Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-
cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian, kepada Dosen serta teman-teman, yang kadangkala hanya menturuti egoisme
pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
Saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Pekanbaru, 29 Maret 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang ………………………………………………….…………..…3


2. Rumusan masalah ……………………………………………………………..4
3. Tujuan Penulis…………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

1. Prinsip, Azas, dan Dasar Hukum Pencatatan Kelahiran……………………….5


2. Cara, Syarat dan Ketentuan, dan Biaya Mengurus Akta Kelahiran
Baru………...……………………………………………………………….….8

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………..…………………23
2. Saran ………………………………………………...……………………….23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
harus dijaga dan dibina, karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara,
anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup dan identitas dirinya sebagai upaya perlindungan hukum.
Upaya perlindungan hukum terhadap anak perlu dilaksanakan sedini mungkin,
yakni dengan memberikan identitas diri anak sejak lahir. Pemberian identitas anak
dilakukan dengan cara pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah
berasas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak.
Pencatatan kelahiran adalah bukti sah mengenai status anak yang dikeluarkan oleh
catatan sipil. Pencatatan kelahiran adalah akta atau catatan otentik yang dibuat oleh
pegawai catatan sipil berupa catatan resmi tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama
anak, dan nama orang tua anak secara lengkap dan jelas, serta status kewarganegaraan
anak.
Pada prinsipnya pencatatan kelahiran adalah hanya sebuah catatan administratif
dianggap penting karena data yang ada di dalam akta kelahiran dapat digunakan sebagai
bukti jati diri bagi si anak, sehubungan dengan hak waris atau klaim asuransi dan
pengurusan hal administratif lainnya seperti tunjangan keluarga, paspor, KTP, SIM,
pengurusan perkawinan, perizinan, mengurus beasiswa dan lain-lain.
Pada dasarnya aspek hukum pencatatan kelahiran dalam usaha perlindungan anak
merupakan suatu wujud dari kekuatan suatu pembuktian tentang status seorang anak yang
baru dilahirkan. Dimana dengan status tersebut maka diketahui siapa orang tuanya yang
memiliki kewajiban untuk memelihara dan mendidiknya.
Dengan demikian maka aspek hukum pelaksanaan pencatatan dalam usaha
perlindungan anak memberikan suatu keadaan bahwa pencatatan tersebut akan
memberikan bukti kedudukan anak baik itu statusnya, maupun juga orang tua dan

3
keluarganya. Sehingga pelaksanaan pencatatan tersebut dituangkan dalam suatu bentuk
akta yaitu akta kelahiran.
Sebagaimana disebutkan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa fungsi terpenting dari
pada akta adalah sebagai alat bukti. Sampai seberapa jauhkah akta mempunyai kekuataan
pembuktian? tentang kekuataan pembuktian dari pada akta dapat dibedakan antara:
1. Kekuataan pembuktian lahir.
Yang dimaksudkan dengan kekuataan pembuktian lahir, ialah kekuataan
pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya, yaitu
bahwa surat yang tampaknya (dari lahir) seperti akta, dianggap (mempunyai kekuataan)
seperti akta sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
2. Kekuatan pembuktian formil.
Kekuataan pembuktian formil itu menyangkut pertanyaan: benarkah bahwa ada
pertanyaan. Jadi kekuataan pembuktian formil ini didasarkan atas ada tidaknya pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah itu. Kekuataan pembuktian formil ini memberi tentang
peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan melakukan apa yang dimuat
dalam akta
3. Kekuataan pembuktian materiil.
Kekuatan pembuktian materiil ini menyangkut pertanyaan: “benarkah isi
pernyataan di dalam akta itu? jadi kekuataan pembuktian materiil ini memberi kepastian
tentang materi suatu akta, kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak
menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta. (Sudikno Mertokusumo,
Hukum Acara Perdata Indonesia, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1982, hal. 122.)
Akta catatan sipil adalah akta otentik karena akta tersebut dibuat oleh pejabat yang
berwenang yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, dimana dalam hal ini pegawai
pencatat sipil, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang berkepentingan yang mencatat
apa yang dimintakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang berkepentingan.

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penulisan

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Prinsip, Azas, dan Dasar Hukum Pencatatan Kelahiran


 Prinsip

 Azas
Sebelum UU No. 23 Tahun 2006 mengalami perubahan, pembuatan akta kelahiran
masih menggunakan asas ‘peristiwa’. Namun ‘peristiwa’ tak bisa diterapkan secara kaku
dan menjadi satu-satunya dasar untuk menolak mencatatkan peristiwa kependudukan
seseorang.
Asas ‘peristiwa’ mengandung arti pencatatan peristiwa penting kehidupan
seseorang dilakukan di tempat terjadinya peristiwa tersebut. Pencatatan kelahiran
misalnya. Pasal 27 ayat (1) UU Adminduk menyebutkan setiap kelahiran wajib dilaporkan
oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling
lambat 60 hari sejak kelahiran. Berdasarkan laporan itulah pegawai Dukcapil mencatatkan
kelahiran anak pada Register Akta Kelahiran.
Namun, mobilitas penduduk yang tinggi memungkinkan perpindahan domisili atau
tempat tinggal sebelum kelahiran anak dicatatkan. Bahkan mungkin terjadi, setelah
melewati satu tahun pun kelahiran anak belum dicatatkan ke Dukcapil setempat.
Penting juga untuk diketahui mengenai tempat tinggal atau domisili pemohon.
Setelah diubahnya Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang pencatatan kelahiran
menjadi Undang-Undang No.24 Tahun 2013, maka pencatatan kelahiran bukan lagi
berdasarkan asas peristiwa namun diganti menjadi asas domisili (sesuai dengan domisili
yang tertera pada KTP). Oleh karena itu, sebaiknya anda menanyakan hal tersebut kepada
dinas terkait jika anda sedang bertempat tinggal di luar alamat domisili.
 Dasar Hukum
Pencatatan kelahiran berlandaskan hukum sebagai berikut:
 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu:
 Bab V Kedudukan Anak mulai pasal 27 sampai dengan Pasal 29 sebagai berikut :
- Pasal 27 Ayat (1) :

5
Identitas setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya.
- Pasal 27 Ayat (2) :
Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akta kelahiran.
- Pasal 27 Ayat (3) :
Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang yang
menyaksikan dan/atau membantu proses kelahiran.
- Pasal 27 Ayat (4) :
Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui dan orang tuanya tidak
diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut didasarkan
pada keterangan orang yang menemukannya.
- Pasal 28 Ayat (1) :
Pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam
pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan/desa.
- Pasal 28 Ayat (2) :
Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diajukannya permohonan.
- Pasal 28 Ayat (3) :
Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dikenai biaya.
- Pasal 29 Ayat (1) :
Jika terjadi perkawinan campuran antara warga Negara Republik Indonesia dan warga
Negara asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh
kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- Pasal 29 Ayat (2) :
Dalam hal terjadi perceraian dari perkawinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
anak berhak untuk memilih atau berdasarkan putusan pengadilan, berada dalam
pengasuhan salah satu dari kedua orang tuanya.
- Pasal 29 Ayat (3) :
Dalam hal terjadi perceraian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sedangkan anak
belum mampu menentukan pilihan dan ibunya berkewarganegaraan Republik
Indonesia, demi kepentingan terbaik anak atau atas permohonan ibunya, pemerintah

6
berkewajiban mengurus status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak
tersebut.
 Pasal 28 D ayat (1) menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum”. Selain itu UUD 1945 juga memberikan jaminan atas status kewarganegaraan
sebagaimana diatur dalam 28 D ayat (4) yang menyatakan, “setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan”.
 UU No. 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan
 Pasal 27:
1. Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana
setempat paling lambat 60 hari sejak kelahiran.
2. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1), pejabat pencatatan
sipil mencatat pada register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta kelahiran.
 Pasal 32:
1. Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 1 yang
melampaui batas waktu 60 hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan
akta kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan keputusan kepala instansi
pelaksana setempat.
2. Di hapus
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam peraturan presiden.
 Penerbitan Akta Kelahiran yang Pelaporannya melebihi Batas Waktu 1 (satu) Tahun
Penerbitan cukup dengan Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal
30 April 2013.
 Penerbitan Akta Pencatatan Sipil
Semula dilaksanakan di tempat terjadinya Peristiwa Penting, diubah menjadi
penerbitannya di tempat domisili penduduk.

7
2. Cara, Syarat dan Ketentuan, dan Biaya Mengurus Akta Kelahiran Baru
Demi ketertiban dalam pencatatan data penduduk, jika memiliki anggota keluarga
baru, sesegera mungkin untuk mendaftarkan kelahiran anak kepada dinas terkait sesuai
dengan amanat Undang-Undang, yaitu selambat-lambatnya 60 hari setelah peristiwa
kelahiran (Undang-Undang Nomor 3 Pasal 27 Ayat 1 Tahun 2006). Hal tersebut sangat
penting agar Anak memperoleh pelayanan publik dari pemerintah maupun non-pemerintah
ke depannya. Ketika bayi yang baru lahir dilaporkan guna mendapatkan akta kelahiran, si
bayi akan terdaftar dalam catatan sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk
kemudian masuk dalam Kartu Keluarga dan mendapatkan Nomor Induk Kependudukan.
Secara resmi akta kelahiran merupakan bukti autentik yang dikeluarkan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil.
 Jenis Akte Kelahiran dan Perbedaannya
Akte kelahiran adalah bukti sah mengenai status dan peristiwa kelahiran seseorang
yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil). Akte
kelahiran dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Akte Kelahiran Umum
Akte kelahiran umum yaitu akte kelahiran yang dibuat bersumber pada laporan
kelahiran dari penduduk pada Dinas Kependudukan serta Pencatatan Sipil, paling lambat
60 hari mulai sejak tanggal kelahiran.
2. Akte Kelahiran Dispensasi
Akte kelahiran dispensasi adalah akte kelahiran yang dibuat berdasarkan laporan
kelahiran tetapi telah melampaui batas waktu pelaporan kelahiran yaitu, 60 hari sejak
tanggal kelahiran.
3. Akte Kelahiran Pengadilan
Akte kelahiran pengadilan adalah akte kelahiran yang dibuat berdasarkan laporan
kelahiran yang melampaui batas waktu 1 tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatannya
dilaksanakan berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri. Akte kelahiran jenis ini tentu
memiliki prosedur pengurusan yang lebih rumit dan memakan waktu yang lebih lama
dibanding akte kelahiran yang lain
Ada beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam pembuatan akta
kelahiran baru. Uraian dibawah ini akan menjelaskan tentang cara mengurus akta kelahiran

8
dan juga solusi yang harus ditempuh ketika anda sudah terlambat lebih dari 60 hari untuk
mengurus pembuatan akta kelahiran. Simak ulasannya berikut ini.

a. Syarat Mengurus Akta Kelahiran Baru


Akta kelahiran menjadi syarat utama untuk memperoleh pelayanan masyarakat
lainnya. Sebagai generasi penerus, anak-anak memiliki hak-hak tertentu yang harus
dipenuhi negara. Salah satunya adalah memiliki identitas diri atau akta kelahiran yang
sangat mempengaruhi pengakuan kewarganegaraannya. Pelaporan kelahiran harus
memenuhi persyaratan berikut ini. Namun karena adanya kondisi dan wilayah domisili
yang berbeda-beda, maka nantinya mungkin juga ada perbedaan persyaratan yang
diperlukan. Namun secara umum syarat yang diperlukan seperti berikut ini:
1. Surat pengantar dari RT atau RW.
2. Surat kuasa bermaterai cukup ( bila dikuasakan )
3. Surat Keterangan Kelahiran dari Dokter/Bidan/Rumah Sakit/ tempat melahirkan. Atau
juga mungkin bisa saja ketika saat melahirkan berada di pesawat atau kapal laut maka,
perlu juga mendapatkan surat keterangan dari Pilot/Nahkoda.
4. Kartu Keluarga asli dan fotokopi bagi penduduk tetap atau SKSKPNP (Surat
Keterangan Susunan Keluarga Penduduk non-Permanen) bagi warga non-permanen di
tempat domisili tersebut sebanyak 2 lembar.
5. KTP suami-istri asli dan fotokopi sebanyak 2 lembar. Bisa juga kalau diperlukan
menggunakan SKDS (Surat Ketrangan Domisili Sementara) ataupun Surat Keterangan
Pelaporan Tamu.
6. Fotokopi buku nikah KUA atau Akte Pernikahan dari Catatan Sipil sebanyak 2 lembar.
7. Fotokopi Akte Kelahiran suami-istri sebanyak 2 lembar.
8. Dua orang saksi untuk membuktikan tentang kelahiran di Dinas Pencatatan Sipil
berikut fotokopi KTP yang bersangkutan (untuk hal ini mungkin di beberapa daerah,
saksi tidak perlu ikut dalam pengurusan cukup menyerahkan fotokopi KTP saja kepada
pelapor/orang tua anak). (umur 21 keatas / Kep.Men Nomor 19 / 1979 – 117 KUH
Perdata)
9. Surat keterangan dari kepolisian untuk anak yang tidak diketahui asal-usulnya.
10. Surat keterangan dari lembaga sosial khusus untuk kelahiran anak penduduk rentan.

9
11. Surat Kuasa dengan materai sebesar Rp6.000.
12. Mengisi Formulir Permohonan Pencatatan Kelahiran dengan materai Rp6000.
13. Untuk Orang Asing agar melampirkan:
1. Asli dan fotokopi paspor bagi warga negara asing.
2. Asli dan fotokopi dokumen Imigrasi
3. Surat tanda lapor diri dari kepolisian
Sedangkan untuk Anda yang akan mengurus jenis akte kelahiran tertentu yaitu akte
kelahiran dispensasi atau akte kelahiran pengadilan, selain persyaratan umum diatas, Anda
juga perlu mempersiapkan persyaratan lainnya sebagai berikut:
1. Surat keterangan atau Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari kepolisian untuk anak yang
tidak diketahui asal-usulnya.
2. Surat keterangan Medis untuk anak yang tidak diketahui asal-usulnya keberadaan
orangtuanya.
3. Kutipan Akte Kelahiran ibu bagi anak yang lahir di luar perkawinan.
4. Hasil penetapan pengadilan negeri kota/kabupaten setempat.

Keterangan:
a. Untuk Kelahiran Istimewa, Rekomendasi Bupati diurus oleh Dinas
b. Bila orang tuanya sudah meninggal dunia dilampiri copy Surat Kematian yang sudah
dilegalisir Kelurahan dan Kecamatan
c. Bila orang tuanya sudah cerai disertai Surat Cerai dan putusan Pengadilan
d. Blanko laporan Kelahiran, contoh blanko Surat Kuasa dan contoh blanko Surat
Keterangan Beda Nama disediakan oleh Kantor.
e. Disusun berurutan seperti nomor urut diatas
f. Bagi WNI Keturunan ditambah dengan SBKRI dan Surat Ganti Nama, bagi WNA
dengan surat-surat asing yang ada dan dilegalisir oleh Instansi yang berwenang
g. Keterlambatan dari pelaporan kelahiran bagi WNI keturunan (dari 60 hari kerja) dan
WNA (10 hari) kerja harus dengan penetapan Pengadilan Negeri

10
b. Proses Pembuatan Akta Kelahiran Baru
Kalau dulu kita mengurus akta kelahiran ini di kelurahan, maka untuk sekarang ini,
pengurusan dilakukan langsung di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Setelah semua
syarat-syarat di atas telah lengkap, maka langkah selanjutnya adalah segera mendaftarkan
kelahiran di loket Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Untuk jenis akte kelahiran dispensasi dan akte kelahiran umum, mekanisme yang
berlaku sesuai dengan peraturan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Pemohon melapor kepada petugas pencatat kelahiran
2. Pelapor dan dua orang saksi menghadap petugas pencatat, dengan membawa blanko
laporan kelahiran yang telah di isi dan ditanda tangani oleh pelapor serta saksi-saksi,
dilampiri dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
3. Pemrosesan akta kelahiran
Sedangkan mekanisme dan prosedur pembuatan akte kelahiran pengadilan adalah
sebagai berikut:
1. Pemohon datang langsung ke pengadilan negeri kota/kabupaten setempat untuk
mendapatkan penetapan dari pengadilan negeri.
2. Penetapan pengadilan negeri ini biasanya membutuhkan waktu paling cepat sekitar 1
minggu dari tanggal permohonan.
3. Pemohon membawa persyaratan terlampir dan penetapan pengadilan negeri ke loket
pelayanan dinas kependudukan dan pencatatan sipil, proses ini sama dengan prosedur
dan mekanisme pada permohonan pembuatan akte kelahiran umum dan dispensasi.
4. Pemohon mengisi formulir pendaftaran bermeterai yang sudah disediakan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
5. Pemohon menandatangani buku register akte kelahiran beserta 2 orang saksi.
Setelah anda mendaftarkan diri di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil maka
selanjutnya petugas akan melakukan hal-hal berikut ini:
1. Pemohon datang ke tempat pelayanan dengan membawa persyaratan.dan mengambil
nomor antrian
2. Petugas memverifikasi kebenaran data permohonan
3. Petugas mengentri data pemohon ke dalam aplikasi SIAK dan mencetak dalam draf
kutipan akta kelahiran

11
4. Kasi Kelahiran membubuhkan paraf dalam draf kutipan akta kelahiran
5. Apabila draf telah sesuai kemudian dicetak dalam kutipan akta kelahiran dan register
kutipan akta kelahiran
6. Kepala Bidang Pencatatan Sipil membubuhkan paraf dalam kutipan akta kelahiran dan
register kutipan akta kelahiran
7. Petugas memintakan tanda tangan Kepala Dinas dan memberikan stempel dinas dalam
kutipan akta kelahiran dan register kutipan akta kelahiran
8. Petugas menyerahkan kutipan akta kelahiran kepada pemohon

- Prosedur Pencatatan Kelahiran Bagi Orang Asing


ALUR PERSYARATAN / BLANKO WAKTU
Pemohon Membawa persyaratan :
Surat Keterangan Kelahiran dari dokter / bidan /
penolong kelahiran;
Fotocopy dokumen:
Passport, bagi Orang Asing pemegang izin
kunjungan/singgah;
Buku pengawasan orang asing;
KITAS dan SKTT (asli, bagi orang asing yang
memiliki izin tinggal terbatas);
KK dan KTP (bagi orang asing yang memiliki izin
tinggal tetap);
Fotocopy Akta Perkawinan /Akta Nikah orang tua
yang dilegalisir;
Fotocopy KTP 2 (dua) orang saksi yang mengetahui
peristiwa;
Akta kelahiran ibu (apabila ada), bagi anak lahir di
luar nikah;
Surat Pernyataan Belum Pernah Mencatatkan
Perkawinan dari Ibu bagi anak yang lahir diluar
nikah;

12
Dispendukcapil Petugas memberikan form F.2-04 (Surat Keterangan
Kelahiran Orang Asing) untuk diisi dan
ditandatangani oleh pemohon;
Petugas menerima dan memverifikasi form F.2-04
setelah diisi dan ditandatangani pemohon
berdasarkan lampiran persyaratan yang berlaku; Paling Lambat
Petugas merekam Peristiwa Kelahiran ke dalam 7 Hari Kerja
database dan register akta;
Petugas menerbitkan kutipan akta kelahiran untuk
disampaikan ke pemohon;
Petugas menyimpan register akta kelahiran sebagai
arsip.

Jika semua prosedur diatas berjalan dengan normal, maka Akta Kelahiran biasanya
akan jadi hanya dalam 2 hari saja. Itu merupakan waktu paling cepat mengingat
berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyelesaian
pembuatan akta kelahiran adalah selama 30 hari kerja. Sebagai tambahan lagi, sejak 1 Mei
2013 pembuatan akta kelahiran dipermudah dengan tidak lagi memerlukan penetapan
pengadilan sebagai persyaratan.
Untuk pembuatan akta baru tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis. Terkecuali
untuk materai, biaya transport, fotokopi dan lain-lain. Hal tersebut dijamin oleh Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan bahwa pembuatan
akta kelahiran baru tidak dipungut biaya.

c. Keterlambatan Pelaporan Kelahiran


Keterlambatan pelaporan kelahiran atau pembuatan akta kelahiran mungkin saja
terjadi. Bahkan tidak jarang ditemui adanya kasus seseorang bertanya tentang pembuatan
akta kelahiran setelah dia sudah berumur cukup tua. Lalu bagaimana prosedur pembuatan
akta kelahiran jika sudah melewati batas waktu yang ditentukan? Apa saja persyaratan
yang diperlukan? Berapa biayanya?

13
Sebenarnya tetap bisa membuat akta kelahiran, hanya saja prosesnya lebih lama.
Pertama yang dilakukan adalah cukup meminta keputusan tertulis kepada dinas
kependudukan dan catatan sipil setempat. Yang pasti, setelah anda mendapatkan keputusan
tersebut, proses selanjutnya adalah mengikuti prosedur dan syarat pembuatan akta
kelahiran sesuai dengan kebijakan daerah domisili masing-masing.
Keterlambatan dalam mengurus Akta Kelahiran bisa saja dikenakan denda. Dalam
praktiknya di lapangan, mengenai besaran denda administratif tentang keterlambatan ini
secara khusus diatur dalam Perda masing-masing daerah. Ada beberapa daerah yang
menerapkan denda administratif maksimal Rp1.000.000 dan ada juga yang menerapkan
bebas denda. Seperti halnya daerah Provinsi DKI Jakarta. Di Daerah Provinsi DKI Jakarta
keterlamabatan kepengurusan akta kelahiran tidak dipungut biaya sebagai mana tertuang
dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2015.
Sebagaimana peraturan denda administratif, prosedur dan syarat mengurus akta
kelahiran baru jika terlambat melaporkan maka kembali lagi pada kebijakan masing-
masing daerah. Namun prinsipnya hampir sama yaitu mengikuti prosedur dan memenuhi
syarat membuat akta kelahiran sebagaimana telah dijelaskan di atas.

d. Akta Kelahiran untuk Anak di Luar Nikah


Sering ada pertanyaan juga mengenai cara memperoleh akta kelahiran untuk anak
di luar nikah/kawin atau nikah siri. Dalam hal ini, si ibu menginginkan anaknya diakui
untuk mendapatkan hak-hak sebagaimana telah dijelaskan di atas dan berniat untuk
mengurus akta kelahiran anak tersebut.
Mengingat dan merujuk kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 43
Ayat 1 tentang Perkawinan, secara hukum anak yang dilahirkan di luar hubungan
perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan tidak dianggap
mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya. Ketentuan ini berlaku juga dalam hal anak
hasil kawin siri. Meskipun dalam kasus kawin siri, menurut agama Islam hal tersebut
merupakan hubungan yang sah dan anak yang dilahirkan juga memiliki status hukum yang
jelas, akan tetapi menurut hukum di Indonesia, hal tersebut tidak disahkan karena tidak ada
catatan mengenai perkawinan tersebut. Sebagai konsekuensi, anak yang dilahirkan melalui

14
nikah siri status hukumnya sama dengan anak luar kawin/nikah dan di mata hukum hanya
mempunyai hubungan hukum dengan ibunya.
Dalam proses pengurusan akta kelahiran, ada sedikit perbedaan mengenai syarat
yang diperlukan untuk memperoleh akta kelahiran untuk anak di luar nikah atau pun anak
dari hubungan nikah siri. Hal tersebut telah diatur dalam Perpres Nomor 25 Tahun 2008
Pasal 52 Ayat 1 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil. Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut:
1. Surat kelahiran dari Bidan/Dokter/Rumah Sakit/Penolong Kelahiran
2. Nama dan Identitas Saksi Kelahiran
3. KTP Ibu (hanya ibu, KTP ayah tidak perlu)
4. KK Ibu (hanya ibu, KK dari ayah tidak perlu)
Mengenai prosedur pembuatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil, prosesnya sama. Akta Kelahiran yang dikeluarkan nantinya hanya tercantum nama
Ibu dan tidak terdapat nama Ayah.

15
Akte Kelahiran Anak dan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Berkaitan dengan UU NO 23 Thn 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 28 ayat: (1)
Pembuatan akta kelahiran menjadi TANGGUNG JAWAB Pemerintah yg dalam pelaksanaannya
diselenggarakan serendah rendahnya pada tingkat kelurahan/desa. (3)PEMBUATAN AKTA
KELAHIRAN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) TIDAK DIKENAI BIAYA.
Merujuk pada UU tersebut sudah selayaknya akta kelahiran yang merupakan hak anak
untuk IDENTITAS di berikan secara gratis kepada anak yang berusia 0 hari hingga belum berusia
18 tahun (pasal 1 UU No 23 thn 2002) tetapi pada kenyataannya pemerintah cq pemerintah daerah
(kab/kota) kebanyakan hanya memberikan pelayanan akta gratis tersebut bagi anak yang baru lahir
yaitu usia 0 hari hingga 60 hari (2bulan).
Berdasarkan UU No 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 27 ayat (1):
Setiap kelahiran wajib di laporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa kelahiran paling lambat 60 hari sejak kelahiran, Sesuai amanat UU No 23 Thn 2006
tersebut jelas diperintahkan bahwa setiap kelahiran wajib dilaporkan orang tua sebelum 60 hari
kelahiran,pada UU tersebut tidak ada dinyatakan bahwa ‘pemberian akta lahir secara gratis’
diberikan pada bayi yang berusia 0 hari hingga 60 hari
(catt : pada satu kesempatan pernah di tanyakan perihal tersebut staf kantor catatan sipil di
suatu daerah,dan dijawab bahwa pemberian akte lahir gratis pada anak umur 0 hari hingga 60 hari
sudah sesuai dengan UU no 23 Thn 2006 ttg Administrasi Kependudukan dan dari jawaban
tersebut dapat diartikan bahwa terjadi pemberian akta gratis yg diskriminatif kepada sesama anak)
seharusnya pemberian akta lahir harus mengimplemantasikan amanat UU No 23 Thn 2002
pasal 28 ayat (3) AKTA KELAHRAN HARUS CUMA CUMA atawa GRATIS dari usia anak 0
hari hinggga belum berusia 18 thn.
Tindakan pemberian akte secara gratis yang diberikan kepada anak yang baru lahir (usia 0
hari hingga 60 hari) jelas merupakan tindakan diskriminasi diantara usia anak,hal ini dikarenakan
menurut UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 ‘Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan’,berdasaarkan UU tersebut dapat dikategorikan merupakan tindakan diskriminasi
diantara usia anak dan bertentangan dengan UUD 1945 pasal 28 I ayat (2) Setiap orang bebas dari

16
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Seharusnya setiap anak yang berusia 0 hari hingga belum mencapai usia 18 tahun berhak
atas akta gratis tsb dan pemerintah cq pemerintah kab/kota (yang menerbitkan akta lahir)
mempunyai kewajiban hukum memberikan pelayanan akta lahir secara CUMA CUMA alias
GRATIS.
Pemerintah kab/kota seharus lebih berpihak kepada anak JANGAN HANYA
MEMIKIRKAN cara ‘MENDULANG’ Pendapatan Asli Daerah,pikirkan juga hak anak akan
IDENTITAS sesuai dgn Konvensi Hak Anak dan AKTA LAHIR gratis yang diamanatkan UU
Perlindungan Anak No 23 Thn 2002.
Sekarang ini pengurusan akta lahir bagi anak yang berumur diatas (katakanlah) 1 tahun
harus melalui birokrasi yang panjang dan membutuhkan biaya tidak sedikit,dari surat kenal lahir
Bidan/RS yg menolong,surat keterangan lahir dari desa/kelurahan hingga surat penetapan
Pengadilan Negeri sesuai dengan UU No. 23 tahun 2006 Pasal 32 ayat (2) berbunyi “Pencatatan
Kelahiran yang melampaui batas waktu 1 tahun sebagaimana pada ayat 2 harus dilaksanakan
penetapan Pengadilan Negeri.
Jadi bayangkan jika ada anak yang lahir dari keluarga (maaf) miskin yang lahir di
puskesmas/RS dgn menggunakan JAMKESMAS atau bantuan donatur lainnya…tentu akan
kelabakan untuk mencari biaya yg dibutuhkan dalam mengurus akta SANG BUAH HATI mereka,
yang merupakan hak anak untuk mendapat identitas seseorang sebagai perwujudan Konvensi Hak
Anak (KHA) dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Akta Kelahiran bersifat universal, karena hal ini terkait dengan pengakuan negara atas
status keperdataan seseorang dan akhirnya si anak tidak memiliki akta atas dirinya sementara
Posisi Anak dalam Konstitusi UUD 1945, terdapat dalam pasal 28 B ayat 2 yaitu : “Setiap Anak
Berhak Atas Kelangsungan Hidup, Tumbuh dan Berkembang, Serta Berhak Atas Perlindungan
Dari Kekerasan dan Diskriminasi”,yang akhirnya akan menghambat anak untuk berkembang
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (contohnya : akan sulit
untuk memenuhi persyaratan/akta lahir untuk memasuki sekolah). Jadi ‘percuma’ setiap tahun
dilaksanakan peringatan hari anak 23 Juli oleh pemerintah (kab/kota) dan jangan sampai jargon
keberpihakan kepada anak hanya ISAPAN JEMPOL dan menjadi PEMERAH BIBIR, sebab masih
banyak anak yang tidak (belum) mendapat HAKNYA

17
Amanat UU No 24 Tahun 2013, Penerbitan Akta Kelahiran Di Gratiskan

Kepala Bidang Kependudukan Disdukcapil Tanbu, Murhansyah mengatakan sosialisasi


yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman, peningkatan, wawasan
kepada masyarakat khususnya aparat desa yang menjadi ujung tombaknya pemerintahan,
terkhususnya Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Adapun peserta pada Sosialisasi tersebut yaitu RT dan RW di Kecamatan Simpang Empat
dan Kecamatan Batulicin. Untuk sosialisasi tersebut, kata Murhansyah akan dilaksanakan se-
Kabupaten Tanah Bumbu.
"Sosialisasi ini dilaksanakan setiap hari. Dari tanggal 3 – 17 Maret 2014 diseluruh
Kecamatan se-Kab. Tanbu. Dan untuk pertama kalinya dilaksanakan di Kecamatan Batulicin dan
Kecamatan Simpang Empat," ujar Murhansyah.
Sementara itu, Kepala Disdukcapil Tanbu, Andi Hasdar mengatakan Undang-undang ini
perlu di Sosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui apa saja yang menjadi kebijakan
pemerintah dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Perlu diketahui, kata Andi Hasdar, bahwa amanat UU no 24 tahun 2013 mengatur bahwa
Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan tidak dipungut biaya. Penerbitan Kutipan
Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
Kemudian, masa pemberlakuan KTP-el yakni berlaku 5 (lima) tahun menjadi seumur
hidup. Dan untuk penerbitan KTP tersebut pada tahun 2014 akan dicetak langsung di Kabupaten
dan tidak lagi di Jakarta atau pemerintah pusat. Karena akan diserahkan ke Kabupaten / kota se
Indonesia.
Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.Pelaporan kelahiran yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta Kelahiran
dilaksanakan setelah mendapatkan keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
Kemudian, setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua rukun tetangga atau nama lainnya
di domisili Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal kematian.
Dalam amanat UU tersebut juga dijelaskan bahwa Disdukcapil dalam memberikan
pelayanan secara maksimal kepada masyarakat dengan cara jemput bola. Dan pada penerapannya,

18
kata Andi Hasdar bahwa Pemkab Tanbu melalui Disdukcapil sudah melakukannya jauh sebelum
UU tersebut disahkan.
Intinya dalam amanat UU tersebut bertujuan untuk mewujudkan tertib Administrasi
Kependudukan dengan terbangunnya database kependudukan secara nasional serta keabsahan dan
kebenaran atas dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi Penduduk diharapkan dapat
memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan publik serta
memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen Kependudukan tanpa ada
perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif Pemerintah dan pemerintah daerah.
Bupati Tanah Bumbu, Mardani H Maming berharap dengan tertibnya administrasi
kependudukan tersebut pembangunan di Kabupaten Tanah Bumbu dapat terencana. Baik itu
perencanaan pembangunan daerah, perencanaan pendidikan, perencanaan kesehatan, perencanaan
tenaga kerja, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. (relhum)

Akta Kelahiran: Penetapan Pengadilan Tak Diperlukan Lagi

JAKARTA, KOMPAS - Mahkamah Konstitusi membatalkan ketentuan Undang-Undang


Administrasi Kependudukan yang mewajibkan penetapan pengadilan dalam pembuatan akta
kelahiran yang terlambat lebih dari satu tahun. MK menilai ketentuan tersebut merugikan hak
konstitusional warga negara dan melanggar prinsip keadilan.
Hal itu terungkap dalam putusan uji materi terhadap Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (2)
Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Sidang
dipimpin ketua MK Akil Mochtar.
Dalam pertimbangannya, MK menyatakan, ketentuan mengenai perlunya penetapan
pengadilan akan memberatkan masyarakat. Keberatan itu tidak hanya dirasakan masyarakat yang
tinggal jauh di pelosok, tetapi juga masyarakat yang tinggal di perkotaan. MK juga
mempertimbangkan, proses di pengadilan bukanlah proses yang mudah bagi masyarakat sehingga
mengakibatkan terhambatnya hak-hak konstitusional warga negara terhadap kepastian hukum.
“Proses untuk memperoleh akta kelahiran yang membutuhkan prosedur administrasi dan
waktu yang panjang serta biaya yang lebih banyak dapat merugikan penduduk. Padahal, akta
kelahiran tersebut merupakan dokumen penting yang diperlukan dalam berbagai keperluan. Oleh

19
karena itu, selain beretentangan dengan ketentuan pasal 28D Ayat (1) dan (4) UUD 1945, Pasal
32 Ayat (2) UU No 23/2006 juga bertentangan dengan prinsip keadilan karena keadilan yang
tertunda sama dengan keadilan yang terabaikan. “Justice delayed, justice denied,” kata Hakim
Konstitusi Mari Farida Indrati.
Selain menghapus ketentuan tentang perlunya penetapan pengadilan, kata Akil, MK juga
memberikan tafsir mengenai perlunya persetujuan kepala instansi pelaksana. Menurut MK, kata
“persetujuan” tersebut haruslah dimaknai sebagai “keputusan” kepala instansi terkait. Hal itu
diperlukan demi menjamin kepastian hukum bagi warga yang meminta pencatatan akta kelahiran.
Uji materi tersebut diajukan Mutholib, warga Surabaya, Jawa Timur, yang memohon akta
kelahiran ke Pengadilan Negeri Surabaya dengan nomor register perkara 2194/Pdt/20/PN/Sby.
Mutholib kesulitan dalam mengurus pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu karena
proses birokrasi yang berbelit-belit.
Dengan putusan ini, warga yang terlambat lebih dari satu tahun mencatatkan kelahiran
anaknya cukup meminta keputusan tertulis kepada dinas kependudukan dan catatan sipil setempat
. Untuk keterlambatan kurang dari setahun (60 hari sampai setahun) , keputusan kepala dinas tidak
diperlukan. Mereka hanya membutuhkan persetujuan kepala dinas. (ANA).

Kelahiran Adalah Hak Setiap Anak Indonesia, Batalkan UU yang Persulit


Pembuatan Akta Kelahiran!

Kalau tanah dan rumah dicatat oleh negara, apakah alasan tak mencatatkan anak sebagai
manusia. UU No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dinilai gagal
mengoptimalkan pencatatan kelahiran. Buktinya?
Lebih dari 50 juta atau lebih dari setengah jumlah anak di Indonesia saat ini tidak memiliki
akte kelahiran. Padahal akte kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk
pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan hukum. Akibat banyaknya anak yang
tidak memiliki akte kelahiran, banyak anak kehilangan haknya untuk mendapat pendidikan
maupun jaminan sosial lainnya. Dalam penanganan perkara Anak yang berhadapan dengan
Hukum (ABH), anak juga kerap dirugikan dan kehilangan haknya karena penentuan usia di proses
peradilan berdasarkan akte kelahiran.

20
Hak identitas bagi seorang anak dinyatakan tegas dalam pasal 5 UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas suatu
nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”. Kemudian hal ini juga ditegaskan pada
pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan, ayat (1) “Identitas diri setiap anak harus diberikan
sejak kelahirannya”, dan ayat (2) berbunyi “identitas sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan
dalam akte kelahirann”. Sementara itu UUD 1945 Pasal 28 D ayat (1) menyatakan bahwa“setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Selain itu UUD 1945 juga memberikan jaminan atas
status kewarganegaraan sebagaimana diatur dalam 28 D ayat (4) yang menyatakan, “setiap orang
berhak atas status kewarganegaraan”.
Selama ini pembuatan akte kelahiran diatur dalam UU No. 23 tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan. Dalam beberapa pasal dalam UU ini ditegaskan bahwa pencatatan
kelahiran diwajibkan kepada warga negara melului sistem stelsel aktif penduduk. Penduduk yang
harus pro aktif mencatatkan kelahirannya agar bisa memiliki akte kelahiran. Hal ini tercantum
dalam Pasal 3, 4, 27 ayat 1, 29 ayat 1 dan 4, 30 ayat 1 dan 6, 32 ayat 1 dan 2, 90 ayat 1 dan 2 serta
penjelasan Umum UU 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan (isi pasal terlampir).
Pasal-pasal tersebut mengatur keharusan setiap warga negara melaporkan kelahirannya sampai
sanksi denda bagi siapa yang melanggar.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Jaringan Kerja Peduli Akte
Kelahiran (JAKER-PAK) menilai pasal-pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 28B ayat (2),
Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (4), Pasal 28H ayat (2), Pasal 28I ayat (1), Pasal 28I ayat (2),
Pasal 28I ayat (4), Pasal 26 ayat (1) UUD 1945. Memiliki akte kelahiran adalah hak setiap anak
Indonesia. Kewajiban pencatatan kelahiran seharusnya dibebankan kepada negara dan bukan
kepada warga negara (stelsel aktif negara, bukan stelsel aktif penduduk). Apalagi selama ini
pengurusan akte kelahiran terkendala banyak hal seperti jarak yang jauh, pengurusan yang berbelit,
hingga denda yang tidak mampu dibayar warga negara.
Untuk itu KPAI bersama Jaringan Kerja Peduli Akte Kelahiran (JAKER-PAK), akan
mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi mengenai sejumlah pasal dalam UU No. 23
tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang mengatur tentang pembuatan akte kelahiran.
KPAI dan JAKER-PAK memohon kepada Mahkamah Konstitusi membatalkan pasal-pasal dalam
UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan tersebut dan menyatakan bahwa

21
pencatatan kelahiran adalah kewajiban negara. Negara yang mestinya aktif mencatatkan kelahiran
warga bukan warga negara (stelsel aktif negara, bukan stelsel aktif penduduk).
Wujudkan Indonesia ramah anak. Berikan akte kelahiran kepada setiap anak Indonesia.

22
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pencatatan kelahiran atau yang biasa dalam bentuk Akta Kelahiran, selain sebagai
wujud pengakuan negara mengenai status individu, status perdata, dan status
kewarganegaraan seseorang, akta kelahiran memiliki manfaat yang sangat besar, karena
hampir semua urusan akan membutuhkan akta tersebut. Seperti untuk mengajukan kredit
ke bank, pembuatan paspor, dan lain sebagainya.
Pembuatannya pun sudah dijamin dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU
No. 23 Tahun 2002 dan UU No. 24 Tahun 2013. Semua anak-anak di Indonesia ini
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengakuan dan identitas dari Negara
Indonesia ini.
2. Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

1. http://republik-ycna.weebly.com/gerbang-articel/kedudukan-anak-angkat-menurut-
uu-no-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak
2. https://www.cermati.com/artikel/cara-syarat-dan-biaya-mengurus-akta-kelahiran-baru
3. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50c830ee44f48/permudah-akta-kelahiran-
-asas-peristiwa-bisa-dikesampingkan
4. http://www.landasanteori.com/2015/09/pencatatan-kelahiran-menurut-kuh-
perdata.html
5. http://dukcapil.kemendagri.go.id/detail/pelayanan-administrasi-kependudukan-yang-
perlu-anda-ketahui
6. UU No. 24 Tahun 2013

24

Anda mungkin juga menyukai