Anda di halaman 1dari 83

HUKUM ACARA PERADILAN

MILITER

Oleh
Drs. Djasim Siswojo, SH, MH, MBA
MM.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER
• Adalah bagaimana cara :
1. Mengajukan perkara pidana yg pelakunya
militer di peradilan militer.
2. Melaksanakan Exsekusi putusan dan penetapan
serta peraturan lain dari peradilan militer.
3. Bagaimana memelihara dan mempertahan kan
hukum pidana militer dan peraturan per-
undangan yang lain berlaku bagi prajurit TNI contoh
KUH Pidana.
SUMBER TINDAKAN YG BERWAJIB

1. Adanya Laporan.
2. Pengaduan.
3. Tertangkap Tangan
4. Pengetahuan petugas umum.

BEDA LAPORAN DENGAN PENGADUAN


Laporan :
- Pemberitahuan adanya peristiwa Pidana
- Sedang.
- Akan
- Setelah terjadi peristiwa pidana.
- Tidak Bisa dicabut (tidak ada Landasan hukum)
Pengaduan ;
- Pemberitahuan.
- Setelah terjadi peristiwa Pidana
- Bisa Dicabut (lihat Pasal 74 & 75 KUH Pidana
PERBUATAN PIDANA
1. PERBUATAN PIDANA atau tindak pidana atau peristiwa
Pidana atau delic -> semua perbuatan yg oleh hukum
pidana di larang dan diancam dengan pidana.
2. Untuk menentukan apakah perbuatan itu perbuatan
pidana atau tidak harus ada landasan hukumnya.
3. ASAS LEGALITAS -> Tidak ada perbuatan yg dilarang
dan di ancam pidana jika tidak di tentukan lebih
dahulu dalam peraturan per-u2-an yaitu pasal 1 ayat 1
KUH Pidana
UNSUR-UNSUR PERBUATAN PIDANA
1. Ada perbuatan yg dilarang dan di ancam pidana
penjara contoh : Pembunuhan.
2. Ada kesalahan di sengaja dan kelalaian. Contoh:
sengaja menganiaya., kelalaian naik sepeda motor
nabrak orang cacat, mati.
3. Orang tsb dapat di pertanggung jawabkan atas
perbuatan nya contoh : orang gila diatur dalam
pasal 44 ayat (1) KUH Pidana “BS melakukan
perbuatan yg tidak dapat di pertanggung jawabkan
karena cacat jiwanya (gila) tidak di pidana.
JENIS-JENIS PERBUATAN PIDANA
1. Perbuatan pidana umum (commune delicta) ->
Hukum pidana yang berlaku bagi setiap
orang.termasuk Militer/TNI, contoh : KUH Pidana.
2. Perbuatan pidana khusus (delicta propia) ->
Hukum Pidana yg berlaku bagi orang tertentu yaitu
Perbuatan Pidana yang dilakukan oleh prajurit TNI,
contoh KUHP militer.
3. Contoh lainnya adalah ketentuan yg mengatur
Hukum Pajak. UU IT, UU Pabeanan.
PERBUATAN PIDANA MILITER KUH MILITER
1. Tindak pidana militer murni -> tindakan2 yang dilarang,
diharuskan dengan prinsip hanya dilanggar oleh seorang
militer karena keadaan yg bersifat khusus atau suatu
kepentingan militer dimana tindakan itu di tentukan sebagai
tindak pidana.
Contoh :
a. Seorang militer keadaan perang, sengaja menyerahkan
sebagian atau seluruh suatu Pos penjagaan kpd musuh tanpa
ada usaha mempertahankan diancam pasal 73 KUH Mil.
b. Kejahatan desersi diancam pasal 87 KUH Mil
c. Meninggal Pos penjagaan diancam pasal 118 KUH Mil
PERBUATAN PIDANA MIL CAMPURAN
2. Yaitu -> tindakan yg dilarang atau di haruskan yg pokoknya sudah
di tentukan didalam UU yang lain namun dalam KUH militer
karena ada sifat-sifat yg lsedang di perlukan ancaman pidana yg
lebih berat atau mungkin lebih berat LAGI ancaman kejahatan di
perberat karena KUH Pidana umum, di rasakan kurang memenuhi
Keadilan karena hal-hal khusus melekat pada seorang TNI/militer.
Contoh .
a. Seorang militer sengaja di persenjatai menjaga keamanan
malahan di pergunakan senjata untuk membrontak.
b. Seorang TNI bertugas patroli malah melakukan pencurian di
daerah yang di patrolinya.
SUBYEK TINDAK PIDANA MILITER
1. Militer atau anggota angkatan Perang.
a. Militer Sukarela (milsuk) -> setelah ia menanda tangani
surat ikatan dinas untuk waktu tertentu, masa pendidikan
pertama tidak masuk , sejak penanda tangan berlaku.
b. Militer wajib (milwa) -> berstatus militer dalam dinas
sejak mulai hari laporan datang di tentukan oleh
Komandan Kesatuan.
c. Sukarelawan lainnya - > keadaan perang masuk dinas
militer karena kesadaran sendiri, anjuran pemerintah,
terpanggil bela negara.
LANJUTAN SUBYEK TIPID TNI
2. Mereka yang disamakan dengan militer.
bukan berstatus militer arti sesungguhnya, hanya
dalam rangka penerapkan hukum pidana militer :
a. Militer wajib di luar dinas.
b. Milsuk non aktif dari dinas militer.
c. Bekas militer.
d. Seseorang yang memakai pangkat tituler ->
pemberian pangkat Tituler kepada Non milsuk atau
non milwa jabat militer bdsk UU/PP.
LANJUTAN SUBYEK TIPID MILITER
3. Anggota organisasi di persamakan Angkatan Perang Yaitu :
a. Tamtama ,Bintara dan Perwira Polri.
b. Anggota Linmas, Wankamra, Kamra dan Resimen
Mahasiswa.

yang berlaku Hukum pidana militer , hukum di siplin militer


oleh karena di periksa di Peradilan Militer. Atau Tugas2
Kemiliteran Contoh diikut sertakan tugas Di Timtim, Aceh
(GAM), Penumpas gerakan Pengaco GPM (Gerakan Papua
Merdeka).
HUKUMAN PIDANA BAGI TNI/ MILITER
1. HUKUMAN POKOK :
a. Hukuman mati.
b. Hukuman penjara.
c. Hukuman denda.
d. Hukuman kurungan.
e. Hukuman tutupan.

2. HUKUMAN TAMBAHAN :
a. Pemecatan dari Dinas militer tanpa pencabutan menjadi anggota
TNI.
b. Penurunan pangkat.
c. Pencabutan hak-haknya.
KEJAHATAN-KEJAHATAN DAPAT DI PIDANA

1. Kejahatan terhadap keamanan Negara.


2. Kejahatan mengenai ketidak hadiran tanpa
ijin.
3. Kejahatan terhadap pengabdian.
4. Kejahatan tentang pelbagai kejahatan dinas.
5. Pencurian dan penadahan.
6. Merusak membinasakan atau menghilangkan
barang-barang keperluan Angkatan perang.
KETENTUAN YG HARUS DI PATUHI
1. Tap MPR-RI Nomor : VI/MPR/2000 tentang pemisahan
TNI dan Polisi Negara RI.
2. Tap MPR-RI Nomor : VII/MPR/2000 Tentang Peran TNI
dan Polisi Negara RI.
3. UU Nomor : 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Pasal 65 ayat (2) -> Prajurit TNI tunduk kepada
kekuasaan peradilan militer dalam hal melakukan
pelanggaran/kejahatan tindak pidana militer dan tunduk
pada kekuasaan peradilan Umum bila melakukan
pelanggaran/ kejahatan tindak pidana umum.
WEWENANG POLMIL, ANKUM, PAPERA
Memeriksa dan membuat berita Acara pemeriksan meliputi :
1. Memanggil dan Pemeriksaan Saksi-saksi.
2. Pemeriksaan para Tersangka/ Tersangka lainnya.
3. Penangkapan
4. Penahanan.
5. Penggledahan.
6. Penyitaan .
7. Pemeriksaan Surat-surat.
8. Otopsi/VER.
9. Pemeriksaan di TKP.
10.Pelaksanaan penetapan Putusan dalam Peradilan militer/umum.
11.Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan UU.
TERTANGKAP TANGAN
• Sedang melakukan tindak pidana.
• Dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana dilakukan.
• Sesaat kemudian diserukan kalayak ramai dia adalah pelaku
nya.
• saat kemudian di temukan benda yang di duga keras digunakan
untuk melakukan perbuatan pidana dan mereka adalah :
• a. Pelakunya.
• b.Turut melakukan.
• c. Membantu melakukan atau bersama-sama melakukan
perbuatan pidana.
PROSEDUR PENANGKAPAN
• Dilakukan oleh penyidik.
• Tersangka diluar kesatrian ANKUM dapat di lakukan oleh idik setempat atas
permntaan idik yg menangani perkaranya.
• Harus ada surat perintah Kap seseorang yg di duga keras lakukan Tindak pid bsk
bukti permulaan cukup.
• Terangka pelaku pelanggaran tidak dilakukan penangkapan kecuali sudah di
panggil secara sah 2 (dua) kali berturut-turut tidak hadir tanpa alasan sah.
• Penangkapan berlaku 1 hari dan kap harus sebut identitas Tsk sebut alasan
uraian singkat kejahatan yang disangkakan dan tempat ia di periksa.
• Kap Tangan tidak pakai surat perintah harus segera Tsk diserahkan dan BB kepada
Penyidik.
• Tembusan surat perintah penangkapan kepada Keluarganya sesudah
penangkapan dilakukan.
• Penyidik wajib laporan kepada ANKUM atasan nya.
PENAHANAN
• Untuk penyidikan oleh ANKUM dengan Skep
penahanan Tsk paling lama 20 hari.
• Untuk kepentingan pemeriksaan dapat di per panjang
oleh PAPERA dengan Skep untuk setiap kali 30 hari
dan paling lama 180 hari.
• Sebelum berakhir penahanan bila pemeriksa an untuk
kepentingan sudah dipenuhi maka TSK harus
dikeluarkan dari tahanan.
• Sesudah 200 hari TSK harus sudah di keluarkan dari
tahanan demi Hukum.
ALASAN PENAHANAN
• Diduga keras melakukan Tinpid bdsk bukti cukup.
• Dikawatirkan akan melarikan diri.
• Merusak dan menghilangkan barang bukti.
• Mempersulit pemeriksaan.
• Mengulangi Tinpid lagi.
• Membuat keonaran.

3 (Tiga) jenis penahanan :


- Penahanan Kota.
- Penahanan Rumah.
- Penahanan Rutan ( Lapas Mil ).
PENANGGUHAN PENAHANAN
• Atas permintaan Tsk Ankum atau Papera
sesuai kewenangan masing-masing atas saran
polisi Militer, oditur dapat melakukan
penangguhan dengan syarat2 di tentukan.
• Karena jabatan Ankum atau Papera sewaktu-
waktu mencabut penangguhan penahanan
dalam hal tersangka melakukan pelanggaran
persyaratan yang di tentukan.
PENGGLEDAHAN
• Untuk kepentingan penyidikan penyidik dapat melakukan :
a. Penggledahan rumah.
b. Penggledahan pakaian.
c. Penggledahan badan.
• Dilakukan atas perintah Komandan/penyidik yang menangani perkara.
• Disaksikan 2 orang saksi dalam hal Tsk & penghuni menyetujui, Tsk tidak hadir , penghuni
menolak disaksikan Kades/Lurah/Ketua lingkungan disaksikan 2 orang saksi.
• Penggledahan dilakukan dalam kesatrian/asrama TNI seizin Komandan/Ka
Kesatrian/pimpinan asrama disaksikan 2 orang saksi.
• 2 hari setelah memasukki dan/atau gledah rumah buat BAP, salinan untuk
penhuni/pemilik rumh/DAN/Ka Kesatrian/pimpinan asrama.
• Keadaan sangat perlu/mendesak penyidik harus segera bertndak yang tidak munkin
medapatan Sprin penggledahan setelah melakukan penggledahan laporan ke Pengadilan.
• Memeriksa dan sita surat2 ,buku, dan tulisa n lain dan benda2 yang digunakan melakukan
tindak pidana
KECUALI TERTANGKAP TANGAN
Maka Penyidik dapat :
1. Memasuki Ruang yang sedang berlangsung Sidang:
- MPR.
- DPR.
- DPRD.
2. Tempat sedang berlangsung ibadah atau upacara
keagamaan.
3. Ruang sidang sedang berlangsung sidang Pengadilan.
4. Tempat lingkungan TNI untuk kepentingan pertahanan
keamanan negara tidak bebas dimasuki.
PENYITAAN
• Untuk kepentingan penyidikan maka penyidik dapat melakukan penyidikan.
• Pelaksanaan Penyitaan dilakukan Penyitaan.
• Keadaan sangat perlu da mendesak harus segera bertindak yang tidak mungkin dapat
Sprin maka dapat dilakukan penyitaan lebih dahulu atas benda bergerak dan wajib
melaporkan kepada atasan penyidik yang berwenang yang keluarkan Sprin Penyitaan
untuk memperoleh persetujuan.
• Yang dapat disita adalah :
a. Benda atau Tagihan Tsk seluruhnya atau sebagian diduga diperoleh dari Tindak Pidana
atau hasil Tinpid.
b. Benda yang sudah dipergunakan secara langsung untuk melakukan Tinpid atau untuk
mempersiapkannya.
c. Benda untuk dipergunakan menghalang-halangi penyidikan Tinpid.
d. Benda khusus dibuat atau di pergunakan melakukan Tinpid.
e. Benda2. lain yang mempunyai hubungan langsung dengan Tinpid yang dilakukan.
f. Benda2 berada dalam perkara Perdata/karena pailit disita untuk kepentingan penyidikan
PEMERIKSAAN ATAU OTOPSI MAYAT
1. Pemeriksaan mayat, otopsi, Visum et repertum
atas permintaan dokter kehakiman.
2. Disampaikan kepada keluarganya dalam waktu 2
hari setuju atau tidak kalau tidak setuju maka
penyidik menjelaskan untuk kepentingan pemerikaan
bila tetap tidak setuju tetap dilaksanakan otopsi.
3. Penggalian kuburan tetap pemberitauan keluarganya
bila tidak setuju maka sesuai tersebut titik 2 keluarga
di beri tembusan.
PENYERAHAN BERKAS PERKARA KE ODITUR
MILITER
1. Berkas Perkara ke Oditur selaku penuntut dalam
jangka waktu 14 hari tdk di kembalikan atau ada
pemberitahuan udah lengkap dari oditur militer
berarti P-21.
2. Penyerahkan Tersangka dan Barang Bukti ke Oditur
militer.
3. Membuat surat dakwaan dan pelimpahan perkara
ke Pengadilan militer untuk di adili diperiksa para
saksi2 dan para tersangka dan mohon putusan.
JENIS-JENIS PERADILAN MILITER
• 1. PERADILAN MILITER
• 2. PERADILAN MILITER TINGGI
• 3. PERADILAN MILITER UTAMA.
• 4. PERADILAN MILITER PERTEMPURAN

• Peradilan Militer - > yg menerima, memeriksa dan


memutus perkara yg pelakunya berpangkat Kapten
kebawah anggota militer atau yang
• Disamakan dengan militer atau wajib di adili di Peradilan
Militer.
LANjUTAN JENIS - JENIS
• PERADILAN MILITER TINGGI - > yang menerima, memeriksa
dan memutus perkara yang dilakukan oleh prajurit yang
berpangkat mayor keatas atau di samakan dengan militer
atau yang harus diadili di Peradilan militer Tinggi.
• Memeriksa memutus perkara tingkat banding yang perkara
pidana di putus peradilan militer dalam daerah hukumnya.
• Memeriksa, memutus tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara pengadilan dalam daerah
hukumnya.
• Memeriksa dan memutus & menyelesaikan sengketa TUN
Tentara Nasional Inonesia .
PERADILAN MILITER UTAMA
• Memeriksa ,memutus tingkat banding perkara pidana & sengketa TUN oleh tingkat
peradilan Pertama dan pengadilan militer tinggi yang di mintakan banding.
• Memeriksa,memutus tingkat pertama dan terakhir semua sengketa wewenang
mengadili :
• a. Antar peradilan militer yg berkedudukan di daerah hukum peradilan Militer Tinggi yang
berlainan.
• b.Antar pengadilan militer Tinggi.
• c. Antar peradilan Militer Tinggi dan Per. Militer
• Sengketa :
• a. Bila 2 pengadilan atau lebih menyatakan dirinya ber wenang mengadili perkara yang
sama.
• b. Bila 2 pengadilan atau lebih yg menyatakan dirinya tidak berwenang mengadili perkara
yang sama.
• Memeriksa , memutus perbedaan pendapat antara PAPERA dan ODITUR tentang diajukan
atau tidaknya perkara kepada peradilan militer atau dalam lingkunan peradilan Umum
WAS PER MIL UTAMA
1. Pengawasan peradilan disemua lingkungan Per Mil, Per Mil
Ti, Per Mil Pertempuran dan tingkah laku perbuatan para
Hakim melaksanakan tugasnya
2. Untuk meminta keterangan tentang hal2 teknis di Per
Mil,Per Mil Ti dan Per Mil tempur.
3. Beri petunjuk teguran, peringatan pandang perlu baik
Permil, Permilti dan Permilpur.
4. Was tsb tidak mengurangi kebebasan hakim memeriksa dan
putuskan perkara.
5. Meneruskan perkara dimohonkan kasasi , PK ke Mahkamah
Agung, Grasi ke Presiden .
PERADILAN MILITER PERTEMPURAN

• Memeriksa dan memutus pada tingkat


pertama terakhir perkara pidana yang dilaku
kan oleh prajurit Mil atau mereka yang di sama
kan atau mereka yang harus di adili di peradil
an Milier.
• Peradilan Militer pertempuran bersifat mobil
yaitu mengikuti gerakan pasukan dan
berkedudukan dan berdaerah hukum di
daerah pertempuran.
ALAT BUKTI PASAL 172

1. Keterangan saksi.
2. Keterangan ahli.
3. Keterangan terdakwa.
4. Surat.
5. Petunjuk.

Hal2 yang secara umum sudah di ketahui tidak


perlu di buktikan.
ACARA RIKSAAN DI PER MIL

1. Acara pemeriksaan biasa.


2. Acara pemeriksaan koneksitas.
3. Acara pemeriksaan khusus.
4. Acara pemeriksaan cepat.

URUTAN PERSIDANGAN :
0. Majelis Hakim.
1. Sidang dibuka dan terbuka untuk umum. Kecuali Kasus A Susila atau Kasus2
Anak dan Keamanan Negara.
2.Identitas Terdakwa. Dan didampingi penasehat hukum.
3. Pembacaan Surat Dakwaan oleh Jaksa militer (otmil).
4. Exsepsi Penasehat Hukum.
LANJUTAN
5. Tanggapan jaksa (oditur militer) terhadap Exsepsi PH.
6. Putusan Sela.
7. Pemeriksaan saksi2 dan barang bukti.
(saksi2 yg memberatkan atau De Charge) dari jaksa militer.
8. Pemeriksaan Saksi2 yg meringankan (A De charge) dari PH.
9. Pemeriksaan Terdakwa.
10.Tuntutan Pidana (Requisitoir)’-> Jaksa militer.
11. Pledoi (Pidato Nota pembelaan) -> Penasehat Hukum.
12. Reflik jaksa militer
13. Duflik Penasehat Hukum (PH).
14. Vonis (putusan)
WEWENANG PERADILAN MILITER :
1. Permil. Permilti setelah menerima pelimpahan
perkara maka Oditur militer/ormilti kepala
Permil/Permilti segera pelajari apa perkara
masuk wewenangnya atau tidak.
2. Bila tidak masuk wewenangnya buat penetapan
dengan memuat alasan kemudian di kembalikan
berkas ke Otmil/otmilti untuk di limpahkan
kepada otmil/otmilti yang berwenang.
3. Otmil/otmilti yang bersangkutan sampaikan
penetapan tersebut dan berkas kepada
otmil/otmilti di daerah hukum Permil/Permilti
lainnya yang tersebut dalam penetapan.
ACARA RIKSAAN BIASA
1. Hari sidang di tentukan oleh hakim yang memeriksa
perkara.
2. Hakim ketua membuka sidang, dinyatakan sidang terbuka
untuk umum kecuali perkara a susila tertutup umum.
3. Untuk perkara rahasia mil , rahasia negara hakim ketua
sidang tertutup untuk umum.
4. Riksaan sidang dilakukan secara lisan dengan bahasa
mudah di mengerti Terdakwa dan saksi.
5. Bila tidak paham bhs indonesia, bisu, tuli maka hakim
ketua tunjuk juru bhs sebelumnya di sumpah.
LANJUTAN KE - 1
6. Hakim ketua wajib jaga pertanyaan yang berakibat
terdakwa atau saksi menjawab tidak bebas.
7. Untuk perkara desersi terdakwa tidak di temukan riksa
dapat dilaksanakan tanpa hadirnya terdakwa.
8. Hakim ketua terdakwa di panggil ke ruang sidang
dengan pengawalan tapi dalam keadaan bebas.
9. Terdakwa dipanggil secara sah tidak datang tanpa
alasan maka hakim memerintahkan oditur terdakwa
dihadirkan paksa pada sidang berikutnya.
10. dstnya.
PENUNTUTAN & PEMBELAAN

1. Riksaan selesai maka oditur mengajukan tuntutan pidana.


2. Dari tuntutan pidana oditur maka terdakwa/penasehat
hukum ajukan pembelaan kemudian dijawab oditur untuk
terdakwapenasehat hukum mendapat giliran terakhir.
3. Jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis/lisan
oleh oditur reflik dan dijawab oleh PH duflik’. Hal tersebut
dicatat BA persidangan.
4. Hakim ketua setelah semua dianggap selesai maka
pemeriksaan di nyatakan ditutup.
MUSYAWARAH & PUTUSAN
Musyawarah merupakan hasil permufakatan bulat
kecuali sudah diusahakan dengan sungguh2 tidak
berhasil maka berlaku ketentuan :
a. Putusan diambil dengan suara terbanyak.
b. Bila suara terbanyak tidak dapat dicapai. Maka
putusan adalah pendapat hakim yang paling
menguntungkan Terdakwa.
Pengambilan putusan dimasukkan/dicatat dalam buku
himpunan putusan yang tersedia., dan putusan di
sampaikan kpd oditur,Terdakwa dan PH nya.
HAKIM TIDAK BOLEH MEMUTUS
1. Hakim MILITER (Kim Mil) tidak boleh jatuhkan pidana
penjara kepada Prajurit TNI/Militer tanpa ada bukti
sama sekali .
2. Harus ada bukti sekurang-kurangnya 2 (dua) alat
bukti yang sah.
3. Hakim dalam memutus perkara yang di tangani harus
memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana itu
harus benar-benar terjadi.
4. Bahwa terdakwa adalah yang bersalah melakukan
perbuatan pidana.
PUTUSAN HAKIM

1. Putusan bebas ( Vryspraak).


2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang
menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan
hukum. (Ontslag van Rechts Vervolging).
3. Penjatuhan Hukuman (Verordeling).

Putusan tersebut hanya sah dan mempunyai kekuatan


hukum apabila di ucapkan di sidang yang terbuka untuk
umum.
ARTI PUTUSAN
• Putusan Bebas -> pengadilan berpendapat bahwa
hasil pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa
a ternyata tidak terbukti secara sah dan
menyakinkan maka terdakwa di putus bebas.
• Putusan Lepas-> pengadilan berpendapat bahwa
perbuatan yg di dakwakan kepada Terdakwa
terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan
perbuatan pidana oleh sebab itu Terdakwa di
putus lepas dari segala tuntutan hukum
LANJUTAN PUTUSAN HAKIM
• Untuk putusan bebas dan lepas , bila perbuatan yang
dilakukan Terdakwa menurut penilaian Hakim adalah
tidak layak terjadi dalam ketertiban atau disiplin Prajurit
TNI maka Hakim memutus perkara dikembalikan untuk
diselesaikan secara Hukum disiplin kepada
PAPERA/ANKUM.
• PENGHUKUMAN -> pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan perbuatan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya terbukti scara sah &
menyakinkan maka pengadilan menjatuhkan hukuman
pidana penjara.
PERKARA YG KADALUARSA
1. Kejahatan/pelanggaran percetakan kadaluarsa 1
tahun.
2. Yang diancam denda dan pidana kurungan kurang 3
tahun kadaluarsa 6 tahun.
3. Semua kejahatan yg diancam pidana penjara lebih 3
tahun kadaluarsa 12 tahun.
4. Semua kejahatan yg diancam dengan hukuman mati
atau seumur hidup kadaluarsa 18 tahun.
Bila masing-masing sudah Kadaluarsa maka tuntutan
pidana tidak di benarkan.
ACARA RIKSAAN KONEKSITAS
1. Tipid dilakukan bersama-sama bagi mereka yang masuk yustisiabel
Per Mil dan Per umum di periksa dan diadili di Per Umum kecuali
menurut Menhankam dengan persetujuan Menkumham perkara
diadili di lingkungan Per militer.
2. Penyidikan dilakukan oleh tim tetap yang terdiri dari POM, Oditur,
Polri dan Kejaksaan.
3. Maka Tim tersebut di bentuk dengan surat keputusan bersama
Menhan dan Menkumham.
4. Sil penelitian bersama oleh jaksa/jaksa tinggi dan oditur militer maka
di tuangkan dalam BA yang di tanda tangani masing-masing,bila hasil
penelitian sama pendapat maka diadili di pengadilan umum/mil
maka jaksa melaporkan ke jaksa Agung atau oleh Oditur militer ke
Oditur jendral.
LANJUTAN RIKSAAN KONEKSITAS
5. Titik berat pada kepentingan umum harus diadili
peradilan umum Perwira penyerah Perkara (Papera)
buat Skep penyerahan perkara kepada Penuntut umum
melalui otmil hal tsb di jadikan dasar ajukan ke PN.
6. Bila kerugian titik berat kerugian militer maka harus
diadili di Peradilan militer, pendapat tadi di jadikan
dasar otjen TNI usul menteri Kumham dikeluarkan Skep
untuk diadili di Permil.
7. Skep tadi dijadikan dasar Papera dan oditur mil/Ti
untuk menyerahkan perkara kepada Permil tinggi.
LANJUTAN KE -1
8. Bila diajukan ke PN BAP yang dibuat ole Tim dibubuhi catatan
oleh Penuntut umum ajukan perkara bahwa BA tsb telah diambil
alih olehnya.
9. Ketentuan titik 8 berlaku bagi oditur bila perkara tsb diajukan ke
permil.
10. Bila penelitian ada beda pendapat antara PU dan Oditur maka
mereka masing2 laporkan pendapat tertulis serta berkas perkara
melalui jaksa tinggi ke Jagung dan kepada Orjen TNI.
11. Jagung dan Orjen musyawarah untuk ambil putusan guna
mengakhiri pendapat, bila masih beda pendapat maka pendapat
Jagung yang menentukan. Dan bila diadili perum dan permil
maka hakim harus dipakai hakim yang seimbang.
ACARA RIKSAAN KHUSUS
1. Dilaksanakan oleh peradilan militer pertempuran yang
memeriksa dan memutus perkara pidana tingkat
pertama dan terakhir.
2. Permil pertempuran yang memerika dan memutus
perkara pidana di daerah pertempuran.
3. Atas putusan hukuman terdakwa dan oditur militer
ajukan kasasi.
4. Pembuktiannya adalah bdsk pengetahuan hakim sbg
salah satu bukti dan BB cukup dibuktikan dengan
adanya SUKET yang di buat atas sumpah jabatan ybs.
LANJUTAN KE-1
5. Eksekusi Permil pertempuran yg tidak memuat
hukuman mati tidak tdk tertunda karena permohonan
grasi.
6. Bila di hukum mati pelaksanaan baru dilakukan sesudah
presiden ambil putusan soal grasi yang bersangkutan.
7. Berkas diajukan kepada permil utama sesudah
mendengar pendapat orjen TNI memberikan pendapat
kepada Presiden.
8. Putusan Permil pertempuran diucapkan sidang terbuka
untuk umum.
ACARA RIKSAAN CEPAT
1. Hanya kasus pelanggaran tertentu yaitu lalin.
2. Pelanggaran tsb tidak perlu BAP cukup berita acara
lalin (Tilang).atau Balang lalin.
3. Permil /Permilti mengadili dengan hakim tunggal di
lakasanakan paling lambat 7 hari sesudah
pelanggaran di terima.
4. Putusan dijatuhkan meskipun terdakwa tidak hadir
sidang,
5. Kalau dijatuhi hukuman pidana perampasan
kemerdekaan terdakwa dapat ajukan banding.
LANJUTAN
6. Dalam waktu 7 hari sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada
terdakwa dapat ajukan perlawanan kepada pengadilan yang jatuhkan
putusan.
7. Dengan perlawanan maka putusan di luar hadirnya terdakwa menjadi
gugur.
8. Hal tsb oleh Panitra beritahukan kepada oditur tentang perlawanan maka
hakim menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara itu.
9. Bila putusan sesudah diajukan perlawanan berupa pidana terhadap
putusan tersebut terdakwa dapat banding.
10. Acara cepat hakim dapat menjatuhkan putusan bdsk keyakinan
didukung 1 alat bukti yang sah dan pengembalian barang sitaan dilakukan
tanpa syarat sesudah putusan bila terdakwa memenuhi amar putusan.
BANTUAN HUKUM
1. Pembelaan TSK atau berhak mendapat bantuan Hukum di
semua tingkat pemeriksaan bantuan tsb di utamakan dari
dinas bantuan HUKUM TNI.
2. Hal tsb diatur dalam atas dasar keputusan Panglima.
3. PH mendampingi TSK dan TDK di tingkat pemeriksaan
pengadilan harus atas perintah atau seijin PAPERA atau
pejabat yang di tunjuk.
4. PH yg mendampingi TDK dipersidangan perkara koneksitas
harus seijin Kepala Pengadilan.bagi terdakwa yang diancam
pidana mati atau penjara 15 tahun atau lebih PAPERA wajib
tunjuk PH dan bantuan itu cuma2.
UPAYA HUKUM BANDING
1. Yang berhak adalah TERDAKWA dan Oditur terhadap
putusan tingkat pertama kecuali putusan bebas dan lepas
dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang
tepatnya peraturan hukum dan putusan pidana
perampasan kemerdekaan untuk acara cepat.
2. Permintaan banding melalui diterima oleh panitra
Pengadilan tingkat pertama jangka waktu 7 hari sesudah
putusan dijatuhkan/diberitahukan kpd terdakwa saat hadir.
3. Panitera dilarang menerima permintaan banding putusan
tidak bisa di banding atau waktunya berakhir dan
melakukan penolakan dengan akta penolakan.
LANJUTAN BANDING KE-1
4. Permintaan Banding yang perkara di putus tanpa
hadirnya terdakwa diajukan dalam waktu 7 hari sesudah
putusan diumumkan.
5.Panitra buat suket permohoan banding ditanda tangani
olenya salinan diberikan kpd ybs.
6.Dalam pengadilan tingkat pertama menerima permintaan
banding baik yg diajukan oleh Oditur dan terdakwa
panitra wajib beritahukan kepada pihak yang lain.
7. Bila jangka waktu sudah lewat tanpa ajukan banding
berarti ybs menerima putusan
LANJUTAN KE- 2
8. Perkara banding belum di putus oleh peradilan tingkat
banding sewaktu-waktu permintaan banding dapat di
cabut bila dicabut tdk dapat diajukan lagi.
9. Bila perkara udah di periksa tetapi belum di putus
maka pemohon mencabut permohonan dibebani
biaya perkara yang sudah dikeluarkan pengadian.
10.Paling lambat 14 hari sejak permintaan banding
diajukan panitra kirim salinan putusan tingkat pertama
dan berkas Perkara serta BB ke pengadilan tingkat
banding.
LANJUTAN KE -3
11. Selama 7 hari sebelum pengiriman berkas perkara ke
pengadilan tinggi, pemohon banding wajib di beri
kesempatan untuk mempelajari berkas perkara di
pengadilan pertama.
12. Pemohon banding akan mempelajari berkas perkara di
pengadilan Tinggi kepadanya wajib diberi kesempatan
untuk secepatnya 7 hari sesudah berkas perkara diterima
oleh pengadilan tinggi.
13.Setiap pemohon banding wajib diberi kesempatan untuk
sewaktu-waktu meneliti keaslian berkas perkara yang ada
di pengadilan tinggi.
LANJUTAN KE-4
14. Selama pengadilan tinggi belum mulai memeriksa suatu
perkara baik Terdakwa/kuasa hukumnya maupun oditur dapat
menyerahkan memori banding atau kontra memori banding
kepada Pengadian Tinggi.
15. Pemeriksaan di pengadilan tinggi atas dasar : berkas perkara
yang di terima, BAP dari penyidik, BAP pemeriksaan di
persidangan serta surat-surat yang timbul di persidangan yg
berhubungan dengan perkara itu dan putusan pengadilan
pertama.
16. Wewenang penahanan oleh Pengadilan tingkat tinggi sejak
saat diajukan permintaan banding. Membuat memori banding
dan pihak lawan buat kontra memori.
LANJUTAN KE-5
17. Waktu 3 hari di pelajari oleh pengadilan tinggi apa tetap
ditahan atau tidak atau karena permintaan terdakwa.
18. Hakim , panitra, yang putus kan di pengadilan pertama
dalam kasus yang sama maka dilarang memeriksa
mengadili perkara sama.
19. Bila pengadilan tinggi berpendapat pemeriksaan tingkat
pertama ternyata ada kelalaian dalam penerapan hukum
acara, atau kekeliruan atau ada yang kurang lengkap
peradilan tinggi dengan putusan memerintahkan
pengadilan Tingkat pertama untuk memperbaiki atau
pengadilan tinggi melakukan pemeriksaan sendiri.
LANJUTAN KE-6
20. Pengadilan tinggi mengambil putusan : menguatkan atau
mengubah atau membatalkan putuan pengadilan tingkat
pertama.
21. Salinan putusan pengadilan tinggi serta berkas perkara dalam
waktu 7 hari sesudah putusan dijatuhkan di kirim kepada
pengadilan pertama.
22. Isi putusan segera di beritahukan kpd Terdakwa, oditur oleh
panitra pengadilan pertama selanjutnya pemberitahuan dicatat
dalam salinan pengadilan tinggi.
23. Terdakwa tinggal di luar wilayah hukum pengadilan pertama di
sampaikan lewat panitra di wilayah hukum terdakwa tinggal
tentang isi putusan kepadanya.
UPAYA HUKUM BIASA ( KASASI )
1. Yang berhak adalah terdakwa dan oditur militer ke
mahkamah agung terhadap putusan pengadilan
tinggi dan pengadilan tingkat pertama dan terakhir
kecuali putusan bebas dari segala dakwaan.
2. Permohonan kasasi disampaikan lewat panitra
pengadilan pertama dalam jangka waktu 14 hari
sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi.
3. Permintaan kasasi melalui panitra secara tertulis dan
di catat dalam daftar yang di lampirkan pada berkas
perkara.
LANJUTAN KE -1
4. Permintaan kasasi baik yang diajukan oleh Terdakwa
maupun oditur panitra wajib memberitahukan permintaan
tersebut kepada pihak kesatu kepada yang lainnya.
5. Bila jangka waktu sudah lampau tanpa ajukan
permohonan kasasi yang bersangkutan dianggap
menerima putusan.
6. Pemohon kasasi terlambat ajukan permohonan kasasi
maka hak nya gugur.
7. Panitra mencatat dan membuat akta mengenai hal
tersebut serta melekat pada akta pada berkas perkara.
LANJUTAN KE-2
8. Selama perkara permohonan kasasi belum di putus oleh MA
permohonan kasasi sewaktu-waktu dapat dicabut maka kalau
sudah di cabut permohonan kasasi tidak dapat diajukan kembali.
9. Bila pencabutan dilakukan sebelum perkara di kirim ke MA maka
berkas perkara tidak jadi di kirim ke MA.
10. Bila perkara sudah mulai di periksa MA tapi belum di putus,
pemohon mencabut permohonan kasasi maka pemohon di
bebani biaya perkara yang sudah di keluarkan oleh MA hingga
saat pencabutan.
11. Permohonan kasasi hanya berlaku 1 (satu) kali (KUHAP). Akan
tetapi atas dasar Putusan MK boleh lebih satu Kali.
LANJUTAN KE-3
12. Pemohon kasasi wajib ajukan memori kasasi yang memuat apa
alasan kasasi dengan jangka waktu 14 hari sesudah putusan MA
diberitahukan mengajukan permohonan kasasi dan sudah
menyerahkan kpd panitra dan diberi tanda terima.
13. Bila tenggang waktu pemohon terlambat menyerahkan
memori kasasi maka hak mengajukan permohonan kasasi gugur.
14. Salinan memori kasasi yang diajukan salah satu pihak maka
oleh panitra menyampaikan kepada pihak lainnya berhak
mengajukn kontra memori kasasi.
15. Tenggang waktu 14 hr panitra menyampaikan salinan kontra
memori kasasi kepada pihak semula ajukan memori kasasi.
LANJUTAN KE-4
16. Penambahan memori kasasi dan kontra memori
kasasi di beri kesempatan untuk mengajukan
penambahan dalam jangka waktu 14 hari.
17. Tambahan tersebut di serahkan kepada panitra
pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi dan
terakhir.(memori Kasasi mutlak harus dibuat)
18. Paling lambat 14 hari permohonan kasasi
selengkapnya oleh panitra pengadilan militer pertama
dan pengadilan militer pertama dan terakhir segera
disampaikan melalui pengadilan militer utama.
LANJUTAN KE- 5
19. Sesudah panitra Permil Utama menerima berkas perkara
kasasi ia wajib segera menyampaikan berkas perkara
kepada MA.
20.Sesudah pengadilan pertama menerima memori kasasi
dan/atau kontra memori kasasi ia wajib segera kirim berkas
perkara ke MA melalui Permil Utama.
21. Sesudah permil Utama menerima memori dan kontra
memori kasasi ia wajib segera menyampaikan kepada MA.
22. Sesudah panitra MA menerima berkas perkara ia seketika
catat dalam buku agenda surat , buku register perkara dan
kartu petunjuk.
LANJUTAN KE - 6
23. Buku register perkara , wajib di kerjakan, di tutup dan di
tanda tangani oleh panitra pada setiap hari kerja dan
untuk di ketahui di tanda tangani karena jabatan oleh
Ketua MA.
24. Ketua MA berhalangan penanda tangan dilakukan oleh
Wakil Ketua MA bila berhalangan di tunuk hakim anggota
tertua dalam jabatan dengan Skep ketua MA.
25. Selanjutnya Panitra MA mengeluarkan Surat bukti
penerimaan asli di kirim kpd panitra pengadilan tingkat
pertama atau pengadilan tingkat pertama dan terakhir
sedangkan salinan di kirim kepada para pihak.
LANJUTAN KE- 7
26. Hubungan keluarga antara hakim dan/atau panitra pada semua
tingkatkan dalam hal mengadili perkara yang sama di larang.
27. Hakim pada pengadilan tingkat pertama atau pengadilan tingkat
pertama dan terakhir atau banding kemudian sudah jadi hakim
panitra MA dilarang bertindak menangani perkara yang sama pada
tingkat kasasi.
28. MA dapat menentukan :

a. apa benar suatu peraturan hukum tidak di terapkan sebagaimana


mestinya,
b. apa benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut UU dan
c. apa benar pengadilan sudah melampaui batas kewenangannya.
LANJUTAN KE -8
29. Di pandang perlu untuk kepentingan pemeriksaan maka MA
dapat mendengar langsung keterangan terdakwa saksi2 ., oditur
menjelaskan secara singkat kepada mereka tentang apa yang
ingin di ketahuinya atau MA perintahkan Pengadilan untuk
mendengar keterangan mereka dengan pemanggilan yang sama
dan untuk wewenang penahanan beralih ke MA sejak diajukan
permohonan kasasi.
30. 3 hr sejak terima berkas perkara MA wajib pelajari dan
tetapkan apakah terdakwa di tahan atau tidak karena jabatan
maupun permintaan Terdakwa dalam hal terdakwa tetap
ditahan dalam jangka waktu 14 hari sejak penetapan MA wajib
memeriksa perkaranya, hal ini berlaku kasasi.
LANJUTAN KE - 9
31. Mengenai hukumnya MA dapat memutus menolak atau
mengabulkan permohonan kasasi.
32. Putusan dibatalkan karena peraturan hukum tidak
diterapkan atau diterapkan tidak sebagai mana mestinya,
MA mengadili sendiri perkara tersebut.
33. Putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan UU, MA menetapkan
disertai petunjuk spy pengadilan memutus perkara ybs di
periksa lagi mengenai bagian yg dibatalkan atau bdsk
alasan tertentu MA menetapkan perkara tsb di periksa
oleh pengadilan setingkat yang lain.
LANJUTAN KE - 10

34. Putusan di batalkan karena pengadilan atau


hakim ybs tidak berwenang mengadili perkara
tsb MA menetapkan pengadilan atau hakim lain
mengadili perkara tsb.
35. MA mengabulkan permohonan kasasi maka
MA membatalkan putusan pengadilan yang
dimintakan kasasi tersebut maka berlaku pasal
242 diatas.
UPAYA HUKUM LUAR BIASA KE MA DKH
1. Terhadap semua putusan yang sudah memperoleh
kekuatan hukum tetap , Pemeriksaan DKH dapat diajukan
satu kali oleh Oditur Jendral.
2. Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh
merugikan pihak yang berkepentingan.
3. Disampaikan tertulis oleh orjen kpd MA melalui panitra
pengadilan yang memutus perkara pengadilan militer
pertama disertai risalah yang memuat alasan permintaan
itu.
4. Salinan risalah oleh Panitra segera disampaikan kepada
pihak yang berkepentingan.
LANJUTAN
5. Kepala pengadilan militer yang bersangkutan segera
meneruskan permintaan itu kepada MA melalui
Peradilan militer Utama.
6. Salinan putusan kasasi demi kepentingan hukum
oleh MA di sampaikan kepada Orjen dan kepada
Pengadilan militer yang bersangkutan dengan di
sertai berkas perkara.
7. Ketentuan yang dimaksud dalam pasal 230 ayat (2)
dan (4) berlaku juga bagi pemeriksaan tingkat kasasi
demi kepentingan hukum.
PENINJAUAN KEMBALI (PK) KE MA
1. Terhadap putusan pengadilan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas atau lepas
dari segala tuntutan hukum.
2. Yang berhak adalah terpidana atau ahli warisnya dan dapat
mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada MA.
3. Mengajukan PK dengan alasan :
a. Terdapat keadaan yang baru yang menimbulkan dugaan kuat
bila keadaan itu sudah di ketahui waktu sidang masih
berlangsung maka hasilnya akan berupa putusan bebas
atau lepas atau tuntutan oditur tidak dapat di terima atau
ditetapkan putusan yang lebih ringan.
LANJUTAN KE - 1
b. Bila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa
sesuatu sudah terbukti, tetapi hak atau keadaan sebagai
dasar dan alasan putusan yang dinyatakan sudah terbukti
ternyata bertentangan satu dengan yang lain.
c. Bila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
4. Atas dasar alasan yang sama terhadap suatu putusan
pengadilan yang sudah diperoleh kekuatan hukum tetap,
oditur dapat mengajukan PK bila dalam putusan suatu
perbuatan yg didakwakan terbukti tidak diikuti
pemidanaan.
LANJUTAN KE- 2
5. Permitaan PK oleh Pemohon diajukan kpd Panitra
permil/permilti yang memutus perkara di sertai alasan
yg jelas.
6. Permintaan PK tidak di batasi tenggang waktu.
7. Kepala Permil/permilti segera mengirim surat
permintaan PK dengan Berkas perkara ke MA melalui
Permilut di sertai catatan penjelasan
8. Kepala Permil/permilti sesudah menerima permintaan
PK menunjuk Hakim untuk memeriksa PK.
LANJUTAN PK KE-3
9. Pemeriksaan di persidangan pemohon PK dan
oditur hadir serta menyampaikan pendapatnya.
10.BA pemeriksaan dibuat dan di tanda tangani oleh
Hakim, Oditur dan Panitra bdsk BA pendapat yg di
tanda tangani oleh Hakim dan Panitra.
11. Ka Permil/Permilti ajukan PK dilampiri Berkas
Perkara, BA pemeriksaan, BA pendapat MA melalui
Permilut tembusan Pemohon dan Oditur.
LANJUTAN PK KE-4
12. Permintaan PK tidak memenuhi ketentuan maka MA
tidak menerima PK di sertai dasar alasan.
13. MA dapat menerima permintaan PK berlaku
a. MA tidak membenarkan alasan pemohon, MA
menolak PK menetapkan putusan PK tetap berlaku
disertai pertimbangan.
b. MA membenarkan alasan pemohon, maka MA
membatalkan putusan PK dan menjatuhkan , bebas dari
segala dakwaan, Lepas dari segala tuntutan Hukum dan
tuntutan oditur tak diterima, menerapkan pidana ringan.
LANJUTAN PK KE-5
14.Pidana yg dijatuhkan dalam PK tidak boleh melebihi pidana
yg sudah dijatuhan semula.
15.Salinan putusan MA serta Berkas perkara jangka waktu 7
hari sesudah putusan tsb di kirim kepada Permil/ti yang
memutus untuk diteruskan kepada yang bersangkutan.
16.Permintaan PK teradap putusan tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan.
17.Bila permintaan PK sudah diterima MA pemohon meninggal
dunia maka PK terus atau tidak tergantung Ahli warisnya.
18.PK hanya berlaku 1 (satu) kali. Akan tetapi Putusan MK
boleh lebih dari 1 (satu) Kali.
EXSEKUSI (PELAKSANAAN PUTUSAN)
1. Putusan yg telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(In Kracht) dilakukan oleh Oditur maka panitra
mengirim putusan kepadanya.
2. Oditur melaksanakan putusan permil, permilti
berdasarkan petikan putusan.
3. Pelaksanaan putusan mati menurut ketentuan UU
dilakukan dan tidak dimuka umum.
4. Pidana penjara/kurungan dilaksanakan di Lapas TNI
atau di tempat lain menurut Ketentuan UU yang
berlaku.
LANJUTAN EXSEKUSI KE-1
5. Pidana penjara/kurungan yg dijatuhkan pidana yang
sejenis, sebelumnya menjalani pidana yg terdahulu, baru
menjalani pidana sekarang.
6. Terpidana dipecat dari TNI maka dilaksanakan di lapas
umum.
7. permil/permilti menjatuhkan pidana bersyarat
pelaksanaan oleh Pengawas serta pegamat harus sungguh2
menurut UU.
8. Penjatuhan pidana denda, terpidana diberi waktu 1 bulan
untuk membayar denda tsb., kecuali putusan Riksaan cepat
pembayaran harus lunas seketika itu.
LANJUTAN EXSEKUSI KE-2
9. Putusan terhadap perampasan barang Bukti untuk
negara oditur melaksanakan Lelang kepada Kantor
Lelang negara dalam waktu 3 bulan hasil lelang
dimasukkan Kas Negara.
10. Titik 9 bisa diperpanjang paling lama 1 bulan.
11. Putusan ganti Rugi pelaksanaan dilakukan menurut
tata cara putusan perdata.
12. Biaya perkara di tetapkan dalam putusan pengadilan
dibayar oleh Terpidana dalam waktu 1 bulan bisa di
perpanjang 1 bulan.
PENGAWASAN & PENGAMATAN EXSEKUSI
1. Dilakukan oleh Kepala Pengadilan yang dibantu oleh seorang Hakim
atau hakim pegawas dan pengamat.
2. Hakim tsb di tunjuk oleh Ka pengadilan paling lama 2 tahun was
dan mat guna memperoleh kepastian bahwa pengadilan
melakukan sebagaimana mestinya.
3. Wasmat sebagai bahan penelitian demi ketepatan bermanfaat bagi
terpidana dapat di peroleh perilaku di Lapas TNI dan ada pengaruh
timbal balik narapidana selama menjalani pidana penjara.
4. Was pelaksanaan putusan pidana bersyarat dilakukan dengan
bantuan atasan yang berhak mengukum.
5. Hasil wasmat dilaporkan oleh hakim wasmat kepada kepala
Pengadilan secara berkala.
LANJUTAN WASMAT HAKIM
6. Oditur mengirimkan salinan BA pelaksanaan
putusan pengadilan yang di tanda tanani Oditur,
kepala Lapas TNI/Militer dan terpidana kepada
pengadilan yang memutus, ANKUM, PAPERA,
salinan BA Pelaksanaan putusan pengadilan di
catat oleh Panitra dalam buku register Wasmat.
7. Buku Register WAS Mat wajib di kerjakan ditutup
di tanda tangani oleh Panitra setiap hari kerja
untuk di ketahui dan di tanda tangani oleh hakim.
ATAS PERHATIANNYA

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai