Anda di halaman 1dari 16

POKOK-POKOK HUKUM INTERNASIONAL

MAKALAH

MAKALAH

Diajukan Guna Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Risky Nanda Saputra : 202213009


2. Gilang Dermawan : 202213010
3. Salman Rifki : 202213004

Dosen :
Nur Sari Dewi, M, S.H., M.H

FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pokok-Pokok Hukum Internasional, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai
pentingnya memahami pokok-pokok hukum internasional, yang meliputi sumber
hukum internasional, subjek hukum internasional serta hubungan hukum
internasional dengan hukum nasional, tugas ini disajikan sebagai bahan materi
mata kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia IAIN Lhokseumawe.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh
dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari
beberapa referensi mengenai Pokok-Pokok Hukum Internasional yang saling
berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan
baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis sangat menyadari bahwa
semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Aamin.

Lhokseumawe, 11 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. Definisi Hukum Internasional..................................................................4
B. Sumber-Sumber Hukum Internasional .................................................5
C. Subjek Hukum Internasional...................................................................6
D. Hubungan Hukum Internasional dengan Nasional...............................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola
hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas
sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional dan, pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaidah yang sangat diperlukan
untuk mengatur sebagian besar hubungan antar negara mengenai persoalan dengan
keperluan hubungan timbal balik antar negara. Dalam masalah ini terlihat bahwa
negara-negara modern telah mengakui hukum internasional sebagai bagian dari
hukum nasional. Pandangan ini dinamakan "doctrine of incorporation" yang pada
mulanya berasal dari negara-negara Anglo Saxon. Ajaran bahwa hukum
internasional dipandang sebagai hukum nasional terlihat di dalam putusan
Mahkamah Agung Amerika Serikat di dalam kasus The Paquette Habana-The
Loba.

Terdapat hubungan yang erat antara hukum internasional dengan masyarakat


internasional. Menurut Mochtar Kusumaatmaja bahwa "untuk menyakini adanya
hukum internasional maka harus ada pula masyarakat internasional sebagai
landasan sosiologis". Terdapat dorongan yang besar bagi perkembangan hukum
internasional dibanding dengan yang terjadi pada tahun sebelum dari sejarah
hukum internasional. Hal tersebut merupakan akibat dari berkembangnya
interdependensi negara-negara dan peningkatan pesat hubungan antar negara
karena berbagai macam penemuan yang ditujukan guna menanggulangi kesulitan
menyangkut waktu, ruang dan komunikasi intelektual. Apabila sebelumnya
masyarakat internasional dapat menyandarkan diri pada proses kebiasaan yang
reatif lambat untuk membentuk kaidah hukum internasional, maka kebutuhan

1
modern menuntut suatu metode pembuatan hukum yang lebih cepat. Oleh
karenanya hukum internasional telah mengalami perkembangan baik dilihat
secara teori, sumber hukum dan subyek hukum internasional sendiri, Sistem
hukum internasional merupakan suatu produk dari empat ratus tahun terakhir ini.
Pada mulanya berupa adat istiadat dan praktek negara Eropa modern dalam
hubungan dan komunikasi. Lalu, hukum internasional masih diwarnai oleh
konsep-konsep kedaulatan nasional, kedaulatan teritorial, konsep kesamaan
penuh dan kemerdekaan negara- negara yang meskipun memperoleh kekuatan
dari teoriteori politik yang mendasari sistem ketatanegaraan Eropa modern juga
dianut oleh negara-negara non Eropa yang baru muncul. Dengan demikian
sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya masyarakat
internasional meskipun dalam taraf tradisional yang berbeda dengan masyarakat
internasional dalam arti modern.1

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat


internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka
dalam arti masingmasing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.2

1 Miftakhul Nur Arista and Ach Fatwa, “Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum
Nasional,” MA’MAL: Jurnal Laboratorium Syariah dan Hukum 1, no. 4 (2020): 365–376.
2 Andi Tenripadang, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional,”
DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum 14, no. 1 (2016): 67–76.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi hukum internasional?
2. Apa saja sumber-sumber hukum internasional?
3. Apa subjek hukum internasional?
4. Bagaimana hubungan hukum internasional dengan hukum nasional?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan pada makalah
ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi hukum internasional
2. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber hukum internasional
3. Untuk mengetahui apa subjek hukum internasional
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan hukum internasional dengan
hukum nasional

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Internasional


Secara umum, Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II diartikan
sebaga keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur hubungan negara dengan
negara. Menurut Anzilotti, Hukum Internasional adalah tertib hukum dari
masyarakat negara-negara. Definisi Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II
yang diberikan oleh para pakar umumnya terbatas pada negara sebagai satu-
satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya.
Namun demikian, perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat telah
meningkatkan hubungan, kerjasama dan saling ketergantungan antar negara,
munculnya organisasi-organisasi internasional, negara-negara baru, menyebabkan
ruang lingkup dan pengertian Hukum Internasional mengalami perluasan.3
F. Sugeng Istanto mengemukakan definisi hukum internasional dalam suatu
rumusan yang membedakannya dengan Hukum Perdata Internasional sekaligus
menolak pandangan bahwa Hukum Internasional hanyalah merupakan moral
internasional saja. Berikut definisi tersebut dinyatakan “Hukum Internasional
adalah kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh
masyarakat internasional.”4
Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa Hukum Internasional
adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan Negara, negara
dengan subjek hukum internasional lainnya.
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

3 Danel Aditia Situngkir, “Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan Yurisdiksi


Mahkamah Pidana Internasional,” Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum 4, no. 2 (2018).
4 Diana Alfianti, “PERBANDINGAN SISTEM HUKUM INTERNASIONAL,” Progresif:
Media Publikasi Ilmiah 4, no. 2 (2016): 19–30.

4
hubungan antara Negara-negara dan subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional.5

B. Sumber-sumber Hukum Internasional


Sumber hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar
berlakunya hukum suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.6

Menurut pasal 38 Piagam mahkamah Internasional, sumber hukum formal


terdiri dari:

a) Perjanjian Internasional, (traktat/Treaty) merupakan sumber hukum utama


apabila perjanjian tersebut ber bentuk Law Making Treaties,yaitu
perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinip dan
ketentuanketentuan yang berlaku secara umum, Misalnya:
1) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa 1945.
2) Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961, Konsuler
1963. 3) Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982, dll.
b) Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum
dan diterima sebagai hukum.
Hal ini berasal dari praktek negara-negara melalui sikap dan
tindakan yang diambilnya terhadap suatu persoalan. Contoh hasil
kodifikasi hukum kebiasaan adalah Konvensi Hubungan Diplomatik.
Konsuler. Hukum Laut tahun 1958, dan Hukum Perjanjian tahun 1969.

5 Mochtar Kusumaatmadja and Etty R Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Penerbit


Alumni, 2021).
6 Made Chintya Sastri Udiani, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ni Putu Rai Yuliartini,
“HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DI DALAM MENYELESAIKAN
SENGKETA INTERNASIONAL,” Ganesha Law Review 4, no. 2 (2022): 73–83.

5
c) Asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab.
Asaaasas umum hukum nasional yang dapat mengisi kekosongan dalam

hukum internasional. Misalnya: Praduga tak Bersalah, dll.


d) Yurisprudency, yaitu keputusan hakim hukum internasional yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap. Keputusan Keputusan Peradilan:
1) Memainkan peranan yang cukup penting dalam pembentukan
normanorma baru dalam hukum internasional, misalnya dalam
sengketa ganti rugi dan penangkapan ikan.
2) Mahkamah diperbolehkan memutuskan suatu perkara secara "ex
aequo et bono" yaitu keputusan yang bukan atas pelaksanaan hukum
positif tetapi atas dasar prinsip keadilan dan kebenaran.
e) Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum internasional.7

C. Subjek Hukum Internasional


Secara umum, subjek hukum diartikan sebagai pemilik atau pendukung
kewajiban menurut undang-undang, serta badan atau lembaga yang memiliki suatu
kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan kewajiban di dalam hukum
internasional. Dimana hak dan kewajiban tersebut diatur oleh hukum internasional
material dan hukum internasional formal. Yang dipandang sebagai Subjek hukum
internasional yakni:
Individu atau perorangan yakni bersifat alamiah dan sosialnya sebagai subjek
hukum. Hal ini memiliki derajat yang sama antara satu dengan yang lain
dihadapan hukum tanpa memandang latar belakang, agama, ras, jenis kelamin
maupun etnisnya. Yang memiliki hak-hak asasi karena kodratnya sebagai
individu. Kemudian pada Badan hukum (Legal person rechtsperson) yakni badan
atau lembaga yang dibuat dengan tujuan tertentu sebagai subjek hukum dan
memikul hak serta kewajiban hukum secara mandiri. Serta dapat dikatakan
sebagai suatu konstruksi yuridis yang dapat menampakkan diri dalam berbagai

7 S H Indien Winarwati, HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL (SCOPINDO MEDIA


PUSTAKA, 2023).

6
bentuk dan wujud yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya, perusahaan, badan
hukum atau sistem
hukum ada yang terdapat pada desa atau lingkungan masyarakat. Sedangkan dalan
bentuk hukum publik yakni seperti pemerintah pusat pemerintah daerah ataupun
departemen. Serta dalam tingkat internasional seperti organisasi antarnegara atau
pemerintah.8
Dalam ruang lingkup subjek hukum internasional ini, mengatur mulai dari
Negara hingga individu sebagai objek yakni antara lain yakni terdapat pada:
1. Negara, merupakan subjek utama dalam hukum internasional yang
diartikan sebagai negara berdaulat dan memiliki pemerintahan sendiri
yang tidak bergantung pada negara lain.
2. Organisasi internasional, yakni ikut serta bertugas dalam menyelesaikan
pelanggaran hukum internasional. Organisasi internasional yang menjadi
subjek pada hukum internasional adalah organisasi yang memiliki anggota
global dengan tujuan umum, misalnya PBB. Organisasi anggota global
dengan tujuan khusus seperti IMF. Organisasi keanggotaan regional
dengan tujuan global contohnya ASEAN. Dan organisasi dengan
keanggotaan regional dengan tujuan spesifik seperti NAFTA.
3. Palang Merah Internasional, yaitu sebagai subjek hukum internasional
dalam ruang lingkup terbatas. Posisi kedudukannya diperkuat dengan
adanya Konvensi Palang Merah. Serta dalam Misi Palang Merah
Internasional adalah untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, organisasi ini
bersifat independen dan tidak boleh mencampuri negara manapun.
4. Takhta Suci Vatikan, telah menjadi subjek hukum internasional sejak
penandatanganan Pakta Lateran pada tahun 1929. Pakta Lateran sendiri
merupakan kesepakatan antara Kerajaan Italia dan Takhta Suci Vatikan.
Dimana, pada vatikan ini berada dibawah pimpinan paus yang merupakan

8 Putu Darmika, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ni Putu Rai Yuliartini, “UPAYA
MENANGGULANGI SENGKETA MELALUI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL,”
Ganesha
Law Review 4, no. 2 (2022): 93–102.

7
perwakilan diplomatik yang memiliki kedudukan yang setara dengan
kedudukan Negara-negara lain.
5. Pemberontak dan pihak yang bersengketa, Menurut hukum perang
kelompok ini dapat menjadi subjek hukum internasional yang terorganisir,
dalam mematuhi hukum perang, menguasai wilayah, memiliki
kemampuan untuk menjalin hubungan dengan negara lain, dapat
menentukan nasibnya sendiri, serta menguasai dan mengelola sumber
daya alam di daerah yang dikuasainya, hingga dapat memilih sendiri
sistem (ekonomi, politik, dan sosial).
6. Individu, sebagaimana dijelaskan dalam kutipan Mochtar Kusumaatmadja
dalam Perjanjian Versailles tahun 1919, disebutkan pada beberapa pasal
yang memungkinkan individu untuk membawa perkara kasus secara
internasional ke Pengadilan Arbitrase Internasional. Dengan demikian,
individu juga merupakan hukum internasional dan dapat menjadi pihak
dalam peradilan internasional.9

D. Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional


Di dalam teori ada 2 (dua) pandangan tentang hukum Internasional ini yaitu
pandangan yang dinamakan voluntarism, yang mendasarkan berlakunya hukum
Internasionaal dan bahkan persoalan ada atau tidaknya hukum Internasional ini
pada kemauan negara dan pandangan obyektif yang menganggap ada dan
berlakunya hukum Internasional ini lepas dari kemauan negara.10
Paham dualisme, yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum
Internasional bersumberkan pada kemauan negara, maka hukum Internasional dan
hukum Nasional merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu
dari yang lainnya. Akibat-akibat dari pandangan dari paham dualisme ini bahwa

9 Setyo Widagdo et al., Hukum Internasional Dalam Dinamika Hubungan Internasional


(Universitas Brawijaya Press, 2019).
10 Salma Amriya Mathovani, “Pelaksanaan Kerjasama Ekstradisi Politik Luar Negeri
Indonesia Dalam Meningkatkan Sistem Kekebalan Hukum Di Kawasan Asean,” PELAKSANAAN
KERJASAMA EKSTRADISI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
SISTEM KEKEBALAN HUKUM DI KAWASAN ASEAN (2022): 1–117.

8
menurut pandangan ini kaedah-kaedah dari perangkat hukum yang satu tidak
mungkin bersumberkan atau berdasarkan pada perangkat hukum yang lain.
Akibat kedua adalah bahwa menurut pandangan ini tidak mungkin ada
pertentangan antara kedua perangkat hukum itu, yang mungkin hanya penunjukan
(renvoi) saja. Akibat lain yang yang penting pula dari pandangan dualisme ini
bahwa ketentuan hukum Internasional memerlukan transformasi menjadi hukum
nasional sebelum dapat berlaku di dalam lingkungan hukum nasional.11
Paham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari pada seluruh hukum
yang mengatur hidup manausia. Dalam rangka pemikiran ini, hukum Internasional
dan hukum Nasional merupakan merupakan dua bagian daripada satu kesatuan
yang lebih besar yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat daripada
pandangan monisme ini adalah bahwa antara dua perangkat ketentuan hukum ini
mungkin ada hubungan hierarki. Persoalan hierarki antara hukum nasional dan
hukum Internasional inilah yang melahirkan beberapa sudut pandangan yang
berbeda dalam aliran monisme mengenai masalah hukum manakah yang utama
dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum Internasional ini. Ada pihak
yang menganggap bahwa dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum
Internasional yang utama adalah hukum nasional.12
Paham ini adalah faham monisme dengan primat hukum Nasional. Paham lain
yang berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum
Internasional yang utama adalah hukum Internasional. Pandangan ini disebut
paham monisme dengan primat hukum Internasional. Pandangan yang melihat
kesatuan antara hukum Nasional dan hukum Internasional dengan primat hukum
Nasional ini pada hakikatnya menganggap bahwa hukum Internasional itu
bersumberkan kepada hukum nasional. Alasan utama daripada anggapan ini
adalah:
1. Bahwa tidak ada satu organisasi di atas negara-negara yang mengatur
kehidupan negara-negara di dunia ini.
11 Kusumaatmadja and Agoes, Pengantar Hukum Internasional.
12 Dina Sunyowati, “Hukum Internasional Sebagai Sumber Hukum Dalam Hukum
Nasional (Dalam Perspektif Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Di
Indonesia),” Jurnal Hukum dan Peradilan 2, no. 1 (2013): 67–84.

9
2. Dasar daripada hukum internasional yang mengatur hubungan
internasional adalah terletak di dalam wewenang negara-negara untuk
mengadakan perjanjian-perjanjian internasional, jadi wewenang
konstitusional.13
Paham monisme dengan primat hukum Internasional, maka hukum nasional
itu bersumber pada hukum Internasional yang menurut pandangan ini merupakan
suatu perangkat ketentauan hukum yang hierarkis lebih tinggi. Menurut faham ini
hukum Nasional tunduk pada hukum Internasional pada hakikatnya berkekuatan
mengikatnya berdasarakan suatu “pendelegasian” wewenang dari pada hukum
Internasional.14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II diartikan sebaga
keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur hubungan negara dengan negara.
13 Tenripadang, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional.”
14 Ibid.

10
Menurut Anzilotti, Hukum Internasional adalah tertib hukum dari masyarakat
negara-negara. Definisi Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II yang
diberikan oleh para pakar umumnya terbatas pada negara sebagai satu-satunya
pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun
demikian, perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat telah meningkatkan
hubungan, kerjasama dan saling ketergantungan antar negara, munculnya
organisasi-organisasi internasional, negara-negara baru, menyebabkan ruang
lingkup dan pengertian Hukum Internasional mengalami perluasan.
Sumber hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar
berlakunya hukum suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Secara umum, subjek hukum diartikan sebagai pemilik atau pendukung


kewajiban menurut undang-undang, serta badan atau lembaga yang memiliki suatu
kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan kewajiban di dalam hukum
internasional. Dimana hak dan kewajiban tersebut diatur oleh hukum internasional
material dan hukum internasional formal.

Paham dualisme, yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum
Internasional bersumberkan pada kemauan negara, maka hukum Internasional dan
hukum Nasional merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu
dari yang lainnya. Akibat-akibat dari pandangan dari paham dualisme ini bahwa
menurut pandangan ini kaedah-kaedah dari perangkat hukum yang satu tidak
mungkin bersumberkan atau berdasarkan pada perangkat hukum yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianti, Diana. “PERBANDINGAN SISTEM HUKUM INTERNASIONAL.”


Progresif: Media Publikasi Ilmiah 4, no. 2 (2016): 19–30.

11
Arista, Miftakhul Nur, and Ach Fatwa. “Hubungan Hukum Internasional Dan
Hukum Nasional.” MA’MAL: Jurnal Laboratorium Syariah dan Hukum 1,
no. 4 (2020): 365–376.

Darmika, Putu, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ni Putu Rai Yuliartini. “UPAYA
MENANGGULANGI SENGKETA MELALUI SUBJEK HUKUM
INTERNASIONAL.” Ganesha Law Review 4, no. 2 (2022): 93–102.

Indien Winarwati, S H. HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL. SCOPINDO


MEDIA PUSTAKA, 2023.
Kusumaatmadja, Mochtar, and Etty R Agoes. Pengantar Hukum Internasional.
Penerbit Alumni, 2021.

Mathovani, Salma Amriya. “Pelaksanaan Kerjasama Ekstradisi Politik Luar


Negeri Indonesia Dalam Meningkatkan Sistem Kekebalan Hukum Di
Kawasan Asean.” PELAKSANAAN KERJASAMA EKSTRADISI POLITIK
LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENINGKATKAN SISTEM
KEKEBALAN HUKUM DI KAWASAN ASEAN (2022): 1–117.

Situngkir, Danel Aditia. “Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan


Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional.” Lex Librum: Jurnal Ilmu
Hukum 4, no. 2 (2018).

Sunyowati, Dina. “Hukum Internasional Sebagai Sumber Hukum Dalam Hukum


Nasional (Dalam Perspektif Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum
Nasional Di Indonesia).” Jurnal Hukum dan Peradilan 2, no. 1 (2013): 67–
84.

Tenripadang, Andi. “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional.”


DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum 14, no. 1 (2016): 67–76.

Udiani, Made Chintya Sastri, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ni Putu Rai
Yuliartini. “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM
DI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL.”
Ganesha
Law Review 4, no. 2 (2022): 73–83.

Widagdo, Setyo, Herman Suryokumoro, Hanif Nur Widhiyanti, Dhiana


Puspitawati, Patricia Audrey, Adi Kusumaningrum, Rika Kurniaty, Agis
Ardhiansyah, Hikmatul Ula, and Yasniar Rachmawati Madjid. Hukum

12
Internasional Dalam Dinamika Hubungan Internasional. Universitas
Brawijaya Press, 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai