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa
kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.
3. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda.
4. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.
6. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
7. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan
dengan berbagai sektor sosial lainnya (Contributor, 2013).
Organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni) juga memiliki tugas pokok secara
bersama-sama dengan pemerintah dan komponen masyarakat untuk
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi
generasi. Sebelum melakukan tugas biasanya organisasi STT (Sekaa Teruna
Teruni) melakukan rapat banjar atau biasa disebut Sangkep (Contributor, 2013).

14
2.3 Sangkep

Sangkep (Gambar 2.3) adalah rapat pertemuan pemuda pemudi banjar untuk
musyawarah. Sangkep memiliki 2 jenis yaitu Sangkep untuk orang tua atau yang
sudah berkeluarga dan Sangkep pemuda atau Sangkep yang diselenggarakan oleh
STT (Sekaa Teruna Teruni) . Sangkep pemuda dihadiri oleh pemuda pemudi Bali
yang sudah terdaftar namanya disuatu organisasi STT (Sekaa Teruna Teruni).

Gambar 2.3 Contoh Sangkep di Banjar


Sumber : http://www.google.com/search?
q=gambar+pendidikan+karakter&tbm=isch&tbo=u&source
=univ&sa=X&ei=KXr

Sangkep sangat bermanfaat di kehidupan sehari-hari. Melalui Sangkep, kita bisa


menambah wawasan kita. Namun, masuk kedalam organisasi STT (Sekaa Teruna
Teruni) harus berumur 15-30 tahun. Jadi, sebelum umur 15 tahun kita belum bisa
mengikuti Sangkep. Peraturan Sangkep di setiap banjar pun berbeda-beda. Ada yang
denda kalau tidak datang, ada yang tidak. Ada yang diakhir dengan makan bersama,
ada yang tidak. Sebelum dimulai, biasa Sangkep diawali dengan panganjali umat atau
berdoa, kemudian sambutan ketua STT (Sekaa Teruna Teruni) , wejangan kelian adat
atau kelian banjar, inti permasalahan, tambahan dari kelian (kalau ada), musyawarah,
kesepakatan, dan yang terakhir parama shanti.

15
2.4 Trilogi Pendidikan
Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yang
terkenal dengan sebutan Trilogi Pendidikan. Trilogi Pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan di lingkungan keliuarga (pendidikan informal)
2. Pendidikan di lingkungan sekolah (pendidikan formal)
3. Pendidikan di lingkungan masyarakat (pendidikan non-formal)
Pendidikan di lingkungan keluarga (Gambar 2.4) merupakan pendidikan
pertama yang diajarkan pada anak. Anak-anak akan berkembang kedewasaan dengan
wajar di dalam keluarga segala sikap dan tingkah laku. Tingkah laku dan sikap orang
tuanya akan selalu diamati oleh anak baik sengaja maupun tidak disengaja. Maka,
keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi yang baik pula diantara para
anggota keluarganya. Dalam keluarga, orang tua berperan penting dalam membina
anaknya, agar anaknya memiliki akhlak dan berkepribadian yang baik (Mhya, 2010).

Gambar 2.4 Pendidikan di Lingkungan Keluarga


Sumber : http://www.google.com/search?
q=pendidikan+di+lingkungankeluarga&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=roLb
UaCdEMSUrgeBz4HYBw&ve=

Orang tua harus bisa memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan
dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, etika, sopan santun, kasih sayng, rasa
amaan, dasar unutk mematuhi peraturan yang ada, dan menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Keluarga juga memiliki peranan untuk mengajarkan nilai-nilai
dan tingkah laku yang sesuai diajarkan disekolah (Noorhamyah, 2008)

16
Pendidikan di lingkungan sekolah (Gambar 2.5). Sekolah adalah tempat anak
menjelajahi samudra pengetahuan teori maupun praktek. Lingkunagn sekolah yang
memiliki peran kedua harus bisa meneruskan, memperbaiki bahkan menambahkan
apa yang telah didapatkan anak di lingkungan pertamanya. Pihak sekolah harus bisa
meninjau bagaimana anaknya berinteraksi dengan teman-temannya yang kemudian
memberikan arahan dan bimbingan sesuai tahapan tumbuh kembang anak
(Noorhamyah, 2008).

Gambar 2.5 Pendidikan di Lingkungan Sekolah


Sumber :
isch&sa=X&ei=roLb

Kata sekolah diambil dari kata Scholae yang berarti menyenangkan. Ini berarti
sekolah harus bisa menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan). Sekolah diharapkan dan diharuskan bukan menjadi tempat
yang menakutkan bagi anak dengan adany tindakan pemaksaan dan hukuman yang
berlebihan, sehingga anak takut bersekolah dan ketinggalan pendidikan. Sekolah
harusnya tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya anak-anak, tempat menulis atau
mendengar bahkan hanya sebagai tempat unutk mengulang hapalan. Sekolah harus
mempunyai nilai lebih apalagi jika tahu ada orang tua yang kurang memperhatikan
anak mereka. Karena orang tua beranggapan bahwa sekolahlah yang mempunyai
tugas dalam hal pendidikan (Noorhamyah, 2008).

17
Pendidikan di lingkungan masyarakat (Gambar 2.5). Lingkungan masyarakat
juga mempunyai saham yang besar dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. UU No.
20 Tahun 2003 pasal 8 tentang Hak dan Kewajiban Masyarakat menyatakan bahwa
“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan” dan dalam pasal 9 menyatakan bahwa “Masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan” (Noorhamyah, 2008).

Gambar 2.6 Pendidikan di Lingkungan Masyarakat


Sumber : http://www.google.com/search?q=
pendidikan+di+lingkungan+masyarakat&oq=pendidikan+di
+lingkungan+masyarakat&gs

Sebagus apapun sistem sebuah pendidikan kalau masyarakatnya tidak ikut


berperan aktif maka bisa dipastikan pendidikan tersebut akan jalan ditempat.
Masyarakat sebagai sistem pendidikan harus memperlihatkan lingkungan yang
memberikan tontonan yang baik, bukan tontonan yang akan merusak tatanan
pendidikan yang sudah diupayakan dengan baik (Noorhamyah, 2008). Walaupun
pendidikan dibagi menjadi tiga lingkungan, tetapi tetap 1 tujuan, yaitu menanamkan
nilai-nilai, etika, moral dan kesadaran terhadap lingkungan ynag semua saling dukung
(Noorhamyah, 2008; Mhya, 2010).

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pengumpulan data dilakukan di rumah ketua, pengurus atau pengarah STT
(Sekaa Teruna Teruni) berbagai banjar di Desa Panjer dari tanggal 18 September – 28
September 2015 serta pengolahan data dilakukan di SMA Negeri 2 Denpasar.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari responden atau sampel. Pada pengumpulan data, teknik yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ketua, pengurus atau
pengarah STT (Sekaa Teruna Teruni) berbagai banjar di Desa Panjer.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang
yang nantinya dijadikan sebagai objek penelitian (Lampiran 1).
3.2.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan ketua, pengurus
ataupengarah STT (Sekaa Teruna Teruni) yang menjadi responden.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang
ketua, pengurus atau pengarah STT (Sekaa Teruna Teruni) yang dijadikan
objek penelitian. Pertanyaan wawancara disusun dalam daftar pertanyaan
sebanyak 10 pertanyaan yang disusun dalam daftar pertanyaan (Lampiran 2).
Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan Bapak Prof. Dr. Nyoman
Budiana, SH., Msi (Gambar 3.1). Bapak Budiana adalah wakil rektor
Universitas Pendidikan Nasional dan menjabat sebagai Bendesa di Desa Adat
Panjer.

19
Gambar 3.1 Wawancara dengan Prof. Dr. Nyoman
Budiana, SH., Msi selaku Narasumber Ahli

Wardana, 2015 (Dokumentasi Pribadi)

3.2.3 Survei
Metode ini digunakan untuk mengetahui pendapat ketua, pengurus
atau pengarah STT (Sekaa Teruna Teruni) tentang sangkep dalam upaya
mendidik karakter pemuda pemudi di Desa Panjer. Penullis melakukan
pengambilan pendapat berdasarkan penilaian oleh 10 orang ketua, pengurus
atau pengarah STT (Sekaa Teruna Teruni) yang sudah ditentukan. Kami
mengambil pendapatnya melalui kuisioner (Lampiran 3).
3.3 Metode Pengolahan Data
Setelah data yang terkumpul secara lengkap dan tersusun secara sistematis,
maka langkah selanjutnya adalah mengolah data. Data dianalisis secara kualitatif
deskriptif dengan menjabarkan jawaban yang diperoleh dari wawancara. Jawaban
disajikan dalam bentuk deskripsi dan kemudian dijelaskan dari deskripsi yang ada.
Data yang diperoleh digunakan untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendidikan Karakter Yang Diperoleh Dari “Sangkep Sekaa


Teruna Teruni.”
Setelah melakukan peneltian dengan metode wawancara dan survei kepada 10
ketua, pengurus atau pengarah STT (Sekaa Teruna Teruni), maka diperoleh hasil
bahwa sangkep dapat berguna sebagai media untuk mendidik karakter pemuda
pemudi di Desa Panjer. Adapun intensitas diadakannya sangkep di setiap banjar
berbeda-beda, namun sebagian besar menyatakan sangkep dilaksankan dengan
intensitas sering.
Dari 10 responden yang kami wawancarai menyatakan bahwa 60% atau 6
orang mengatakan bahwa sangkep sering diadakan. Seringnya sangkep dilaksanakan
diakui karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat dijadikan ajang berkumpul
untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi pada kepengurusan sekaa
teruan-teruni. Namun, ada juga yang menjawab jarang melakukan sangkep. Adapun
alasan jarang diadakannya sangkep karena kesibukkan masing-masing anggota dan
pengurus masing-masing STT (Sekaa Teruna Teruni) di Desa Panjer. Hal ini
dinyatakan oleh 40% dari 10 orang responden yang diwawancarai.
Selain intensitas diadakannya sangkep di berbagai banjar, kami mendapatkan
hasil bahwa kegiatan sangkep dapat meningkatkan berbagai karakter yang baik di
kalangan pemuda. Karakter yang paling dapat ditumbuhkan melalui sangkep adalah
kebersamaan dan musyawarah mencapai mufakat. Melalui kegiatan ini, pemuda
dilatih untuk menyampaikan pendapat secara sopan dan tidak memaksakan
kehendaknya pada rekan lainnya. Pemuda diajak membicarakan dan memecahkan
berbagai persoalan melalui diskusi.

21
4.2 Manfaat Langsung yang Diperoleh dari Sangkep Sekaa Teruna-Teruni
Sangkep juga memiliki manfaat langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dari
wawancara yang kami lakukan dengan 30 orang ketua, pengurus atau pegarah, di
dapat hasil, yaitu:
1. Untuk menambah rasa kebersamaan.
Sangkep dapat menambah rasa kebersamaan karena sangkep bisa merasakan
perasaan orang lain, misalnya salah satu anggotanya terkena musibah, teman-
temannya bisa merasakan hal yang sama juga.
2. Rela berkorban.
Sangkep juga memerlukan rasa rela berkorban. Misalnya, rela berkorbannya
waktu yang ada dan rela berkorban materi jika ada kegiatan yang memerlukan
uang atau penggalian dana.
3. Lebih dekat dengan teman baru.
Sangkep dapat mendidik pemuda pemudi agar mudah dan cepat bergaul
dengan teman baru yang dikenalnya
4. Bisa menambah wawasan.
Melalui sangkep, pemuda pemudi juga bisa menambah wawasan akan
kebudayaan lokal. Jadi pemuda pemudi tidak hanya menambah wawasan
disekolah saja tapi melalui sangkep juga bisa.
5. Keberanian menyampaikan pendapat.
Sangkep dapat dijadikan sebagai media penyaluran aspirasi atau asumsi dari
pemuda pemudi yang berbeda latar belakang sehingga berani menyampaikan
pendapat.
6. Saling menghargai
Melalui sangkep juga bisa saling menghargai seseorang. Misalnya, ada
seseorang menyatakan pendapat yang berbeda, tapi melalui sangkep pendapat
itu harus dihargai.
7. Belajar beradaptasi dengan orang lain
Dengan kegiatan sangkep, pemuda pemudi bisa mudah berinteraksi dengan
orang lain yang berbeda latar belakang.

22
8. Belajar berorganisasi
Selain organisasi disekolah, sangkep juga dapat menumbuh kembangkan
sikap berorganisasi yang baik dan benar di lingkungan masyarakat.
9. Menumbuh kembangkan rasa kemandirian
Kegiatan sangkep ternyata dapat menumbuh kembangkan rasa kemandirian
pada pemuda pemudi baik di lingkungan warga maupun di masyarakat
10. Menumbuhkan kedisiplinan yang tinggi
Selain kedisplinan yang diajarkan di lingkungan keluarga, dalam sangkep
pemuda pemudi dapat belajar disiplin waktu dalam kehidupan sehari-hari.
11. Melakukan sesuatu tidak tergesa-gesa
Sangkep membuat pemuda pemudi belajar melakukan apapun dengan sabar
dan tidak tergesa-gesa. Sehingga apapun yang dilakukan dapat berhasil
dengan baik dan sesuai dengan harapan.
12. Dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sosial
Melalui sangkep pemuda pemudi diajarkan untuk dapat bersosialisasi dengan
lingkungan baru yang ia kenal. Sehingga pemuda pemudi tidak canggung jika
bertemu dengan lingkungan yang berbeda.
13. Untuk mencapai mufakat
Sangkep tidak pernah melakukan voting, sehingga sangkep berbasis
kekeluargaan. Misalnya, jika ada pendapat yang berbeda-beda pemuda
pemudi hanya melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat bukan
melakukan voting dan menerima keputusan dengan lapang dada serta tidak
melakukan kekerasan.
14. Meningkatkan toleransi antar warga
Sangkep dapat meningkatkan toleransi pemuda pemudi dengan lainnya.
Sehingga pemuda pemudi tidak egois dan tidak mementingkan diri sendiri.

23
4.3 Keunikan dari Sangkep
Dari wawancara kami kepada 10 orang ketua, pengurus atau pengarah dan
narasumber ahli Prof. Dr. Nyoman Budiana, SH., Msi kami mendapat keunikkan
sangkep yang membuat sangkep itu berbeda dengan rapat lainnya (rapat dikantor,
rapat dikampus) yaitu :
1. Menggunakan bahasa campuran
Bahasa campuran yang dimaksud adalah menggunakan Bahasa Bali dan
Bahasa Indonesia yang tidak membuat para anggota sangkep tegang dan tidak
canggung. Sangkep tetap menjaga budaya lokal dengan menggunakan Bahasa
Bali, namun untuk menghargai keterbatasan anggota yang tidak terlalu bisa
menggunakan Bahasa Bali, maka sangkep terisi dengan Bahasa Indonesia.
2. Menggunakan pakaian adat
Jika ada sangkep pastilah diberitahu untuk menggunakan pakaian adat.
Menggunakan pakaian adat ini digunakan untuk melestarikan budaya lokal
yang ada.
3. Diatas meja terdapat sesajen berupa canang
Sebelum sangkep biasa sekaa teruna teruni yang ditugaskan dalam
keharmonisan untuk menghaturkan sesajen berupa canang. Salah satunya,
untuk berdoa agar sangkep dilaksanakan dengan lancar tanpa ada halangan
yang tidak diinginkan.
4. Duduk sama rata (tidak membeda-bedakan jabatan atau kedudukan)
Pada sangkep tidak pernah membeda-bedakan kedudukan sosial. Melalui
sangkep semua anggota memiliki kedudukan yang sama rata karena biasanya
semua pemuda pemudi baik pengurus maupun anggota duduk atau bersimpuh
dilantai.
5. Berkonsep kekeluargaan
Sangkep selalu berkonsep kekeluargaan. Sangkep menghindari adanya
kekerasan ketika sedang berbeda pendapat dan musyawarah.

24
6. Adanya temu wirasa (rasa persaudaraan dan persatuan yang tinggi)
Temu wirasa bisa diartikan lebih terikat (memiliki rasa ikatan saudara yang
tinggi). Melalui sangkep pemuda pemudi diajarkan untuk memiliki rasa yang
sama. Misalnya, ketika susah pemuda pemudi yang lain juga merasakan hal
sama begitu juga dengan senang satu senang pemuda pemudi yang lain juga
senang.

25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami peroleh setelah melakukan penelitian ini, yaitu :
1. Sangkep pemuda dapat menumbuhkan karakter kebersamaan dan
musyawarah mencapai mufakat yang menjadikan sesorang memiliki jiwa
besar.
2. Sangkep juga memiliki banyak manfaat yang bagus dalam kehidupan sehari-
hari yang membuat pemuda pemudi memiliki ikatan persaudaraan yang
tinggi dan selalu bisa menghargai orang lain.
3. Sangkep memiliki banyak keunikkan yang menjadikan sangkep perlu
dilestarikan. Seperti, menggunakan Bahasa Bali dan pakaian adat yang bisa
melestarikan budaya lokal yang sudah ada.
5.2 Saran
1. Hendaknya kepada pemuda-pemudi di Desa Panjer selalu mengikuti
sangkep jika diadakan sangkep di banjar masing-masing karena sangkep
dapat mendidik karakter yang sangat baik.
2. Kepada masyarakat, sebaiknya lebih peduli dengan tradisi sangkep agar
sangkep lebih sering dilaksanakan dan dilestarikan sebagai budaya lokal
serta sebagai media untuk mendidik karakter pemuda pemudi di Desa Panjer.
3. Hendaknya pemerintah lebih peduli dan mendukung tradisi sangkep yang
dilakukan di banjar agar tetap lestari.
4. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai bagaimana cara mendidik
karakter pemuda pemudi melalui budaya lokal lainnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2012. Pengertian Pendidikan Karakter (Terdapat Pada) :


http://www.kampus-info.com/2012/05/pengertian-pendidikan-
berkarakter.html Diakses pada : (15.09.2015)
Anonim, 2012a. Kenakalan Remaja-Siswa>>Makalah, Pengertian, Macam, dan
Cara Mengatasi (Terdapat Pada) : www.sarjanaku.com/2012/10/kenakalan-
remaja-siswa- makalah.html Diakses pada : ( 15.09.2015).
Anonim, 2012b. Pengertian & Ciri-Ciri Remaja (Terdapat pada) :
www.inforemaja.com/2012/10/pengertian-ciri-ciri-remaja.html Diakses
pada :(016.09.2015)
Contributor, 2013. Sekaa Teruna (Terdapat Pada):
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/838/sekaa-teruna-
teruni#.UcpQDztHKlw Diakses pada : (17.09.2015)
Drama, 2013. Artikel Pendidikan Karakter (Terdapat Pada):
http://teksdrama.blogspot.com/2013/03/artikel-pendidikan-karakter.html
Diakses pada: (18.09.2015)
Mhya, 2010. Trilogi Pendidikan (Terdapat Pada):
http://aniknhya83.blogspot.com/2010/10/trilogi-pendidikan.html Diakses
pada : (19.09.2015)
Noorhamyah, 2008. Trilogi Pendidikan (Terdapat Pada) :
http://noorhamyah.wordpress.com/author/noorhamyah/ Diakses pada :
(19.09.2015)
Nurida, 2012. Artikel Pendidikan Karakter (Terdapat Pada) :
http://cintaduniapendidikan.blogspot.com/2012/11/artikel-pendidikan-
karakter-nurida_25.html Diakses pada : (20.09.2015).

27
LAMPIRAN I

NO. NAMA INSTANSI JABATAN BANJAR

1. Pradnya Paramitha STT Kertha Yowana Ketua Celuk


2. Gede Chrisiana STT Eka Pramana Ketua Kaja
Suputra
3. I Nyoman Udayana STT Yowana Jaya Pengurus Kangin
4. I Putu Gede Arya STT Dharmaning Ketua Antap Kaja
Arnawan Yowana
5. I Nyoman Traya STT Wana Kumara Ketua Antap Kelod
Nugraha
6. I Made Yogi Antara STT Eka Cita Ketua Tegal Sari
7. I Wayan A. STT Putra Khayangan Pengarah Sasih
Widhiartha
8. Putu Agus Yudi STT Yadnya Gita Pengurus Manik Saga
Suputra
9. Ida Bagus Aris STT Mekar Sari Ketua Bekul
Aditya Prawira
10. Ida Bagus STT Yowana Siddha Ketua Tegel Gede
Brahmananda Winangun

28
LAMPIRAN II
1. Menurut anda, apakah sangkep itu?
2. Apakah sering ada sangkep pemuda di banjar anda?
3. Biasanya jika melakukan kegiatan sangkep, membahas apa saja?
4. Menurut anda, apakah sangkep berguna untuk mendidik karakter?
5. Jika ‘iya’, karakter apa saja yang dapat dibentuk?
6. Menurut anda, apa manfaat sangkep dalam kehidupan sehari-hari?
7. Bagaimana tahapan mulai sangkep sampai selesai di banjar anda?
8. Apakah ada aturan sangkep di banjar anda?
9. Adakah sanksi di banjar anda jika melanggar keputusan sangkep?
10. Apakah ada perbedaan pada sangkep dengan rapat yang lain sehingga
membuat sangkep itu berciri khas?

29
LAMPIRAN III
Nama :
Jabatan :
Banjar :
1. Apakah sangkep sekaa teruna teruni berguna untuk memdidik karakter
pemuda-pemudi di banjar?
a. Ya
b. Tidak
c. .....................
2. Apakah pada banjar anda sering dilakukan sangkep sekaa teruna teruni?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
3. Apakah penting diadakan sangkep di banjar?
a. Penting
b. Tidak penting
c. ...............
4. Karakter apa yang dapat ditumbuhkan melalui kegiatan sangkep teruna teruni?
(boleh menjawab lebih dari 1)
a. Kedisiplinan
b. Musyawarah mencapai mufakat
c. Kebebasan mengemukakan pendapat
d. Kebersamaan
e. Ketaqwaan
5. Apakah ada keterkaitannya sanagkep dengan pendidikan sosial di
masyarakat?
a. Ada
b. Tidak
c. ............

30

Anda mungkin juga menyukai