Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP-PRINSIP TINDAKAN ADMINISTRASI NEGARA

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama dijadikan sebagai dasar dalam setiap
penyelenggaraan kenegaraan maupun pemerintah. 1 Semua tindakan administrasi pemerintahan harus
menjadi subjek atas perinsip legalitas dan tidak ada kewenangan pejabat/badan pemerinthan tanpa
penetapan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi sumber hukumnya. Dalam hal ini
berarti otoritas administrasi tidak dapat bertentangan dengan hukum, dalam arti luas yakni tidak bisa
melawan keputusan yang ditetapkan otoritas yang lebih tinggi dan melawan prinsip-prinsip hukum
dan kebiasaan hukum. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah suatu tindakan ataupun keputusan
pejabat/badan administrasi negara telah sah, kita perlu mengetahui dasar ujinya keputusan maupun
tindakan berdasarkan kriteria legalitas, yaitu; Pertama-tama, apakah tindakan tersebut berdasarkan
ketentuan hukum atau tidak; Kedua, apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan
kewenangannya, seperti yang telah ditentukan dalam undang-undang tersebut; Dan yang ketiga,
apakah tindakan yang dilakukan oleh pejabat/badan pemerintahan tersebut tidak melampaui batas
kewenangannya.

Dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan dalam suatu negara hukum, diperlukan
persyaratan lain agar kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan berjalan baik dan
bertumpu pada keadilan.2 Selain asas legalitas dalam penyelenggaraan negara juga menggunakan
AUPB, salah satunya ialah unsur proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. 3 Dalam hal ini untuk derivasi dari prinsip rule of law
yang membatasi tindakan pemerintah dan negara dan untuk mencapai tujuan, pemerintah wajib
memilih jalan atau cara yang memiliki beban individual yang paling sedikit dan harus mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

Selanjutnya ada asas pemberian alasan, bahwa suatu keputusan harus dapat didukung oleh
alasan-alasan yang dijadikan dasarnya. 4 Yang bertujuan untuk menghindari perbuatan sewenang-
wenang, sebagai prosedur dalam perlindungan hukum bagi masyarakat. Sehingga setiap KTUN baik
tertulis maupun elektronis harus memberikan alasan dengan dasar fakta yang teguh dan hukum
(juridis) yang menjadi dasarnya.

Tindakan administrasi harus memiliki unsur perlindungan hukum, untuk melindungi dan
menyeimbangkan perbedaan kepentingan antara pejabat administrasi negara dengan kepentingan
masyarakat. Dari segi masyarakat hal ini bertujuan agar masyarakat mendapatkan upaya hukum untuk
menggugat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan penyelenggara negara. Bagi pejabat/badan
pemerintahan dapat menjalankan kegiatan pemerintahannya tanpa hambatan teknis karena mendapat
perlindungan hukum untuk menjalankan hak dan kewajibannya.

Sebagai negara demokrasi, pengambilan tindakan atau keputusan pemerintahan tentu


memerlukan partisipasi publik. Dalam hal ini masyrakat berhak untuk ikut andil dalam proses
penyusunan visi-misi dan standar pelayanan, proses pengawasan pelayanan, dan pembuatan
keputusan publik yang terkait dengan individu tertentu. Masyarakat juga berhak mendapatkan input,
proses dan output pelayanan itu sendiri. Keterlibatan publik ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya maladministrasi dan penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu pemerintah
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010),hlm. 94.
2
Ibid., hlm. 99.
3
Ibid., hlm. 255
4
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2005),
hlm.275
berkewajiban memberikan informasi mengenai akte-akte dan dokumen administrasi untuk
mengusahakan keterbukaan dalam melaksakan tugas pemerintahan, namun tidak semua akte-akte dan
dokumen administrasi yang dapat diperlihatkan dan ditunjukkan oleh instansi pemerintah, karena
hanya dapat ditunjukan pada pihak yang terlibat. Seperti tidak diperbolehkan membuka rahasia yang
berkenaan dengan kehidupan pribadi dan rahasia perusahaan.

Setiap keputusan yang telah ditetapkan tentu dapat dibatalkan/diubah bila mengandung
kekurangan. Hal ini diatur pasal UU No.30/2014, dalam pasal 63 yang mengatur tentang perubahan
dan pasal 64 tentang pencabutan. Dalam hal ini berarti tindakan administrasi negara yang
mengandung kekuarangan dapat ditarik atau ditinjau kembali, dan yang berwenang adalah organ
administrasi yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan asas contrarius actus, yakni asas yang
menyatakan bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan Keputusan TUN dengan
sendirinya juga berwenang untuk membatalkannya. Namun suatu keputusan tidak dapat
dibatalkan/diubah begitu saja, menurut Prayudi Atmosudirdjo, “Seluruh upaya harus ditempuh guna
mencegah berbagai efek negatif akibat pembatalan KTUN, yang dapat berbentuk kerugian dan
pelanggaran hak masyarakat terkait, merugikan kepastian hukum, atau mengurangi wibawa
pemerintah.” Namun, jika tidak memiliki ketentuan dalam peraturan dasarnya, maka dapat
diubah/dicabut untuk sementara.

Selanjutnya prinsip kemudahan persyaratan hal ini dijabarkan dalam naskah akademik RUU
AP, Prinsip ini menyediakan jaminan kemudahan persyaratan untuk menarik sebuah tindakan
administrasi yang ilegal. Dalam hal ini keputusan pemerintahan yang cacat dimungkinkan
dikonversikan kepada keputusan lain yang berbeda namun sah, hal ini dilakukan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang. Hal dapat dilakukan bila kedua tindakan yang berbeda tersebut memiliki
tujuan yang sama sampai keputusan baru diterbitkan.

Jika suatu keputusan dirasa tidak adil memberatkan masyarakat, maka masyarakat dapat
melakukan banding administrasi. Dalam Naskah Akademik RUU AP dijelaskan bahwa, banding
administrasi merupakan upaya hukum yang diberikan kepada warga masyarakat terhadap keputusan
yang dikeluarkan oleh pejabat administrasi negara. Banding administrasi dilakukan secara internal
organisasi administrasi negara dan diseleaikan melalui dua tahap, yaitu keberatandan banding
administrasi. Keberatan dilalukan kepada pejabat yang mengeluarkan keputusan tersebut, sedangkan
banding administrasi dilakukan terhadap atasan dari pejabat yang mengeluarkan keputusan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

- HR, Ridwan.2010. Hukum Administrasi Negara,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


- Hadjon, Philipus M. Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
- Naskah Akademik RUU Administrasi Pemerintahan
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5a4091a9d6c08/arti-asas-icontrarius-
actus-i/
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d042aa150f13/perbedaan-pencabutan-
dan-pembatalan-keputusan-tata-usaha-negara/

Anda mungkin juga menyukai