PENDAHULUAN
kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan
itu dibentuklah berbagai peraturan hukum yang mengatur berbagai hal yang
terjadi sepanjang kehidupan manusia yaitu sejak lahir hingga kemudian kematian
merenggutnya. Mengeni hal ini secara eksplisit terdapat dalam penjelasan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang sistem pemerintahan negara butir
1 (Pertama). Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini berarti
bahwa segala sesuatu harus berdasarkan pada hukum yang berlaku di negara RI.
agar manusia itu sendiri merasa tenteram dan nyaman serta untuk mendapatkan
sesuatu hal yang sakral dan agung. Perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
suatu dasar dimana akan memberikan kejelasan status dan kedudukan anak yang
1
dilahirkan. Dan pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum Perserikatan
ini tersirat antara lain bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang
terbaik buat anak-anak yang telah mereka lahirkan secar garis besar, deklarasi
secara sehat dan wajar dalam keadaan jaminn sosial termasuk gizi yang cukup,
perawatan dan perlakuan khsus jika mereka cacat, tumbuh dan dibesarkan dalam
suasana yang penuh kasih dan rasa aman sedapat mungkin dibawah asuhan serta
tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dalam mendapatkan pendidikan, dan
dalam hal terjadi kecelakaan atau malapetaka, mereka termasuk orang yang
berkekuatan hukum. Jadi anak yang kelak terlahir dari hubungan perkwinan
memiliki asal usul kelahiran seorang anak yang sangat menentukan kehidupannya
kelak, seperti halnya dengan status apakah dia terlahir sebagai anak sah atau anak
diluar kawin.
Anak luar kawin adalah anak yang lahir dari suatu perkawinan yang tidak
2
mempunyai alat bukti karena tidak dilakukan dihadapan Pegawai Catatan Sipil.
dilakukan perkawinan dihadapan Pegawai Catatan Sipil, dan apabila ketentuan itu
pengakuan anak sebagaimana diatur oleh Pasal 280 KUH Perdata. Hubungan-
hubungan yang ada hanyalah berupa hubungan darah saja dan orang-orang yang
melakukan perkawinn tersebut dan keturunannya dapat tinggal dalam satu rumah
Tahun 1974, maka kitaaaa harus mengacu kepada ketentuan pasal 26 juncto Pasal
pewarisan apabila dikemudian hari terdpat salah seorang meninggal dunia, kecuali
3
antara ibu dengan anaknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 UU No. 1
Tahun 1974.
Anak luar kawin yang terjadi dari hubungan perkawinan tidak berhak
mendapatkan warisan dari ayahnya, karena antara sianak dan ayahnya tidak
mempunyai hubungan perdata. Berbeda dengan anak yang lahir dari hubungan
perkawinan yang telah didaftarkan di Kantor Catatan Sipil, anak tersebut secara
mutlak bisa mendapatkan haknya sebagai seorang anak salah satu adalah masalah
mewaris dari harta ayahnya. Hubungan perdata anak luar kawin tersebut dapat
terjadi secara sah di mata hukum, apabila si anak telah mendapat pengakuan dri
yahnya, yaitu anak tersebut dapat mewarisi dari harta peninggalan ayahnya. Atas
memberikan catatan pinggir pada akta kelahiran si anak menjadi anak sah dari
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 101, 102 dan 275 KUH Perdata.
Atas dasar akta kelahiran dan pengakuan anak dari ayahnya tersebut maka si anak
dapat memperoleh hak-hak sebagai anak sah, yaitu dapat mewaris dan dapat
Asal usul kelahiran anak dapat dilihat dalam akta kelahirannya. Dengan
adanya akta kelahiran agar seorang anak dapat membuktikan bahwa dirinya
adalah benar-benr anak dari ayah x dan ibu y. jika usul seorang anak yang tidak
dilindungi oleh hukum atau dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki akta
4
kelahiran. Contoh jika kelak anak tersebut ingin melakukan perbuatan hukum
tertentu, misalnya menuntut harta warisan orang tuanya maka anak tersebut akan
adalah anak kandung dari orang tua yang meninggalkan hart warisan. Akan tetapi
lain halnya dengan anak yang memiliki akta kelahiran, maka ia akan lebih mudah
Sehingga setiap kelahiran itu perlu memiliki bukti tertulis dan otentik
karena untuk dapat membuktikan identitas seseorang yang pasti dan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sempurna adalah dapat kita lihat dari akata
adalah Lembaga Catatan Sipil yang diatur dalam keputusan Presiden Nomor 12
Catatan Sipil yang salah satu fungsinya menurut Pasal 5 ayat 2 adalah pencatatan
Catatan Sipil guna mendapatkan akta kelahiran. Hal ini agar kedudukan hukum
dan status seseorang itu dapat dilihat sewaktu-waktu dengan memiliki alat bukti
yang otentik, kecuali itu informasi dan data yang ada dalam akta kelahiran juga
5
2. Untuk menunjang bagi data perencanaan pembangunan
B. Perumusan Masalah
berikut :
Quality Kabanjahe. .
6
D. Metode Pengumpulan Data
dipublikasikan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan waris adalah faraidh yang berarti ketentuan, menurut istilah adalah bagian
yang telah ditentukan bagi ahli waris. Pengertian waris segi terminology adalah
peralihan harta dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang hidup, baik
Hukum diartikan juga sebagai gejala sosial. Hukum tidak lain dari tingkah
laku masyarakat. Ada yang mengartikannya sangat luas yaitu setiap aturan tingkah
kebiasaan. Dalam bahasa masyarakat adat, hukum adalah segala sesuatu yang
diadatkan. Ada yang memberi arti lebih sempit yaitu terbatas pada aturan tingkah
laku yang mempunyai sanksi. Masalah yang timbul dalam meterjemahkan hukum
Persoalan yang dihadapi, adalah tidak semua masalah hukum dimuat dalam aturan
tertulis, hukum meliputi aturan tertulis dan tidak tertulis. Ketika hukum diartikn
dalam arti tertulis dan tidak tertulis, tidak serta merta memudahkan penerapan
hukumnya. Bila terjadi pertentangan antara aturan tertulis dengan tidak tertulis,
ternyata hukum tidak tertulis lebih sesuai dengan kesadaran hukum atau rasa
8
keadilan atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang tidak tertulis
merupakan “The Living Law”, sedangkan secara sosial, hukum tertulis merupakan
“The Dead Law”. Perkembangan lain, berpendapat agar kenyatan sosial harus
sangat subjektif.
Hukum waris menurut para sarjana pada pokoknya adalah peraturan yang
pemindahan ini bagi orang-orang yang memperoleh baik dalam hubungan antara
seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang
masih hidup”3
1
J.Satrio, 1992, Hukum Waris, Alumni, Bandung, hal.8
2
Mulyadi, 2005, Hukum Waris Tanpa Wasiat, Fakultras Hukum
Universitas Diponegoro Semarang, hal. 2.
3
Ibid
9
“Kemudian Subekti dan Tjitrosoedibio mengatakan Hukum Waris adalah,
“Hukum yang mengatur tentang apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan
termasuk dalam bidang hukum perdata yang memiliki sifat dasar, yaitu bersifat
mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Kitab Undang-Undang hukum perdata
juga memberikan batasan tentang pengertian dan defenisi hukum waris sebagai
suatu pedoman, adapun pengertian tersebut, adalah seperti terurai dibawh ini.
berhak untuk menjadi ahli waris ialah, para keluarg sederhana baik syah maupun
luar kawin dan si suami atau isteri yang hidup terlama, semua menurut peraturan
tertera dibawah ini, dalam hal bilaman baik keluarga sedarah maupun yang hidup
terlama diantara suami isteri tidak ada, maka segala harta peninggalan si yang
meninggal menjadi milik negara yang mana wajib melunasi segala utangnya,
sekedar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu. Jadi warisan dalam sistem
hukum perdata barat yang bersumber pada KUH Perdata itu meliputi seluruh harta
harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang. Akan tetapi terhadp ketentuan
walaupun mempunyai nilai uang, dan karenanya bersifat hukum kekayaan tetapi
4
R. Subekti dan Tjitrosoedibio, 2005, Kamus Hukum, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, hal. 56.
10
bersifat sangat pribadi, tidak termasuk dalam hak dan kewajiban yang dapat
diwariskan, contohnya :
seperti pewaris yang berjanji untuk membuat lukisan potret seseorang (Pasal
dibawah pengampuan.
Termasuk juga hak nikmat hasil orang tua/wali atas kekayan anak yang berada
dibawah kekuasaan orang tua atau ditaruh dibawah perwaliannya (Pasal 311
dan 314 KUH Perdata tentang vruchtgenot). Orang tua yang menjalankan
kekuasaan orang tua atas anaknya yang belum dewasa, namun hak tersbeut
berakhir dengan meninggalnya si orang tua (Pasal 311 ayat 3) maupun si anak
yang belum dewasa (Pasal 314). Asal diingat, bahwa hak-hak yang bernilai
uang, yang berasal dari hubungan-hubungan hukum tersebut, yang sudah ada
masuk dalam warisan, tetapi tidak dapat timbul hak-hak dan kewajiban baru
mengakibatkan peralihan segala hak dan kewajiban pada seketika itu juga kepada
5
Ibid, hak. 10
11
ahli wrisnya. Hal ini secara tegas disebutkan dalam Pasal 833 ayat (1) KUH
Perdata, yaitu “sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh
hak milik atas segala barang, segala hak, dan segala piutang dari yang
meninggal”. Peralihan hak dan kewajiban dari yang meninggal dunia kepada ahli
warisnya “saisine”. Adapun yang dimaksud dengan saisine yaitu : “Ahli waris
memperoleh segala hak dan kewajiban dari yang meninggal dunia tanpa
memerlukan suatu tindakan tertentu, demikian pula bila ahli waris tersebut belum
Sistem waris KUH Perdata tidak mengenal istilah “harta asal maupun
harta gono-gini” atau harta yang diperoleh bersama dalam perkawinan, sebab
harta warisan dalam KUH Perdata dari siapa pun juga, merupakn “kesatuan” yang
secar bulat dan utuh dalam keseluruhan akan beralih dari tangan peninggal
warisan/ pewaris ke ahli warisnya. Artinya, dalam KUH Perdata tidak dikenal
ditinggalkan pewaris. Seperti yang ditegaskan dalam Pasal 849 KUH Perdata
yaitu “Undang-Undang tidak memandang akan sifat atau asal dari pada barang-
hukum waris KUH Perdata mengenal sebaliknya dari sistem hukum waris adat
Harta Peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah meninggal dunia, saat
ahli waris masih hidup ketika harta warisan terbuka, dalam hal ini ada ketentuan
khsusu dari Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu anak yang ada
12
kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan dianggap dia tidak
pernah ada, jelaslah bahwa seorang anak yang lahir saat ayahnya telah meninggal
berhak mendapat warisan. Hal ini diatur dalam Pasal 836, dengan mengingat
bertindak sebagai waris, seorang harus telah ada pada saat warisan jatuh
meninggal.
B. Syarat-Syarat Pewarisan
berikut :
Sesuai dengan bunyi Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu
b. Harus ahli waris atau para ahli waris ada pada saat pewaris meninggal dunia.
pernah ada. Dengan demikian berarti bayi dalam kandungan juga sudah diatur
haknya oleh hukum sebagai ahli waris dantelah dianggap cakap untuk
mewaris;
13
c. Seseorang ahli waris harus cakap serta berhak mewaris.
tidak patut mewaris karena kematian, atau tidak dianggap sebagai tidak cakap
suatu harta warisn. Ahli waris diberi hak untuk berfikir selama empat bulan
setelah itu ia harus menyatakan sikapnya apakah menerma atau menolak warisan
sebagai ahli waris sampai jangka waktu itu berakhir selama empat bulan (Pasal
berakhir, seorang ahli waris dapat memilih antara tiga kemungkinan, yaitu:
beneficiaire”;
c. Menolak warisan
14
Seorang ahli waris yang menyatakan menerima warisan secara
Negeri;
6. Wajib memanggil para kreditur pewaris yang tidak dikenal melalui surat
kabar resmi.
6
H.Zainuddin Ali, M.A, 2008 Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, hal. 97
15
1. Secara Ab Intestato (ahli waris menurut Undang-Undang Pasal 832 KUH
berhak menjadi ahli waris adalah para keluarga sedarah baik sah maupun luar
kawin, dan si suami atau isteri yang hidup terlama. Hubungan darah tersebut
dapat sah atau luar kawin baik melalui garis ibu maupun bapak. Hubungan
darah yang sah adalah hubungan darah yang ditimbulkan sebagai akibat dari
suatu perkawinan yang sah. Hubungan darah yang tidak sah timbul sebagai
pengakuan anak secara sah jadi pada azasnya keluarga semenda tidak
mewaris.
atau isteri yang hidup terlama baru dapat mewarisi apabila si pewaris
16
seperti itu sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan hidup masyarakat saat
ini, oleh karena sebab diatas melalui Staablad 1935 nomor 486 yang
pewaris yang hidup terlama, besarnya hak yang dimiliki suami atau isteri
yang hidup terlama, besarnya hak yang dimiliki suami atau isteri yang
hidup terlama ditentukan sebesar bahagian satu orang anak sedarah dari
si pewaris menurut Pasal 852 KUH Perdata. Jadi dengan kata lain yang
termasuk kedalam ahli waris golongan I dlah suami atau isteri yang hidup
1/5 bagian. Apabila salah seorang anak telah meninggal dunia terlebih
dahulu dari pewaris akan tetapi mempunyai empat orang ank, yaitu cucu
pewaris, maka bagian anak yang 1/5 dibagi di antara anak-anak yang
bagian. Jadi hakikat bagian dari golongan pertama ini, jika pewaris hanya
meninggalkan seorang anak dan dua orang cucu, maka cucu tidak
memperoleh warisan selama anak pewaris masih ada, baru apabila anak
17
Dalam hal ayah dan ibu mewaris dari harta anaknya maka Pasal 854 ayat
masih hidup maka mereka mendapat 1/3 dari warisan jika pewaris
Pasal 854 menyimpulkan bahwa ayah, ibu dan saudara mewaris kepala
demi kepala, Pasal 854 ayat (2) mengatakan bapak, ibu pewaris masing-
adalah untuk saudara sipewaris tersebut diatas. Dari pasal 854 tersebut
dapat disimpulkan bahwa bila ayah dan ibu mewaris dengan lebih dari 2
rata antara saudara-saudaranya. Jika ibu atau ayah salah seorang sudah
sebagai berikut :
18
Apabila ayah dan ibu semuanya sudah meninggal dunia, maka
sebagai ahli waris golongan dua yang masih ada. Apabila di antara
saudara-saudara yang masih ada itu ternyata hanya ada yang seayah atau
seibu saja dengan pewaris, maka harta warisan terlebih dahulu dibagi
dua, bagian yang satu bagian saudara seibu. Jika pewaris mempunyai
saudara kandung, maka bagian saudara kandung itu diperoleh dari dua
Ahli Waris Golongan III terdiri dari kakek nenek baik dari pihak
ayah maupun dari pihak ibu dan seterusnya keatas. Menurut Pasal 853
KUH Perdata warisan dibagi dalam dua bagian terlebih dahulu (kloving)
satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis ayah lurus keatas
keturunn ibu lurus keatas, jadi dalam pewaris golongan III ini secara
kesamping hingga derajat keenam, para ahli waris tersebut paman dan
bibi dan sekalian keturunan dari paman dan bibi yang telah meninggal
lebih dahulu dari si pewaris. Pertama warisan tersebut dibagi menjadi dua
19
yaitu ½ untuk keluarga sedarah dalam garis keturunan ayah dan yang ½
bagian lagi untuk garis keturunan ibu (Pasal 858 KUH Perdata), dan pada
mewaris yaitu :
bertindak sebagai pengganti dalam derajat dan dalam segala hak orang
yang diganti.7
7
Effensi Perangin, 2010, Hukum Waris, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 11
20
mereka mewaris bersma-sama, atau sama lain dalam pertalian keluarga
keturunan mereka yang mana satu sama lain bertalian keluarga dalam
dengan hartanya setelah dia meninggal dunia. Suatu surat wasiat sering kali
berisi penunjukan seseorang atau beberapa orang ahli waris yang akan
mendapat seluruh atau sebagian dari warisan. Akan tetapi seperti juga ahli
21
waris menurut undang-undang atau ab intestato, ahli waris menurut surt
wasiat atau ahli waris testamenter akan memperoleh segala hak dan segala
Suatu surat wasiat sering kali berisi penunjukan seseorang atau beberapa
orang ahli waris yang akan mendapat seluruh atau sebagian dari wrisan. Akan
tetapi seperti juga ahli waris menurut undang-undang atau ab intestato, ahli
waris menurut surt wasiat atau ahli waris testamenter akan memperoleh
Dari kedua macam ahli waris di atas, timbulah persoalan ahli waris yang
manakah yang lebih diutamakan, apakah ahli waris menurut undang-undang atau
Perdata tentang surat wasiat, dapat disimpulkan bahwa yang diutamakan adalah
ahli waris menurut undang-undang. Hal ini terbukti beberapa peraturan yang
sekehendak hatinya. Ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata yang isinya
membatasi seseorang pembuat surat wasiat agar tidak merugikan ahli waris
menurut undang-undang antara lain dapat dilihat dari substansi Pasal 881 ayat (2),
yaitu : “Dengan sesuatu pengangkatan waris atau pemberian hibah, pihak yang
mewariskan atau pewaris tidak boleh merugikan para ahli warisnya yang berhak
Ahli waris yang memperoleh bagian mutlak atau “letgitime portie” ini
termasuk ahli waris menurut undang-undang, mereka adalah para ahli waris dalam
22
garis lurus ke atas maupun dalam garis lurus ke bawah yang memperoleh bagian
tertentu dari harta peninggalan dan bagian itu tidak dapat dihapuskan oleh si
pewaris.
Testament atau Wasiat adalah suatu akta yang memuat tentang apa yang
dikehendaki terhadap harta setelah ia meninggal dunia dan dapat dicabut kembali
bila si pewaris merasa ingin mengganti isi wasiatnya. Testament atau wasiat
menunjuk pada syarat, bahwa testament harus berbentuk suatu tulisan, sesuatu
yang tertulis.
zijn vormvrij).
pernyataan dimana tindakan atau pernyataan kehendak satu orang saja sudah
cukup untuk timbulnya akibat hukum yang dikehendaki. Jadi testament bukan
mereka yang mengikat dirinya”, yang berarti harus ada paling sedikitnya dua
kehendak yang saling bertemu. Yang benar adalah bahwa suatu testament
23
perikatan berlaku terhadap testamen, sepanjang tidak secara khusus ditentukan
lain.
Berarti bahwa testament baru berlaku kalau si pembuat testament telah meninggal
dunia, itulah sebabnya sering kali suatu testament disebut “Kehendak terakhir,
sebab setelah matinya si pembuat testament, maka wasiatnya tidak dapat dirubah
lagi.
Unsur lain yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan adalah “dapat
dicabut kembali” syarat ini penting, karena syarat inilah yang pada umumnya
dipakai untuk menetapkan apakah suatu tindakan hukum harus dibuat dalam
1. Dewasa
Menurut Pasal 897 KUH Perdata “Para belum dewasa yang belum mencapai
umur genap delapan belas tahun, tidak diperbolehkan membuat surat wasiat”
2. Akal sehat
Mengerti dengan sadar tentang apa yang dibuatnya dan dinyatakannya dalam
sebuah surat wasiat yang berlaku setelah si pewaris meninggal dunia terhadap
8
J.Satrio, op.cit, hal.180
24
biasanya suami terhadap isterinya atau sebaliknya atau oleh hakim ataupun
perkumpulan-perkumpulan
Dalam membuat surat wasiat harus dengan kesadaran sehingga wasiat yang
dan sesuai dengan keinginan si pewaris dalam memilih ahli warisnya maupun
dalam menetapkan apa yang harus dilakukan terhadap harta warisan yang
ditinggalkan si pewaris.
suatu wasiat dengan mana si yang mewariskan, kepada seseorang atau lebih,
sepertiganya.
b. Legaat (Pasal 957 KUHPerdata), yakni Hibah Wasiat adalah suatu penetapan
wasiat yang khusus dengan mana si yang mewariskan kepada seseorang atau
memberikan hak pakai hasil atas seluruh atau sebagian harta peninggalannya.
25
c. Codicil (tidak berhubungan dengan harta)
Perdata “tiap-tiap pencabutan yang dilakukan baik secara tersurat maupun secara
tersirat dalam suatu surat wasiat yang kemudian adalah absah dan sempurna, pun
sekiranya akta yang baru itu tak berlaku, disebabkan ketidakcakapan yang
diangkat menjadi waris atau yang harus menerima hibah, atau karena penolakan
mereka untuk menerima warisan atau hibah itu, sehingga pencabutan wasiat harus
dilakukan:
1. Secara tegas, jika dibuat wasiat baru yang isinya mengenai pencabutan surat
wasiat
26
BAB III
agar manusia itu sendiri merasa tentram dan nyaman serta untuk mendapatkan
sesuatu hal yang sakral dan agung. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Pasal 1 yaitu “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan
yang sejahtera, karena di dalam keluarga dapat menciptakan generasi yang sehat
lahir dan bathin. Anak adalah sebuah anugrah yang diberikan Tuhan bagi manusia
maka sudah selayaknya manusia harus merwat pemberian Tuhan tersebut dengan
sebaik-baiknya.
kebahagiaan. Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hak yang perlu dan
perawatan. Kewajiban tersebut berlaku sampai anak kawin atau dapat berdiri
sendiri dan berlaku terus meskipun perkawinan antara orang tuanya putus.
27
Anak wajib menghormati orang tuaaa dn mentaati kehendak mereka yang
baik, jika anak telah dewasa ia wajib memelihara menurut kemampuannya yaitu
kepada orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka memerlukan
Kesejahteraan Anak yaitu dalam Pasal 1 ayat (2) bahwa anak adalah seseorang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas umur 21
Dalam kaitannya dengan persoalan perlindungan anak, dalam hal ini anak
jelas pasal mana yang mengatur mengenai pengertian anak luar kawin. Namun
apabila diteliti antara satu pasal dengan pasal lainnya, maka secara tersirat
9
Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan anak, Bumi
Aksara, Jakarta, hal.16
28
pengertian anak luar kawin dapat diartikan sebagai berikut; “Anak Luar Kawin
adalah anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan yang dilakukan tidak
dihadapan Pejabat Kantor Catatan Sipil, serta ayah dan ibu dari anak luar kawin
tersebut tidak sedang terikat dengan perkawinan dengan orang lain.” Anak luar
memenuhi ketentuan Pasal 280 dan Pasal 285 KUH Perdata. Berdasarkan
ketentuan ini maka anak luar kawin akan dapat menjadi ahli waris atau menjadi
pewaris sesuai dengan ketentuan BAB XII, bagian ketiga, Pasal 862 sampai
masing agamanya dan kepercayaannya itu”, masyarakat dewasa ini banyak yang
1974, maka kita mengacu kepada ketentuan Pasal 26 juncto Pasal 80 KUH
Gede Purwaka, 2006, Kasus Anak Luar Kawin Dari Pihak Ayah Dirubah
10
29
keturunannya atau keluarganya tidak mempunyai hubungan-hubungan perdata
antara lain hubungan pewarisan apabila dikemudian hari terdapat salah seorang
meninggal dunia, kecuali antara ibu dengan anaknya sebagai yang dimaksud
mendapatkan status anak sah dari hasil perkawinan tersebut. Seorang anak yang
lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Catatan Sipil maka anak
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarg ibunya. Dengan kata
harus dicatatkan, hal tersebut selain sebagai tertib administrasi juga sebagai
landasan hukum terhadap segala sesuatu sebagai akibat dari perkawinan tersebut.
(equality before the law) namun Negara mempunyai aturan hukum yang
perkawinan dalam hal ini tentang kedudukan anak hasil perkawinan tersebut.
perkawinan menyatakan bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan di dalam
11
Ibid. hal. 2.
30
Akan tetapi dalam hal kewarisan sering sekali terjadi hal-hal yang sangat
merumitkan ahli waris yang sebenarnya, karena adanya pihak ketiga yang ingin
mengenyampingkan ahli waris, misalnya ada seorang anak dan anak itu dibantah
bahwa ia bukan anak dari bapaknya lantas bagaimana anak tersebut membuktikan
bahwa ia adalah anak dari orangtuanya yang meninggal yang meninggal dunia?
Hal tersebut dapat diatasi dengan baik yaitu dengan cara memberi bukti-bukti
yang kuat dan autentik bahwa dirinya adalah anak dari orangtuanya yang telah
meninggal dunia dan sekaligus ia menyatakan bahwa ia berhak atas harta yang
ditinggalkan orangtuannya.
Sebab alat bukti yang sah adalah suatu alat bukti yang tertulis dan autentik
yang menerangkan tentang suatu hal, agar hal tersebut mempunyai dasar kekuatan
hukum yang kuat dan pasti. Kenyataan ini dapat dilihat dalam pasal 1888 KUH
Perdata yang menyatakan “kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada
akta aslinya. Apabila akta aslinya itu ada maka salinan ikhtisar-ikhtisar itu sesuai
mempertunjukkannya”.
itu perlu mempunyai bukti yang tertulis dan autentik karena untuk membuktikan
identitas seseorang yang pasti dan sah adalah dapat kita lihat dari akta
akta kelahiran seseorang adalah Lembaga Catatan Sipil, hal ini dapat dilihat
31
bahwa salah satu fungsi Kantor Catatan Sipil adalah menyelenggarakan Pecatatan
dan penerbitan kutipan akta kelahiran ini terdapat dalam Pasal 5 ayat (2)
Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983. Dengan demikian dari Akta Kelahiran
tersebut dapat dilihat status seorang anak yang dilahirkan, yaitu anak sah atau
Pasal 272 KUH Perdata menjelaskan bahwa Anak di luar kawin, kecuali
yang dilahirkan dari perzinahan atau penodaan darah, disahkan oleh perkawinan
yang dicatat di Kantor Catatan Sipil dari ayah dan ibu mereka, bila sebelum
terhadap anak itu, atau bila pengakuan itu terjadi dalam akta perkawinannya
sendiri. Dari bunyi pasal diatas kita dapat mengetahui bahwa anak luar kawin
adalah anak yang dilahirkan sebagai akibat dari hubungan antara seorang pria dan
wanita yang sudah terikat dalam suatu perkawinan tetapi belum dicatat di Kantor
Catatan Sipil dan perkawinan tersebut hanya dilakukan menurut agama dan
1974, dan apabila salah satu orang tuanya atau kedua orang tuanya masih dalam
perkawinan maka tidak dapat disebut anak luar kawin, melainkan anak zinah.
Anak luar kawin dapat diakui oleh ayah kandungnya dengan ketentuan bahwa
perkawinan atau bila dalam perkawinan orang tuanya mengakui adanya anak
maka orangtua yang mengakuinya terjadi hubungan hukum dengan anak luar
32
kawin tersebut (Pasal 280 KUH Perdata). Anak luar kawin yang telah mendapat
pengakuan dari orang tuanya berubah statusnya menjadi anak luar kawin yang
diakui, namun anak tersebut hanya mempunyai hubungan hukum dengan ayah
atau ibu yang mengakuinya dan ia tidak mempunyai hubungan hukum dengan
keluarga ayah atau ibu yang mengakuinya, artinya apabila saudara dari ayah atau
ibunya meninggal anak tersebut tidak ada dasar untuk ikut mewaris sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 872 KUH Perdata kecuali anggota keluarga sedarah si
Sipil
perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Catatan Sipil, banyak diantara mereka
perkawinan tidak hanya didasarkan kepada alat bukti berupa akta perkawinan,
yang menyebabkan perkawinan tersebut menjadi tidak sah. Perkawinan yang tidak
Tionghoa. Golongan penduduk ini banyak sekali yang tidak mempunyai akta
perkawinan hal itu menimbulkan akibat hukum bagi anak-anak yang lahir dari
perkawinan mereka. Anak-anak yang lahir dari perkawinan itu tidak dapat
mewaris dari harta ayahnya dan tidak mendapat hubungan perdata dari ayahnya.
33
Perkawinan yang tidak dicatatkan hanya berdasarkan rasa saling percaya,
sehingga tidak diperlukan alat bukti yang nyata, terdapat beberapa alasan dan latar
Negara Asing dan Isteri adalah Warga Negara Indonesia, menurut Pasal 2
Tahun 1974, maka dapat diartikan bahwa status sang isteri dan anaknya akan
mengikuti status sang suami/ayah. Berdasarkan ketentuan ini maka sang suami
2. Adanya keinginan dari sang suami yang tidak mau terikat pada
Kaum pria yang mempunyai daya sex yang tinggi akan menghindari ketentuan
azas monogami tersebut agar dapat mempunyai isteri lebih dari satu yang
12
Ibid. hal. 6
34
Banyak penyebab-penyebab lain mengenai tidak didaftarkannya
berdasarkan pada hukum, hukum mempunyai peranan yang sangat besar terhadap
3 menganut asas monogami yaitu setiap suami hanya boleh beristeri satuorang
Indonesia merasa tidak puas karena terdapat larangan untuk melakukan poligami,
bagi suami yang ingin melakukan poligami hrus mengajukan permohonan kepada
Pengadilan tempat tinggalnya dan harus ada persetujuan dari pihak-pihak yang
bersangkutan (Pasl 3 ayat (2) dan Pasl 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974),
agar tidak melalui proses yang panjang maka perkawinan tersebut dilakukan
Sipil pasti akan mengalami kesusahan atau kesulitan karena tidak dapat
misalnya apabila seorang anak hendak memasuki sekolah pada suatu perguruan
tinggi didalam maupun diluar negeri yang dilaksanakan oleh badan-badan sosial
35
kelahirannya maka anak itu akan mengalami kegagalan dan itu sama saja
menghentikan cita-citanya.
Pada zaman dahulu ada perbedaan antra anak-anak yang sah dengan anak-
anak wajar (anak luar kawin), dalam lapangan hukum publik. Perbedaan itu
menentukan bahwa anak-anak luar kawin tidak dapat menjabat atau memangku
jabatan-jabatan tertentu dan tidak dapat menjadi saksi dalam perkara-perkara anak
sah. Akan tetapi kemudian perbedaan itu telah dihapus dan kini hanya ada
perbedaan antara anak-anak sah dan anak-anak luar kawin dalam lapangan hukum
perdata saja.13
Menurut Pasal 280 KUHPerdata ada dua macam anak luar kawin, yaitu
anak luar kawin yang diakui dan anak luar kawin yang tidak diakui. Anak luar
kawin yang diakui maka akan menimbulkan hubungan perdata antara lain berupa
hubungan pewarisan antara ayah dengan si anak luar kawin beserta ketrunannya,
sedangkan apabila anak luar kawin tidak diakui maka hubungan perdata tersebut
tidak ada.14
Anak luar kawin yang dibahas dalam bab ini yaitu anak luar kawin yang
diakui oleh ayahnya berarti anak tersebut dapat mewaris apabila ayahnya
meninggal dunia. Status hukum keturunan seseorang harus jelas dan terang,
36
karena hal ini penting dalam hubungannya dengan soal kewarisan dan hal perdata
catatan sipil memang sangat penting untuk membuktikan asal usul seseorang yang
tercantum dalam akta kelahiran tersebut, yakni apakah anak itu merupakan anak
yang sah, anak luar kawin atau anak luar kawin yang diakui. Dari akta kelahiran
dapat diketahui asal usul identits dan status hukum keturunan seseorang.15
Anak luar kawin dapat mewarisi harta ayahnya apabila telah mendapat
pengakuan dari ayahnya, hubungan darah antara anak luar kawin dan ayahnya
tidak dapat diakui secara hukum karena ayah anak luar kawin harus terlebih
dahulu memberikan pengakuan yang berarti bukti adanya hubungan hukum yang
mempunyai dua sifat pertam “Pengakuan” mempunyai sifat yang declaratief, dan
yang demikian asasnya berlaku mundur, mundur sampai lahirnya sianak luar
kawin, dan yang kedua yaitu bahwa pengakuan merupakan perbuatan hukum,
menimbulkan sesuatu yang baru, yang sebelumnya tidak ada yaitu hubungan
Dengan adanya pengakuan dari ayah anak luar kawin, maka peristiwa
pengakuan anak itu sangat penting sekali mendapat pengesahan dari suatu
lembaga yang berwenang yang merupakan langkah lebih lanjut dari pengakuan
ayah anak luar kawin tersebut, jika anak yang telah diakui tersebut telah mendapat
15
Rachmadi Usman, 206, Aspek-Aspek Hukum Perorngan dan
Kekeluargaan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 2006.
16
J. Satrio, 1992, Hukum Waris, Alumni, Bandung, hal. 154
37
pengesahan, maka status dan kedudukan anak tersebut menjadi sma (tidak
berbeda) dengan anak sah dalam segala hal termasuk berhak mewarisi harta
ayahnya.
Perdata, hak bagian anak luar kawin tergantung dengan siapa anak luar kawin
tersebut mewaris. Hanya anak luar kawin yang telah diakui dan disahkan oleh
orang tuanya yang mendapat harta warisan. Besarnya hak bagian anak luar kawin
Perdata) dan suami atau istri hidup lebih lama (Pasal 852 A Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata), maka bagian anak luar kawin tersebut ialah 1/3 dari
harta yang ditinggalkan. Menurut Pasal 863 KUH Perdata yang berbunyi
“Bila Pewaris meninggal dengan meninggalkan keturunan yang sah dan atau
suami isteri, maka anak luar kawin yang diakui mewaris 1/3 dari mereka yang
sedianya harus mendapat, seandainya mereka adalah anak sah”. Jadi cara
memperhatikan dulu siapa kawan pewarisnya, sesudah itu anak luar kawin
sebagai anak luar kawin yaitu 1/3 dari hak yang sedianya diterima,
seandainya anak luar kawin itu anak sah. Apabila dalam hal anak luar kawin
lebih dari satu, cara penghitungannya semua dianggap sebagai anak sah lebih
38
dahulu, baru sesudah itu hak mereka sebagai anak luar kawin masing-masing
dihitung.17
2. Anak luar kawin mewaris bersama-sama ahli waris golongan kedua dan
maupun perempuan) atau keturunan saudara, hak anak luar kawin menerima
½ dari warisan.
3. Anak luar kawin mewaris dengan ahli waris golongan keempat meliputi sanak
saudara dalam derajat yang lebih jauh, maka besarnya hak bagian anak luar
kawin adalah ¾ berdasarkan Pasal 863 ayat (1) bagian ketiga Kitab Undang-
4. Anak luar kawin mewaris dengan ahli waris keluarga yang bertalian darah
dalam lain penderajatan, maka besarnya hak bagian anak luar kawin menurut
Pasal 863 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dihitung dengan
dalam hal ini adalah golongan ketiga sehingga anak luar kawin menerima
setengah bagian (Pasal 863 ayat (1) bagian kedua Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata). Anak luar kawin mewaris dengan ahli waris yng bertalian
dengan keluarga dalam lain-lain perderajatan. Pasal 863 ayat (2) KUHPerdata
17
Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, 2005, Hukum Kewarisan
Perdata Barat Pewarisan Menurut Undang-Undang, Fajar Interpratama Offset,
Jakarta, hal. 90.
39
sama dengan anggota keluarga yang berhubungan darah dalam perderatajan
yang berlainan. Kemungkinan itu terjadi dalam hal terjadinya kloving dimana
yang berdiri sendiri. Dalam hal demikian menurut Pasal 863 ayat (2)
kawin, maka bagian anak luar kawin dihitung lebih dahulu, baru sisanya
5. Anak luar kawin sebagai satu-satunya ahli waris. Apabila anak luar kawin
yang telah diakui oleh orang tuanya sebagai ahli waris tunggal, maka anak
luar kawin tersebut mendapat seluruh harta warisan (Pasal 865 Kitab Undang-
tempat bagi keturunan anak luar kawin, seandainya seorang anak luar kawin
meninggalkan keturunan sah, maka keturunan dari anak luar kawin tersbeut
menggantikan kedudukannya sebagai ahli waris, dlam hal ini yang pelu
Anaknya anak luar kawin dari anak luar kawin meskipun diakui
secara sah tidak mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan tempat ahli
waris yang meninggal dunia dari pewaris karena pada prinsipnya pengakuan
40
hanya menimbulkan hubungan hukum antara orang yang mengakui dan anak
Selain bagian anak luar kawin dalam pewarisan yang telah dijelaskan
di atas, maka anak luar kawin yang diakui oleh orang tuanya berhak juga
legitieme portie adalah suatu bagian dari harta peninggalan yang harus
diberikan kepada ahli waris yang berad dalam garis lurus menurut undang-
undang19
mutlak atau legitieme portie dari bagian luar kawin adalah ½ dari bagian yang
kematian.
Luar Kawin
ketentuan Pasal 863 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akan
mendapatkan ketidak adilan dan kesulitan bila hendak mendapatkan warisan dari
ayahnya.
Ketidakadilan dan kesulitan itu dapat dilihat apabila sianak luar kawin
tidak diakui oleh ayahnya. Menurut ketentuan Pasal 280 KUH Perdata, maka
sianak luar kawin tidak berhak mewarisi atas hart peninggalan ayahnya. Begitu
18
Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Op.cit. hal.98
19
Effendi perangin, 2010, Hukum Waris, Rajawali Pers, hal. 83
41
pula ibunya (jika masih hidup) juga tidak berhak mewarisi atas harta peninggalan
suaminya. Keadaan ini tidak adil bagi anak luar kawin dan ibunya yang telah
menjaga dan mengabdi kepada ayah/suami jatuh kepada keluarga lainnya sesuai
Anak luar kawin dalam usaha untuk mendapatkan hak waris dari ayahnya
atas harta peninggalan ayahnya harus banyak menemui ketidakadilan yaitu salah
perkawinan, hal itu karena ada rasa malu untuk mengakui hasil perbuatannya
dimasa lalu, disadari atau tidak banyak sekali ketidak adilan yang dialami anak
luar kawin, selain tidak mempunyai status sebagai anak sah, ia juga mengalami
Anak luar kawin yang diakui oleh ayahnya juga dapat merasakan ketidak
kakek/nenek, paman/tante, dan keluarga samping lainnya pada waktu si anak luar
kawin hendak membuat surat keterangan hak mewaris dihadapan Notaris. Dalam
mengumpulkan data-data keluarga banyak sekali kendala yang harus dialami anak
luar kawin yaitu orang-orang tersebut sudah bertempat tinggal terpisah-pisah hal
tersebut membuat semua proses menjadi terhambat dan harus mencari serta
42
tetapi tidak mempunyai data-data ataupun surat-surat yang lengkap maka segala
usaha yang dilakukan anak luar kawin untuk membuat Surat Keterangan Hak
Banyaknya ketidakadilan dan kesulitan yang dialami oleh anak luar kawin
sangat tidaj sejalan dengan anak sah yaitu anak yang dilahirkan dan ditumbuhkan
semuanya terutama pengakuan dari ayahnya pada saat dia dilahirkan sekaligus
memiliki semuanya terutama pengakuan dari ayahnya pada saat dia dilahirkan
berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari ayahnya dan berhak mewaris dari
harta ayahnya, sangat jauh berbeda dengan anak luar kawin, untuk memperoleh
pengakuan dari ayahnya harus melalui beberapa langkah yang cukup panjang dan
tidak memiliki hubungan perdata dengan ayahnya, tidak berhak memakai nama
ayahnya walaupun darah yang ada didalam tubuh anak luar kawin itu adalah darah
ayahnya.
setelah anak luar kawin diakui olehnya. Suatu ketentuan hukum yang dianggap
hubungan darah dengan ayahnya baru ada, setelah anak luar kawin diakui, karena
43
sekali dalam hal kita menerima bahwa pengakuan adalah bukti adanya hubungan
hukum, maka disini diterima bahwa hubungan hukum itu sendiri sebenarnya
sudah ada, hanya belum dapat dibuktikan untuk itu perlu adanya pengakuan.20
ketentuan Pasal 280 juncto Pasal 863 KUHPerdata dilakukan bisa si anak luar
kawin tidak dirugikan. Artinya anak luar kawin dan/atau keluarga lainnya (sesuai
dengan golongan ahli waris) akan tampil sebagai para ahli waris kemudian ahli
kepada isteri pewaris/ibu (kalau masih hidup) dan anak luar kawin yang ada.
Kalau tujuan pewarisan hanya untuk peralihan hak (balik nama) dari harta
yang ditinggalkan si pewaris atas harta yang tidak bergerak seperti tanah, rumah
dan lain sebaginya, maka cara yang dilakukan seperti diatas dpat dilakukan. Status
anak sah tertuang dalam akta kelahiran dari anak luar kwin tersebut dan juga
dalam surat keterangan hak mewaris yang dibuat oleh Notaris, hal ini sangat
memberi dampak yang sangat positif dan babik sianak luar kawin beserta
keturunannya dikemudian hari. Si anak luar kawin dan keturunannya akan dapat
memakai nama marga sang ayah yang merupakan suatu kebanggaan tersendiri
20
J.Satrio, Op.cit, hal. 153
44
BAB IV
KUHPERDATA
Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang terlahir ke dunia telah memiliki
dosa dan secara biologis tidak ada seorangpun anak terlahir tanpa memiliki bapak.
anak.
Status sebagai anak yang dilahirkan sebagai anak luar kawin merupakan
suatu masalah bagi anak luar kawin tersebut, karena mereka tidak bisa
mendapatkan hak-hak dan kedudukan sebagai anak pada umumnya seperti anak
sah karena secara hukumnya anak luar kawin hanya memiliki hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya. Anak luar kawin tidak akan memperoleh hak
yang menjadi kewajiban ayahnya, karena ketidak absahan pada anak luar kawin
memiliki kewajiban memberikan hak anak tidak sah. Sebaliknya anak itupun tidak
hak anak bila statusnya sebagai anak tidak sah dimata hukum. Hak anak dari
45
mengenai pendidikan anak luar kawin tersebut serta mengenai hak pewarisan anak
dengan cara memberi pengakuan terhadap anak luar kawin, pengakuan anak
merupakan pengakuan yang dilakukan oleh ayah atas anak yang lahir dari
perkawinan yang sah menurut hukum. Pada dasarnya, pengakuan anak bisa
dilakukan baik oleh ibu maupun ayah, tetapi karena berdasarkan ketentuan Pasal
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya, maka untuk mendapatkan hubungan
satu pihak yang bersengketa, tentang apa yang dikemukakan oleh lawannya.
terhadap anak luar kawin, terlahirlah hubungan perdata antara anak itu dan bapak
atau ibunya. Pengakuan terhadap anak luar kawin dapat dilakukan dengan suatu
kakta otentik, bila belum diadakan pada akta kelahiran atau pada waktu
yang dibuat oleh Pegawai Catatan Sipil dan didaftarkan pada akta kelahiran
21
Ali Afandi, 2004, Hukum Waris, Hukum Kelurga, dan Hukum
Pembuktian, Cetakan Keempat, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 214
46
akta kelahirannya, bila akta itu ada. Bila pengakuan anak dilakukan dengan akta
otentik lain, tiap-tiap orang yang berkepentingan berhak meminta agar hal itu
dicantumkan pada margin akta kelahiran itu tidak boleh dipergunakan untuk
Ketentuan tentang pengakuan anak luar kawin diatur dalam Pasal 280
anak dan bapak atau ibunya. Berdasarkan Pasal 280 ini, seorang anak luar
telah diakui secara sah, dengan demikian apabila seorang anak luar kawin
tidak diakui oleh orang tuanya maka ia tidak akan memiliki hubungan
perzinahan atau dosa darah dianggap sebagai anak sah, apabila ayah dan
Meski ada ketentuan yang memungkinkan seorang laki-laki atau ayah anak
luar kawin melakukan pengakuan anak, namun pengakuan itu hanya bisa
47
suatu pengakuan terhadap anak luar kawin hanya dapat dilakukan selama sang ibu
ancaman pidana bagi orang yang mengakui anak luar kawin yang bukan anaknya.
43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Hanya saja dalam ayat (2)
disebutkan bahwa kedudukan anak luar kawin tersebut akan diatur lebih lanjut
dalam suatu peraturan pemerintah yang sampai sekarnag belum diundangkan oleh
pemerintah.
1974 tentang perkawinan, maka berlakulah ketentuan yang lama dalam hal ini
kedudukan hukum anak luar kawin hanya dapat disandarkan ada ketentuan
hukum yang diatur dalam KUHPerdata, sehingga kedudukan anak luar kawin
perkawinan tidak jauh lebih baik. Dalam artian tetap diperlakukan suatu
Pengakuan anak luar kawin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
ibunya seorang anak yang telah dilahirkan diluar perkawinan yang sah
48
menurut Undang-Undang22. Pengakuan Sukarela dapat dilakukan dengan
Menurut Pasal 281 ayat (1) KUHPerdata, untuk dapat mengakui seorang
anak luar kawin bapak atau ibunya dan atau kuasanya berdasarkan kuasa
b. Pengakuan terhadap anak luar kawin dapat pula dilakukan pada saat
perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (2) jo Pasal 272
c. Pengakuan terhadap anak luar kawin dapat dilakukan dalam akta otentik
seperti akta Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (1)
KUHPerdata.
d. Dengan akta yang dibuat oleh Pegawai Catatan Sipil, yang dibutuhkan
2. Pengakuan anak luar kawin dapat pula terjadi secara paksaan, yakni dapat
dilakukan oleh si anak luar kawin yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
anak luar kawin kepada Pengadilan Negeri, agar supaya anak luar kawin
49
diakui sebagai anak sah dari ayahnya ketentuan ini diatur dalam Pasal 287
kawin yang dapat diakui adalah anak luar kawin yang terlahir dari ibu atau
bapak yang tidak terikat perkawinan yang sah baik diantara mereka maupun
dengan orang lain (tidak tergolong anak zina atau anak sumbang)”23
Anak luar kawin tersebut diatas, akan memiliki hak waris atau hubungan
terhadp anak luar kawin tersebut, melalui 4 (empat) cara yang diatur dalam Pasal
Pasal 281 ayat (1) KUHPerdata, untuk mendapatkan pengakuan ayah anak
luar kawin berdasarkan pasal ini ayah anak luar kawin harus menghadap
sendiri atau dengan perantaraan orang lain yang diberi kuasa khusus dengan
2. Didalam akta perkawinan orangtua biologisnya (Pasal 281 ayat (2); dalam hal
ini pengakuan anak luar kawin dimuat dalam akta perkawinan, yang memiliki
akibat anak luar kawin menjadi anak sah (Pasal 272 KUHPerdata).
3. Didalam akta otentik lain yaitu akta Notaris (Pasal 281 ayat 1).
Catatan Sipil.
Perdata Barat, Cetakan Kedua, Prenada Media Group, Jakart, hal. 86.
50
4. Dengan akta yang dibuat oleh Pegawai Catatan Sipil yang dibutuhkan dalam
register Catatan Sipil menurt hari penanggalannya (Pasal 281 ayat 2).
harus dilakukan dimuka Pegawai Catatan Sipil, dengan pencatatan dalam akta
kelahiran anak tersebut, atau dalam akta perkawinan orang tuanya atau dapat juga
anak luar kawin akan mendapat status sebagai anak luar kawin yang diakui
diuraikan diatas, maka secara hukum seorang anak luar kawin yang telah diakui
ahli waris yang sah dari orang tua biologis yang mengakuinya. Namun demikian
untuk dapat mengidentifikasi keberadaan seorang anak luar kawin secara teknis
dari ahli waris lainnya. Keadan ini secara hukum sangat dapat dimungkinkan
persetujuan dari ibu biologis si anak luar kawin, sehingga dapat saja isteri atau
51
1. Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada instansi pelaksana
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan anak oleh
bagi orangtua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir
Sipil mencatat pada register akta pengakuan anak dan menerbitkan Kutipan
Seorang ayah yang akan mengakui anak luar kawin dapat mengajukan ke
merupakan dasr bagi Catatan Sipil untuk mencatat pengakuan tersebut dalam akta
lahir anak yang bersangkutan sehingga kekuatan hukum atas pengakuan anak luar
bagi tiap golongan penduduk Indonesia yang pada akhirnya di dalam akta
itu dimana statblad 1917 Nomor 130 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan
tinghoa, staatblad 1920 Nomor 791 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan
Indonesia, kristen, jawa, madura dan minahasa serta non staatblad, dan keluarnya
52
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008, maka tidak ada lagi perbedaan
pengaturan dan didalam akta kelahiran itu juga tidak dimuat lagi staatblads.
1. Surat keterangan lahir dari rumah sakit, klinik persalinan tempat kelahiran
anak
2. Surat nikah, akta perkawinan catatan siapil orng tua anak yang dilahirkan.
b. Akta kelahiran dispensasi adalah akta kelahiran yang diterbitkan bagi anak
2. Surat nikah orang tua (Agama Islam) surat kawin gereja/Baptis (Agama
c. Akta Kelahiran Istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan khusus bagi
53
2. Surat nikah bagi yang beragama islam, akta kawin catatan sipil bagi yang
4. Ijazah
Anak luar kawin tidak dapat mewaris karena belum mendapat pengakuan
dari ayahnya, oleh sebab itu anak luar kawin beserta ibunya meminta bantuan
seorang yang mengerti mengenai masalah yang sedang mereka hadapi. Salah
memberikan Catatan Pinggir pada Akta Kelahiran Anak luar kawin agar anak luar
kawin ditetapkan sebagai anak sah dari ayah anak luar kawin. Berdasarkan Surat
luar kawin.
yang diperlukan.
54
1. Akta Kematian
4. Kartu Keluarga
c. Surat keterangan mengenai perkawinan yang telah dilakukan oleh suami isteri
dilangsungkan.
1. Akta Kelahiran
5. Kartu Keluarga
Pada saat sidang di Pengadilan bukti-bukti surat diajukan dan para saksi
I Gede Purwaka, 2006, Kasus Anak Luar Kawin Dari Pihak Ayah
24
55
KUHPerdata yang menyatakan bahwa penikmatan akan kedudukan itu dapat
dibuktikan. Antara lain peristiwa-peristiwa yang terpenting ialah bahwa orang itu
selalu memakai nama si bapak yang mana katanya telah menurunkan dia, bahwa
bapak itu selain memperlakukan dia sebagai anaknya dan sebagai anaknya pun
mengajukan 2 (dua) orang saksi, saksi tersebut adalah keluarga dari ayah anak
luar kawin yaitu keluarga terdekat yang akan tampil sebagai ahli waris seandainya
menggunakan ketentuan Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata. Tujuan saksi pada
keluarga terdekat sangat megetahui kedudukan keluarga anak luar kawin tersebut.
KUHPerdata)
dalam segala hal dimana itu tidak dikecualikan oleh undang-undang (Pasal
1895 KUHPerdata).
56
c. Persangkaan-persangkaan ialah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-
undang oleh Hakim ditariknya dari suatu peristiwa yang terkenal kearah suatu
KUHPerdata).
dimuka hakim dan ada yang dilakukan dimuka persidangan (Pasal 1923
KUHPerdata).
e. Sumpah;
pembuktian yaitu :
wujudnya saja tampak sebagai suatu akta dibuat oleh suatu pejabat
akta itu memang benar apa yang diterangkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
25
Ali Afandi, Op.cit. hal.200
57
permohonan penetapan tersebut dilakukan oleh pemohon sendiri maka ia berhak
meminta pendapat dari Notaris yang menurut pemohon mengerti tentang hal ini.
pinggir yang menjelaskan bahwa anak luar kawin tersebut merupakan anak sah
Pada bagian ini berkas permohonan penetapan tersebut diberi nomor pendaftaran
permohonan tersebut. Dalam kasus ini hakim yang menangani adalah hakim
tunggal”.26
Pengadilan mengabulkan keinginan dari pemohon yaitu ibu dan anak luar kawin
dan penetapan itu berisi Pengesahan Perkawinan, serta penetapan sebagai anak
sah dari pengadilan. Dengan adanya Penetapan dari Pengadilan maka Kantor
Catatan Sipil Mencatat Perkawinan Ayah dan Ibu anak luar kawin serta dalam
Akta Kelahiran anak luar kawin yang pada awalnya hanya akta kelahiran biasa
26
I Gede Purwaka, Op. Cit. hal. 31
58
yang hanya menyebutkan anak kandung dari ibu dan sekarang dengan adanya
dengan istilah populer “catatan pinggir”. Disebut catatan pinggir, karena catatan
tentang perubahan status anak tersebut dicatat pada bagian pinggir dari akta
kelahiran semula. “Catatan pinggir” pada suatu Akta catatan Sipil pada dasarnya
“Catatan pinggir” ini dapat diterapkan pada semua jenis dan macam Akta
Catatan Sipil dan dengan adanya “catatan pinggir” pada suatu akta, berarti data
dan informasi lama tidak berarti lagi, sedangkan yang dipergunakan sebagai data
catatan pinggir maka anak luar kawin tersebut memiliki status sebagai anak sah
dan anak tersebut menjadi sama dengan anak sah dalam segala hal, terutama
dalam hal pewarisan. Dengan telah di buatnya catatan pinggir pada akta kelahiran
anak luar kawin maka nak luar kawin sudah sah menjadi anak sah dan hal itu
sesuai dengan Pasal 261 KUHPerdata yang menyatakan bahwa keturunan anak-
anak yang sah dapat dibuktikan dengan akta-akta kelahiran mereka, sekedar telah
“Pengesahan anak luar kawin adalah alat hukum (rechts middle) untuk
memberi kepada anak itu kedudukan (status) sebagai anak sah. Pengesahan itu
59
yang sah atau “Surat Pengesahan”, setelah si anak diakui lebih dahulu oleh kedua
orang tuanya”.28
sehingga anak-anak luar kawin tidak menjadi anak sah, maka kelalaian ini masih
kelalain terjadi karena kedua orangtua tidak mengetahui bahwa sebelum atau
luar kawin mereka, agar anak-anak itu menjadi anak sah. Bisa saja oleh karena si
ayah pada saat menikah belum mencapai umur 19 tahun dan dengan demikian
tidak boleh mengakui anak. Surat pengesahan dapat diberikan, setelah orangtua si
anak luar kawin melangsungkan perkawinan yang sah dimata hukum, dan setelah
perkawinan itu mereka mengakui anaknya, jadi pengakuan anak masih perlu.
dilangsungkan.
28
Ko Tjay Sing, Op Cit, hal 406
60
pertimbangan dari Mahkamah Agung, sebelum memberikan pertimbangan kalau
yang bersangkutan.
para anggota keluarga tersebut tinggal di tempat yang jauh dari tempat tinggal
itu diumumkan dalam Berita Negara, maksudnya tidak lain agar mereka yang
permohonan tersebut.29
perkawinan yang sah, dan pengesahan terjadi karena perkawinan itu atau karena
Surat Pengsahan dari Menteri Kehakiman, maka bagi yang disahkan itu berlaku
dalam perkawinan yang sah, yang berarti bahwa anak tersebut memperoleh
Anak-anak itu memperoleh status anak sah, tidak hanya terhadap orangtua yang
Undang tidak ditentukan mulai kapan pengesahan itu berlaku. Dapat dianggap
bahwa pengesahan itu dan akibat-akibatnya mulai berlaku sejak orangtua sia anak
61
Dalam hal pengesahan dilakukan dengan surat pengesahan yang diberikan
perkawinan. Akibatnya adalah bahwa si anak atas warisan yang jatuh sebelum
Dalam hal orangtua si anak tidak kawin, karena salah satu dari mereka
yaitu pengesahan dalam hal pewarisan tidak akan merugikan anak-anak sah
dahulu dan pengesahan dalam hal pewarisan tidak berlaku terhadap para keluarga
pemberian pengesahan.30
pewarisan dari ayah anak luar kawin maka dibuatlah sebuah surat keterangan
maka anak luar kawin dibuat sebuah surat yang menyatakan bahwa anak luar
kawin merupakan ahli waris dari harta peninggalan ayahnya, surat itu dinamakan
sesuai dengan golongan penduduk, pada zaman pemerintahan Belanda bagi orang-
orang Timur Asing Tionghoa surat keterangan warisnya dibuat oleh Notaris. Bagi
orang golongan Timur Asing selain Tionghoa diantaranya Arab, surat keterangan
30
Ko Tjai Sing, Op Cit, hal. 110
62
warisnya dibuat oleh Balai Harta Peninggalan, dan bagi golongan pribumi, surat
keterangan waris dibuat sendiri oleh para ahli waris diatas kertas bermaterai dan
kemudian diketahui oleh Lurah/ Kepala Desa dan camat tempat tinggal terakhir
Belanda, yang diskriminatif dan melanggar hak asasi manusia serta sudah tidak
sesuai lagi untuk diterapkan saat ini. Peduduk Indonesia saat ini tidak lagi
(2) Undang-Undang 1945 amademen kedua dibagi menjadi 2 (dua) yaitu warga
negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia, sedangkan
bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Dalam
Indonesia asli adalah orang yang menjadi warga negara Indonesia sejak kelahiran
63
Surat keterangan waris dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai suatu
keterangan, maka dalam hal digunakan sebagai bukti mengenai yang tercantum
didalamnya tidak perlu dikuatkan oleh alat bukti lain, surat keternagan waris yang
dibuat dihadapan Notaris bagi golongan Tionghoa adalah merupakan akta otentik
keterangan waris yang dibuat oleh instansi lain hanya merupakan akta dibawah
tangan, karena surat keterangan waris yang dibuat Kepala Desa atau Luarah,
Camat dan Balai Harta Peninggalan tidak memenuhi unsur sebagai akta otentik,
meskipun demikian akta dibawah tangan tersebut diakuiu oleh orang terhadap
siapa akta dibawah tangan itu hendak dipakai atau yang dengan cara menurut
ternyata ditolak, maka atas penolakan tersebut pihak yang dirugikan dapat
mengajukan upaya hukum yaitu menggugat pihak yang menolaknya atas dasar
identitasnya sebagai ahli waris tertuang dalam surat keterangan waris berupa
Surat Keterangan waris yang merupakan akta dibawah tangan dan bukan
merupakan akta Notaris. Adapun Surat Keterangan Ahli Waris (verklaring van
efrecht) yang dibuat oleh Notaris adalah keterangan waris yang dibuat bagi ahli
dibuat dibawah tangan tidak dengan akta Notaris, pembuatan surat keterangan
64
waris bagi golongan penduduk tionghoa mengacu pada surat Mahkamah Agung
Mahkamah Agung tersebut telah menunjuk Surat Edaran tanggal 20 (dua puluh)
Mengenai Surat Keterangan Waris sampai saat ini tidak ada peraturan
yang mengatur secara spesifik. Dalam prakteknya dibedakan dengan dua istilah
yang hampir sama tetapi berbeda dari instansi yang mengeluarkan Surat
Keterangan Waris tersebut. Surat keterangan Hak Waris biasanya dibuat oleh
Notaris yang berisikan keterangan mengenai pewaris, para ahli waris dan bagian-
bagian yang menjadi hak para ahli waris berdasarkan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Surat Keterangan Waris tersebut sebagai awal bagi kelanjutan
waris tersebut nantinya akan dibuat suatu akta yang berisikan rincian pembagian
harta peninggalan dari pewaris misalnya rumah, tanah. Dalam akta tersebut akan
bagiannya.
Keterangan Waris yang secara umum hanya berisikan keterangan dan pernyataan
dari para ahli waris bahwa mereka adalah benar-benar merupakan ahli waris yang
65
Akibat dari surat waris yang dibuat oleh Notaris maka anak luar kawin
sudah mendapat kedudukan sebagai anak sah dan berhak mewaris sebagai
66
BAB V
A. Kesimpulan
1. Kedudukan anak luar kawin dalam memperoleh warisan sebagai ahli waris
golongan I adalah dengan memperoleh pengakuan dari ayah anak luar kawin,
timbullah hubungan perdata dengan ayah anak luar kawin (Pasal 280
KUHPerdata).
Pengakuan merupakan suatu bukti bagi anak luar kawin bahwa dengan suatu
pengakuan status anak luar kawin dimata hukum dapat berubah sebagai anak
2. Peristiwa pengakuan atau pengesahan anak luar kawin dapat dilakukan oleh
ibu dan anak luar kawin dengan mengajukan permohonan kepada Pengadilan
luar kawin dan memberikan pengesahan pada akta kelahiran anak luar kawin
dengan memberikan catatan pinggir pada akta kelahiran anak luar kawin.
67
B. Saran
Pada bagian akhir dari skripsi ini, penulis merasa perlu untuk
1. Agar lebih terciptanya kepastian hukum, untuk itu setiap anak yang lahir dari
suatu perkawinan harus mendapatkan suatu pengakuan dari ayahnya baik itu
secara tertulis maupun hanya secara lisan, hal tersebut dilakukan agar anak
yang dilahirkan memiliki kedudukan atau status hukum yang jelas dan anak
Catatan Sipil sehingga dapat memperkecil jumlah anak luar kawin yang
68
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Afandi, Alil, 2004, Hukum Waris, Hukum Keluarga, dan Hukum Pembuktian,
Cetakan Keempat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Purwaka, I Gede, 2006, Kasus Anak Luar Kawin dari Pihak Ayah Dirubah
Menjadi Kasus Ahli Waris Golongan I, FHUI, Tangerang
Sing, Ko Tjay, 1981, Hukum Perdata Jilid I, Hukum Perdata Jilid I, Hukum
Keluarga, Itikad Baik, Semarang,
Sjarif, Surini Ahlan dan Nurul Elmiyah, 2005, Hukum Kewarisan Perdata Barat
Pewaris Menurut Undang-Undang, Fajar Interpratama Offset,
Jakarta.
Soemitro, Irma Setyowati, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara,
Jakarta.
69
Peraturan Perundang-Undangan :
70
71
ABSTRAK
Seorang anak lahir dari suatu ikatan perkawinan antara kedua orng tuanya, status
perkawinan orang tua anak tersebut sangat memberikan dampak terhadap anak
yang dilahirkan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/ Burgerlijk
Wetboek (BW), memandang perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan
perdata dan perkawinan yang diakui dan dianggap sah yaitu perkawinan 26 dan 80
KUHPerdata. Apabila perkawinan hanya dilakukan secara agama dan
kepercayaannya tanpa didaftarkn di Kantor Catatan Sipil maka perkawinan itu
dianggap tidak sah dan anak yang dilahirkan dari perkawinan itu disebut anak luar
wakin. Anak luar kawin agar dapat memperoleh hubungan perdata dengan
ayahnya maka ia harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan dari ayahnya.
Untuk mendapatkan pengakuan dari ayah anak luar kawin yang telah meninggal
dunia, maka ibu anak luar kawin harus memint permohonn dari Pengadilan Negeri
agar dapat mendaftarkan perkawinannya di Kantor Catatan Sipil dan memberikan
catatan pinggir pada Akta Kelahiran anak luar kawin tersebut.
Dalam hal penulisan ini, metode pengumpulan data yng digunakan sebagai bahan
acuan adalah Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method), yaitu
cara pengumpulan data berdasarkan kepustakaan.
Dari hasil penelitian ternyata kedudukan anak luar kawin dalam memperoleh
warisan sebagai ahli waris golongan I adalah dengan memperoleh pengakuan dari
ayah anak luar kawin dengan adanya pengakuan yang dilakukan terhadap anak
luar kawin timbullah hubungan perdata dengan ayah anak luar kawin (Pasal 280
KUHPerdata). Peristiwa pengakuan atau pengesahan anak luar kawin dapat
dilakukan oleh ibu dan anak luar kawin dengan mengajukan permohonan kepad
Pengadilan Negeri setempat untuk meminta agar pengadilan dapat memerintahkan
kepada Kantor Catatan Sipil untuk mencatatkan perkawinan orang tua anak luar
kawin dan memberikan pengesahan pada akta kelahiran anak luar kawin.
Agar lebih terciptanya kepastian hukum, untuk itu setiap anak yang lahir dari
suatu perkawinan harus mendapatkan suatu pengakuan dari ayahnya baik itu
secara tertulis maupun hanya secara lisan. Setiap perkawinan terlebih dahulu
mempertimbangkan dengan baik dan menempuh langkah-langkah untuk
mencatatkan perkawinan ke Kantor Catatan Sipil sehingga dapat memperkecil
jumlah anak luar kawin yang dilahirkan.
i
72
KATA PENGANTAR
Skripsi ini, sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan guna
Kabanjahe.
ini yang penulis sajikan pastilah belum dapat dikatakan sempurna, karena
saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan penulis akan menerimanya
dorongan semangat dan nasehat serta bimbingan dari berbagi pihak yang nilainya
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Ketua Prodi Ilmu
ii
73
dalamnya yang telah mengorbankan waktu dan pemikiran untuk membimbing
3. Bapak Ramli Siregar, SH, M.Hum selaku Pembimbing II Penulis, yang telah
4. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Pengajar serta seluruh Civitas Akademika Fakultas
penulisan skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik dari
pembaca sehingga untuk masa mendatang penulis dapat membuat tulisan yang
Tuhan Yang Maha Esa semoga memberikan balasan yang melimpah kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil yang
Kabanjahe, J u n i 2012
P e n u l i s,
iii
74
DAFTAR ISI
Halaman
A B S T R A K ....................................................................................... i
BAB I P E N D A H U L U A N ..................................................... 1
KUHPerdata .................................................................... 27
75
iv
Halaman
PERDATA .............................................................................. 45
Kawin............................................................................... 45
A. Kesimpulan...................................................................... 67
B. Saran................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
76
v