Anda di halaman 1dari 7

\DAMPAK NIKAH DIBAWAH TANGAN TERHADAP HAK HAK

PENDIDIKAN FORMAL ANAK MENURUT MASLAHAH DAN UNDANG


UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

Proposal Tesis

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Syahnan, MA

Oleh:
M. Khairi Ramadhanu
M. Hajatoleslam Siregar
Umar,

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

T.A 2023/2024
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui memahami dan menganalisa dampak hukum anak
hasil nikah bawah tangan terhadap hak pendidikan formal anak menurut Undang-undang
Perlindungan anak No. 35 Tahun 2014 dan Permendagri No. 09 Tahun 2016 dan memahami
dan menganalisa hak-hak pendidikan formal anak hasil nikah bawah tangan menurut
perspektif maslahah. Metode penelitian tesis ini menggunakan penelitian hukum normatif.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif di antaranya sumber data primer
yaitu, Undang undang Pernikahan No 1 Tahun 1974, Inpres No.1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam, Undang undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, Undang undang No 35 Tahun 2014 Tentang kesejahteraan anak,
Permendari No 09 Tahun 2016 dan wawancara, Juga data sekunder dan tersier. Hasil
pembahasan dari penelitian ini adalah perkawinan di bawah tangan melanggar asas-asas yang
ada dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Bab II pasal 2 mengenai asas dan tujuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Pertama, pelanggaran terhadap asas non-diskriminasi Pasal 2 no 1 . Kedua, pelanggaran
terhadap asas Kepentingan yang terbaik untuk anak Pasal 2 no 2,. Ketiga, pelanggaran
terhadap asas Hak untuk Hidup, Kelangsungan Hidup, dan perkembangan Pasal 2 no 3,
sedang menurut permendagri No.09 Tahun 2016 tentang percepatan peningkatan cakupan
kepemilikan akta kelahiran Pada pasal 1 ayat 18 dan 19 tentang Surat pernyataan tanggung
jawab mutlak sepertinya membenarkan pelanggaran tersebut, Hasil ini dapat penulis
simpulkan dari keterangan responden yang mengatakan bahwa kemungkinan anak akan susah
mengurus administrasi karena xiii pernikahan orang tuanya tidak tercatat, juga beberapa
responden masih banyak yang tidak mengetahui dampak nikah di bawah tangan pada
pendidikan formal anak, disisi lain pemerintah memberikan solusinya dengan lahirnya surat
pernyataan tanggung jawab mutlak. Perkawinan yang tidak tercatat adalah mafsadah dan
perkawinan yang tercatat adalah maslahah menurut al-Syatibi kemaslahatan yang dijadikan
dasar dalam dalil maslahah mursalah adalah maslahah yang tidak di-sebutkan oleh
syara„ Pernikahaanya menjadi kebutuhan pokok manusia dalam ranggka menjaga keturunan,
sedang pencatatan pernikahannya di perlukan untuk menjamin kepastian hukum bagi
pelakunya sedang menurut tujuan syariat tentang jalbul mashalih maka nikah di bawah tangan
masuk wilayah tingkatan hajiyat.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar bealakang
Pernikahan adalah salah satu peristiwa yang penting bagi kehidupan
manusia, karena makhluk hidup memiliki hak asasi untuk melanjutkan
keturunanya melalui pernikahan, yaitu melalui agama dan budaya yang ada di
Indonesia, kemudian lahirlah hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam
membina keluarga sebagaiman yang dikatakan dalam undang-undang pernikahan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Pernikahan) 1
bukan hanya menimbulkan perbuatan perdata, juga merupakan perbutanan agama
yang dimana pernikahan dapat dilakukan dengan menurut agama dan keyakinan
masing-masing, karena dasar sahnya pernikahan tersebut adalah sesuai dengan
keyakinanya. Sebagamana yang diterangkan dalam undang-undang pernikahan
no1 pasal 2 : “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu.”2 Pernikahan dapat dilakukan kapan
saja dan dimana pun, asal syarat dan rukunnya terpenuhi maka perkawinan
hukumnya sah didalam islam.
Namun ditengah-tengah masyarat praktek pernikahan ini dinamis dan
beraneka macam, ada namanya nikah resmi, nikahan sirih, ada pula nikahan
dibawah tanan, dan ada pula kawin lari, dari berbagai menyam tersebut itu semua
memilik latar belakang yang berbeda, pernikahan yang tidak dicatatkan ini
biasanya dilakukan berdasarkan agama dan adat, dan tidak dicatatkan di KUA.
Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal di
kalangan para ulama. Hanya saja nikah siri yang dikenal pada masa dahulu
berbeda pengertiannya dengan nikah siri pada saat ini. Dahulu yang dimaksud
dengan nikah siri yaitu pernikahan sesuai dengan rukun-rukun pernikahan dan
syaratnya menurut syari’at, hanya saja saksi diminta tidak memberitahukan
terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, kepada masyarakat, dan
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
(Bandung: Citra Umbara, 2007), hlm. 2.
2
Ibid

3
dengan sendirinya tidak ada walimatul-‟ursy. Adapun nikah siri yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia sekarang ini adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali
atau wakil wali dan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan
Petugas Pencatat Nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau tidak dicatatkan di
Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam atau di Kantor Catatan Sipil
bagi yang tidak beragama Islam.
Selama ini nikah nikah dibawah tangan lebih cenderung merugikan pihak
perempuan (istri) dan anak atau anak-anak yang lahir dari pernikahan siri. Hal ini
dikarenakan seorang suami mempunyai kewajiban memberikan nafkah pada istri
dan anak-anaknya yang dilahirkan dari pernikahan siri, namun karena tidak
adanya perjanjian hitam diatas putih (bukti secara tertulis, terutama surat nikah)
maka dengan mudah suami mengingkari kewajibannya atau bahkan meninggalkan
atau menelantarkan begitu saja istri dan anak hasil perbuatan nikah sirih, sehingga
istri dan anaknya tidak dapat berbuat apa-apa kerena tidak memiliki bukti otentik
Nikah dibahwah tangan ini biasanya terjadi karena adanya beberapa faktor
yang menyebabkan ternjadinya hal itu,diantaranya.
Pertama, faktor ekonomi, dilingkungan masyarakat menegah kebawah,
memiliki ekonomi yang tidak setabil dan dengan biaya pesta yang lumayan besar,
terkadang masyarakat tidak dapat membayar biaya administrasi KUA yang begitu
besar dalam proses pernikahan, lebih lagi di KUA tidak ada aturan secara normatif
terkait biaya administrasi, dan banyak juga keluhan masyarakat dalam persoalan
tersebut yang membuat mereka tidak bisa melibatkan KUA dalam pernikahan
tersebut.
Kedua, faktor belum cukup umur, pernikhan sirih dilakuakan karena salah
satu mempelai belum cukup umur, namun pernikahan harus terjadi, kasus ini
biasanya terjadi sebab ekonomi, dimana orang tua merasa juka anak perempunya
sudah menika maka beban keluarga semakin berkurang. Sehingga dari kejadian
itu undang undang pernikhan Indonesia tidak memberikan izin dalam pencatatan
nikah mereka, karena belum cukup umur
Ketiga, faktor perzinaan, pernikahan dibawah tangan terjadi disebabkan
hamil diluar nikah, dengan alasan menutupi aib keluarga dilingkungan masyarakat

4
yang sudah terlanjur, maka jalan alternatif yang cepat adalah nikah dibawah
tangan. Dari sanalah orang tua menikahkan secara siri anaknya dengan laki-laki
yang menghamilinya dengan alasan menyelamatkan nama baik keluarga dan tanpa
melibatkan petugas PPN, tetapi hanya dilakukan oleh mualim (ada istilah nikah
secara kiyai) tanpa melakukan pencatatan3
Keempat, kurangnya kesadaran dan pemahamn dilingkungan masyarakat
yang sangat minim pengetahuan tentang pentingnya pencatatan nikah, mereka
baranggapan bahwa pernikahan sama saja, dicatat atau tidak dicatat nikahnya
tetap sah secara agama. Dan masih banyak faktor-faktor lainya yang
menyebabkan terjadinya perkawinan sirih atau perkawinan dibawah tangan.
Namun dari faktor tersebut pernikahan dibawah tangan bukanlah sebagai
salah satu pemecah masalah, namun akan menimbulkan problem hukum yang
tidak sedikit, secara ringkas perkawinan yang tidak dicatatkan berdampak
a. Perkawinan tidak dianggap sah secara hukum positif
b. Anak hanya memiliki hukum perdata kepada ibunya dan keluarga
ibunya
c. Anak dan ibu tidak memiliki hak atas harta gono gini dan warisan
d. Pihak suami tidak bisa menuntut harta bersama selama perkawinan
dibawah tangan,
Dampak dari perkawinan dibawah tangan ini bukan hanya dirasakan oleh
pelakunya, akan tetapi yang paling merasakan adalah anak yang dilahirkan dari
perkawinan dibawah tangan tersebut, dimana anak tersebut sulit untuk
melanjutkan pendidikanya, dan hal-hal yang dia butuhkan terkait administrasi,
sebab kartu keluarga merupakan salah satu persyaratan agar bisa masuk sekolah.
sebagaiman yang terdapat di undang-undang perlindungan anak no 35 tahun 2014
pada pasal 1 ayat 1: “Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakat” Sehingga anak tak dapat melanjutkan pendidikanya dan juga
tidak mendapatkan perlindungan dari hak-haknya, karna akibat orang tua yang

3
Heru Susetyo, “Revisi Undang-Undang Pernikahan”, Jurnal Lex Jurnalica 4 (2) April
2007 Universitas Indonusa Esa Unggul, hlm.73

5
menikah dibawah tangan. Oleh kerna itu peneliti tertarik untuk menggali dampak
pernikahan dibawah tangan terhadap hak-hak pendidikan formal anak menurut
maslahah dan undang undang perlindungan anak, untuk dapat menjelaskan,
problem yang akan terjadi jika pernikahan dibawah tangan itu terjadi, serta
bagaiman perlindungan anak dari hasil pernikahan dibawah tersebut, dilihat dari
maslahah dan undang undang perlindungan anak.

B. Identifikasi Masalah
Dari masalah yang di angkat oleh penelitian ini, maka muncul beberapa
permasalahan yang bisa dijadikan sebagai suatu penelitian . Permasalahan tersebut
saling berkaitan dengan yang lainnya diantaranya:
1. Pernikahan yang sah di mata Hukum Positif.
2. Pencatatan perkawinan menurut Hukum Positif
3. Nikah di bawah tangan menurut Hukum Positif
4. Ancaman dan dampak terhadap pelaku nikah di bawah tangan
5. Hukuman bagi pelaku nikah di bawah tangan
6. Anak yang sah menurut Hukum Positif
7. Hak-hak anak nikah dibawah tangan yang mesti dilindungi hukum
8. Status atau kedudukan anak hasil nikah di bawah tangan bagaimana
perlindungan hukum terhadap nafkah dan kewarisannya
9. Hak pendidikan formal anak hasil nikah di bawah tangan
10. Cara menikmati fasilitas yang disediakan oleh negara bagi anak hasil
nikah di bawah tangan seperti kartu keluarga, akte kelahiran dan hal-hal
yang terkait dengan birokrasi pemerintahan lainnya
11. Cara perjuangan hak jika terjadi konflik, missal kedua orang tua nya cerai
12. Cara mendapatkan hak anak hasil nikah di bawah tangan jika terjadi
perceraian
13. Budaya masyarakat ada beberapa tempat mengijinkan atau mempermudah
untuk terjadinya nikah di bawah tangan

6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi, maka tesis ini
memerlukan batasan masalah agar fokus penelitian tidak melebar dan terlalu luas.
Pembatasan masalah dalam tesis ini adalah dampak nikah di bawah tangan
terhadap pendidikan formal anak perspektif maslahah dan Undang-undang
perlindungan anak.

D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka akan melahirkan rumusan
masalah yaitu “Bagaimana dampak pernikahan di bawah tangan dan hak hak
pendidikan formal anak menurut Maslahah dan Undang-undang perlindungan
anak?”. Permasalahan pokok tersebut dapat diurai menjadi beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak hukum anak hasil nikah bawah tangan terhadap hak
hak pendidikan formal anak menurut Undang Undang Perlindungan Anak Nomor
35 Tahun 2014 dan Permendagri Nomor 09 Tahun 2016 ?
2. Bagaimana hak-hak terkait pendidikan formal anak dari hasil nikah
bawah tangan menurut maslahah.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab dalam kesimpulan
penelitian dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dari tesis ini, maka tesis ini memiliki
tujuan untuk memahami dan menganalisa dampak pernikahan di bawah tangan
yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menganalisa dampak hukum anak hasil nikah bawah tangan terhadap
hak hak pendidikan formal anak menurut Undang-undang Perlindungan anak
Nomor 35 Tahun 2014 dan Permendagri Nomor 09 Tahun 2016.
2. Menganalisa hak-hak pendidikan formal anak hasil nikah bawah tangan
menurut maslahah.

Anda mungkin juga menyukai