Anda di halaman 1dari 130

PENGANTAR ILMU

HUKUM

By

PRIYO SAPTOMO.SH.MHum
 Kapan Hukum itu ada ………………?

 Apakah Hukum itu……...…..……….?

 Untuk Siapakah Hukum itu...…..…?

 Mengapa Hukum Harus dipatuhi …?


Ajaran Dalam Ilmu Hukum :

1.Positivisme……..
2.Post Positivisme…….
3.Criticalisme………
 HUKUM :
1. Sebagai Teks, Doktrin, Konsep
(Positivisme).
2. Sebagai Proses (Sosial).
Hukum berkembang kemana saja
(proses sosial) (Post Positivisme).
-Perkembangan Hukum dapat
menimbulkan ketidakpuasan dari
masyarakat sehingga menimbulkan
pemikiran yang Critis terhadap hukum
(critical law).
A. APAKAH HUKUM ITU
Van APELDOORN.
Hukum terdapat seluruh dunia, dimana
terdapat masyarakat (manusia).
LOGEMANN.
Bagaimanapun juga bahwa hukum itu
ada hubungannya dengan masyarakat.
I KISCH.
Hukum tidak dapat ditangkap oleh panca
indra MAKA Adalah sulit untuk
membuat suatu difinisi tentang hukum.

IMMANUEL KANT.
Tidak ada seorang yurispun Yang mampu
Membuat difinisi hukum yang tepat. Jadi
Hukum pada hakekatnya Meskipun
Dapat dimanifestasikan secara konkret.
Kesulitan Pendifinisian Hukum Menurut
PATON disebabkan oleh :
1. FAKTOR INTERN : Keabstrakan &
keinginan hukum untuk mengatur hampir
seluruh kehidupan
2. FAKTOR EKSTERN : Fakktor Bahasa
sendiri.
PATON : Apakah pengujian yang
sesungguhnya terhadap suatu definisi
adalah bermanfaat ?
CURZON Mengatakan bahwa kesulitan
pendifinisian :
1.Penggunaan kata-kata yang sangat
dibatasi.
2.Penggunaan kata-kata yang sangat
spesifik.
3.Adanya kecenderungan setiap orang untuk
memberi arti yang berbeda.
4.Sejarah perubahan di dalam konteks
hukum sendiri.
Bagaimana mendifinisikan Hukum
…..?
1.Gunakan arti yg dikenal dalam bahasa ybs
2.Tidak semata-mata terpaku pada persoalan
kata-kata saja melainkan kenyataan dalam
hal apa kata-kata tsb digunakan.
3.Menggunakan arti dari kata-kata yang
hendak didifinisikan.
4.Tidak boleh mengabaikan ideologi yang
dianut oleh si pendifinisi.
 PATON : Hukum dapat didifinisikan
Dengan memilih satu dari kemungkinan
yg ada, yaitu :
1.Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar,
logis, religius ataupun etis.
2.Sumbernya ; kebiasaan, preseden atau
UU
3.Efeknya didalam kehidupan masyarakat.
4.Metode pernyataan formal atau
pelaksanaan otoritasnya.
5.Tujuan yang ingin dicapai.
Prof.Mr.J.van Kan.
Buku : Inleiding tot Rechtsweten Schap.
Hukum : Keseluruhan ketentuan-ketentuan
kehidupan yang bersifat memaksa yang
melindungi kepentingan-kepentingan
orang dalam masyarakat.
Rudolf von Jhering.
Buku : Der Zweek in Rechr.
Hukum : keseluruhan kaedah-kaedah yang
memaksa berlaku dalam suatu negara.
Hans Kelsen.
Dalam “Reine Rechtslehre” bahwa hukum
terdiri dari kaedah-kaedah menurut mana
orang harus berlaku.
 Wirjono Projdodikoro.
Buku : Asas-asas Hukum Perjanjian.
Hukum : rangkaian peraturan mengenai
tingkah laku orang sebagai anggota masya
& bertujuan mengadakan tata tertib di antara
anggota-anggota masyarakat tsb.
Plato.
Buku : 1. Politea
Hukum : suatu sistem peraturan yg di
organisir & diformulir & yg mengikat
masyarakat.
Tiap orang ditempatkan dalam golongan
yg paling cocok untuknya (misal : seorang
petani harus tetap menjadi seorang petani
& jangan menjadi hakim pula).
2. Nomoi (hukum).
Berbagai permasalahan yang harus diatur
dengan peraturan hukum.
misal : tentang pasar, hal-hal dibidang
pertanian, mengatur pula hubungan-
hubungan intern antara sesama orang
seperti kelakuan dalam perkawinan &
perceraian.
B. KAIDAH HUKUM
 Adalah suatu pedoman dalam kehidupan
masyarakat dalam aspek kehidupan.
 Aspek Kehidupan terdiri dari : :
A. ASPEK KEHIDUPAN PRIBADI
(Poernadi Purbacaraka & Soerjono
Soekanto).
1. Kaidah Kepercayaan (untuk
mencapai kesucian hidup).
2. Kaidah Kesusilaan
(moral/ etika untuk menuju kebaikan
hidup pribadi/ kebersihan hati
nurani).
B. ASPEK KEHIDUPAN ANTAR
PRIBADI
1.Kaidah Kesopanan
(Tertuju kepada kedamaian hidup).
2.Kaidah Hukum
(Tertuju kepada kedamaian hidup
bersama )
NORMA TERBAGI :
A. KESUSILAAN
> Dianggap paling asli karena terdapat
dalam hati sanubari manusia/ batin.
B. AGAMA.
> Kepercayaan kepada Tuhan YME.
1. AGAMA WAHYU : Berisi ajaran
Allah SWT berupa Perintah,
Larangan & Kebolehan).
2. AGAMA BUDAYA : Dihasilkan
oleh pikiran & perasaan manusia
secara Kumulatif.
C. KESOPANAN
> Timbul & diadakan oleh masyarakat
untuk mengatur pergaulan dari
masing-masing anggotanya
untuk saling menghormati.
D. HUKUM
> Dibuat oleh penguasa negara &
keberlakuannya dipaksakan &
mengikat seluruh warga negara.
HUB ANTARA KE 4
NORMA
 Ke 4 norma tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.
 NORMA KESUSILAAN Bersumber kepada
moral, AGAMA Kepada kepercayaan
Tuhan YME, KESOPANAN Kepada
keyakinan masyarakat & HUKUM
Kepada Peraturan Perundang-
undangan
MAKSUD KE - 4 NORMA :
Melindungi kepentingan daripada
masyarakat sehingga masyarakat ada tata
tertib dalam kehidupan masyarakat.

TUJUAN : Norma Kesusilaan, Agama &


Kesopanan Adalah Agar masyarakat
jangan sampai tercela/ mendapatkan
hukuman dari Tuhan, SEDANGKAN
Norma Hukum Untuk menjaga
kepentingan masyarakat.
C. SUMBER HUKUM
Adalah tempat dimana dapat
ditemukannya Hukum.
Sumber Hukum dapat digolongkan
menjadi :
1. Sumber Hukum Formil.
2. Sumber Hukum Matereil.
MENURUT SARJANA
1.SUDIKNO MERTOKUSUMO.
A. Sumber Hukum Matereil : Tempat
Darimana materi itu diambil/
ditemukan (hubungan sosial, politik,
ekonomi. agama., kesusilaan & hasil
penelitian serta perkembangan
internasional).
B. Sumber Hukum Formil : Darimana
diperoleh kekuatan hukum tersebut
(berhubungan dengan bentuk/ cara yg
berlaku (UU, Perjanjian,
Yurisprudensi & kebiasaan).
2. UTRECHT.
A. Sumber Hukum Matereil ; Perasaan/
keyakinan hukum baik individu/ umum
(public opion) yg menjadi determinan
membentuk hukum (menentukan isi
hukum).
B. Sumber Hukum Formil : Yang
menetukan berlakunya suatu hukum
(UU, kebiasaan/ adat, traktat, yurisprudensi
& Doktrin (pendapat pakar hukum).
3. SATJIPTO RAHARDJO
A. Sumber Hukum Yang Bersifat Hukum.
Yaitu Sumber hukum yang diakui oleh
hukum & Secara Langsung Bisa
menciptakan hukum.
B. Sumber Hukum Yang Bersifat Sosial .
- Yang tidak mendapatkan pengakuan
secara formil oleh hukum sehingga
Tidak Secara Langsung Dapat diterima
sebagai hukum .
SUMBER HUKUM
FORMAL
1.UNDANG UNDANG
> Identik dengan hukum tertulis (ius
Scripta) sebagai lawan dari hukum
Tidak Tertulis (ius non Scripta).
> UU Dapat dibedakan :
A. Dalam arti Formil : Keputusan
penguasa dilihat dari bentuk &
terjadinya (cara Pembentukannya).
B. Dalam arti Matareil : Dilihat
dari isinya dinamai UU.
Menurut PAUL LABAND, ada 2 unsur
Kaidah Hukum bisa menjadi UU dalam
arti matereil, yaitu :
1. ANORDNUNG : Penetapan kaidah
dengan tegas sehingga menjadi hukum
yang mengikat.
2. RECHTSSATZ : Peraturan (kaidah)
hukum tersebut mengikat langsung
kepada seluruh warga negara.
2. KEBIASAAN
- Secara yurudis dianggap berkaitan
dengan keberadaan hukum adat..
- Dapat dijadikan sumber hukum apabila
telah diterima oleh masyarakat &
telah berlangsung terus menerus
yang menjadikan kebiasaan (Misal :
pidato kenegaraan).
3. TRAKTAT ( Perjanjian Internasional )
- Dikatakan sebagai Sumber Hukum
Internasional, karena Treaty harus
memenuhi syarat formal tertentu agar
dapat diterima sebagai Treaty.
- TREATY harus disampaikan kepada
DPR/ Kabinet untuk memperoleh
persetujuan sebelum disahkan/
diratifikasi oleh Presiden.
4. YURISPRUNDENSI
- Dinegara yg hukumnya Common Law
(Inggris) Mempunyai pengertian yang
lebih luas dimana yurisprudensi juga
diartikan sebagai hukum.
- Dinegara Eropa Kontinental (termasuk
Indonesia) Yang berdasarkan asas
Konkordansi maka yurisprudensi hanya
berupa putusan pengadilan & dinegara
Anglo Saxon Disebut Presiden.
5. DOKTRIN

- Pendapat para pakar hukum senior


termasuk putusan hakim.
D. TUJUAN HUKUM
 PROF.DR.Achmad Ali.SH.
Tujuan Hukum Dapat dikaji melalui 3
sudut pandang, yaitu ;
1. Ilmu Hukum Positif-Normatif atau Yuridis
Dogmatis , Dimana Tujuan Hukum
Dititikberatkan pada sagi Kepastian Hukumnya.
2.Falsafah Hukum yaitu ; Dimana Tujuan Hukum
Dititikberatkan pada segi Keadilannya.
3.Sosiologi Hukum yaitu ; Tujuan Hukum
Dititikberatkan pada segi Kemanfaatan
nya.
> Dari pendapat tersebut maka TUJUAN
HUKUM Dapat dilihat diklasifikasikan
menjadi :
A. Ajaran Konvensional.
1.Ajaran Etis.
2.Ajaran Utilitis.
3.Ajaran Normatif Dogmatis.
B. Ajaran Modern.
1.Ajaran Prioritas Baru.
2.Ajaran Prioritas Kasuistis.
A. Ajaran Konvensional.
Ad.A1. Ajaran Etis.
Pada asasnua Tujuan Hukum Semata-mata
untuk mencapai Keadilan.
Ad.A2.Ajaran Utilitis .
Pada asasnya Tujuan Hukum Semata-mata
untuk menciptakan suatu Kemanfaatan
Warga Negara.
Ad.A3. Ajaran Normatif Dogmatis.
Pada asasnaya Tujuan Hukum Semata-mata
untuk menciptakan Kepastian Hukum.
Catatan :
Ad.A1. Ajaran Etis dengaan Tujuan
Keadilan.
Apakah sesuatu itu adil (Rechtvaardig)..?
Maka akan lebih banyak tergantung dari
Rechtmatigheid (Kesesuaian dengan
hukum).
 Ajaran ini menimbulkan perbedaan
pandangan , al :
1.Sudikno Mertokusumo.
Jika dikatakan bahwa Hukum itu bertujuan
mewujudkan keadilan, itu berarti hukum itu
identik dengan atau tumbuh dengan
Keadilan.Tapi sebenarnya Hukum itu tidak
identik dengan keadilan.
2.Achmad Ali.
Bahwa Hukum Tidak Semata-mata untuk
mewujudkan suatu keadilan.
Ad.A2. Ajaran Utilitis dengan Tujuan
Kemanfaatan.
 Seseorang yg berteori Utilitis secara langsung
berdebat bahwa ada kebahagiaan yg lebih
besar kalau banyak orang dibahagiakan oleh
beberapa budak daripada budak tidak sama
sekali.
 Teori Keadilan Merupakan teori tentang
Cara untuk menyatukan kepentinagan-
kepentingan yang berbeda dari semua warga
masyarakat.
AD.A3. Ajaran Yuridis-Dogmatis
dengan Kepastian Hukumnya.
Tujuan Hukum Tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya kepastian hukum.
Kepastian hukum diwujudkan dengan
sifatnya yg membuat suatu aturan hukum.
Contoh : Barangsiapa…yang mengambil
barang orang lain dengan maksud
memiliki & melawan hak dapat
dihukum…… (Pasal 369 KUHP)
B. Ajaran Modern.
Ad.B1. Ajaran Prioritas Baku.
GUSTAV RADBRUCH Mengajarkan
konsep 3 ide dasar hukum yang di
identikan sebagai tujuan hukum, yaitu ;
1.Keadilan
2.Kemanfaatan
3.Kepastian Hukum
 RADBRUCH Menganjurkan untuk
menggunakan ASAS PRIORITAS Dimana
prioritas pertama selalu “keadilan”, &
kemudian baru “Kemanfaatan” & terakhir
adalah “Kepastian Hukum”.

 Jadi asas prioritas yang ditawarkan Radbruch


ialah “Asas Priritas Baru”.
Ad.B2. Ajaran Prioritas Kasuistis.

 Teori RADBRUCH Sebenarnya dengan


perkembangan kebutuhan Justru Akan
Menuntut “Kemanfaatan” lah yg
diprioritaskan & dimungkinkan juga pada
kasus lain juga asas “kepastian” yang
diutamakan.
 Jadi Akan tergantung dari permasalahan yg
dihadapi & yg mana yg harus didahulukan.
Menurut :
1.Van VOLLENHOVEN
Buku : Inleiding Tot de Studie van Het
Nederlansrecht.
Tujuan Hukum adalah Mengatur
Tata Tertib secara damai & adil.
2.BELLEFROID
Tujuan Hukum adalah
memberikan keadilan & keamanan.
3.Van KAN
Buku : Inleiding Tot de Recht
swetenschap.
Tujuan Hukum adalah menjaga
kepentingan manusia supaya
kepentingannya tidak diganggu.
4.ARISTOTELES
Buku : Nicomachea & Rhetorica.
Memberikan apa yang hak
kepada setiap orang.
5.WIRJONO PRODJODIKORO
Tujuan Hukum adalah mengadakan keselamatan,
kebahagiaan & Tata Tertib.
6.UTRECH
Menjamin kepastian hukum dalam
pergaulan maanusia.
Kepastian Hukum ada 2 ;
A.1. Kepastian Oleh Karena Hukum.
-Masalah Kadaluarsa (Pasal.1945 BW)
A.2. Kepastian Dari Hukum.
-Tidak ada pertentangan dalam hukum.
Mr. LJ. Van Apeldoorn.
Tujuan Hukum : untuk mencapai suatu susunan
masya yg damai.
Untuk mencapai itu maka hukum berikhtiar
mencapai suatu susunan masya yg adil yg
mengadakan pembagian antara kepentingan-
kepentingan yg bertentangan dari sesama
manusia dalam mana suatu orang harus
memperoleh sedapat mungkin apa yg ia berhak
menerimanya.
Bellefroid.
Tujuan Hukum : menambah kesejahteraan
umum atau kepentingan umum yaitu
kesejahteraan atau kepentingan semua
anggota-anggota suatu masyarakat.

 Roscoe Pound.
Membagi Tujuan Hukum Menjadi :
1.Mempertahankan kedamaian dalam
masyarakat.
2.Mempertahankan status quo sosial ( agar
tidak terjadi bentrokan sosial dengan
warga lain)
3.Memungkinkan tercapainya
perkembangan pribadi baik mengenai
kemauannya maupun kekuatannya.
4.Memungkinkan tercapainya secara
maksimum untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Dari pendapat sarjana dapat disimpulkan
bahwa :

1. Hukum harus menjamin suatu


keadilan.
2. Hukum wajib membawa faedah dalam
masyarakat.
2 Teori TUJUAN HUKUM yang
dikenal saat ini :
1. TEORI ETIS.
Tujuan Hukum : Mewujudkan Keadilan
Yang memberikan kepada setiap orang /
hak (Aristoteles) .

Keadilan Terbagi menjadi :


1.Distributif : Menurut Jasanya.
2.Komunikatif : Tanpa melihat jasa
maka keadilan diberi
hak yg sama.
Plato.
Keadilan : kebaikan dalam arti harmoni &
perimbangan dari dalam, tidak dapat diketahui
atau diterangkan dengan argumen rasionil.
 Harmoni (Plato) : suatu keadaan
keseimbangan roh dari dalam yg tidak dapat
dianalisa dengan akal.
Socrates.
keadilan : suatu wahyu mengenai
kebaikan yg diterima oleh beberapa
orang yg terpilih & yg diteruskan oleh
mereka kepada masyarakat dalam bentuk
undang-undang.
2.TEORI UTILITIS
BENTHAM : Keadilan adalah
kebahagiaan yang terbesar
untuk jumlah yang banyak.

MOCHTAR KUSUMATMADJA
Hukum Tanpa Kekuasaan adalah
Angan – angan & Kekuasaan
Tanpa Hukum adalah Kelaliman.
3. TEORI PENGAYOMAN
DASAR : Bahwa DEWI THEMIS
Danggap tidak dapat membawa keadilan
sebab dengan mata ditutup kain hitam,
Tangan Kiri Memegang Pedang dan
Tangan Kanan Memegang Dacin maka
tidak mungin memberikan keadilan.
 Oleh SAHARDJO. Diganti POHON
BERINGIN Yang dianggap dapat
mengayomi untuk :
1.Mewujudkan ketertiban & ketentraman.
2. Mewujudkan kedamaian sejati .
3. Mewujdukan keadilan.
4.Mewujudkan kesejahteraan & keadilan
sosial.
E. FUNGSI HUKUM
Joseph Raz.
Fungsi hukum sebagai fungsi sosial
dapat dibedakan :
1.Fungsi langsung.
a. Fungsi langsung bersifat primer.
b. Fungsi langsung bersifat sekunder.
2. Fungsi Tidak Langsung.
a.Sebagai A tool of social control.
b.Sebagai A tool of social engineering.
c.Sebagai simbol.
d.Sebagai A political instrurnent.
e.Sebagai integrator.
Ad.1.a. Fungsi langsung yg bersifat Primer.
1.Pencegahan perbuatan tertentu &
mendorong dilakukannya perbuatan
tertentu.
2.Penyediaan fasilitas bagi rencana-rencana
privat.
3.Penyediaan service & pembagian kembali
barang-barang.
4.Penyelesaian perselisihan diluar jalur
reguler.
Ad.1b.Fungsi langsung yg bersifat
Skunder.
1.Prosedur bagi perubahan hukum.
a.badan pembuat uu.
b.parlemen (DPR/MPR).
c.otoritas lokal.
d.penegakan hukum.
e.custom (bea cukai).
2.Prosedur bagi pelaksanaan hukum.
Ad.2.Fungsi Tidak Langsung.
Ad.2.a. Hukum Sebagai “A Tool of Social
Control”.
Ronny Hanitijo Soemitro.
“kontrol sosial merupakan aspek
normatif dari kehidupan sosial atau dapat
disebut sebagai pemberi difinisi dari
tingkah laku yg menyimpang serta
akibat-akibatnya seperti larangan-
larangan, tuntutan-tuntutan, pemidanaan
& pemberian ganti rugi”.
Hukum disini bukanlah satu-satunya alat
pengendali atau pengontrol sosial tetapi
hukum hanyalah salah satu alat kontrol
sosial didalam masyarakat.
Achmad Ali.
1.Fungsi hukum sebagai alat pengendali
sosial tidaklah sendirian didalam masya,
melainkan menjalankan fungsi itu
bersama sama dengan pranata-pranata
sosial lainnya yg juga melakukan fungsi
pengendali sosial.
2.Fungsi hukum sebagai alat pengendali
sosial merupakan fungsi “pasif”, disini
artinya hukum yg menyesuaikan diri
dengan kenyataan masyarakat.

Terlaksana atau tidaknya fungsi hukum


sebagai pengendali sosial ditentukan oleh:
1.Faktor aturan hukumnya sendiri.
2.Faktor pelaksana (orangnya) hukum.
 Roscoe Pound.
Hukum apa yg sebenarnya “diinginkan” & apa yg
“tidak diinginkan” oleh penggunaan hukum sebagai
“Alat Rekayasa Sosial” sebagai berikut :
1.Mempelajari efek sosial yg nyata dari lembaga serta
ajaran-ajaran hukum.
2.Melakukan studi sosiologis dalam rangka
mempersiapkan per UU (membuat UU).
3.Melakukan studi ttg bagaimana membuat peraturan
hukum agar menjadi efektif.
d.Memperhatikan sejarah hukum dan
diguna kan sebagai bahan kajian hukum.
e.Melakukan penyelesaian individual secara
ketemu nalar selama ini masih sering di
korbankan demi mencapai suatu tingkat
kepastian yg sebetulnya tidak mungkin.
f.Bagaimana mengusahakan bagaimana
agar semua aturan hukum dapat
dilaksanakan lebih efektif agar tercapai
tujuan hukumnya.
 Adam Podgorecki.
Agar “Law a tool of social engineering”
dapat efektif, maka harus :
1.Menguasai dengan baik situasi yg dihadapi
2.Membuat analisis tentang penilaian yg ada
serta menempatkan dalam suatu hirarki.
3.Melakukan verifikasi hipotesis (apakah
metode yg dipikirkan akan membawa
kepada tujuan yg dikehendaki.
4.Pengukuran terhadap efek PerUU yg ada.
Ad.2.b. Hukum sebagai “A tool of Social
Engineering”.
Soerjono Soekanto.
“Hukum sebagai alat untuk mengubah
masyarakat, dalam arti hukum digunakan
sebagai alat “agent of change” (pelopor
perubahan). Suatu perubahan sosial yg di
kehendaki/direncanakan selalu berada di
bawah pengendalian & pengawasan
Pelopor Perubahan tersebut.
 Roscoe Pound.
- sebagai “alat rekayasa sosial” maka hukum
mempelajari :
1. Efek sosial yg nyata dari lembaga-lembaga
serta ajaran-ajaran hukum.
2. Melakukan studi sosiologi dalam rangka
mempersiapkan per UU.
3.Melakukan studi tentang bagaimana
membuat peraturan hukum menjadi efektif.
4.Memperhatikan sejarah hukum.
5.Pentingnya melakukan penyelesaian
individual secara ketemu nalar yg selama
ini masih sering dikorbankan demi
mencpai suatu tingkat kepastian
sebelumnya tidak mungkin.
6. Semua tuntutan hukum tersebut
hanyalah sebagai sarana untuk mencapai
tujuan yaitu bagaimana mengusahakan
secara lebih efektif agar tercapai tujuan-
tujuan hukum tsb.
Efektivitas Hukum dapat mencapai hasil
maksimal harus memperhatikan 4 asas
utama dalam penggunaan metode “law as
a tool of social engineering”.
1.Menguasasi dengan baik situasi yang di
hadapi.
2.Membuat analisis tentang penilaian yg
ada & menempatkan dalam suatu hirarki.
3.Melakukan verifikasi terhadap hipotesis.
4.Pengukuran terhadap efek PerUU yg ada.
Contoh Dampak Positif penggunaan
hukum sebagai “Rekayasa Sosial” :
1.Putusan MA Amerika Serikat (1954)
yang menetapkan bahwa orang kulit
hitam harus dipersamakan dengan orang
kulit putih.
2.UU & peraturan-peraturan lain mengenai
lingkungan hidup.
Dampak Negatif.
- hanya membawa keuntungan sebagian
kecil warga masyarakat dunia, tetapi
justru merugikan sebagian besar warga
masyarakat lainnya.
- contoh : terjadinya perubahan dari petani
pengelola pertanian dari cara tradisionil
kecara modern, yg secara ekologi maupun
ekonomi akan merugikan lingkungan.
Ad.2.c. Hukum Sebagai Simbol.
 LB. Curzon.
“mencakup proses-proses dalam mana seseorang
menerjemahkan/menggambar kan/mengartikan
dalam suatu istilah sederhana tentang
perhubungan sosial serta fenomena lainnya yg
timbul dari interaksi dengan orang lain.
Contoh : seorang mengambil barang (mencuri) maka mencuri
disimbolkan sebagai tindakan pencurian yg seyogyanya
dihukum.
Ad.2.d. Hukum Sebagai Alat Politik.
Achmad Ali.
“dalam kenyataan (das sein) maka tidak
mungkin menghindarkan hukum untuk di
gunakan sebagai alat politik, terutama
jika dihubungkan dengan konsep negara
hukum.
Ad.2.e. Hukum Sebagai Mekanisme
Intergrasi.
 Maka digunakan untuk kepentingan
masyarakat & berlaku baik jika tidak ada
konflik maupun setelah konflik.
 Hukum dalam hal tidak ada konflik (A
membeli barang ke B, maka A membayar
harga barang ke B & sebaliknya).
 Hukum dalam hal ada konflik (A sudah
membayar lunas barang yg dibeli dari B tapi
B tidak mau menyerahkan barangnya)
F. PENGERTIAN DASAR
HUKUM
1.Masyarakat Hukum (Rechts Sociale).
 Sekelompok orang yg berdiam dalam
suatu wilayah tertentu dimana berlaku
serangkaian ketentuan hukum yg
menjadi pedoman bertingkah laku bagi
setiap anggota masyarakat.
 Dalam Masyarakat Hukum dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.Masyarakat Paguyuban (Gemeinschaft).
 Bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya
diikat oleh hubungan murni & bersifat alamiah
serta bersifat kekal dengan didasari rasa cinta
kasih (misal : kehidupan rumah tangga).
b.Masyarakat Patembayan (Gesselschaft).
 Ikatan lahir batin bersifat pokok untuk jangka
waktu yg relatif pendek & bersifat sebagai suatu
bentuk dalam pikiran belaka & strukturnya
bersifat mekanistis/mesin (misal : ikatan
pedagang, pabrik).
2. Subyek Hukum.
Suatu pendukung hak, yaitu manusia
(person) atau badan hukum (recht
persoon) yg menurut hukum or
berwenang menjadi pendukung hak.
Menurut Macamnya maka subyek hukum
dapat dibedakan menjadi :
a.manusia (natuurlijke persoon).
b.badan hukum (recht persoon).
Ad.2.a. Manusia (Natuurlijke Persoon).
 Setiap manusia apakah warga negara or
warga asing, perempuan – laki, beragama or
tidak, berbudaya or tidak, maka mereka
semua dapat menjadi subyek hukum.
 Sebagai subyek hukum maka manusia
mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan kewajiban & haknya.
 Kewenangan tsb dibatasi oleh beberapa
faktor sehingga seseorang dinyatakan cakap
untuk melakukan tindakan hukum.
 Misal : Dalam KUHPerdata dikatakan dewasa
apabila berusia 18 (pria) & 15 (wanita), UU
No.1 Tahun 1974 maka di anggap dewasa
wanita (16) & laki (19), KUHPidana maka
wanita+pria (16), UU Pemilu maka dewasa
apabila sudah pernah kawin/nikah, Hukum
adat di anggap dewasa apabila sudah kuat
gawe, menurut Hukum Islam dikatakan dewasa
apabila sudah akhir baliq (mensturasi).
 Bagaimana dengan kasus Syeih Puji ……. ?
Ad.2.b. Badan Hukum (Recht Natuurlijke).
Dapat dibedakan menjadi :
a.Badan Hukum Publik, yakni badan hukum
yg didirikan & diatur menurut hukum
publik (misal : desa, kabupaten dll).
b.Badan Hukum Perdata, yakni badan
hukum yg didirikan & diatur menurut
hukum perdata seperti ; koperasi, PT,
yayasan.
Ciri-ciri Badan Hukum.
1.Memiliki kekayaan yg terpisah dari
kekayaan anggotanya,
2.Memiliki hak & kewajiban yg terpisah
dari hak & kewajiban para anggotanya,
3.Memiliki sifat kesinambungan, sebab hak
& kewajiban badan hukum tetap melekat
walaupun anggotanya silih berganti.
3. Obyek Hukum.
Segala sesuatu yg berguna bagi subyek
hukum & dapat menjadi pokok suatu
hubungan hukum yg dilakukan oleh para
subyek hukum.
Dalam bahasa hukum maka Obyek
Hukum disebut “HAK” yang dapat
dikuasai dan/atau dimiliki subyek hukum
(misal : A meminjamkan buku kepada B,
maka yang menjadi obyek hukum adalah
“buku” dari hak yg dimiliki oleh A.
Secara Umum HAK dapat dibedakan :
1.Hak Mutlak (absolut) yakni, hak yg
dimiliki oleh seseorang guna melakukan
suatu perbuatan, hak mana dapat
dipertahankan terhadap siapun juga &
setiap orang wajib menghormati hak tsb
(HAM).
2.Hak Nisbi (relatif) yakni, hak yang lahir
di kemudian yg memberikan wewenang
kepada seseorang untuk menuntut agar
orang lain memberikan sesuatu, melaku
kan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Hak dapat hilang, apabila :
1.Pemegang Hak tsb meninggal dunia & kebetulan
tidak ada ahli warisnya.
2.Masa berlakunya hak telah habis & tidak dapat
diperpanjang kembali (Misal : sewa menyewa
rumah).
3.Kadaluarsa yg bersifat Ekstingtif, yaitu yg
menghapuskan hak (seorang memiliki sebidang
tanah yg diterlantarkan,tanah tsb selama 30 thn
tidak digarap & dikuasai orang lain & orang lain
itulah yg berhak atas tanah tsb.
4.Peristiwa Hukum.
Peristiwa (kejadian biasa) dalam kehidupan sehari-
hari yg membawa akibat yg diatur oleh hukum.
Apeldoorn.
adalah peristiwa yg berdasarkan hukum &
menimbulkan atau menghapuskan hukum.
Bellefroid.
Peristiwa sosial yg tidak dengan otomatis dapat
menimbulkan akibat hukum ( perjanjian jual beli
(1457 BW) adanya hak & kewajiban antar pihak)
Peristiwa Hukum dapat dibedakan :
4.1.Karena Perbuatan Subyek Hukum.
Perbuatan dilakukan manusia/badan hkm
yg dapat menimbulkan akibat hukum
(misal : pembuatan surat wasiat, hibah).
4.2.Bukan Karena Perbuatan Subyek
Hukum Timbul tidak karena perbuatan
subyek hukum akan tetapi dapat
menimbulkan akibat hukum (misal :
kelahiran seorang bayi).
5. Perbuatan Hukum.
Perbuatan subyek hukum yg akibat
hukum nya dikehendaki oleh pelaku atau
perbuatan manusia yg disengaja untuk
menimbulkan hak & kewajiban.
Logemann.
adalah perbuatan yg bermaksud
menimbulkan kewajiban hukum
(melenyapkan atau mengubah kewajiban
hukum).
 Perbuatan Hukum terbagi :
5.1.Perbuatan Hukum Bersegi Satu (sepihak
/eenzijdig) yaitu perbuatan hukumnya
(rechtsgevold) hanya ditimbulkan oleh satu
pihak (misal : wasiat).
5.2.Perbuatan Hukum Bersegi Dua (timbal balik/
tweezildig).
Perbuatan hukumnya ditimbulkan oleh dua
subyek hukum yg melakukan perbuatan hukum
(perjanjian).
6.Hubungan Hukum (rechtsbetrekking).
Hubungan diantara para subyek hukum yg
diatur oleh hukum & dalam hubungan
hukum selalu terdapat hak & kewajiban.
Hubungan hukum dapat dibedakan :
6.1. Bersegi 1 (eenzijdige rechtsbetrekking)
Hanya ada satu yg berkewajiban
melakukan jasa berupa berbuat sesuatu,
tidak berbuat sesuatu, memberi sesuatu yg
menimbulkan hak & kewajiban (misal :
hibah tanah kepada anak angkat)
6.2.Bersegi 2 (tweezijdige rechtsbetrekking)
Yang menimbulkan hak & kewajiban bagi
masing-masing pihak, maka keduanya
mempunyai hak untuk meminta sesuatu
bagi masing-masing pihak, kedua pihak
mempunyai kewajiban sesuatu kepada
pihak lain.
Misal : jual beli tanah dimana masing pihak
mempunyai hak & kewajiban yg harus
dilaksanakan setelah terjadi perjanjian tsb.
7. Akibat Hukum.
Segala akibat yg terjadi dari segala
perbuatan hukum yg dilakukan oleh
subyek hukum terhadap obyek hukum.
Misal : dengan timbulnya hak &
kewajiban dari suatu perjanjian maka hak
& kewajiban tersebut adalah akibat
hukum dari terjadinya perjanjian tsb.
G. PENGGOLONGAN
HUKUM
1.Berdasarkan Sumbernya.
A.Hukum / UU
B.Adat / Kebiaasaan.
C.Yurisprudensi.
D.Doktrin (Pendapat ahli hukum ).

2.Berdasarkan Bentuknya.
A.Hukum Tertulis
B.Hukum Tidak Tertulis.
3.Berdasarkan Isinya.
A.Hukum Privat .
B.Hukum Publik.
4.Berdasarkan Tempat Berlakunya.
A.Hukum Nasional / negara.
B.Hukum Internasional.
C.Hukum Asing.
D.Hukum Gereja.
5.Berdasarkan Masa Berlakunya.
A.Hukum Positif.
B.Hukum yang dicita-citakan (ius Constituendum)
C.Hukum Universal (tanpa mengenal batasan
ruang dan waktu)

6.Berdasarkan Cara Mempertahankan.


A. Hukum Matereal (Mengatur hubungan
antara sesama anggota masayarakat, misal :
UU No.1 Thn 1974)
B. Hukum Formil.
Bagaimana penguasa dapat mempertahan
kan, menegakan & melaksanakan hukum
matereal, misal ; pelanggaran KUHPid)
7.Berdasarkan Sifatnya.
A. Kaidah hukum yang memaksa (Pasal
340 KHUPid)
B.Kaidah hukum yang mengatur.
8.Berdasarkan Wujudnya.
A.Hukum Obyektif (Berlaku umum)
B.Hukum Subyektif (Berlaku tertentu)
H. HUKUM &
 MASYARAKAT
HUKUM : Gejala sosial yang terdapat
dalam masyarakat.

A. MASYARAKAT :
Sekumpulan manusia yang sejak lahir
hingga meninggal dunia hidup bersama-
sama dengan lainnya
1.BOUMAN
Baru jadi manusia karena sudah hidup
bersama dengan yang lain.
2.ARISTOTELES
Zoon Politicon sebagai makhluk sosial
yang dikodratkan untuk hidup bersama
(APPETITUS SOCIETATIS).
Hidup bersama : bercampur baur dengan
manusia lain.

3. JOHN LOCKE & T HOMAS


JEFFERSON
> Manusia diciptakan bebas & sederajat.
4. ANGELINUS
> Manusia sebagai makhluk sosial,
dengan bukti ;
1. Dilahirkan dalam keadaan lemah.
2. Dibekali kepandaian untuk bicara
pada lahirnya .
3. Dibekali kepandaian apabila hidup
dalam masyarakat.
4. Memerlukan bantuan lainnya.
B. HUKUM & MASYARAKAT.
1. AH. POST
Merupakan pengertian yang tidak dapat
dipisahkan.
2. TIME SHET
Hukum ada setelah bangsa mencapai
kebudayaan tertentu.
- Pendapat tersebut tidak sesuai karena
sejak zaman primitif hukum sudah ada.
3. CICERO
Hukum sudah ada sejak zaman primitif.
 Pengaruh antara Hukum & Masyarakat.
Suatu krisis masyarakat mempunyai
pengaruh yg lebih besar terhadap hukum
daripada terhadap lain-lain aktivitas sosial.
Perubahan dalam dasar-dasar masyarakat
merubah pula dasar-dasar nilai hukum.
Dasar-dasar hukum dengan jelas di
pengaruhi oleh dasar-dasar politik,ekonomi
,kehidupan sosial, kesusilaan, sebaliknya
hukum mempunyai tugas memberi
kepadanya bentuk & ketertiban.
I. ASAS HUKUM
1.SOEBROTO BROTODIREDJO
Suatu sumber atau sebab yang menjadi
pangkal tolak sesuatu.
2.PATON
Aturan pokok yang didapatkan dengan
generalisasi daripada sejumlah aturan hukum.
3.BELEEFROID
Norma dasar yg dijabarkan dari hukum positif &
bukan dari aturan-aturan yang lebih umum.
 ASAS HUKUM
1.FIAT JUSTITIA RUAT COELUM (FIAT
JUSTITIA PEREAT MUNDUS)
> Sekalipun langit akan runtuh maka
keadilan harus ditegakkan.

2.OPINIO NECESSITATIS.
> Keyakinan atas sesuatu
menurut hukum
adalah perlu sebagai syarat untuk
timbulnya hukum kebiasaan.
3.PACTA SUND SERVANDA
> Perjanjian mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan itikad baik.
4.SUMMUM IUS SUMMA OCCUPANTI
> Keadilan tertinggi berarti ketidakadilan
tertinggi.
5.TESTIMONIUM de AUDITU
> Kesaksian dapat didengarkan dari
orang lain.
6.UNUS TESTIS NULLUS TESTIS
> Satu orang saksi bukanlah saksi.
7.VOX POPULI VOX DEI
> Suara rakyat adalah suara Tuhan.
PERBEDAAN antara Asas Hukum
dengan Norma :
1.Asas Hukum adalah suatu konsep,
sedang kan Norma merupakan
penjabaran dari konsep tsb.
2.Asas Hukum Tidak mempunyai sanksi,
sedangkan Norma mempunyai sanksi yg
tegas.
 FULLER, sistem Hukum dapat dikategori kan
sebagai sistem hukum atau bukan maka harus
memenuhi 8 asas (Principle of Legality) ;
1.Harus mengandung aturan-aturan yg tidak
hanya memuat keputusan yg bersifat
sementara (ad-hoc),
2.Peraturan tsb setelah selesai dibuat harus
diumumkan,
3.Berlaku fiksi hukum (dianggap tahu setelah
diundangkan),
4.Tidak boleh ada peraturan yg berlaku surut.
5.Harus dirumuskan & disusun dengan kata-
kata yg mudah dimengerti.
6.Tidak boleh mengandung tuntutan yg
melebihi dengan apa yg dapat dilakukan.
7.Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering
mengubah peraturan (bila ini dilakukan
maka orang akan kehilangan orientasi).
8.Tidak boleh mengandung aturan yg berten
tangan satu sama lainnya.
J. PENEMUAN HUKUM
 Apakah hakim selalu melakukan penemuan
hukum ?
1.Penganut Doktrin “Sens-Clair”.
Penemuan Hukum oleh hakim hanya
diperlukan, jika :
a. Peraturannya belum ada untuk suatu kasus
in konkreto.
b. Peraturannya sudah ada tetapi belum jelas.
Michel van Kerckhove, bahwa doktrin
“sens-clair” :
1.Ada teks UU yg dimengerti maknanya
sendiri & tidak menimbulkan keraguan.
2.Karena bahasa hukum didasarkan bahasa
sehari-hari.
3.Kekaburan teks UU hanya mungkin terjadi
karena kemenduaan arti (ambiguitas).
4.Teks UU harus ditemukan dengan jelas.
5.Jangan menggunakan penafsiran.
2.Penganut Penemuan Hukum Selalu
Harus Dilakukan.
Achamd Ali tidak sependapat dengan Doktrin
“Sens-Clair” karena setiap putusan maka hakim
selalu & tidak pernah tidak melakukan penemuan
hukum.
 Tahapan Tugas Hakim & Saat Penemuan Hukum
Dilakukan (Sudikno Mertokusumo).
1.Tahap Konstatir.
Disini Hakim mengkonstatir benar atau tidaknya
peristiwa yg diajukan (dilakukan secara logis).
 Misal : benarkan A telah memecahkan
jendela rumah B, sehingga B menderita
kerugian ? Maka disini para pihak (dalam
perkara perdata) & Penuntut Umum (dalam
perkara pidana) yg wajib untuk
membuktikan melalui penggunaan alat-alat
bukti.
 Dalam tahap Konstatir ini kegiatan Hakim
bersifat logis. Penguasaan hukum
pembuktian bagi hakim sangat dibutuhkan
dalam tahap ini.
2.Tahap Kualifikasi.
Disini hakim mengkualifisir termasuk
hubungan hukum apakah tindakan A tadi
benar (dikualifisir sebagai Perbuatan
Melawan Hukum/Pasal 1365 BW).
3.Tahap Konstituir.
Disini hakim menetapkan hukumnya
terhadap para pihak. Disini hakim meng
gunakan silogisme (menarik kesimpulan
dari premis mayor ke premis minor berupa
tindakan A memecahkan kaca B.
Hakim menemukan hukum melalui
sumber-sumber hukum yg tersedia &
bukan hanya dari UU saja tetapi bisa
melalui sumber hukum lain.
Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970
bahwa “Hakim sebagai penegak hukum
& keadilan wajib menggali, mengikuti &
memahami nilai-nilai hukujm yg hidup di
dalam masyarakat”.
Achmad Ali, Metode Penemuan Hukum oleh
Hakim dapat dibedakan menjadi :
1.Metode Interpretasi.
Melakukan penafsiran terhadap teks UU & masih
tetap berpegang pada bunyi teks UU tsb.
2.Metode Konstruksi.
Hakim menggunakan penalaran logisnya untuk
mengembangkan lebih lanjut suatu teks UU,
dimana Hakim tidak lagi berpegang pada bunyi
teks tsb (Hakim tidak boleh mengabaikan hukum
sbg suatu sistem)
Pitlo, membedakan 2 jenis penemuan
hukum :

1.Dalam arti Sempit, hanya semata-mata


kegiatan berpikir yang disyaratkan
karena tidak ada pegangan yg cukup
dalam UU.
2.Dalam arti Luas, juga mencakupi
interpretasi.
 Metode Penemuan Hukum dengan
INTERPRETASI dapat dilihat dari :
1.Metode Interpretasi Subsumptif.
Hakim harus menerapkan suatu teks UU
terhadap kasus In-Konkreto,dengan belum
memasuki taraf penggunaan penalaran yg
lebih rumit, tetapi sekedar menerapkan
silogisme. (Misal : JPU menuntut terdakwa
melakukan pencurian (pasal 362 KUHP), apa
yg di maksud dengan “barang” & kriteria
“miliknya”).
2.Metode Interpretasi Gramatikal.
Menafsirkan kata-kata dalam UU sesuai dengan
kaidah bahasa, kaidah hukum tata bahasa.
Misal : Pasal 372 KUHP tentang Penggelap an
“barangsiapa dengan sengaja & melawan
hukum mengakui milik sendiri barang sesuatu
yg seluruh atau sebagian……..,tetapi yg
“berada dalam kekuasaannya” bukan karena
kejahatan, maka……..”. Kata tsb seringkali
menimbul kan problem hakim yg akan
memutus.
3. Metode Interpretasi Historis.
 Ada 2 jenis :
3.1.Interpretasi Menurut Sejarah UU
(wetshistorisch).
Mencari maksud dari PerUU itu seperti apa
yg dilihat oleh pembuat UU ketika UU itu
dibentuk dulu. Dalam metode ini maka
“kehendak pembuat UU” yg dianggap
menentukan & yg bersumber pada surat-
surat & pembahasan dilembaga legislatif
ketika UU itu dalam proses.
3.2.Interpretasi Sejarah Hukum
(rechtshistorisch).
Metode ini ingin memahami UU dalam
konteks keseluruhan dari sejarah hukum.
Yaitu : bukan hanya sekedar meneliti sejarah
hingga terbentuknya UU saja tetapi terus
meneliti lebih panjang proses sejarah yang
mendahuluinya. Misal : meneliti UU Korupsi
maka harus di teliti tentang sejarah
pemberantasan korupsi sejak awal terjadi
perbuatan hingga dikeluarkan PerUUnya.
4.Metode Interpretasi Sistematis.
Yang menafsirkan UU sebagai bagian dari
keseluruhan sistem PerUU. Jadi PerUU ke
seluruhannya didalam suatu negara dianggap
sebagai suatu sistem yg utuh.
5.Metode Interpretasi Sosiologi/ Teleogis.
Menetapkan makna UU berdasarkan tujuan
kemasyarakatan (UU sudah usang tapi masih
berlaku maka dengan Interpretasi ini
diterapkan terhadap suatu peristiwa
kebutuhan masa kini.
6.Metode Interpretasi Komparatif.
Metode membandingkan antara berbagai sistem
hukum (metode ini hanya diguna kan dalam
bidang hukum perjanjian inter nasional).
7.Metode Interpretasi Futuristis.
Menjelaskan UU yg berlaku sekarang
(ius constitutum) berpedoman pada UU
yg belum mempunyai kekuatan hukum
(ius constituendum). Misal : UU yg
masih dalam proses pengundangan tetapi
sudah pasti diundangkan (dugaan politis)
8.Metode Interpretasi Restriktif.
Metode yang sifatnya membatasi.
Misal : secara gramatikal pengertian istilah
“tetangga” dalam Pasal 666 KUHPerdata
adalah setiap tetangga termasuk seorang
penyewa dari perkarangan sebelahnya.
Tetapi kalau “dibatasi” menjadi tidak
termasuk tetangga penyewa, maka ini
sudah termasuk dalam interpretasi restriktif.
9.Metode Interpretasi Ekstensif.
Suatu metode yg membuat interpretasi
melebihi batas-batas hasil interpretasi
gramatikal.
Misal : perkataan “menjual” dalam Pasal
1576 KUHPerdata ditafsirkan luas, yaitu
bukan semata-mata hanya berarti jual
beli, melainkan juga berarti “peralihan
hak”.
K. KEWENANGAN HAKIM
A. Aliran Legisme
 Yg berhak membentuk hukum semata-mata
berada ditangan pembentuk UU (legislatif)
sedangkan badan Yudikatif dalam hal ini
Pengadilan hanya bertugas sebagai mulut atau
terompet UU (bouch de la lois) artinya HAKIM
hanya bertugas untuk mencocokan/
memasukan sesuatu hal yg secara konkret dalam
UU jadi hakim disini tidak turut menentukan
hukum (Montesquieu).
 Hakim hanyalah sbg mulut yg mengucap kan
kata-kata UU sudah sulit dipertahan kan namun
bagaimanapun baiknya suatu UU yg berasal dari
produk manusia sudah pasti ada kekurangannya.
 Sehingga perlu untuk menambah dan
memperbaiki kekuarangan tersebut.
B. Aliran Begriffsjurisprudenz
 Memang benar UU tidak sempurna akan tetapi
kekurangan itu dapat diperbaiki dengan jalan
memperluas UU itu sendiri dengan jalan
“Normlogisch” dan hendak nya UU dipandang
dari segi dogmatik sebab hukum itu adalah suatu
kesatuan yg tertutup.
 M.E.Meyers : hukum yg dogmatis ialah
memperluas hukum yg tertulis & asas-asas
hukum yg dalam kenyataannya memperoleh
bantuan dari hukum yg logis.
 Dengan demikian tugas Hakim hanyalah
pekerjaan intelek, dimana hakim sama sekali
tidak membentuk hukum bahkan hanya membuka
tabir pikiran-pikiran yang terletak dalam UU
(Geomerisjuridisch).
 Kelemahannya :
1. Mendewakan ratio & logika dalam meluaskan
UU sampai terbentuknya UU.
2. Masalah keadilan & kemanfaatan tidak
dikemukakan padahal kedilan & manfaat adalah
sangat penting sebagai tujuan utama masyarakat.
C. Aliran Interessenjurisprudenz (abad 20)
 Herman Kontrorowics (buku : der Kampfum die
Rechtswssenschaft / 1906), Hukum tidak semata-
mata terdapat dalam UU melainkan juga terdapat
dalam masyarakat.
 Dengan demikian TIDAK BENAR pendapat yg
mengatakan bhw hakim hanyalah bertugas sebagai
mulut UU.
 Oleh sebab itu hakim & pejabat lain hrus
mempunyai kebebasan yg seluas-luasnya untuk
menemukan hukum bahkan dapat menyimpang
dari perUU.
D. Aliran Soziologische Rechtsschule
 Dipelopori Hamaker dan Hymans bahwa hakim
memang mempunyai kebebasan dalam
menciptakan hukum, akan tetapi sampai dimana
kebebasan hakim menciptakan hukum akan tetapi
sampai dimana kebebasan hakim itu, ia tidak
boleh menyimpang apalagi menyamping kan UU.
 Jd Hakim dalam mengambil keputusan
hendaknya berdasarkan PerUU tetapi dalam
keadaan tertentu hakim dapat saja menyesuaikan
dalam keadaan tertentu.
 Jadi hakim dapat saja menyesuaikan
keputusannya dengan asas-asas keadilan,
kesadaran dan perasaan hukum yag sedang
berkembang dalam masyarakat dengan
demikian dapat disebut dengan “Hukum Yang
Sebenarnya”.
E. Aliran Sistem Hukum Terbuka
 Dipelopori Paul Scholten : hukum merupakan satu
sistem yaitu semua peraturan-peraturan itu saling
berhubungan, yg satu ditetapkan oleh yg lain, bahwa
peraturan-peraturan tsb dapat disusun secara baik dan
untuk yg bersifat khusus dapat dicari kan aturan-
aturan umumnya sehingga sampailah pada asas-
asasnya JADI dengan demikian Hukum itu
merupakan sistem yg terbuka.
 Jd dgn demikian hakim tidak dapat menentukan
secara sewenang-wenang hal-hal baru melainkan
harus mencari hub dengan apa yg telah ada

Anda mungkin juga menyukai