Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah Pengantar Ilmu


Hukum

Dosen Pengampu:

Hikmah Hariyati, S.H, M.H

Disusun Oleh:

Rahmawati Chaidir (2311211033)

Norian Syahril Madharus (2311211034)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan

karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Fungsi dan

tujuan Hukum” . Tidak lupa sholawat serta salam mari kita haturkan kepada junjungan

Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW.beserta keluarga dan para sahabat, yang

telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang

yaitu Adzinul Islam.

Tujuan penulis makalah ini adalah tidak lain untuk memenuhi tugas, mengkaji

dan memperdalam pengetahuan tentang fungsi dan tujuan hukum. Meski demikian

penulis mengakui apa yang penulis sajikan kedalam makalah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan.

Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hikmah Hariyati yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan

tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.” Aamiin”.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan........................................................................4

A. Latar Belakang................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................4

C. Tujuan................................................................................5

Bab 2 Pembahasan ........................................................................6

A. Tujuan Hukum Menurut

Barat.........................................6
B. Tujuan Hukum Menurut Islam..........................................7

C. Teori Tujuan Hukum........................................................10

1.Teori Etis.......................................................................10
2.Teori Ultitas...................................................................11
3.Teori Campuran.............................................................11

Bab 3
Penutup...............................................................................1
3

A. Kesimpulan....................................................................13

Daftar
Pustaka................................................................................1
4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum.Ilmu

hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan

hukum.Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang di

cakup oleh ilmu ini,sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan

bahwa “batas- batasnya tidak bisa di tentukan”. Menurut J.B. Daliyo, Menyebut

bahwa ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan

demikian, maka ilmu hukum akan mempempelajari semua seluk-beluk mengenai

hukum, misalnya mengenai asal mula,wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian,

sumber-sumber, perkembangan, fungsi, dan kedudukan hukum di dalam masyarakat.

Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum, menelaah hukum

sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia di manapun dan kapan pun

berada. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu

mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa

sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut. Sering kali pengantar ilmu

hukum (PIH) oleh dunia studi hukum dinamakan Ensiklopedia Hukum, yaitu

matakuliah dasar yang merupakan pengantar pengantar (introduction atau inleiding)

dalam mempelajari ilmu hukum, sehingga pengantar ilmu hukum merupakan dasar

untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-

pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum1.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan hukum menurut barat?

1
Ishaq pengantar ilmu hukum, (jakarta: Raja Grafindo persada, 2014) hal.3
2. Apa tujuan hukum menurut islam?
3. Bagaimana penjabaran teori etis dalam teori tujuan hukum?
4. Bagaimana penjabaran teori ultitas dalam teori tujuan hukum?
5. Bagaimana penjabaran teori campuran dalam teori tujuan hukum?

C. Tujuan
1. Menegetahui tujuan hukum menurut Barat.
2. Mengetahui tujuan hukum menurut Islam.
3. Mengetahui penjabaran teori etis dalam teori tujuan hukum.
4. Mengetahui penjabaran teori ultitas dalam teori tujuan hukum.
5. Mengetahui penjabaran teori campuran dalam teori tujuan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hukum Menurut Bahasa

Stabilitas hubungan dalam masyarakat dapat di capai dengan adanya

peraturan hukum yang bersifat mengatur (anvullenrecht) dan aturan-aturan

hukum yang bersifat memaksa (dwingenrecht) setiap anggota masyarakat agar

taat dan mematuhi hukum2. Secara garis besar , hukum bertujuan untuk

menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus

pula bersendika pada keadilan dari masyarakat itu. Hampir sama dengan

definisi dalam hukum, rumusan tujuan hukum, antara ahli hukum yang satunya

dengan yang lain berbeda, sebagaimana yang dikemukakan oleh C.S.T. Kansil,

yaitu3:

1. Menurut subekti, hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam

pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat.

Hukum melayani tujuan negara dalam menyelenggarakan keadilan dan

ketertiban, syarat-syarat pokok dalam mendatangkan kemakmuran dan

kebahagiaan. Keadilan di gambarkan sebagai suatu keadaan keseimbangan

yang membawa ketenteraman di dalam dan jika di usik atau d langgar akan

menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan.

2. Menurut Van Apeldroon, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hudup

manusia secara damai. Perdamaian di antara manusia dipertahankan oleh

hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia

2
Sudarsono, pengantar ilmu hukum, (jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.48
3
Kansil, pengantar ilmu hukum, 40-45
tertentu,kehormatan,kemerdekaan, jiwa, harta dan benda terhadap pihak

yang merugikannya.

3. Teori Etis mengajarkan, bahwa hukum itu semata-mata menghendaki

keadilan. Isi hukum semata- mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita

mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.

Sumber hukum adalah sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang

mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang

jika di langgar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sedangkan

menurut sudikno sumber hukum sering di gunakan dalam beberapa arti

seperti4:

a) Sebagai asas huku.

b) Menunjukan sumber hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan

kepada hukum-hukum yang sekarang berlaku.

c) Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara

formal kepada peraturan hukum.

d) Sebagai sumber dari mana hukum itu dapat di ketahui

e) Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber yang


menimbulkan hukum.

Sumber hukum dalam barat pada hakekatnya sama dengan sumber hukum pada

umumnya, dibedakan menjadi dua, yaitu sumber materiil dan sumber formal. Sumber hukum

materiil adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum. Sumber-sumber

hukum materiil dapat di tinjau lagi dari berbagai sudut ekonomi,sejarah,sosiologo, filsafat dan

lain- lain. Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang

merupakan dasar berlakunya hukum secara formal,sehingga merupakan dasar

kekuatan mengikat
4
Heru Susanto, Hand Out Pengantar Ilmu Hukum (Surabaya:Fakultas Hukum Universitas Surabaya,
1999),hal.1.s
peraturan- peraturan agar di taati oleh masyarakat maupun oleh pengak hukum. Dengan kata

lain, sumber hukum formal merupakan causa efficient dari hukum. Yang termasuk dalam

sumber hukum formal adalah undang- undang, kebiasaan, Yurisprudensi, Traktat, perjanjian

dan doktrin.

B. Tujuan Hukum Menurut Islam

Al- Qur’an dalam literatur hukum islam sama sekali tidak menyebutkan kata

hukum islam sebagai salah satu istilah. Yang di dalam Al- Qur’an adalah kata

syari’ah,

fiqh, hukum Allah, dan yang seakar dengannya. Istilah hukum islam merupakan

terjemahan dari islamic law dalam literatur Barat.5 Istilah ini kemudian menjadi

populer. Untuk lebih memberikan kejelasan tentang makna hukum islam maka perlu di

ketahui lebih dulu arti masing-masing kata. Kata hukum secara etimologi berasal dari

akar kata bahasa arab, yaitu hakama-yahkumu yang kemudian bentuk masdarnya

menjadi hukman. Lafadz al-hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak Al

Ahkam.

Berdasarkan akar kata hakama tersebut kemudian muncul kata al- hikmah yang

memiliki arti kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang memahami

hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari maka dianggap

bijaksana.

Pembentukan hukum islam memiliki tujuan untuk merealisasikan kemaslahatan

manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dharuriyyah), kebutuhan sekunder

(hajiyyah) serta kebutuhan pelengkap ( tahsiniyyat). Dalam wacana umum,

kebutuhan dharuriyyah disebut primer, kebutuhan hajiyyah disebut sekunder, dan

kebutuhan tahsiniyyah disebut tersier6.

5
Mardani, Hukum Islam;Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia, ( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2015),
hal.14 6 Rahmat Rosyadi, Formalisasi Syariat Islam dalam persefektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia
Indonesia,2006),hal.46
Mempelajari hukum islam harus mengetahui terlebih dahulu maksud dan tujuan

pembuat hukum dan keadaan atau kejadian yang memerlukan turunnya wahyu suatu

ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Para Ahli hukum islam mengklasifikasikan

tujuan-tujuan yang luas dari syariat atau hukum islam sebagai berikut7.

1. Dharuriyyah

Dalam kehidupan manusia, kebutuhan ini merupakan hal penting sehingga tidak dapat

diabaikan. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak terjamin, akan terjadi kekacauan dan

ketidaktertiban dimanamana. Kelima kebutuhan hidup yang primer ini (dharuriyyah)

dalam kepustakaan hukum islam di sebut dengan istilah al- maqashid alkhamsa atau di

sebut juga al- kulliyat al- khoms (lima hal inti/pokok), yaitu: hifdz ad-din (memelihara

agama ), hifdz an-nafs ( memelihara jiwa), hifdz al- ‘aql (memelihara akal), hifdz an-

nasl ( memelihara keturunan), dan hifdz al-ma (memelihara hak milik/harta8).

2. Hajiyat ( sekunder)

Kebutuhan hajiyat adalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan setelah kebutuhan

dharuriyat. Apabila kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi tidak akan mengancam keselamatan

kehidupan umat manusia, namun manusia tersebuta akan mengalami kesulitan dalam

melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini merupakan penguat dari kebutuhan dharuriyat9.

3. Tahsiniyyat

Tujuan selanjutnya dari perundangan-undangan islam adalah membuat berbagai

perbaikan, yaitu menjadiakan hal-hal yang dapat menghiasi kehidupan sosial dan

menjadikan manusia mampu berbuat dan mengatur urusan hidup lebih baik.

Keperluan ini di sebut tersier atau tahsiniyyat. Ketiadaan perbaikan ini tidak membawa

kekacauan sebagaimana ketiadaan kebutuhan-kebutuhan hidup. Namun, perbaikan perlu

di lakukan
7
Topo Santoso, membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hal.19
8
Ibid
9
Ibid
agar peraturan selalu berkesinambungan . perbaikan dalam hal ini mencakup arti kebajikan

(virtues) , cara-cara yang baik ( good manner) dan setiap hal yang melengkapi peningkatan

cara hidup.

Perilaku yang menunjukkan tahsiniyyat adalah bersikap ramah terhadap semua

makhluk Allah di muka bumi. Oleh karna itu, tidak mengherankan, apabila ada orang

masuk surga hanya karna memberi minum anjing yang kehausan, wanita yang masuk

neraka akibat tidak memberi makan seekor kucing, terdapat larangan buang air kecil di

bawah pohon, dan larangan membakar pepohonan sekalipun sedang dalam keadaan

perang.

C. Teori Tujuan Hukum

Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan ssosial,

hukum memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, damai, adil,

yang di tunjang dengan kepastian hukum sehingga kepentingan individu dan

masyarakat dapat terlindungi. Dalam beberapa literature ilmu hukum, terdapat tiga

teori tujuan

hukum dari berbagai sudut pandang:

1. Teori etis

Sebelum membahas teori etis tujuan hukum, alangkah baiknya memahami kata

etis itu sendiri. Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etis merupakan

sesuai dengan asas perilaku yang di sepakati secara umum, dan berhubungan dengan

etika.

Teori etis pertama kali di kemukakan oleh filsuf yunani, Aristiteles dalam

karyanya ethica, dan rhetorica, yang menyatakan bahwa hukum memiliki

tujuan suci memberikan setiap orang apa yang menjadi haknya. Menurut teori ini,

hukum semata- mata bertujuan demi keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan

etis kita, mana yang adil dan mana yang tidak. Singkatnya, hukum menurut teori ini

bertujuan
mewujudkan keadilan10. Salah satu pendukung dalam teori ini adalah Geny yang

menyatakan bahwa “ hukum bertujuan semata- mata untuk mencapai keadilan”.

Mengenai keadilan sendiri, merupakan suatu penilain terhadap perlakuan atau

tindakan yang di kaji dengan suatu norma yang menurut pandangan subjektif

melebihi dari noram-norma lain. Untuk mengartikan keadilan sangatlah sulit, di

karnakan keadilan sangat luas cukupnya. Keadilan tersebut harus mencakup semua

pihak. Dalam perkembangan sejarah, penilaian keadilan sering berubah, maka tidak

mudah untuk mengartikannya.

Dengan demikian, Aristoteles berusaha untuk membatasi keadilan tersebut,

dengan membedakan dua macam keadilan:

1. Distributive justice, verdelende atau justitia gerechtgheid adalah porsi hakim

untuk memperhatikan hubungan perseorangan yang mempunyai kedudukan

yang sama tanpa membedakan dengan memandang proposional.

2. Justitia commutiva adalah keadilan yang di berikan kepada setiap orang

yang sama banyaknya , tanpa memandang kedudukan , jabatan, ras, dan


lain-

lain.

2.Teori Ultitas (utilites)

Dalam teori ini di sebutkan bahwa “ the greates good of the greates number” yang

pada hakikatnya tujuan hukum itu adalah mencari kebahagiaan yang merupakan kemanfaatan

dan hukum itu sendiri, teori ini di anut oleh jeremi Bentham. Dalam teori ini tidak menitik

beratkan bahwa tujuan itu adalah untuk keadilan, sehingga tidak memperhatikan unsur

keadilan dalam tujuan hukum dengan demikian oleh pendapat Prof. Bellefroid yang intinya

menyatakan bahwa “ De Inhould Van hetrecht dient te worden bepaal onder leiding van

twee
10
Dr. Sri Warijiyati, memahami dasar ilmu hukum ( jakarta: prenademedia Group,2018),hlm.23
groundbeginingselen t.w. de rechtvaarheid en de doelmatigheid” yang di terjemahkan kedalam

bahasa indonesia “ isi hukum harus di tentukan menurut dua asas yaitu asas keadilan dan

faedah11” Teori ini di titikberatkan pada hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat

umum tanpa memperhatikan aspek keadilan.

Teori ini menitikberatkan pada kepastian hukum yang bertujuan mewujudkan apa

yang berfaedah dengan memberikan kebahagiaan bagi banyak orang. Teori etis dan teori

ultitas sangat bertentangan. Teori etis menitikberatkan keadilan, sedangkan teori ultitas

menitikberatkan kepada kepastian hukum.

3.Teori campuran

Dalam teori ini merupakan gabungan dari tujuan hukum menurut Teori Eetis dan

Teori Utilitas, jadi dengan demikian tujuan pokok hukum adalah ketertiban yang menjadi

fundamental dan keadilan berdasarkan perkembangan zaman, hal ini senada dengan pendapat

subekti yang menyatakan “tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu

mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, dengan cara mendatangkan keadilan

di tengah- tengah kehidupan bermasyarakat12”.

Seperti di jelaskan bahwa tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan negara.

Di dalam negara indonesia yang menganut hukum positif yang menjadikan tujuan hukum

adalah tujuan negara, dapat di temukan pada alinea ke 4 (empat) pembukaan Undang- Undang

Dasar 1945 yang menyatakan bahwa,” kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadaan sosial, maka

di susunlah
11
Ibid
12
ibid
kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang

terbentuk dalam suatu susunan keluarga Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

dengan berdasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan

indonesia, dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia13.”

13
ibid
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Secara umum, hukum adalah peraturan tingkah laku manusia, yang di adakan oleh

badan-badan resmi yang berwajib, yang bersifat me-maksa, harus di patuhi,dan memberikan

sanksi tegas bagi pelanggar peraturan tersebut (sanksi itu pasti dan dapat di rasakan nyata

bagi yang bersangkutan).

Pembentukan hukum islam memiliki tujuan untuk merealisasikan kemaslahatan

manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dharuriyyah), kebutuhan sekunder

(hajiyyah), serta kebutuhan pelengkap (tahsiniyyah). Dalam wacana umum,

kebutuhan dharuriyyah disebut primer, kebutuhan hajiyyah disebut sekunder, dan kebutuhan

tahsiniyyah

disebut tersier.

Tujuan hukum ada macam teori , yaitu teori etis dan teori utilites (Bentham). Teori

etis mengatakan bahwa tujuan hukum ini se mata- mata hanya untuk keadilan. Menurut teori

ini, isi hukum harus di tentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang

tidak adil. Teori ultitas mengatakan bahwa hakikatnya tujuan hukum itu adalah mencari

kebahagiaan yang merupakan kemanfaatan dari hukum itu sendiri.

Teori campuran/pengayoman merupakan gabungan dari tujuan hukum menurut

Teori Etis dan Teoti Ultitas, jadi dengan demikiantujuan pokok hukum adalah ketertiban

yang menjadi fundamental dan keadilan berdasarkan perkembangan zaman.

Dengan berbagai peran hukum, maka hukum memiliki fungsi: “ menertibkan dan

mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul”.


DAFTAR PUSTAKA

Rohidin. Pengantar Hukum Islam dari ujung semenanjung Arabia hingga Indonesia.
Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books. 2016

Warjiyati , Sri.Memahami dasar ilmu hukum. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018

Sudarsono, Pengaturan Ilmu Hukum.Jakarta: Rineka Cipta, 1995

Mardani. Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2015

Anda mungkin juga menyukai