DISUSUN OLEH:
NIM : 3300200258
KELAS : A REGULER
2
BAB I
Istilah dan Arti Pengantar Ilmu Hukum
a.Sejarah Istilah
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) merupakan terjemahan dari mata kuliah ‘Inleiding Tot de Recht
Sweetenschap’ yang diberikan di Recht School (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum Batavia di
zaman Hindia Belanda yang didirikan 1924 di Batavia (Sekarang Jakarta). Istilah itu digunakan
sebagai pengganti ‘Enciclopaedie der Rechtswetenschap’ yaitu suatu istilah yang semula
dipergunakan di negeri Belanda. Sebenarnya istilah itu sendiri merupakan terjemahan dari
‘Enfuhrung In Die Rechtswissenschaft’, suatu istilah yang dipergunakan di Jerman pada akhir
abad 19 dan permulaan abad ke 20.
Istilah itu pun sama dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Perguruan Tinggi Negeri
Belanda Hoger Onderwijswet 1920. Di zaman kemerdekaan, yang pertama kali menggunakan
istilah ‘Pengantar Ilmu Hukum’ adalah Perguruan Tinggi Gajah Mada yang didirikan di
Yogyakarta 13 maret 1946.
Pengertian Istilah
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan ‘Encyclopedia
Hukum’, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction dan inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran
lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar
tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
Pengantar ilmu hukum dalam arti luas bermaksud mempelajari dasar-dasar atau sendi-sendi
hukum di dalam mengantarkan orang yang mau belajar hukum yang sebenarnya. Jadi pengantar
ilmu hukum adalah mata kuliah dasar yang bertujuan untuk memperkenalkan ilmu hukum secara
keseluruhan dalam garis besar.
‘Pengantar’ berarti membawa ketempat yang dituju, dalam bahasa belanda diartikan Inleiding
dan dalam bahasa inggris introduction yang berarti memperkenalkan. Dalam hal ini yang
diperkenalkan adalah ilmu hukum, maka PIH (Pengantar Ilmu Hukum) merupakan basis
leervak/mata pelajaran dasar yang tidak boleh ditinggalkan dalam mempelajari masalah dan
cabang-cabang ilmu hukum.
3
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, ilmu hukum mencakup:
Ilmu tentang kaidah yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau system kaidah-
kaidah dengan dogmatik hukum dalam sistematik hukum.
Ilmu pengertian yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum seperti
subyek dan obyek hukum, hak dan kewajiban hukum, peristiwa dan hubungan hukum.
Ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan sikap tindak dalam
sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah
hukum.
Dengan demikian ilmu pengetahuan hukum mempelajari kaidah-kaidah hidup manusia dan
sejauh mana kaidah itu dianut oleh manusia dalam masyarakat sebagai kelompok sosial.
Mengenai arti dan apakah ilmu hukum itu, ada beberapa pendapat dari pakar hukum antara lain:
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah
hukum. Ilmu hukum objeknya adalah hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang
dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa
“batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Hubungan Antara PIH (Pengantar Ilmu Hukum) dan PHI (Pengantar Hukum Indonesia)
Pengantar ilmu hukum menjadi dasar dalam mempelajari pengantar hukum indonesia. Karena
PIH adalah pelajaran dasar bagi yang ingin mempelajari ilmu hukum.
4
I. PIH (Pengantar Ilmu Hukum)
PIH dipergunakan pertama kali sejak berdiri Universitas Gajah Mada tanggal 13 Maret 1946.
PIH mempelajari hukum secara umum dan asas hukum. PIH memiliki obyek aturan tentang
hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan
waktu tertentu atau bersifat universal.
PIH menunjang atau mendukung kepada setiap orang yang akan mempelajari hukum positif
Indonesia karena PIH merupakan ilmu hukum dasar dan memiliki pengertian-pengertian dasar
yang berhubungan dengan hukum itu sendiri.
Pada PIH, dipaparkan Ilmu hukum. Hal ini bisa berarti Rechtslehre dan
Jurisprudence. Pembahasannya bersifat teoritik, sebab ‘lehre’ berarti ajaran atau doktrin (berarti
bicara soal ajaran atau doktrin hukum, misalnya ajaran Hans Kelsen, ajaran Savigny, ajaran
Jellinek, ajaran legalitas, ajaran Aristoteles, ajaran Pancasila). Terkadang juga disampaikan
perihal ‘status keilmiahan’ Ilmu Hukum, artinya mempertanyakan apa Ilmu Hukum itu ilmiah?
Selain itu dibicarakan juga sistem hukum, klasifikasi hukum, hukum dan masyarakat, serta
hubungan antara Ilmu Hukum dengan ilmu-ilmu lainnya sebagai ilmu bantu.
Sebagai ilmu yang mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar hukum di Indonesia bagi
para calon sarjana hukum yang menuntut ilmu di Indonesia yang penting bagi mereka
untuk memahami pengetahuan dan pengertian tentang hukum ditingkat pendidikan yang
lebih tinggi.
Mengantar setiap orang yang akan mempelajari hukum yang sedang berlaku di Indonesia
(hukum positif).
PHI mempelajari ilmu Hukum Positif di Indonesia. Hukum positif sendiri adalah hukum yang
sedang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu, yang berartikan bahwa PHI mempelajari
hukum yang sedang berlaku di Indonesia.
1. Hukum Pidana
5
2. Hukum Perdata
Pembahasan PHI hanya sekitar ke mana Indonesia sentri dan merujuk kepada ketentuan hukum
positif dan lege. Sekilas Mengenai Perbedaan antara PIH dengan PHI dapat dilihat dari segi
obyeknya yaitu PHI berobyek pada hukum yang sedang berlaku di Indonesia sekarang ini, atau
obyeknya khusus mengenai hukum positif (ius constitutum). Sedangkan obyek PIH adalah aturan
tentang hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu
tempat dan waktu tertentu.
1. Ilmu hukum dalam arti luas, yaitu ilmu yang mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang segala hal dan semua seluk-beluk mengenai hukum ( Satjipto Rahardjo).
2. Ilmu hukum dalam arti sempit, yaitu ilmu yang mempelajari makna objektif tata hukum
positif yang disebut dogmatik hukum (ajaran hukum) ( Radbruch).
Metode Pendekatan
Kurang Lebih adalah beberapa cara atau metode yang meninjau segala segi dalam disiplin ilmu
hukum dan diperuntukan sebagai alat pendekatan, pengantar serta pengenalan lebih jauh tentang
Ilmu Hukum itu sendiri.
Metode Idealis
Bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat. Nilai-nilai tertentu adalah keadilan.
6
Metode Normatif Analitis
Metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini melihat hukum sebagai lembaga
otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal-hal lain yang berkaitan
dengan peraturan-peraturan. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap
kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum
itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis,
maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata. Lembaga otonom dapat dibicarakan
sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal-hal lain berkaitan dengan peraturan.
Metode Sosiologis
Metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk mengatur
masyarakat.
Metode Historis
Metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
Metode Sistematis
Metode yang mempelajari hukum sebagai satu sistem terdiri atas berbagai sub-sistem, hukum
perdata, hukum pidana, hukum acara, hukum tatanegara dll.
Metode Komparatif
Metode mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum dalam berbagai sistem hukum
dan perbandingan hukum di berbagai negara.
7
BAB II
STUDI ILMU HUKUM
1. Pengertian Ilmu Hukum
Ilmu hukum dan garis besarnya sebagai berikut:
8
menyatukan dalam suatu rumus secara memuaskan.
Orang hanya membayangkan ketika ia mendengar hukum, seketika itu juga teringatlah ia akan
gedung pengadilan, hakim, pengacara, jurusita,polisi. Ia tidak pernah melihat undang-undang.
Kita memahami hukum lebih baik daripada yang tercantum dalam undang-undang jika kita
melihat apa yang terjadi dalam pengadilan. Menurut pendapat “ontwikkelde leek” hukum adalah
sama dengan undang-undang. Baginya hukum adalah deretan pasal undang-undang yang tiada
kesudahan, sehingga dengan adanya pandangan ini ia berkata bahwa ilmu pengetahuan hukum
membosankan.
Perlu kita ingat bahwa hukum tidak hanya menjelma di pengadilan, tetapi selalu menjelma
pergaulan hidup, dalam tindakan-tindakan manusia. Pergaulan hidup sebagai masyarakat yang
teratur adalah penjelmaan hukum, adalah sesuatu dari hukum yang terlihat dari luar. Jadi hukum
adalah masyarakat itu juga, hidup m,anusia itu sendiri, di lihat dari sudut yang tertentu. Yakni
sebagai pergaulan hidup yang teratur.
Bila kita memandang hukum sebagai peraturan perhubungan hidup manusia, maka pasal undang-
undang yang mati mempunyai arti yang lain untuk kita. Ia bukan rumus yang dihapalkan luar
kepala oleh ahli hukum untuk, jika perlu, dipakai dalam acara, melainkan ia adalah peraturan-
peraturan hidup, yang oleh tiap-tiap orang diwujudkan dalam hidup sehari hari, acapkali dengan
tidak disadari.
Dalam buku yang berjudul “Het Adatrecht Van Ned.” Indie Van Vollenhoven menulis hukum
adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalm keadaan bentur
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala lain.
Apabila kita tinjau secara formal, Kita dapat memakai beberapa methode, yaitu methode
monoisme dan methode dualisme, menurut merodhe menoisme hukum adalah himpunan kaidah-
kaidah atau das sollen ( methode deduktif) juga hukum adalah gejala masyarakat atau das sein
(induktif). Metode dualisme merupakan gabungan antara metode deduktif dengan metode
induktif, maka menurut methode dualisme hukim adalah himpunan kidah-kaidah yang dianut dan
di terima oleh masyarakat atau sebagai gejala masarakat yang memang adanya diharuskan.
Dalam ilmu hukum terdapat dua pengertian yang pernting, yaitu kekuaasaan atau outhority dan
kekuatan atau power. Kekuatan adalah paksaan dari badan yang lebih tinggi kepada seseorang.
Kekuatan akan jadi kekuasaan jika tersebut di terima karena sesuai dengan dengan perasaab
hukum orang yang bersangkutan atau badan yang lebih tinggi itu diakui sebagai penguasa negara
yang sah.
Supaya tujuan hukum tercapai, maka hukum harus di taati dan di patuhi. Pada gilirannya supaya
9
harus dipatuhi secara sukarela, hukum harus sesuai dengan rasa keadilan manusia dalam
pergaulan hidup.
10
jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya
orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya
J.T.C Simorangkir, S.H dan Woerjo Sastropranoto, S.H bahwa hukum ialah peraturan-
peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman.
Soerojo Wignjodiporo, S.H hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang
bersifat memaksa, berisikan sutu perintah, larangan atau izin untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu atau dengan bermaksud untuk mengatur tatatertib dalam kehidupan
masarakat.
Dr. Soejono Dirdjosisworo, S.h menyebutkan aneka arti hukum yamg meliputi: (1)
hukum dalam arti ketentuan penguasa ( undang-undang, keputusan hakim dan sebagainya
),(2) hukum dalam arti petugas-petugasnya (penegak hukum) (3) hukum adalah arti sikap
tindak, (4) hukum dalam arti kaidah, (5) hukim dalam arti jalinan nilai ( tujuan hukum ),
(6) hukuim dalam arti tata hukum, (7) hukum dalam arti ilmu hukum, (8) hukum dalam
arti di siplin hukum.
Dr. Soerjono Soekanto, S.H, M.A dan purnadi purbacaraka S.H menyebutkan arti yanmg
disebutkan arti yang diberikan masarakat pada hukum sebagai berikut:
hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran.
Hukum sebagai di siplin yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala
yang dihadapi.
Hkum sebagai kaidah,yakni pedoman tau patokan sikap tindak atau prilaku yang pantas
atau diharapkan.
Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur atau proses perangkat kaidah-kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu.
Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan menegakan hukum.
Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskrasi yang menyangkut
keputusan penguasa.
Hukum sebagai proses pemerintahan, yakni prosese hubungan timbal balik antara sisitem
poko kenegaraan.
Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau prikelakuan yang teratur, yaitu prikelakuan yang di
ulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
11
Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi abstark tentang apa yang
dianggap baik dan buruk.
Otje Salman, S.H dilihat pada kenyataan sehari-hari di lingkungan masarakat mengartikan atau
memberi arti pada hukum terlepas dari apakah itu benar atau keliru, sebagai berikut:
Hukum sebagai ilmu pengetahuan, diberikan oleh kalangan ilmuan.
Hukum sebagai disiplin, diberikan oleh filosof, teoirtis, dan politis.
Hukum sebagai kaidah, diberikan oleh filosof, orang yang bijaksana
Hukum sebagai lembaga sosial, diberikan oleh filosof, ahli sosiologi hukum.
Hukum sebagai tata hukum, diberikan oleh DPR. Dan eksekutif.
Hukum sebagai petugas, diberika oleh tukang becak dan kaki lima
Hukum sebagai keputusan penguasa, diberikan oleh para atasan dan bawahan dalam
suatu instansi dan lembaga negara.
Hukum sebagai proses pemerintahan, diberikan oleh anggota dan pinpinan exsekutif.
3. Hukum sebagai nilai-nilai diberikan oleh filosof, toeritis
Huku sebagai seni, diberikan oleh mereka yang peka terhadap lingkungannya, ahli karikatur.
Pendafat para ahli hukum sangat bervariasi karena dapat lihat dari beberapa segi mengenai
hukum tersebut. Maka perlu kita perhatikan beberapa peraturan yang sudah ada, baik di dalam
kitab undang-undang pidana maupun kitab undang-undang hukum perdata sebagai berikut:
1. Kita perhatikan dalam rumusan yang ada dalam KUH pidana, yaitu:
a) ketentuan dalam pasal 2 KUH pidana itu menimbulkan hak bagi negara untuk
menuntut setiap orang yang ada di dalam negara indonesia, jika melakukan perbuatan
yang dapat di hukum.
b) Larangan mencuri dalam pasal 362 KUH pidana, itu menimbulkan kewajiban bagi
setiap orang untuk menunggalkan pekerjaan tersebut.
c) Ketentuan pasal 97 dan 98 KUH pidana, merupakan hukum yang menimbulkan
kewajiban bagi setiap orang yang mengunakannya.
d) Ketentuan pasal 15 KUH Pidana, yaitu menimbulkan hak dan kewajiban kepada
seseorang yang di hukum penjara.
2. Kita perhatikan rumusanyang ada dalam KUH perdata, yaitu:
a) Ketentuan dalam pasal 1354 KUH Perdata, itu menimbulkan kewajiban saja bagi
orang yang dengan sukarela mengerjakan sesuatu pekerjaan tanpa di suruh.
b) Ketentuan dalam pasal 1338 KUH Perdata, itu menimbulkan hak dan kewajiban bagi
mereka untuk memenuhi isi perjanjian tersebut.
c) Ketentuan dalam pasal 1602 O-r, 1602 p ayat (2) sub 3 KUH Perdata, menumbulkan
kewajiban bagi majikan untuk membayar upah pada waktu yang telah ditentukan.
12
d) Ketentuan dalam pasal 1603 KUH Perdata, itu menimbulkan kewajiban bagi buruh
untuk melakukan pekerjaan yang dijannikan dengan sebaik-baiknya.
3. Kita perhatikan dalam rumusan yang ada dalam undang-undang No 14 tahun 1969
tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. Dalam pasal 3,6,9,11,12,13, itu
menimbulkan hak-hak bagi setiap tenaga kerja.
Sehubungan dengan alasan-alasan di atas, dapat dirumuskan mengenai pengertian hukum adalah
peraturan-peraturan yang merupakan ketentuan perintah dan larangan, yang menimbulkan
kewajiban atau hak. Kaitannya dengan pengertian hukum itu, maka Zinsheimerdalam bukunya
rechtsociologis membedakan hukum normatif, hukum ideal dan hukum wajar sebagai berikut:
Hukum normatif ialah hukum yang nampak dalam peraturan peraturan perundang-
undangan serta hukum 6ang tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan tetapi
tetapi toh ditaati oleh masarakat karena keyakinan peraturan hidup itu sudah sewajarnya
untuk ditaati.
Hukum ideal ialah hukum yang dicita-citakan, yang mana hukum ini pada hakekatnya
berakar pada perasaan murni manusia dari segala bangsa.
Hukum wajar ialah hukum seperti terjadi dan nampak shari-hari.
Pengertian dan asas-asas itu sangat penting dipelajari karena masing-masing mempunyai makna
yang berbeda sebagaimana nampak dalam sekema Logemann tentang bahan-bahan hukum,
bahwa setiap peraturan hukum dipengaruhu oleh dua unsur, yaitu:
unsur rill, karena sifatnya yang konkrit, bersumber dari lingkungan di mana ia hidup,
seperti tradisi atau sifat-sifat yang di bawa sejak lahir.
Unsur idill, karena sifatnya yang abstrak bersumber pada diri manusia itu sendiri berupa
akal/fikiran da perasaan.
4. Tujuan Hukum
Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Perdamaian di antara manusia
dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu,
kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda, dsb terjhadap yang merugikan. Karena hukum
hanya dapat mencapai tujuan jika menuju peraturan yang adil, artinya aturan pada mana terdapat
keseiombangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi. Keadilan tidak boleh
dipandang sama arti dengan persamarataan. Keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang
memperoleh bagian yang sama. Aristoteles dua macam keadilan, keadilan distributief” dan
keadilan “commutatief”.
Keadilan distributief ialah keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut
jasanya. Keadialan comutatief ialah keadilan keadilan yang memberikan pada setiap orang sama
banyaknya dengan tidak melihat jasa-jasa perseorangan. Ada teori yang mengajarkan bahwa
bahwa hukum semata-mata menghedaki keadilan. Jika hukum semata-mata menghendaki
keadilan, jadi semata-mata mempenyuai tujuan memberi tiap-tiap orang apa yang patut
13
diterimanya, maka ia tak dapat membentuk peraturan umum.Hukum ingin menjamin kebahagian
yang terbesar untuk jumlah manusia yang terbesar. Jadi tujuan hukum adalah tata tertib
masarakat yang damai dan adil.
BAB III
SUMBER-SUMBER HUKUM DAN METODE PENAFSIRAN
HUKUM
Sumber hukum formal yaitu bentuk nyata hukum yang berlaku. Sumber-sumber hukum formil
dari hukum fositif, antara lain:
Undang-undang, termasuk UUD
Kebiasaan
Perjanjian, perjanjian antar negara maupun perjanjian antar warga masarakat
Keputusan hakim (yurisprudensi)
Pendapat ahli hukum yang terkemuka ( doktrin )
Undang-Undang
Undang-undang adalah suatu peraturan hukum yang di susun dan ditetapkan oleh negara berlaku
bagi masarakat hukum yang bersangkutan.Undang undang dapat dibedakan kedalam dua macam
yaitu undang-undang dalam arti pormil dan undag-undang dalm arti materil.Undang-undang
dal;am arti materil di sebut juga undang-undang dalam arti luas, sedangkan undang-undang
14
dalam arti formil di sebut juga undang-undang dalam arti sempit
Undang-undang dalam arti formil adalah setiap keputusan pemerintah ang merupakan undang-
undang karena cara pembuatannya ( misalnya di buat oleh pemerintah bersama parlementer),
sementara Undang-undang dalam arti materil adalah setiap keputusan pemerintah yang menurut
isinya mengikat langsung setiap penduduk.
Undang-undang dalam arti formil contohnya undang-undang APBN (pasal 23 ayat (1) Undang-
undang dasar 1945); Undang-undang nomor 62 tahun 1958 tentang nutaralisasi, sebab meskipun
bentuknya di buat oleh pemerintah dengan peretujuan dewan perwakilan rakyat, namun isinya
mengikat pada orang yang bersangkutan, yaitu orang yang dinutralisasikan saja.
Undang-undang dalam arti materil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan di buat oelh
penguasa ( pusat maupun daerah ) yang sah, misalnya uindang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden,peraturan daerah, dan sebagainya. Undanmg dalam arti materil dibagi
kedalam dua golongan, yaitu:
Peraturan pusat, adalah peraturan pusat yang tertulis yang di buat oleh pemerintah pusat
yang berlaku umum di seluruh atau di sebagian wilayah negara. Yang berlaku umum di
seluruh wilayah negara contohnya: undang-undang repulik Indonesia no. 28 tahun 1997
tentang Kepolisian Negara republik Indonesia; Lembaran negara republik Indonesia
tahun 1997 No. 81. Sedangkan yang berlaku umum di sebagian wilayah negara
contohnya: Jachtordonantie Java in Madoera 1940.
Peraturan setempat adalah peraturan tertulis yang di buat oleh penguasa setempat yang
hanya berlaku di daerah itu saja. Contoh Peraturan Daerah Husus Ibokota Jakarta no 12
tahun 1971 tentang Pencegahan Pengotoran Udara, Air dan Lepas Pantai dalam daerah
husus Ibokota Jakarta, Lembaran Daerah 1972 nomor 71; Keputusan Gubernur kepala
Daerah Khusus Ibokota Jakarta no. D. iv 3170/b.1975 tentang penetapan hkusus Ibukota
Jakarta, Lembaran Daerah 1975 nomor 20.
Selanjutnya Undang-undang dapat di bagi dalam :
Undang-undang tingkat lebih tinggi dan undang-undang tingkat lebih rendah. Jadi ada hierarchie
dalam undang-undang. Susunan tingkat undang-undang adalah sebagai berikut:
Undang-undang dalam arti formil
Algemene Matregelen van Besturr
Peraturan-peraturan Provinsi
Peraturan-peraturan kota praja dan menurut tingkatannya sederajat dengan itu ialah
peraturan-peraturan daerah perairan veenschappen dan veenpolders. Undang-undang
tingkat lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang tingkat lebih tinggi
15
Suatu undang-undang mempunyai kekuatan mengikat har8us memenuhi sarat yaitu diundangkan
dalam lembaran Negara oleh sekretariat negara. Untuk mengundang-ngundangkan per Undang-
undangan pusat dilakukan pusat menurut cara yang termaksud dalam Undang-undang No.2 tahun
1950 yang antara lain:
Menetapkan tempat pengumuman undang-Undang Federal dan Peraturan Pemerintah
(pasal 3)
Penetapkan penyelenggaraan penerbitan Lembaran negara, teristimewa pemuatan
undang-undang federal dan peraturan pemerintah dalam lembaran negara, yang
diserahkan pada mentri kehakiman (pasal 4). Hal-hal seperti ini telah ada beberapa
perubahan dengan keputusan pemerintah (presiden) Republik Indonesia nomor 234 tahun
1960 tentang pengembalian seksi pengundangan/Lembaran Negara dari Departemen
Kehakiman ke Sekretariat Negara.
Lembaran negara di sebut staatsblad dan berita Negara pada Zaman Hindia Belanda di sebut De
Javasche Courant, dan di aman Jepang di sebut Kan po. Lembaran Negara adalah tempat
perundangan resmi Undang-undang atau suatu lembaran tempat mengundangkan semua
peraturan-peraturan Negara dan Pemerintah agar sah dan berlaku.
17
Menurut Drs. C.S.T Kansil,S.H yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu yang
sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hekim kemudian mengenai masalah
yang sama.
Menurut R. Otje Salman, S.H Hukum Yurisprudensi yaknu hukum yang di bentuk dalam
keputusan hakim pengadilan.
Menurut Hartono Hadisuprapto, S.H Yurisprudensu di sebut juga keputusan hakim atau
keputusan pengadilan.
Sumber Hukum.Doktrin
Kata doktrin dalam bahasa Belanda adalah pendapat para ahli hukum yang ternama kemudian di
teroima sebagai dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya atau di sebut ajaran
kaum sarjana hukum. Dalam piagam Mahkamah Internasional (Statute of International Court Of
Justice) pasal 38 ayat 1 memberi dasar-dasar pegangan pada hakim-hakim Mahkamah
Intrnasional, bahwa dalam menimbang dan memutuskan sesuatu perselisihan dapat
mempergunakan pedoman sebagai berikut:
Perjanjian-perjanjian Internasional
Kebiasan-kebiasan Internasional
Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab
Keputusan hakim (judical decisions) dan pendapat sarjana-sarjana hukum.
Doktrin terkemuka contohnya
1. Doktri trias politica dari Montesquieu (orang Prancis) mengatakan:
Kekuasaan negara hendaknya di bagi tiga
a) Lembaga Legislatif, yang bertugas pembuat undang-undang
b) Lembaga Exsekutif, yang bertugas sebagai pelaksana undang-undang
c) Lembaga yudikatif yang bertugas sebagai pelaksa pengawas undang-undang
Diantara lembaga yang satu dengan yang lainnya harus terpisah tidak boleh terdapat
hubungan kerjasama.
2. Doktrin madzhab sejarah dipelopori Carl Von Savigny, mengatakan bahwa hukum itu
bukanlah di buat oleh manusia, melainkan hukum itu ada dan tumbuh bersama-sama dengan ada
dan tumbuhnya perkembangan masarakat
3. Doktrin dasar berdirinya liga bangsa-bangsa yang diseponsori oleh Woordow Wilsons
FourtenPonts, pada dasarnya menggariskan untuk memudahkan tercapainya perdamaian dunia
diperlikan adanya kerja sama dan perserikatan antar bangsa-bangsa dengan hubungan diflomasi-
diflomasi yang terbuka.
18
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Fikiran anggapan tentang adil dan tidak adilnya mengenai hubungan antar manusia. Apabila kita
tinjau secara pormal, kita dapat memakai beberapa metode , yaitu metode monoisme dan metode
dualiesme. Menurut metode monoisme, maka hukum adalah himpunan kaidah-kaidah atau
dassolen juga hukum adalah gejala masarakat atau dassein. Metode dualisme adalah merupakan
gabungan dari metodr deduktif dan induktif. Hukum dalam arti materil mengimplikasikan
beberapa pendapat. Kaitannya dengan pengertian hukum, maka Zenseimer dalam bukuknya
rechtsociologis membedakan hukum normatif, ideal dan hukum wajar.
Selanjutnya hukum mempunyai sumber yang mana sumber hukum ini didefinisikan segala
sesuatu yang dapat menimbulkan aturan hukum yaitu aturan-aturan yang mempunyai kekuasaan
hukum yang bersifat memaksa dan mempertahankan dengan sanksi. Sumber hukum dapat di
bedakan dalam
Sumber hukum historis seperti code civil untuk pembuatan kitab undang-undang hukum
sipil, dokumen-dokumen surat dan keterangan lain yang memungkinkan untuk
mengetahui hukum yang berlaku pada masa tertentu.
Sumber hukum yang filosofis,yang terdiri dari, akal manusia, tuhan yang maha esa.
Menurut D.r Juhaya s. Praja, sekurang-kurangnya ada lima teori berlakunya hukum islam di
Indonesia, yaitu:
Teori kredo/sahadat
Teori reception
Teori receptie
Teori receftie exit
Teori receftie a cotraio
Sumber hukum yang dipakai di Indonesia yaitu sumber hukum pormal dari hukum fositif yang
mencakup:
19
Undang-undang, termasuk undang-undag dasar
Kebiasan
Traktat
Yurisfrudensi
Doktrin
Di dunia ada dua kelompok besar yang menjadi sistem hukum yaitu sistem hukum kontinental
dan sumber hukum anglosaxon. Menurut. Otje Selman, S.H pokok-pokok persoalan yang ada,
dalam sistem hukum adalah:
Unsur sistem hukum yang meliputi: hukum undang-undang, hukum kebiasaan, huku
yurisprudensi, hukum traktat,hukum ilmiah.
Pembidangan sistem hukum yaitu ius constitum, ius constituendum
Pengertian dasar dalam sistem hukum: masarakat hukum, subyek hukum, hak dan
kewajuban pristiwa hukum.
Lembaga-lembaga hukum yang di Indonesia
Kepolisian
Kejaksaan
Kehakiman
Rumah Tahanan Negara
Lembaga Pemasarakatan
Lembaga Bantuan Hukum
2.Saran saran
Kita sebagai manusia yang normal dan berakal, hendaknya patuh dan tunduk pada hukum. Kita
jangan merasa terhimpit dengan adanya hukum. Hukum tidak bakalan mencekik terhadap orang
yang sadar akan ketentraman dan kedamaian walaupun hukum itu bagaikan penguasa yang
bersifat memaksa.
Kita banyak menyaksikan orang yang tidak sadar akan hukum dia seolah-olah terkekang
kebebasannya, bahkan dia benci terhadap penegak hukum walaupun dia sendiri yang bersalah.
Kita ambil contoh, ketika soerang pengendara kendaraan melanggar lalu lintas, lalu pak polisi
menilang karena kesalahannya, apa yang terjadi? Kebanyakan si pengendara bukanlah sadar
akan kesalahannya dan berterima kasih pada pak polisi eh malah dia mengutuk dan membenci
sipenegak hukum.
Tetapi di samping itu saya agak menyesalkan kepada para penegak hukum yang toloheor yang
20
mana mereka memilih dan memilah antara si pelanggar yang kecil (miskin red) dan si pelanggar
yang gede (kaya red). Mereka hanya menindas yang kecil. Dan saya juga menyesalkan oknum-
oknum yang dapat di suap, walaupun dengan sebatang rokok. Padahal tegaknya hukum bermodal
dari kesadaran antara si penegak dan si terdakwa
DAFTAR PUSTAKA
1. Pipin Aripin, S.H, Pengantar Ilmu Hukum, 1999, Penerbit CV pustaka Bandung.
2. Sanusi, Achmad.1991.Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum
Indonesia.Tarsito.Bandung.
3. L.J. Van Apeldoorn Mr, Prof, D.R, Pengantar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita 1986,
Jakart.
21