HUKUM
By
PRIYO SAPTOMO.SH.MHum
Kapan Hukum itu ada ………………?
1.Positivisme……..
2.Post Positivisme…….
3.Criticalisme………
HUKUM :
1. Sebagai Teks, Doktrin, Konsep
(Positivisme).
2. Sebagai Proses (Sosial).
Hukum berkembang kemana saja
(proses sosial) (Post Positivisme).
-Perkembangan Hukum dapat
menimbulkan ketidakpuasan dari
masyarakat sehingga menimbulkan
pemikiran yang Critis terhadap hukum
(critical law).
A. APAKAH HUKUM ITU
Van APELDOORN.
Hukum terdapat seluruh dunia, dimana
terdapat masyarakat (manusia).
LOGEMANN.
Bagaimanapun juga bahwa hukum itu
ada hubungannya dengan masyarakat.
I KISCH.
Hukum tidak dapat ditangkap oleh panca
indra MAKA Adalah sulit untuk
membuat suatu difinisi tentang hukum.
IMMANUEL KANT.
Tidak ada seorang yurispun Yang mampu
Membuat difinisi hukum yang tepat. Jadi
Hukum pada hakekatnya Meskipun
Dapat dimanifestasikan secara konkret.
Kesulitan Pendifinisian Hukum Menurut
PATON disebabkan oleh :
1. FAKTOR INTERN : Keabstrakan &
keinginan hukum untuk mengatur hampir
seluruh kehidupan
2. FAKTOR EKSTERN : Fakktor Bahasa
sendiri.
PATON : Apakah pengujian yang
sesungguhnya terhadap suatu definisi
adalah bermanfaat ?
CURZON Mengatakan bahwa kesulitan
pendifinisian :
1.Penggunaan kata-kata yang sangat
dibatasi.
2.Penggunaan kata-kata yang sangat
spesifik.
3.Adanya kecenderungan setiap orang untuk
memberi arti yang berbeda.
4.Sejarah perubahan di dalam konteks
hukum sendiri.
Bagaimana mendifinisikan Hukum
…..?
1.Gunakan arti yg dikenal dalam bahasa ybs
2.Tidak semata-mata terpaku pada persoalan
kata-kata saja melainkan kenyataan dalam
hal apa kata-kata tsb digunakan.
3.Menggunakan arti dari kata-kata yang
hendak didifinisikan.
4.Tidak boleh mengabaikan ideologi yang
dianut oleh si pendifinisi.
PATON : Hukum dapat didifinisikan
Dengan memilih satu dari kemungkinan
yg ada, yaitu :
1.Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar,
logis, religius ataupun etis.
2.Sumbernya ; kebiasaan, preseden atau
UU
3.Efeknya didalam kehidupan masyarakat.
4.Metode pernyataan formal atau
pelaksanaan otoritasnya.
5.Tujuan yang ingin dicapai.
Prof.Mr.J.van Kan.
Buku : Inleiding tot Rechtsweten Schap.
Hukum : Keseluruhan ketentuan-ketentuan
kehidupan yang bersifat memaksa yang
melindungi kepentingan-kepentingan
orang dalam masyarakat.
Rudolf von Jhering.
Buku : Der Zweek in Rechr.
Hukum : keseluruhan kaedah-kaedah yang
memaksa berlaku dalam suatu negara.
Hans Kelsen.
Dalam “Reine Rechtslehre” bahwa hukum
terdiri dari kaedah-kaedah menurut mana
orang harus berlaku.
Wirjono Projdodikoro.
Buku : Asas-asas Hukum Perjanjian.
Hukum : rangkaian peraturan mengenai
tingkah laku orang sebagai anggota masya
& bertujuan mengadakan tata tertib di antara
anggota-anggota masyarakat tsb.
Plato.
Buku : 1. Politea
Hukum : suatu sistem peraturan yg di
organisir & diformulir & yg mengikat
masyarakat.
Tiap orang ditempatkan dalam golongan
yg paling cocok untuknya (misal : seorang
petani harus tetap menjadi seorang petani
& jangan menjadi hakim pula).
2. Nomoi (hukum).
Berbagai permasalahan yang harus diatur
dengan peraturan hukum.
misal : tentang pasar, hal-hal dibidang
pertanian, mengatur pula hubungan-
hubungan intern antara sesama orang
seperti kelakuan dalam perkawinan &
perceraian.
B. KAIDAH HUKUM
Adalah suatu pedoman dalam kehidupan
masyarakat dalam aspek kehidupan.
Aspek Kehidupan terdiri dari : :
A. ASPEK KEHIDUPAN PRIBADI
(Poernadi Purbacaraka & Soerjono
Soekanto).
1. Kaidah Kepercayaan (untuk
mencapai kesucian hidup).
2. Kaidah Kesusilaan
(moral/ etika untuk menuju kebaikan
hidup pribadi/ kebersihan hati
nurani).
B. ASPEK KEHIDUPAN ANTAR
PRIBADI
1.Kaidah Kesopanan
(Tertuju kepada kedamaian hidup).
2.Kaidah Hukum
(Tertuju kepada kedamaian hidup
bersama )
NORMA TERBAGI :
A. KESUSILAAN
> Dianggap paling asli karena terdapat
dalam hati sanubari manusia/ batin.
B. AGAMA.
> Kepercayaan kepada Tuhan YME.
1. AGAMA WAHYU : Berisi ajaran
Allah SWT berupa Perintah,
Larangan & Kebolehan).
2. AGAMA BUDAYA : Dihasilkan
oleh pikiran & perasaan manusia
secara Kumulatif.
C. KESOPANAN
> Timbul & diadakan oleh masyarakat
untuk mengatur pergaulan dari
masing-masing anggotanya
untuk saling menghormati.
D. HUKUM
> Dibuat oleh penguasa negara &
keberlakuannya dipaksakan &
mengikat seluruh warga negara.
HUB ANTARA KE 4
NORMA
Ke 4 norma tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.
NORMA KESUSILAAN Bersumber kepada
moral, AGAMA Kepada kepercayaan
Tuhan YME, KESOPANAN Kepada
keyakinan masyarakat & HUKUM
Kepada Peraturan Perundang-
undangan
MAKSUD KE - 4 NORMA :
Melindungi kepentingan daripada
masyarakat sehingga masyarakat ada tata
tertib dalam kehidupan masyarakat.
Roscoe Pound.
Membagi Tujuan Hukum Menjadi :
1.Mempertahankan kedamaian dalam
masyarakat.
2.Mempertahankan status quo sosial ( agar
tidak terjadi bentrokan sosial dengan
warga lain)
3.Memungkinkan tercapainya
perkembangan pribadi baik mengenai
kemauannya maupun kekuatannya.
4.Memungkinkan tercapainya secara
maksimum untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Dari pendapat sarjana dapat disimpulkan
bahwa :
MOCHTAR KUSUMATMADJA
Hukum Tanpa Kekuasaan adalah
Angan – angan & Kekuasaan
Tanpa Hukum adalah Kelaliman.
3. TEORI PENGAYOMAN
DASAR : Bahwa DEWI THEMIS
Danggap tidak dapat membawa keadilan
sebab dengan mata ditutup kain hitam,
Tangan Kiri Memegang Pedang dan
Tangan Kanan Memegang Dacin maka
tidak mungin memberikan keadilan.
Oleh SAHARDJO. Diganti POHON
BERINGIN Yang dianggap dapat
mengayomi untuk :
1.Mewujudkan ketertiban & ketentraman.
2. Mewujudkan kedamaian sejati .
3. Mewujdukan keadilan.
4.Mewujudkan kesejahteraan & keadilan
sosial.
E. FUNGSI HUKUM
Joseph Raz.
Fungsi hukum sebagai fungsi sosial
dapat dibedakan :
1.Fungsi langsung.
a. Fungsi langsung bersifat primer.
b. Fungsi langsung bersifat sekunder.
2. Fungsi Tidak Langsung.
a.Sebagai A tool of social control.
b.Sebagai A tool of social engineering.
c.Sebagai simbol.
d.Sebagai A political instrurnent.
e.Sebagai integrator.
Ad.1.a. Fungsi langsung yg bersifat Primer.
1.Pencegahan perbuatan tertentu &
mendorong dilakukannya perbuatan
tertentu.
2.Penyediaan fasilitas bagi rencana-rencana
privat.
3.Penyediaan service & pembagian kembali
barang-barang.
4.Penyelesaian perselisihan diluar jalur
reguler.
Ad.1b.Fungsi langsung yg bersifat
Skunder.
1.Prosedur bagi perubahan hukum.
a.badan pembuat uu.
b.parlemen (DPR/MPR).
c.otoritas lokal.
d.penegakan hukum.
e.custom (bea cukai).
2.Prosedur bagi pelaksanaan hukum.
Ad.2.Fungsi Tidak Langsung.
Ad.2.a. Hukum Sebagai “A Tool of Social
Control”.
Ronny Hanitijo Soemitro.
“kontrol sosial merupakan aspek
normatif dari kehidupan sosial atau dapat
disebut sebagai pemberi difinisi dari
tingkah laku yg menyimpang serta
akibat-akibatnya seperti larangan-
larangan, tuntutan-tuntutan, pemidanaan
& pemberian ganti rugi”.
Hukum disini bukanlah satu-satunya alat
pengendali atau pengontrol sosial tetapi
hukum hanyalah salah satu alat kontrol
sosial didalam masyarakat.
Achmad Ali.
1.Fungsi hukum sebagai alat pengendali
sosial tidaklah sendirian didalam masya,
melainkan menjalankan fungsi itu
bersama sama dengan pranata-pranata
sosial lainnya yg juga melakukan fungsi
pengendali sosial.
2.Fungsi hukum sebagai alat pengendali
sosial merupakan fungsi “pasif”, disini
artinya hukum yg menyesuaikan diri
dengan kenyataan masyarakat.
2.Berdasarkan Bentuknya.
A.Hukum Tertulis
B.Hukum Tidak Tertulis.
3.Berdasarkan Isinya.
A.Hukum Privat .
B.Hukum Publik.
4.Berdasarkan Tempat Berlakunya.
A.Hukum Nasional / negara.
B.Hukum Internasional.
C.Hukum Asing.
D.Hukum Gereja.
5.Berdasarkan Masa Berlakunya.
A.Hukum Positif.
B.Hukum yang dicita-citakan (ius Constituendum)
C.Hukum Universal (tanpa mengenal batasan
ruang dan waktu)
A. MASYARAKAT :
Sekumpulan manusia yang sejak lahir
hingga meninggal dunia hidup bersama-
sama dengan lainnya
1.BOUMAN
Baru jadi manusia karena sudah hidup
bersama dengan yang lain.
2.ARISTOTELES
Zoon Politicon sebagai makhluk sosial
yang dikodratkan untuk hidup bersama
(APPETITUS SOCIETATIS).
Hidup bersama : bercampur baur dengan
manusia lain.
2.OPINIO NECESSITATIS.
> Keyakinan atas sesuatu
menurut hukum
adalah perlu sebagai syarat untuk
timbulnya hukum kebiasaan.
3.PACTA SUND SERVANDA
> Perjanjian mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan itikad baik.
4.SUMMUM IUS SUMMA OCCUPANTI
> Keadilan tertinggi berarti ketidakadilan
tertinggi.
5.TESTIMONIUM de AUDITU
> Kesaksian dapat didengarkan dari
orang lain.
6.UNUS TESTIS NULLUS TESTIS
> Satu orang saksi bukanlah saksi.
7.VOX POPULI VOX DEI
> Suara rakyat adalah suara Tuhan.
PERBEDAAN antara Asas Hukum
dengan Norma :
1.Asas Hukum adalah suatu konsep,
sedang kan Norma merupakan
penjabaran dari konsep tsb.
2.Asas Hukum Tidak mempunyai sanksi,
sedangkan Norma mempunyai sanksi yg
tegas.
FULLER, sistem Hukum dapat dikategori kan
sebagai sistem hukum atau bukan maka harus
memenuhi 8 asas (Principle of Legality) ;
1.Harus mengandung aturan-aturan yg tidak
hanya memuat keputusan yg bersifat
sementara (ad-hoc),
2.Peraturan tsb setelah selesai dibuat harus
diumumkan,
3.Berlaku fiksi hukum (dianggap tahu setelah
diundangkan),
4.Tidak boleh ada peraturan yg berlaku surut.
5.Harus dirumuskan & disusun dengan kata-
kata yg mudah dimengerti.
6.Tidak boleh mengandung tuntutan yg
melebihi dengan apa yg dapat dilakukan.
7.Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering
mengubah peraturan (bila ini dilakukan
maka orang akan kehilangan orientasi).
8.Tidak boleh mengandung aturan yg berten
tangan satu sama lainnya.
J. PENEMUAN HUKUM
Apakah hakim selalu melakukan penemuan
hukum ?
1.Penganut Doktrin “Sens-Clair”.
Penemuan Hukum oleh hakim hanya
diperlukan, jika :
a. Peraturannya belum ada untuk suatu kasus
in konkreto.
b. Peraturannya sudah ada tetapi belum jelas.
Michel van Kerckhove, bahwa doktrin
“sens-clair” :
1.Ada teks UU yg dimengerti maknanya
sendiri & tidak menimbulkan keraguan.
2.Karena bahasa hukum didasarkan bahasa
sehari-hari.
3.Kekaburan teks UU hanya mungkin terjadi
karena kemenduaan arti (ambiguitas).
4.Teks UU harus ditemukan dengan jelas.
5.Jangan menggunakan penafsiran.
2.Penganut Penemuan Hukum Selalu
Harus Dilakukan.
Achamd Ali tidak sependapat dengan Doktrin
“Sens-Clair” karena setiap putusan maka hakim
selalu & tidak pernah tidak melakukan penemuan
hukum.
Tahapan Tugas Hakim & Saat Penemuan Hukum
Dilakukan (Sudikno Mertokusumo).
1.Tahap Konstatir.
Disini Hakim mengkonstatir benar atau tidaknya
peristiwa yg diajukan (dilakukan secara logis).
Misal : benarkan A telah memecahkan
jendela rumah B, sehingga B menderita
kerugian ? Maka disini para pihak (dalam
perkara perdata) & Penuntut Umum (dalam
perkara pidana) yg wajib untuk
membuktikan melalui penggunaan alat-alat
bukti.
Dalam tahap Konstatir ini kegiatan Hakim
bersifat logis. Penguasaan hukum
pembuktian bagi hakim sangat dibutuhkan
dalam tahap ini.
2.Tahap Kualifikasi.
Disini hakim mengkualifisir termasuk
hubungan hukum apakah tindakan A tadi
benar (dikualifisir sebagai Perbuatan
Melawan Hukum/Pasal 1365 BW).
3.Tahap Konstituir.
Disini hakim menetapkan hukumnya
terhadap para pihak. Disini hakim meng
gunakan silogisme (menarik kesimpulan
dari premis mayor ke premis minor berupa
tindakan A memecahkan kaca B.
Hakim menemukan hukum melalui
sumber-sumber hukum yg tersedia &
bukan hanya dari UU saja tetapi bisa
melalui sumber hukum lain.
Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970
bahwa “Hakim sebagai penegak hukum
& keadilan wajib menggali, mengikuti &
memahami nilai-nilai hukujm yg hidup di
dalam masyarakat”.
Achmad Ali, Metode Penemuan Hukum oleh
Hakim dapat dibedakan menjadi :
1.Metode Interpretasi.
Melakukan penafsiran terhadap teks UU & masih
tetap berpegang pada bunyi teks UU tsb.
2.Metode Konstruksi.
Hakim menggunakan penalaran logisnya untuk
mengembangkan lebih lanjut suatu teks UU,
dimana Hakim tidak lagi berpegang pada bunyi
teks tsb (Hakim tidak boleh mengabaikan hukum
sbg suatu sistem)
Pitlo, membedakan 2 jenis penemuan
hukum :