Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN HUKUM

Di susun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen : Hakimatul Siti ‘Azizah S.H, M.H.

Disusun oleh :

Nadzim Ridwan H 2002026020


Riefka Septania Khoirunnisa 2002026021
Achmad Fahmi 2002026025

KELAS HPI A1
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

ِ ْ‫بِس ِْم هللاِ الرَّح‬


‫من ال َّر ِحي ِْم‬
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pembidangan Ilmu Pengetahuan Hukum

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pembidangan Ilmu Pengetahuan
Hukum dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 01 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………...……………..i

Daftar isi………………………………………………………………...…………....ii

BAB I Pembukaan
A. LATAR BELAKANG …………………………………………..……………….1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..…….1
C. TUJUAN MASALAH………………………………………………...……….....1

BAB II Pembahasan
A. PENGERTIAN PEMBIDANGAN DAN KLASIFIKASI HUKUM………….….2
B. PENGERTIAN HUKUM TERTULIS DAN HUKUM TIDAK TERTULIS.……2
C. MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM ………………………………… ..2

BAB III Penutup


A. KESIMPULAN…………………………………………………………… . . . . . .8

Daftar Pustaka…………………………………………………………………… . .…9

ii
BAB I
PENDAHULAUN

A. LATAR BELAKANG
Hukum di negara indonesia mengacu pada pancasila, dimana pancasila sebagai suatu
kesatuan hukum yang harus di patuhi dan di taati olah seluruh rakyat indonesia.
Secara luas hukum di indonesia ada yang telah di kodifikasikan namun ada pula
hukum yang tidak di kodifikasikan, dimana hukum yang dikodifikasikan adalah hukum
tertulis yang meliputi kitab undang-undang hukum sipil, kitab undang-undang hukum
dagang, kitab undang-undang pidana.
Hukum di buat dan di kodifikasikan untuk menjaga kesetabialan masyarakat, untuk
kepastian hukum dimana agar setiap orang terjamin dari kesewenang-wenangan pengusaha
dan hakim. Berdasarkan latar belakang di atas maka penyusun mengambil judul “kodifikasi
hukum”.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pembidangan dan Klasifikasi Hukum
2. Pengertian Hukum Tertulis dan Hukm Tidak Tertulis
3. Macam-Macam Pembagian Hukum

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui apa aja Pembidangan Ilmu Pengetahuan Hukum

1
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Pembidangan Dan Klasifikasi Hukum


Pembidangan menurut bahasa adalah pengelompokan berdasarkan lapangan
(lingkungan, pekerjaan, pengetahuan, dan sebagaimana) yang sama, dan pemisahan atas
bidang-bidang lain. Istilah lain dari pembidangan hukum adalah klasifikasi hukum, lapangan
hukum, penggolongan hukum. Jadi, Pembidangan hukum adalah pengelompokan/pembukuan
jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.

Pengertian Hukum Tertulis


Hukum tertulis merupakan hukum yang telah ditulis dan telah dicantumkan di dalam
peraturan negara. Hukum tertulis ini biasanya disebut juga dengan undang-undang atau
peraturan-perundangan. Contoh hukum tertulis ada dua, yang pertama yaitu Hukum Perdaata
yang ada dalam perundangan tertulis secara lengkap dalam KUH perdata (kitab Undang-
undang Hukum Perdata) dan yang kedua yaitu Hukum Pidana yang juga secara lengkap telah
tertulis dalam KUH (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Pengertian Hukum Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tumbuh secara turun temurun dalam
masyarakat atau adat dan bisa juga dalam praktik ketatanegaraan atau dalam konverasi.
Hukim ini biasa disebut dengan hukum adat dan biasanya diturunkan dari para tetua. Hukum
ini merupakan kebalikan dar hukum tertulis karena hukum ini tidak dituangkan dan tidak
tertulis dan kitab-kitab dan peraturan perundang-undangan. Hukum tidak tertulis ini bisa juga
merupakan hukum yang tumbuh secara sendirinya dalam kehidupan sosial masyarakat
sehingga bagi yang melanggar hukum ini biasanya mendapatkan hukuman berupa sanksi
sosial. Contoh dari hukum tidak tertulis adalah hukum adat yang telah ditaati oleh suatu suku
dan telah menjadi peraturan yang berlaku sekian lama sehingga sudah sangat melekat dalam
ingatan suku tersebut. Hukum ini diturun-temurunkan oleh para tetua suku. Kelemahan
hukum tidak tertulis adalah hukum ini dianggap tidak bisa konsisten karena tidak tertulis
secara lengkap sehinga terkadang hukum ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
kepentingan suku tersebut.

MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM

Menurut Sumbernya
Menurut sumbernya hukum dapat dibagi menjadi:

Hukum undang-undang : Undang-undang adalah hukum yang tercantum dalam


peraturan perundang-undangan. Legislasi atau undang-undang adalah hukum yang telah
disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan yang lainnya. Sebelum disahkan,

2
undang-undang disebut sebagai rancangan Undang-Undang . Undang-undang berfungsi
untuk digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan
(dana), untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk
membatasi sesuatu. Suatu undang-undang biasanya diusulkan oleh anggota badan legislatif
(misalnya anggota DPR ), eksekutif (misalnya presiden ), dan selanjutnya dibahas di antara
anggota legislatif. Undang-undang sering kali diamandemen (diubah) sebelum akhirnya
disahkan atau mungkin juga ditolak. Undang-undang dipandang sebagai salah satu dari tiga
fungsi utama pemerintahan yang berasal dari doktrin pemisahan kekuasaan . Kelompok yang
memiliki kekuasaan formal untukmembuat legislasi disebut sebagai legislator (pembuat
undang-undang), sedangkan badan yudikatif pemerintah memiliki kekuasaan formal untuk
menafsirkan legislasi, dan badan eksekutif pemerintahan hanya dapat bertindak dalam batas-
batas kekuasaan yang telah ditetapkan oleh hukum perundang-undangan.
Hukum Kebiasaan (Adat) : Kebiasaan adalah hukum yang terletak di dalam peraturan-
peraturan kebiasaan (adat). Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan
Tiongkok. Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-
peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan
kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh
kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu
dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan
hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat
tinggal ataupun atas dasar keturunan.
Hukum Trakat : Traktat adalah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antarnegara. Perjanjian tersebut biasanya meliputi bidang-bidang politik dan
ekonomi.
Dengan kata lain traktat adalah perjanjianj yang di buat antar Negara yang di tuangkan dalam
bentuk tertentuyaitu:
Traktat Bilateral/Traktat Binasional (Twee Zijdig)
Yaitu perjanjian yang di lakukan oleh 2 negara. Traktat ini dapat meliputi perjanjian
mengenai hubungan kerjasama baik itu dalam hubungan politik, sosial-budaya, maupun
hankam. Contohnya:traktat antara pemerintah Indonesia dengan pemerintahan Malaysia
tentang perjanjian ekstradisi menyangkut kejahatan criminal biasa dan kejahatan politik
Traktat multilateral
Yaitu perjanjian yg dilakukan lebih 2 negara. Perjanjian ini lebih bersifat resmi (official)
karena ditandatangai dan melibatkan pihak-pihak Negara yang bergabung dalam suatu
organisasi tertentu. Contohnya perjanjian kerjasama beberapa Negara di bidang pertahanan
dan ideology bersama Negara-negara eropa dan Amerika Utara (NATO) yang di ikuti oleh
beberapa Negara eropa.
Traktat Kolektif/Traktat Terbuka
Yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara atau multilateral yang kemudian
terbuka untuk negara lain yang terikat pada perjanjian tersebut. Contohnya perjanjian dalam
PBB dimana negara lain terbuka unyuk ikut menjadi anggota PBB yang terikat pada
perjanjian yang di tetapkan oleh PBB tersebut.
4)  Hukum Jurisprudensi : Yurisprudensi adalah hukum yang terbentuk karena putusan
hakim. Keputusan hakim kemudian dijadikan rujukan oleh hakim pada selanjutnya untuk

3
memutuskan sesuatu perkara. Dengan kata lain putusan tersebut tidak diatur oleh undang-
undang.
5)   Hukum ilmu : Hukum ilmu adalah hukum yang pada dasarnya berupa ilmu hukum yang
terdapat dalam pandangan para ahli hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
6) Hukum Doktrin : hukum yang terdapat pada pemberian konsep masyarakat.

Menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :

Hukum Tertulis : Hukum tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai
peraturan perundangan dan dapat dicermatisecara visual. Hukum tertulis ada dua macam,
antara lain sebagai berikut :
a)   Hukum tertulis yang telah dikodifikasikan seperti KUH Perdata/BW (Burgerlijk
Wetboek) dan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Kodifikasi adalah pembukuan
bahan-bahan hukum yang sejenis secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang-
undang.
b)   Hukum tertulis yang belum terkodifikasikan misalnya hukum perkoperasian
Hukum Tak Tertulis : Hukum tidak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan
di masyarakat tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan). Hukum tidak tertulis tidak
termaktub dalam suatu dokumen, tetapi diyakini dan ditaati oleh suatu masyarakat tertentu.
Dalam praktek kenegaraan, hukum tidak tertulis disebut konvensi. Contoh: Pidato presiden
setiap tanggal 16 Agustus di depan DPR.

Menurut Tempat Berlakunya


Menurut tempat berlakunya hukum dibagi dalam:
1)   Hukum nasional : Hukum nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.
2)   Hukum internasional : Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan
hukum dalam dunia internasional.
3)   Hukum asing : Hukum asing adalah hukum yang berlaku dalam negara lain.

Menurut Masa Berlakunya


Menurut tempat berlakunya hukum dibagi dalam :

Ius Constitutum (Hukum positif) : Hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Contohnya UUD 1945.
Ius Constituendum : Hukum yang diharapkan dapat berlaku di masa yang akan datang
(hukum yang dicita-citakan). Contohnya Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 1945.
Ius Naturale/Hukum Asasi (Hukum alam) : Hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu melainkan
berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat. Contohnya
keadilan.
Ketiga macam hukum ini merupakan hukum duniawi.

4
Menurut Cara Mempertahankannya
Menurut cara mempertahankannya hukum dapat dibagi dalam:

Hukum Materil, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur


kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan
larangan-larangan. Dan dapat diaertikan juga sebagai hukum atau kelompok aturan yang
mengatur suatu bidang tertentu, yang pada dasarnya memuat:
Pengertian-pengertian yuridis berbagai hal dalam bidang tersebut,
Masalah-masalah yang pasti dan mungkin ada pada bidang tersebut,
Cara memecahkan apabila terdapat masalah,
Peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah dan larangan,
Sanksi apabila ada yang melanggar.
Contohnya: Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan lain-lain.
Jika berbicara tentang hukum Pidana, Hukum Perdata, maka yang dimaksudkan adalah
Hukum Pidana Materiil dan Hukum Perdata Materiil.

Hukum Formal (Hukum Proses dan Hukum Acara), yaitu Hukum yang memuat
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan
hukum materiil atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan
sesuatu perkara ke muka Pengadilan dan bagaimana cara-caranya Hakim memberi putusan.
Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.
Hukum Acara Pidana, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara
memelihara dan mempertahankan Hukum Pidana Materiil atau peraturan-peraturan yang
mengatur bagaimana caranya mengajukan sesuatu perkara-pidana ke muka Pengadilan
Pidana dan bagaimana caranya hakim pidana memberikan putusan.

Hukum Acara Perdata, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana


cara-cara memelihara dan mempertahankan Hukum Perdata Material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-perdata ke
muka Pengadilan Perdata dan bagaimana caranya hakim perdata memberikan putusan.
Contohnya: dalam menegakkan Hukum materiil Pidana, diperlukan hukum acara pidana,
untuk hukum materiil perdata , maka ada hukum acara perdata. Sedangkan, untuk hukum
materiil tata usaha negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara. Hukum acara pidana
harus dikuasai oleh Polisi, Jaksa, Advokat, Hakim, dan Petugas Lembaga Permasyarakatan.

Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya hukum dibagi dalam:

Hukum yang memaksa, dikenal dengan nama dwingend recht, adalah hukum yang
dalam keadaan konkret harus ditaati. Kelompok hukum ini secara tegas dan mutlak
menggariskan hal-hal yanag harus dipatuhi secara penuh oleh setiap orang tanpa terkecuali
dan tanpa dapat disimpang sedikitpun, kecuali ada alasan sungguh-sungguh dan dapat
dibenarkan oleh hukum itu sendiri.
Contoh hukum yang memaksa ini adalah ketentuan dalam KUHPidana, juga ketentuan dalam
buku KUHPerdata.

5
Hukum yang mengatur (Hukum Pelengkap), dikenal juga dengan istilah aanvulend
recht atau regelend recht, adalah hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan
oleh perjanjian yang diadakan para pihak. Dengan demikian, hukum yang mengatur ini
adalah hukum yang pada dasarnya hanya memberikan pedoman atau petunjuk cara yang baik
untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, dan tidak berisi paksaan bagi orang untuk
mengikutinya. Dengan demikian pada hukum yang bersifat mengatur dapat dilakukan
penyimpangan pedoman, asalkan penyimpangan tersebut masih dalam batas yang dibenarkan
oleh hukum itu sendiri.
Contohnya adalah pada pasal 1338 KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian
yang sah mempunyai daya ikat yang sama dengan undang-undang bagi para pihak yang
mengadakannya. Pasal ini memberikan pedoman bahwa setiap orang bebas melakukan
perjanjian tentang apa saja. Sepanjang perjanjian tersebut diadakan secara sah maka akan
mengikat sebagai UU bagi para pihak.
Sedangkan perjanjian dikatakan sebagai sah, apabila telah memenuhi persyaratan
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Dengan demikian,
perjanjian apapun sepanjang sah menurut pasal 1320 KUHPerdata, maka berdasar pasal 1338
KUHPerdata adalah sah, tanpa melihat isi perjanjian dan cara pelaksanaanya yang dengan
bebas ditentukan oleh para pihak.

Menurut Wujudnya
Menurut wujudnya hukum dapat dibagi dalam:

Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak
mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan peraturan
hukum saja yang mengatur hubungan antara sesama manusia di dalam masyarakat. Hukum
obyektif ini dikenal juga sebagai “hukum”.

Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari Hukum Obyektif dan berlaku
terhadap seorang tertentu atau lebih. Jadi hukum subyektif ini adalah peraturan hukum yang
telah dihubungkan orang tertentu, sehingga menjadi hak dan kewajibannya. Hukum Subyektif
disebut juga HAK, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau lebih.
Pembagian hukum berdasarkan wujudnya inilah yang dahulu menarik perhatian ahli hukum.
Misalnya, Apeldoorn menjelaskan, dalam kedua pengertian ini dipakai perkataan latin “jus”
dan perkataan lain seperti “droit” dan “dritto”, dalam bahasa Inggris “right” and “law”, dan
dalam bahasa Indonesia “hak” dan “hukum”.

Menurut Isinya
Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam:

Hukum Privat, adalah hukum yang mengatur kepentingan pribadi.

6
Contoh ranah hukum privat adalah hukum perdata, yang mengatur hubungan-hubungan antar
individu-individu dengan masyarakat dalam saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga
hukum privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah
jual beli rumah atau kendaraan.

Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan perseorangan
(warga negara). Hukum ini bersifat terbuka artinya negara akan menindak siapapun yang
melakukan tindakan melanggar hukum.

Contoh: jika ada seseorang yang menganiaya orang lain, maka polisi akan turun
tangan. Hukum pidana, sebagaimana dicontohkan di atas masuk sebagai bagian dari ranah
hukum publik. Hukum pidana ini mengatur perbuatan-perbuatan atau apa saja yang dilarang
dan memberi pidana kepada siapa saja yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara atau kemuka pengadilan.
Jadi hukum ini mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan-perbuatan yang
diharuskan dan dilarang oleh perundang-undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa
pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya.

Selain hukum pidana, hukum publik terdiri dari:

Hukum Tata Negara (HTN) yaitu hukum yang mengatur bentuk susunan
pemerintahan suatu negara serta hubungan kekerasan antara alat-alat perlengkapan satu sama
lain dan hubungan negara (pemerintah pusat) dengan bagian-bagian negara.
Hukum Administrasi Negara (HAN) atau Hukum Tata Pemerintahan (HTP) atau Hukum Tata
Usaha Negara (HTUN) yaitu hukum yang mengatur cara-cara melakukan tugas dari
kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.
Hukum Internasional yang meliputi hukum perdata internasional dan hukum public
internasional.
Berdasarkan pendapat Sudirman Kartohadiprojo, Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara
Perdata termasuk dalam rangka hukum publik.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
7
Pembidangan menurut bahasa adalah pengelompokan berdasarkan lapangan
(lingkungan, pekerjaan, pengetahuan, dan sebagaimana) yang sama, dan pemisahan atas
bidang-bidang lain. Hukum tertulis merupakan hukum yang telah ditulis dan telah
dicantumkan di dalam peraturan negara. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tumbuh
secara turun temurun dalam masyarakat atau adat dan bisa juga dalam praktik ketatanegaraan
atau dalam konverasi. Hukum undang-undang : Undang-undang adalah hukum yang
tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Hukum Kebiasaan (Adat) : Kebiasaan
adalah hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan (adat). Hukum Trakat :
Traktat adalah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian
antarnegara. Yaitu perjanjian yang di lakukan oleh 2 negara. Yaitu perjanjian yg dilakukan
lebih 2 negara. Perjanjian ini lebih bersifat resmi (official) karena ditandatangai dan
melibatkan pihak-pihak Negara yang bergabung dalam suatu organisasi tertentu. Yaitu
perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara atau multilateral yang kemudian terbuka
untuk negara lain yang terikat pada perjanjian tersebut. 4) Hukum Jurisprudensi :
Yurisprudensi adalah hukum yang terbentuk karena putusan hakim. Hukum Tertulis : Hukum
tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan dan dapat
dicermatisecara visual. a) Hukum tertulis yang telah dikodifikasikan seperti KUH
Perdata/BW (Burgerlijk Wetboek) dan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).
Hukum Tak Tertulis : Hukum tidak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan
di masyarakat tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan). 3) Hukum asing : Hukum asing
adalah hukum yang berlaku dalam negara lain. Ius Constitutum (Hukum positif) : Hukum
yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Ius
Constituendum : Hukum yang diharapkan dapat berlaku di masa yang akan datang (hukum
yang dicita-citakan). Ius Naturale/Hukum Asasi (Hukum alam) : Hukum yang berlaku di
mana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum Materil, yaitu
hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan
hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contohnya:
dalam menegakkan Hukum materiil Pidana, diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata , maka ada hukum acara perdata. Hukum acara pidana harus dikuasai oleh
Polisi, Jaksa, Advokat, Hakim, dan Petugas Lembaga Permasyarakatan. Hukum yang
memaksa, dikenal dengan nama dwingend recht, adalah hukum yang dalam keadaan konkret
harus ditaati. Hukum yang mengatur (Hukum Pelengkap), dikenal juga dengan istilah
aanvulend recht atau regelend recht, adalah hukum yang dalam keadaan konkret dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang diadakan para pihak. Contohnya adalah pada pasal
1338 KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian yang sah mempunyai daya ikat yang
sama dengan undang-undang bagi para pihak yang mengadakannya. Sedangkan perjanjian
dikatakan sebagai sah, apabila telah memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana
diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Dengan demikian, perjanjian apapun sepanjang sah
menurut pasal 1320 KUHPerdata, maka berdasar pasal 1338 KUHPerdata adalah sah, tanpa
melihat isi perjanjian dan cara pelaksanaanya yang dengan bebas ditentukan oleh para pihak.
Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai
orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan peraturan hukum saja
yang mengatur hubungan antara sesama manusia di dalam masyarakat. Hukum Subyektif,
yaitu hukum yang timbul dari Hukum Obyektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau
lebih. Hukum Subyektif disebut juga HAK, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua
orang atau lebih. Pembagian hukum berdasarkan wujudnya inilah yang dahulu menarik
perhatian ahli hukum. Contoh ranah hukum privat adalah hukum perdata, yang mengatur
hubungan-hubungan antar individu-individu dengan masyarakat dalam saluran tertentu.
Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
8
dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan perseorangan (warga
negara). Contoh: jika ada seseorang yang menganiaya orang lain, maka polisi akan turun
tangan. Hukum pidana ini mengatur perbuatan-perbuatan atau apa saja yang dilarang dan
memberi pidana kepada siapa saja yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara atau kemuka pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA
Mu,sa, eddie.S.H,Pengantar ilmu hukum
Kansil, C.S.T.Drs.SH, PENGANTAR ILMU HUKUM DAN TATA HUKUM
INDONESIABALAI PUSTAKA –JAKARTA 1986
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_perdata (diakses(18/12/2012))
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana (diakses(18/12/2012))
http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/05/pembidangan-tata-hukum-di-indonesia/
(diakses(18/12/2012))
Kansil, C.S.T., 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata hukum Indonesia.. Jakarta :
Balai pustaka.
Mas, Marwan. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Drs.C.S.T. Kansil, S.H.2013.Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia.Jakarta:
Balai Pustaka
Bakri, M. 2013. Pengantar Hukum Indonesia Jilid 2: Pembidangan dan Asas-asas Hukum.
Malang: Universitas Brawijaya Press.
Kansil, C. S. T. 1992. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai