Anda di halaman 1dari 21

Skim penelitian : Hibah Riset Group

Bidang Unggulan : Pembangunan Manusia dan Daya Saing


Bangsa

LAPORAN KEMAJUAN

MODEL PENYELESAIAN KASUS PENGURUSAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN


BERUPA AKTA PENGAKUAN ANAK

ID (V30135330)

Ketua Tim Pengabdian


Diana Lukitasari,SH,MH NIDN 0002077804
Anggota Tim Pengabdian
Sri Wahyuningsih Yulianti,SH,MH NIDN
0021076105 DR R Ginting SH,MH NIDN
0005015806
Budi Setyanto,SH,MH NIDN 0010065703
Sabar Slamet,SH,MH NIDN 0027075608
Itok Dwi Kurniawan, SH,MH NIDN
0631018601 Tika Andarasni Parwitasari,SH, MH NIDN
0630118401 Ismawati Septiningsih, SH,MH NIDN
0628098702

RISET GRUP KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN


INOVASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FEBRUARI 2020
2
i
RINGKASAN

ii
Pengakuan anak merupakan salah satu upaya pengakuan seorang ayah terhadap anaknya
yang lahir diluar perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengalisis regulasi dan kebijakan yang diterapkan di indonesia mengenai
pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak yang berbasis pada nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila, hal tersebut di dasarkan kepada undang-undang
administrasi kependudukan nomor 24 tahun 2013 pasal 49 yang menjelaskan tentang
pengakuan anak dan juga diatur dalam peraturan presiden nomor 96 tahun 2018 pasal 51.
Walaupun saat ini sudah ada regulasi yang mengaturnya namun masih banyak persoalan
yang belum terjawab dan diperlukan adanya alternatif penyelesaian masalah. Kebijakan
yang diambil oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pun juga harus relevan sesuai
keadaan masyarakat yang sedang berkembang sehingga nantinya keberlangsunganya dapat
dipertanggungjawabkan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini
bermaksud untuk memberikan alternatif penyelesaian yang nantinya bermanfaat dan dapat
dijadikan dasar acuan dalam penyelesaian masalah pengakuan anak.

iii
DAFTAR ISI
Halaman Identitas Kemajuan.......................................................................................... i
Lampiran halaman Identitas............................................................................................ ii
Ringkasan ...................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
Bab II Metode Penelitian................................................................................................ 12
Bab III Hasil Yang Telah Dicapai.................................................................................. 13
Bab IV Rencana Selanjutnya.......................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, itu adalah bunyi pasal 1 ayat 1
Undang-undang No 1 Tahun 1974, dan pastinya sebuah perkawinan menginginkan
adanya kehadiran seorang anak. Namun apa yang terjadi tidaklah semua sesuai
dengan aturan dan norma yang berlaku. Banyak kejadian di masyarakat indonesia
yang mana terjadi perkawinan sah secara agama atau nikah siri saja dan memililiki
anak, ada juga sebelum melakukan pernikahan ternyata si calon istri sudah
mengandung atau bahkan mempunyai seorang anak. Tentu ini bukan perkara
sederhana, karena ini nantinya berakibat pada hak dan kewajiban pribadi tersebut,
maka di indonesia lebih sering dikenal dengan adanya sebutan pengakuan anak.

Pengakuan anak merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengakui


keberadaan seorang anak yang nantinya menimbulkan adanya sebuah ikatan tertentu,
dan dengan adanya sebuah ikatan tersebut maka akan mucul sebuah hak dan pastinya
juga akan timbul yang namanya hubungan perdata dalam istilah hukum. Akan tetapi
sebelum menjelaskan lebih jauh lagi, perlu dipahami definisi secara utuh berkaitan
dengan pengakuan anak. Dalam KBBI, kata “pengakuan” diartikan sebagai
“proses,cara,perbuatan atau mengakui”.1
Dijelaskan juga oleh United Nations dalam Civil Registration and Vital
Statistics Systems dijelaskan bahwasanya pengertian pengakuan anak sebagai berikut.
“Recognition is the legal acknowledgement, either voluntarily or
compulsorily, of the maternity or paternity of an illegitimate child”2

1
Tim Penyusun Kamus Penelitian dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Departermen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1988),hlm 17.
2
United Nations, Handbook on Civil Regestrastion and Vital Statistics Systems Computerization, ( New
York:United Nations,1998)hlm 40.

5
Berdasarkan definisi oleh United Nations di atas, maka dapat diartikan seorang
ayah dapat memberikan pengakuan terhadap anak hasil hubungan gelapnya, baik
secara sukarela maupun wajib.
Pengakuan anak di Indonesia juga sudah diatur dan dijelaskan dalam undang-
undang administrasi kependudukan yang awalnya dirumuskan dalam penjelasan atas
Pasal 49 ayat (1) UU No. 23 tahun 2006, yang bunyinya sebagai berikut.
“ Yang dimaksud dengan pengakuan anak adalah pengakuan seorang ayah
terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu
kandung anak tersebut “
Penjelasan atas pasal Pasal 49 ayat (1) UU No. 23 tahun 2006 ini sejalan
dengan dengan pengertian pengakuan anak dalam hukum perdata. Menurut KUH
perdata, seorang ayah dapat memberikan pengakuan dan mengakui seorang anak yang
dilahirkan diluar perkawinan yang diakui sebagai anaknya. Pengertian anak yang
dilahirkan diluar perkawinan disini yang dapat diakui bukan anak dari hasil zina atau
anak sumbang. Anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau anak-anak alam
(natuurlijk kind) tersebut dapat diakui oleh ayahnya sebagai anaknya dengan
persetujuan ibu kandunganya. Hal ini juga diperjelas dalam penjelasan menurut
pengertian formal dan hukum perdata barat yang menjelaskan bahwa ketika ada
sebuah pengakuan anak, maka akan terjadi sebuah hubungan keperdataan antara anak
dan ayah tersebut.
Dalam ketentuan pasal 43 ayat (1) UU No.1 Tahun 1974, dijelaskan
bahwasanya mengakui anak itu bukan dilakukan oleh ibu yang melahirkannya,
melainkan ayahnya dalam rangka menyatakan dan menetapkan keturunannya. Selain
itu dalam pengakuan anak tidak mengharuskan ayahnya menikahi ibu yang
melahirkanya, cukup dengan pengakuan ayahnya dengan persetujuan ibu kandung
anak tersebut, maka tercipta sebuah hubungan perdata antara anak dan ayah tersebut.
Ketentuan pasal 49 UU No.23 tahun 2006 ini kemudian diubah melalui UU
No.24 tahun 2013, yang pengaturannya mempersempit pengertian pengakuan anak.
Batasannya dirumuskan lagi dalam penjelasan atas pasal 49 ayat (1) UU No.24 tahun
2013 yang bunyinya sebagai berikut.
“Yang dimaksud dengan pengakuan anak ialah Pengakuan seorang ayah
terhadap anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah menurut hukum agama,
dan disetujui oleh ibu kandung anak tersebut”

6
Di dalam Perpres No. 96 Th. 2018 Ps. 51 juga dijelaskan bahwa ketika ada
seorang anak yang lahir diluar pernikahan yang sah secara agama maka.

(1) Pencatatan pengakuan anak penduduk di wilayah NKRI yang dilahirkan diluar
perkawinan yang sah menurut hukum agama atau kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan.
(2) Pencatatan atas pengakuan anak Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan membuat catatan pinggir pada register akta kelahiran maupun
pada kutipan akta kelahiran dan/atau mencatat pada register akta pengakuan anak
dan menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
Pada penjelasan pasal 49 ayat (1) UU No.24 tahun 2013 diketahui adanya
batasan pengakuan anak , yakni terbatas pada anak yang lahir dari perkawinan yang
telah sah menurut hukum agama. Berbeda dengan penjelasan sebelumnya sebelum di
ubah yaitu pada pasal 49 UU No.23 tahun 2006 yang tidak membatasi pada anak yang
dilahirkan pada dari perkawinan sah menurut agama melainkan kepada anak yang
lahir diluar perkawinan yang sah juga dapat diakui oleh ayahnya. Sekarang ini yang
dimaksud dalam UU adminduk dibatasi hanya pada hasil perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama(perkawinan tidak tercatat).3
Pencatatan pengakuan anak dalam wilayah NKRI menyertakan ;
a. Surat pernyataan pengakuan anak dari ayah biologis yang disetujui oleh ibu
kandung atau penetapan pengadilan mengenai pengakuan anak jika ibu kandung
Orang Asing;
b. Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama
atau penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
c. Kutipan akta kelahiran anak;
d. KK ayah atau ibu;
f. KTP-el; atau
g. Dokumen Perjalanan bagi ibu kandung Orang Asing.

3
Neng jubaidah menggunakan istilah perkawinan tidak tercatat, yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan
syarat sesuai hukum islam, akan tetapi tidak dicatatkan atau belum tercatat di KUA kecamatan. Lihat, Neng
Jubaidah, pencatatan perkawinan dan perkawinan tidak dicatat menurut hukum tertulis di indonesia dan
hukum islam, ( Jakarta:Sinar Grafika,2010)HLM 153-154.

7
Dinas kependudukan dan pencatatan sipil dalam hal ini yang menjadi tangan
panjang dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia yang mengurus berkaitan
dengan dokumen kependudukan, yang salah satunya ialah dokumen kependudukan
berupa akta pengakuan anak. Adapun saat ini keadaan masyarakat di indonesia
kesadaran untuk mengurus dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak
masih sangatlah rendah. Hal tersebut disebabkan banyak faktor, salah satu faktor
utamanya ialah ketidaktahuan masyarakat indonesia untuk mengurus dokumen
kependudukan berupa akta pengakuan anak. Faktor tersebutlah yang menyebabkan
masayarakat enggan untuk mmengurus dokumen kependudukan berupa akta
pengakuan anak.
Adapun faktor yang lain ialah masyarakat tidak paham persyaratan dan teknis
dalam pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan ini, sehingga
dalam pemenuhan persyaratan sebagai langkah dalam pengursan akta pengakuan anak
masih banyak masyarakat yang tidak dapat melaksanakannya sehingga faktor tersebut
membuat masayarakat malas dalam mengurus dokumen kependudukannya. Akibatnya
hak seorang ayah dalam mengakui anaknya dan juga anak yang harusnya
mendapatkan pengakuan sebagai anak dari ayahnya menjadi terabaikan. Dengan
demikian pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak masih
sangatlah rendah di masyarakat indonesia, hal ini ditunjukan dengan sangat sedikitnya
masyarakat yang mengurusnya di dinas kependudukan dan pencatatan sipil di kota
maupun kabupaten yang ada di daerah Solo Raya.
Belum lagi ketika ada permasalahan seperti tidak adanya persetujuan ibu
kandung dalam surat pernyataan pengakuan anak dari ayah, padahal persetujuan
seorang ibu merupakan syarat utama yang wajib dipenuhi dalam pengurusan akta
pengakuan anak. Apakah seorang ayah nanti masih dapat membuktikaanya dengan
adanya jejak rekam medis seperti test DNA atau sejenisnya sesuai dengan amanat
putusan MA, dan ketika sudah adanya jejak rekam medis tersebut apakah perlu juga
adanya penetapan pengadilan untuk membuktikan bahwa anak tersebut merupakan
anak kandung dari seorang ayah.
Selain itu masalah yang sering dihadapi masyarakat ialah tidak adanya surat
keterangan pernah menikah sah secara agama yang di setujui oleh pemuka agama atau
aliran kepercayaan, banyak masyarakat yang sulit untuk menunjukan persyaratan
tersebut dikarenakan sudah lama dan hilang atau sudah meninggalnya pemuka agama
tersebut yang dulu sudah menikah, adapun penyelesaian dari masing-masing dinaspun

8
juga berbeda- beda sehingga hal tersebut menjadikan banyak penafsiran dan cara dalam
penyelesaiaanya.
Sebagai contoh pada bulan januari 2020 kemaren publik sempat dikejutkan
dengan adanya kasus dua orang saudara kembar yang terpisah lama dan dipertemukan
Bacahttps://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/14/10262151/kronologi-
terpisahnya-kembar-nadya-dan-nabila-diadopsi-sejak-lahir-dan?page=all dengan
adanya kasus temuan tersebut maka nantinya apabila ayah kedua anak tersebut harus
melakukan pengakuan anak.
Kebijakan dan aturan yang saat ini diterapkan dalam pengurusan
kependudukan berupa akta pengakuan anak pun belum sepenuhnya dapat menjawab
dan menjelaskan permasalahan-permasalah tersebut. Selain itu ditambah dengan
perbedaan pemahaman masing-masing dinas kependudukan dan pencatatan sipil
dalam memahami situasi tersebut menyebabkan kebijakan yang dikeluarkan dinas
dalam penyelesaiaan masalahpun juga berbeda pula. Dengan keadaan tersebut maka
kiranya perlu adanya alternatif model penyelesaian dalam pengurusan dokumen
kependudukan berupa akta pengakuan anak yang nantinya dapat dijadikan dasar
aturan dan kebijakan bersama.
Adapun alternatif penyelesaiaan yang dapat dikembangkan dalam rangka
menyelesaikan kasus pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan
anak, ialah menggunakan pendekatan berdasar nilai keadilan dari pancasila, artinya
pancasila sebagai dasar negara, sebagai sumber nilai-nilai hukum yang syarat akan
keadilan sesuai dengan bunyi silanya, dapat diterapkan sebagai upaya dalam
penyelesaiaan kasus pengakuan anak, apalagi disini melibatkan anak sebagai objek
hukum yang nantinya perlu mendapat sebuah pengakuan dan identitas yang nantinya
menetukan hubungan hukum dan hubungan perdata seseorang ayah dengan anak yang
diakuinya.

B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bentuk layanan pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan
anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar.
2. Kendala yang di hadapi oleh masyarakat dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar dalam pengurusan dokumen

9
kependudukan berupa akta pengakuan anak.

10
3. Model reformulasi kebijakan bersama yang dapat diterapkan dalam
penyelesaain kasus pengakutan anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Karanganyar.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Sebuah penelitian pastinya memiliki tujuan tertentu adapun tujuan penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian terhadap UU No 24 tahun 2013 dan Perpres Nomor 96
tahun 2018 yang membahas berkaitan dengan pengurusan dokumen
kependudukan berupa akta pengakuan anak yang selama ini dijadikan dasar
hukum dan pedoman.
2. Mengetahui dan mengidentifikasi teknis mekanisme pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar dalam
penyelesaian kasus pengurusan dokumen kependudukan berupa akta
pengakuan anak.
3. Menyusun model alternatif kebijakan yang nantinya dapat diterapkan sebagai
solusi bersama penyelesaian serta percepatan kasus pengakuan anak.
4. Mengevaluasi kebijakan yang selama ini sudah diterapakan serta
membandingkan dengan model alternatif kebijakan yang telah disusun
tersebut, untuk nantinya dapat diambil kesimpulan kekurangan dan kelebihan
sesuai dengan kebutuhan.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat awam, penelitian ini dapat dimanfaatkan dalm rangka


meningkatkan pemahaman terhadap mekanisme pengurusan dokumen
kependudukan berupa akta pengakuan anak serta memberikan edukasi kepada
masyarakat luas berkaitan pentingnya identitas pribadi seseorang.
2. Sebagai tambahan bahan kajian dalam bidang hukum penacacatan sipil,
sehingga dapat membantu memberikan pemahaman terhadap akademisi,
mahasiswa dan masyarakat umum tentang pengurusan dokumen
kependudukan berupa akta pengangkatan anak.

11
3. Sebagai masukan kepada Kementrian Dalam Negeri dalam hal ini Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam nantinya membuat sebuah
kebijakan dan regulasi dalam rangka sebagai penyelenggara administrasi
kependudukan Republik Indonesia.

12
BAB II

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berpijak pada paradigma hukum di samping sebagai fakta, juga sebagai
gugusan nilai, sebagaimana pandangan sosiologi normatif atau oleh Nonet disebut
“normative or morally approach” dalam sosiologi hukum. (A. Javier Trevińo, 2008 : 9)
Menggunakan kategori Mark Van Hoecke, penelitian ini digolongkan ke dalam doktrin
hukum (legal doctrine) sebagai “an empirical discipline”. (Mark Van Hoecke, 2011 : 5-7)
Oleh karena itu, penelitian ini merupakan jenis penelitian sosio- legal atau nondoktrinal
(socio-legal or nondoctrinal research) yang bersifat interdisipliner.
Sebagai penelitian nondoktrinal atau sosio-legal, mengikuti pandangan Wheeler dan
Thomas, bahwa studi sosio-legal dilihat sebagai alternatif interdisipliner. Sosio dalam studi
sosio-legal tidak menunjuk pada sosiologi atau ilmu-ilmu sosial, tetapi merepresentasikan
saling berhadapan dengan konteks tempat hukum itu berada. (Reza Banakar and Max
Travers, ed., 2005 : xii) Oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Bentuk layanan pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar.
1. Setelah melakukan pengamatan dalam pelayanan administrasi kependudukan di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar, dan meminta
penjelasan dari petugas dan pejabat yang berwenang, bahwasanya pelayanan
administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
undang-undang yaitu undang-undang nomer 24 tahun 2013 tentang Administrasi
kependudukan dan aturan pelaksana lainnya.
2. Dalam pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak,
memanglah sangat jarang terjadi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari
ketidaktahuan masyarakat hingga adanya faktor internal dan eksternal dari
masyarakat sendiri.
3. Selanjutnya menurut rekap dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar, bahwa sudah beberapakali dijumpai kasus pengurusan
dokumen kependudukan berupa akta pengakuan, dengan latar belakang masalah
dan penyelesaiaan yang berbeda-berbeda pula. Seperti halnya : tidak adanya
persetujuan dari ibu anak tersebut, bukti perkawianan yang sah menurut agama
tidak dapat dilampirkan, penyelesaian dengan penetapan pengadilan, dan lain
sebagainya yang sudah terekap oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar

b. Kendala yang di hadapi oleh masyarakat dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar dalam pengurusan dokumen kependudukan berupa akta
pengakuan anak.
1. Setelah meninjau langsung lapangan ketika jalannya pelayanan adapun hambatan
yang dihadapi oleh masyarakat ialah kurangnya informasi dan pemahaman
terhadap pengakuan anak dan prosedural pengurusan aktanya seperti apa,
beberapa persyaratan yang dinilai memberatkan, jarak dan waktu pengurusan yang

14
jauh dan lama. Hal-hal demikian yang menjadi kendala bagi masyarakat yang
mana dalam hal ini sebagai pemohon.
2. Selanjutnya adapun kendala yang dhadapi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar ialah pemohon terkadang tidak dapat memenuhi persyaratan
yang sudah ditetapkan oleh undang-undang, kedua ialah penetapan pengadilan berkaitan
dengan pengurusan akta pengakuan anak, yang kurang mendetail atau malah tidak sesuai
dengan domisili pemohon, banyak masyarakat yang enggan mengurus akta pengakuan
anak. Yang demikian yang menjadi kendala bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Karanganyar

c. Model reformulasi kebijakan bersama yang dapat diterapkan dalam penyelesaain kasus
pengakutan anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar.

1. Melihat dari prosedural yang sudah dijalankan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar dalam pengurusan dokumen keependudukan berupa akta pengakuan
anak dan juga melihat bagaimana kendala yang juga dihadapai oleh masyarakat dan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar, maka model reformulasi yang
dapat diterapkan ialah mengacu terhadap penyelesaiaan kasus-kasus sebelumnya yang sudah
pernah diselesaikan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar,
serta membuat kebijakan atau aturan yang baku yang sifatnya mutlak dan dapat dijadikan
pedoman dalam pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar

B. Status Luaran Penelitian


a. Adapun status luaran penelitian saat ini ialah, jurnal dengan target terakreditasi sinta 3
yaitu jurnal mimbar keadilan universitas 17 agustus 1945 surabaya dengan judul “
model penyelesaian kasus pengurusan dokumen kependudukan berupa akta pengakuan
anak”, sudah dalam tahap pengajuan abstrak , untuk nantinya di review dan nantinya
apabila tidak ada revisi atau disetujui maka akan dinaikan untuk dijadwalkan
penerbitan.
b. Serta E-book ber-ISBN berjudul “ Problematika dalam pengurusan dokumen
kependudukan berupa akta pengakuan anak” sudah dalam tahap desain, dan saat ini
sedang menhubungi penerbit, untuk nantinya direview apakah e-book terseut dapat di
terbitkan serta editor hal-hal yang dibutuhkan

15
16
BAB IV
RENCANA SELAJUTNYA

Rencana selanjutnya dalam penelitian dengan judul model penyelesaian kasus pengurusan
dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Karanganyar ialah terus menganalisis terhadap fakta-fakta lapangan yang
telah didapatakn, untuk nantinya dikaji dan dibuatkan model kebijakan dalam penyelesaian
dokumen kependudukan berupa akta pengakuan anak.

Selain hal tersebut, ialah terus mengusakan luaran yang berupa jurnal dan e-book yang
nantinya dapat diterbitkan sesuai dengan kriteria dan target yang telah ditentukan

17
DAFTAR PUSTAKA

National Center for Health Statistic. September 2015. Civil Registration and Vital Statistics
Systems : Training Course on: Civil Registration and Vital Statistics Systems.
https://www.cdc.gov/nchs/data/isp/participas_manual.pdf.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Departermen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/14/10262151/kronologi-terpisahnya-kembar-nadya-
dan-nabila-diadopsi-sejak-lahir-dan?page=all

Banakar, Reza dan Max Travers Law Sociology and Method dalam Reza Banakar & Max
Travers (ed), Theory and Method in Socio-Legal Research. Onati: Hart Publishing
Oxford and Portland Oregon, 2005

Anggoro, Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta : Universita Terbuka 2008

Mark Van Hoecke, Legal Doctrine: Which Method(s) for What Kind of Discipline?, dalam
Methodologies of legal Research Which Kind of Method for What Kind of discipline?, Editor
: Mark Van Hoecke, Hart Publishing, Oxford and Portland, Oregon, 2011.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,2009

USMAN, Rachmadi. Hukum pencatatan sipil. Hukum Pencatatan Sipil, 2019.

Pemerintah Indonesia, 2006,Undang – Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang


Administrasi Kependudukan. Lembaran Negara RI Tahun 2006

Pemerintah Indonesia, 2013, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Perubahan Atas Undang
– Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Lembaran Negara RI
Tahun 2013

Pemerintah Indonesia, 2018, Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 Tentang


Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Lembaran Negara
RI Tahun 2018

18
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai