Anda di halaman 1dari 110

BAHAN KULIAH HUKUM PIDANA

PENGANTAR DAN PENGERTIAN


HUKUM PIDANA
OLEH : AIRI SAFRIJAL, S.H.,M.H.
FH UNMUHA
Pengertian Hukum Pidana
Prof. Moeljatno
 Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu
negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :
1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh dilakukan, yg
dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi
barangsiapa melanggar larangan tsb;  Criminal Act
2) menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yg telah diancamkan ;  Criminal Liability/ Criminal
Responsibility
1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum Pidana Materiil
3) menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tsb.  Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana

12/10/2022 2
Pengertian Hukum Pidana
1. Prof. Pompe
Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang
menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang
seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana itu
2. Pompe
Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan
larangan-larangan yang diadakan oleh negara dan yang
diancam dengan suatu nestapa (pidana) barangsiapa yang
tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yg menentukan
syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-
aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan
pidana tersebut.

12/10/2022 3
Pengertian Hukum Pidana
3. Prof. Simons
Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-
perintah dan larangan-larangan yang
diadakan oleh negara dan yang diancam
dengan suatu nestapa (pidana) barangsiapa
yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-
aturan yg menentukan syarat-syarat bagi
akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-
aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan
menjalankan pidana tersebut.

12/10/2022 4
Pengertian Hukum Pidana (4)
4. Prof. Van Hamel

Hkm Pid adl smua dsar2 dan atran2 yg


dianut olh suatu ngra dlm mnylggrakan
ktrtiban hkm (rechtsorde) yaitu dg mlrang
apa yg btntangan dg hkm dan mngenakan
suatu nestapa kpd yg mlnggar lrngan2 tsb.
Pembagian Hukum Pidana
Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana)
Hukum Pidana Formil (Hukum Acara
Pidana)
ISTILAH, RUANG LINGKUP
DAN PENGERTIAN
Istilahhkm pid mrpkan trjmhan dr bhsa
Belanda “Strafrecht”. Straf brti pidana, recht
brti hukum. Straf sndri scra harfiah brti
hukuman. Jk digbungkan keduanya akn brti
hukum hukuman. Istilah dmkian dianggap tdk
lazim mnrut tata bahasa, mk istilah “hukum
hukuman” itu diganti dg hukum pidana.
Hukum pidana dapat dibagi:
1. Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi)
1. Hkm pid objektif (ius poenale) adl sjmlah prtran
yg mngndung lrngan2 dan khrusan2 dimna thdp
plnggaran2 diancam dg hukuman. Hkm pid
objektif ini dibgi ke dlm hkm pid materil dan
hkm pid formil. Hkm pid materil adl hkm yg
mntkan ttg :
Prbtan2 yg dpt dipidana;
Siapakah yg dpt dipidana, atau siapakah yg dpt
dipertanggungjawabkan; dan
Jnis hkman apakah yg dpt dijtuhkan kpd org yg
mlanggar uu.
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi) adl
atran hkm yg mntkan hak negara utk memidana
atau mnjtuhkan pid kpd seseorang, yaitu:
Hak utk mngncam prbtan2 dg pid, hak ini brda
pd pmbuat UU.
Hak utk mnjtuhkan pid, hak ini brda di tangan
hakim, utk menghukum org yg terbukti bersalah.
Hak utk mlksnakan pid, hak ini trltak ditangan
jaksa, utk mlksnakan putusan hakim.
TUJUAN HUKUM PIDANA
Tujuan hkm pid mnrut Wirjono Projodikoro adl utk
mmnuhi rasa keadilan. Tujuan hkm pid adl sbg :
Utk menakut-nakuti org jngn smpai mlkkan kjhtan,
baik scra menakut-nakuti org bnyk (generale
preventie) maupun menakut-nakuti org tttu yg sdh
mlkkan kjhtan agar dikmdian hr tdk mlkkan kjhtan
lagi (speciale preventie).
Utk mendidik atau mprbaiki org2 yg sdh
menandakan ska mlkkan kjhtan agar mjd org yg
baik tabiatnya shgga brmfaat bg masy.
FUNGSI HUKUM PIDANA
Scra umum hkm pid berfungsi utk mngtur dan
mnylggrakan khdpan masy agar dpt terciptanya dan
terpeliharanya kttiban umum. Dan Scra khusus sbg
bgian hkm publik, hkm pid berfungsi utk :
 Mlndungi kpntingan hkm dr prbtan atau prbtan2 yg
mnyerang atau mmprkosa kpntingan hkm tsb;
 Mmberi dsar legitimasi bg ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats brbgai kpntingan hkm;
dan
 Mngatur dan mbtasi kekuasaan ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats kpntingan hkm.
Lnjtan....,
Kpntingan hkm yg wjib dilindungi itu
ada 3 macam, yaitu :
Kpntingan hkm per-orangan (individule
belangen);
Kpntingan hkm masy (sosiale belangen);
dan
Kpntingan hkm negara (staatsbelangen)
Ilmu Hukum Pidana & Ilmu-ilmu lainnya
Kriminologi : 0byek studinya --> kejahatan,
penjahat, reaksi masyarakat terhadap kejahatan &
penjahat
Kriminalistik : mmpljri kjhtan.
Ilmu Forensik : ilmu pnylidikan.
Psikiatri Kehakiman : mmpljri jiwa.
Sosiologi Hukum : mpljri
hkm&masyarakat.
ASAS LEGALITAS
Pasal 1 ayat (1) KUHP mnytkan: “Tiada
suatu prbtan yg bleh di-hkm melainkan
atas kekuatan atran pid dlm UU yg trdhulu
dr prbtan itu”. Ktntuan ayat ini memuat
asas yg tercakup dlm rumusan: “Nullum
delictum, nulla poena sine praevia lege
punali” yang artinya tiada kejahatan, tiada
hukuman pidana tanpa undang-undang
hukum pidana terlebih dahulu.
ASAS LEGALITAS=Pasal 1 KUHP

(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana,


kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada
sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam perundang-
undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka
terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang
paling menguntungkan .
Asas Legalitas

 Asas Legalitas dalam KUHP Indonesia diatur dalam:


◦ Pasal 1 ayat (1): “Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas
ketentuan-ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu
daripada perbuatan itu”.
◦ Ada tiga prinsip:
1. tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam
suatu aturan undang-undang,
2. aturan hukum pidana tidak berlaku surut,
3. untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh
menggunakan penafsiran analogi.
• Asas Kesalahan (actus non facit reum nisi mens sit rea)
– Inggris menganut asas kesalahan walaupun tidak pernah dirumuskan dalam
undang-undang hukum pidana Inggris.
– Dua syarat yang harus dipenuhi untuk seseorang dapat dipidana:
• Ada perbuatan yang dilarang (actus reus)  tidak hanya menunjuk pada
suatu perbuatan (act) dalam arti yang biasa, tetapi mengandung arti yang
lebih luas, yaitu meliputi:
– Perbuatan dari si terdakwa;
– Hasil atau akibat dari perbuatannya itu;
– Keadaan-keadaan yang tercantum/terkandung dalam perumusan tindak
pidana.
• Ada sikap batin jahat/tercela (mens rea):
– Intention (kesengajaan)
– Recklessness (kesembronoan)  apabila seseorang mengambil dengan
sengaja suatu risiko yang tidak dapat dibenarkan.
– Negligence (kealpaan).
Asas Kesalahan

 Dalam sistem hukum Eropa Kontinental, syarat yang harus


dipenuhi untuk seseorang dapat dipidana:
1. ada kesalahan,
2. terhadap perbuatan tersebut dpt dipertanggungjawabkan.
 Dalam hukum pidana Indonesia, asas kesalahan merupakan asas
yang tidak tertulis. Dalam rancangan KUHP telah dirumuskan
secara eksplisit, karena asas legalitas dan asas kesalahan merupakan
dua asas yang fundamental.
 Asas kesalahan ini dasarnya adalah liability based on fault.
ASAS LARANGAN BERLAKU
SURUT
Undang-undang pidana berjalan ke depan
dan tidak ke belakang :

X --------- UU Pidana -------------



Larangan berlaku surut (dan pengecualiannya) dalam berbagai ketentuan

Nasional
 Ps 28i UUD 1945
 Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999 ttg HAM
 Ps 43 UU No. 26 Tahun 2000 ttg Pengadilan HAM
 Perpu No. 1/2002 ttg pmbrntasan tinpid terorisme&Perpu No. 2/2002 ttg pmbrlkuan Perpu No.
1/2002  UU 15/2003 ttg pntpan Perpu No.1/2002 mjdi UU ttg pmbrntsan terorisme; dan UU
16/2003 ttg pntpan Perpu No. 2/2002 ttg pmbrlkuan Perpu No 1/2002 ttg pmbrntsan tinpid terorisme.

Internasional
Ps 15 (1) dan (2) ICCPR UU RI NO. 12 TAHUN 2005 TTG
PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL
RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN
POLITIK)
Ps 22, 23, dan 24 ICC International Criminal Court (ICC) Menjelang akhir abad yang sangat
berdarah dalam perjalanan sejarah manusia, komunitas international bersama-sama mengadopsi
sebuah treaty yang membentuk sebuah pengadilan pertama dalam sejarah yang independen dan
permanen. Pengadilan tersebut saat ini telah menjadi kenyataan yang disebut sebagai International
Criminal Court (ICC). 
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA
HUKUM PIDANA
1. Asas Teritorialitas (Teritorialiteit beginsel)
Ktntuan asas ini dicntumkan dlm Pasal 2 yg mnytakan
bhw “Ktntuan pid dlm uu Indo brlku bg setiap org yg di
dlm wlyah Indo mlkkan tindak pidana”. (lht Psl 3 KUHP
yg mmprluas pngrtian brlkunya hkm Pidana Indo)
2. Asas Nasionalitas Aktif (actief nationaliteit beginsel)
Asas kpntingan nasional dlm atran pid disebut
“Nasionalitas Aktif” atau “Asas Personalitas (personaliteit
beginsel) dan dicantumkan dlm Pasal 5 ayat (1) yg
mnytkan, bhw Ktntuan dlm UU Indo brlku bg warga ngra
Indo yg di luar Indo mlkkan tindak pidana seperti :
Lnjtan....,
bg wrga ngra yg mlkkan tindak pidana di
luar wlyah Indo yg mnyngkut keamanan
negara, kedudukan Kepala Negara,
penghasutan utk mlkkan tindak pidana,
tdk mmnuhi kwjban militer, prkwinan
mlbihi jmlh yg ditntkan dan pembajakan,
mk plkunya dpt ditntut mnrut atran hkm
pidana Indo olh pengadilan Indo. (lht 160,
16, 240, 279, 450 dan 451 KUHP)
3. Asas Nasionalitas Pasif (pasief nasionaliteit beginsel)
Asas ini dsb “asas perlindungan” yg mntukan bhw
brlkunya uu hkm pidana sesuatu negara disandarkan kpd
kptingan hkm dr negara yg brsngkutan. Asas ini adl
didsarkan bhw tiap2 negara yg berdaulat brhak utk
mlndungi kpntingan hkmnya, walaupun dilkkan olh org
di luar negara tsb (state’s sovereignty). Asas ini diatur
dlm Pasal 4 sub 1e, 2e dan 3e, Pasal 7 dan Pasal 8
KUHP, spti makar mati thdp kepala negara, pemalsuan
mata uang atau surat berharga Indonesia. (lht Psl 7 dan
psl 8 KUHP)
4. Asas universalitas (universaliteit
beginsel)
Asas ini mntkan bhw uu hkm pidana dr
suatu negara dpt dibrlkukan thdp siapa sj
yg mlkkan plnggaran thdp kttiban hkm
slruh dunia. Dlm KUHP asas ini
tercantum dlm Pasal 4 sub 4e, slah
satunya kjhtan pmbjakan di laut (piracy),
walaupun kjhtan tsb dilkkan di laut bebas.
Prtnyaan mhswa......
1. Org gila bgmna ptnggungjwban pid, apbla kelg korban mmnta
prtnggujwaban pid.....(olh Fitri Julianti)?
2. Bgmnkah ptnggjwban pid thdp plku kjhtan yg mlkkan
pnglngan kjhtan....(olh Fauziatul Arisha)?
3. Prnggjwban pid thdp org indo yg mlkkan pid di indo dan
mlrkan ke luar ngri....(olh Lia Fitria&Zainal Arifin)?
4. Menjwab prtnyaan (Widia Fitaloka)?
5. Bgmnakah pbdaan unsur2 tinpid dlm unsur tingkhlku aktif-
pasif......(Ridho Valent)?
6. Apkh ksus pmbnhan dpt di cabut......(olh Cut Balqis)
7. Apkh bs mlkkan mlporkan blek sorg dlm ksus pid....(olh Rita
Mulia Sari)
8. Ukuran pmdnaan seumur hdp......(olh M. Ichsan)?
KUHP dan Sejarahnya
Andi Hamzah Utrecht
- Jaman VOC -Jaman VOC
- Jaman Hindia Belanda -Jaman Daendels
- Jaman Jepang -Jaman Raffles
- Jaman Kemerdekaan -Jaman Komisaris
Jenderal
-Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915 -
sekarang
Jaman Hindia Belanda
Dualisme dlm H. Pidana
1. Ptsan Raja Belanda 10/2/1866 (S.1866 no.55) -->
Org Eropa
2. Ordonnantie 6 Mei 1872 (S.1872) --> Org
Indo&Timur Asing
Unifikasi :
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch - Indie
- Ptsan Raja Belanda 15/10/1915 Berlaku 1/1/1918
disrtai
- Ptsan Raja Belanda 4/5/1917 (S.1917 no. 497) :
mngtur prlihan dr H. Pid lma --> H. Pid bru.
Jaman Jepang
 WvSI masih berlaku
 Osamu Serei (UU) No. 1
Tahun 1942, berlaku
7/3/1942
 H. Pidana formil yang
mengalami banyak
perubahan
Jaman Kemerdekaan (1)
 UUD 1945 Ps. II Aturan
Peralihan
Segala Badan Negara dan
Peraturan yang ada masih
berlaku selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
Jaman Kemerdekaan (2)
UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan tentang Hukum
Pidana yang berlaku di Indonesia
Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946)
PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di Sumatera
UU No. 73 Tahun 1958 : “ Undang-undang
tentang menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk
seluruh wilayah RI dan mengubah Kitab Undang-
undang Hukum Pidana”
SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI
INDONESIA
KUHP (beserta UU
yang merubah &
menambahnya)
UU Pidana di luar
KUHP
Ketentuan Pidana dalam
Peraturan perundang-
undangan non-pidana
KUHP
 Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps 103)

Pasal 103  Ketentuan-ketentuan dalam


Bab I sampai Bab VIII buku I juga berlaku
bagi perbuatan-perbuatan yang oleh
ketentuan perundang-undangan lainnya
diancam dengan pidana, kecuali jika oleh
undang-undang ditentukan lain

 Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

 Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)


Beberapa UU yang merubah & menambah KUHP

UU No.1/1946 : brlkunya KUHP, prbhan bbrpa


istilah, pnghpusan bbrpa pasal, pnmbahan pasal-
pasal baru : Bab IX - XVI
UU No. 20/1946 : tmbhan jnis pid Ps 10 a KUHP -->
pidana Tutupan
UU drt No. 8/1955 : menghapus Ps 527
UU No. 73/1958 : mnytakan UU No. 1/1946 brlku di
slruh Indo, tmbhan Ps 52a, 142a, 154a
UU drt No. 1/1960 : mnmbah ancaman pid dri Ps
188, 359, 360 mjd 5 Tahun penjara atau 1 tahun
kurungan
Beberapa UU yang merubah & menambah
KUHP
Perpu No. 16/1960 : pnmbahan nilai thdp bbrpa
kjhtan ringan : Ps 364, 373, 379, 384, 407 (1)
Perpu No. 18/1960 : pid denda dilipatgandakan
15 X
UU No. 1/PNPS/1965 : tmbhan Ps 156 a
UU No. 7/1974 : tmbhan sanksi utk judi Ps 303
mjd 10 jta& denda 25 juta, Ps 542 (1) mjd
Kjhtan, Ps 303 bis pid mjd 4 thn, denda 10 juta.
UU No. 4/1976 prbhan dan pnmbahan ttg
Kjhtan pnrbangan : Ps 3, Ps 4 angka 4, Ps 95a,
95b,95c, Bab XXIX A.
UU No. 20/2001 : mnghapus pasal2 ttg korupsi
dari KUHP
UU Pidana di luar KUHP
UU Anti Subversi, UU No.
11/PNPS/1963 (Sdh dihapus)
UU Pmbrntasan T.P. Korupsi, UU No.
20/2001 jo UU No. 31/1999
UU Tindak Pid Ekonomi, UU No.
7/drt/1955
Perpu 1/2002  UU 15/2003 Anti
Terorisme
UU Money Laundering
Contoh UU non pidana yang memuat sanksi pidana

UU Lingkungan
UU Pers
UU Pendidikan Nasional
UU Perbankan
UU Pajak
UU Partai Politik
UU pemilu
UU Merek
UU Kepabeanan
UU Pasar Modal
PERBUATAN PIDANA
 Prbtan pidana mrpkan prbtan yg dilrang olh suatu atran
hkm lrngan yg diatur dlm hkm pidana.
 Moeljatno yg mngutip pndpt Simons mnrangkan bhw
strafbaar feit adl kelakuan (handeling) yg diancam dg
pidana, yg brsfat mlwan hkm, yg brhubngan dg
kslahan&yg dilkkan olh org yg mmpu bertanggungjawab.
 Ketut Wirawan mngtakan bhw Prbtan pidana sring dsb dg
bbrpa istilah spti tindak pidana, peristiwa pidana, dan
delict. Dimaksud dg prbtan pidana ialah suatu prbtan atau
rangkaian prbtan yg dpt dikenakan hukuman pidana..
Lnjtan....,
 Suatu peristiwa hukum yg dpt dinytkan sbg
peristiwa pidana kalau mmnuhi unsur
obyektif dan unsur subyektif :
unsur obyektif, yaitu adanya suatu tindakan
(perbuatan) yg brtntangan dg hkm atau  prbtan yg
dilrang olh hkm dg ancaman pidananya.
unsur subyektif, yaitu adanya prbtan seseorang
atau bbrpa org yg berakibat pd hal yg tdk
dikhndaki olh uu
Lnjtan....,
Syarat yg hrs dipnhi (sbg unsur obyektif dan
subyektif yang dipersyaratkan) dlm suatu
peristiwa pidana ialah:
Hrs ada prbtan org atau bbrpa org;
Prbtan itu hrs brttangan dg hukum;
Prbtan itu hrs sesuai dg apa yg dsbtkan dlm ktntuan
hukum;
Hrs trbkti ada kesalahan yg dpt diprtnggung
jawabkan; dan
Hrs trsdia ancaman hkman thdp prbtan yg dilkkan yg
trmuat dlm prtran hkm yg berlaku.
UNSUR2 TINDAK PIDANA
Unsur-Unsur Tindak Pidana Mnrut Bbrpa Teoritisi
 Menurut Moeljatno, unsur-unsur tindak
pidana adalah :
a. Perbuatan;
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)
c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar
larangan)
Teori2 ttg Faktor Pnybab Trjdinya
Tindak Pidana
PENGERTIAN KAUSALITAS
Tiap2 prstwa psti ada sbabnya tdk mngkin
tjd bgt sja, dpt jga suatu prstwa mnmbulkan
prstwa yg lain. Disamping hal tsb diatas dpt
jga tjd satu prstwa sbg akibat stu prstwa atau
bbrpa prstwa yg lain. Mslh sebab&akibat tsb
dsb dg nama causalitas, yg brsal dri kata
“causa”  yg artinya adl sebab.
Hal sebab-akibat
Hubungan logis antara sebab dan akibat
lnjtan....,
Yg mjd fkus prhtian ahli hkm pid (bkn makna di atas),
ttpi makna yg dpt dilekatkan pd pngrtian kausalitas agr
mrk dpt mnjwb persoalan siapa yg dpt dimintai
pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu

Manfaat Ajaran Causaliteit :


 Dpt mbntu pra hkim utk dpt lbh cermat dlm mnjtuhkan
ptsan. Krn dlm prsdangan pastinya tjd argumentasi
antra pnntut umum dg penasihat hukum terdakwa
Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas ?
Ilmu hkm pid mngnal bbrp dlik yg pting dlm hal
kausalitas yaitu:
1. DELIK FORMIL
Delik formil adl delik yg tlh dianggap pnuh dg
dilkkannya suatu pbuatan yg dilrang&diancam dg
suatu hukuman. Delik formal ini yg prmusannya
menitikberatkan pd prbuatan yg dilrang&diancam pid
oleh uu. (rumusan dari perbuatannya jelas)
Misal : Pasal 362 KUHP ttg Pencurian yg dilrang
dlm prbtannya adl mngmbil brg mlik org lain atau
Pasal 242 KUHP yg dilrang mmbrikan ktrngan palsu
dlm sumpah.
2. DELIK MATERIIL
delik materiil adl delik yg tlah dianggap slsai dg
ditmbulkannya akibat yg dilrang&diancam dg
hkman&uu. delik ini yg prmsannya mntikbratkan pd akbt
yg dilrang&diancam pid olh uu. (rumusan dari akibat
perbuatan).
Misal : Pasal 338 KUHP : yg dilrang dlm delik ini adl
mnybbkan matinya orang lain. Atau Pasal 351 KUHP :
yg dilrang dlm delik ini adl mnmbulkan sakit atau luka
pd orang lain.
 Jd dlm Delik formal prbuatan itulah yg dilrang dan
pd delik materiil yg ditkankan adl akibat dr prbuatan
itu.
Delik yg terkualifikasi/dikwalifisir : tndak pid
yg krn situasi&kondisi khusus yg brkaitan dg
plksnaan tndkan yg brsngktan/krn akibat2
khusus yg dimnculkannya, diancam dg sanksi
pid yg lbh brat ktmbang sanksi yg diancamkan
pd delik pokok tsb.
(pengkualifikasian delik jg dpt dilkkan ats dsar
akibat yg mncul stlh delik tttu dilkkan, mis. Ps
351 (1)  Ps 351 (2)/  Ps 351 (3)
Ajaran Kausalitas
Conditio Sine Qua Non/Ekuivalensi dan
bedingungtheorie (Von Buri)
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima : Birkmeyer , G.E. Mulder
Teori-teori menggeneralisasi : teori
Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe,
Rumelink)
Teori Relevansi : Langemeyer
Ajaran Conditio Sine Qua Non= dri Van
Buri
Smua faktor yaitu smua syarat, yg trut srt
mnybbkan suatu akibat&yg tdk dpt
dihlngkan dri rngkaian faktor2 ybs. Harus
dianggap causa (sebab) akibat itu.
Smua syarat nilainya sama (ekuivalensi)
Ada bbrpa sebab
Syarat = sebab
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima
Birkmeyer :
Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine
Qua Non . Di dalam rangkaian syarat-syarat
yang tidak dapat dihilangkan untuk
timbulnya akibat, lalu dicari syarat manakah
yang dalam keadaan tertentu itu, yang paling
banyak membantu untuk terjadinya akibat.
G.E Mulder :
Sebab adalah syarat yang paling dekat dan
tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori menggeneralisasi
Von Bar : teori ini tdk mnyoal tndkan mna atau
kjdian mna yg in concreto mmbrikan pngruh
(fisik/psikis) pling mnntkan. Yg diprsoalkan adl
apkah stu syrat yg scra umum dpt dipndng
mngkibtkan tjdinya prstiwa spti yg brsngktan mngkin
ditmkan dlm rngkaian kausalitas yg ada.
Rumelink (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yg ditnjau dr sdut objektif, hrs (perlu) ada utk
tjdinya akibat. Ihwal probabilitas tda bdsarkan pd apa
yg dikthui/mngkin dikthui pd wkt mlkkan tndkannya,
mlainkan pd fakta yg objektif pd wkt itu ada, entah
dikthuinya/tdk – jd pd apa yg kmdian trbkti mrpkan
situasi&kondisi yg mlngkupi prstwa tsb.
lanjutan
Von Kries (Teori Adequat Subjectif) :
Sebab adl kslrhan faktor positif &negatif
yg tdk dpt diksmpingkan tnpa skligus
mniadakan akibat. Sebab = syarat-syarat
yg dlm situasi&kondisi ttntu mmlki
kcndrungan utk mmnculkan akibat ttntu,
biasanya mmnculkan akibat itu, atau scra
objectif mmpbsar kmngkinan mnculnya
akibat tsb.
Teori Relevansi
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von
Buri dengan memilih satu atau lebih
sebab dari sekian yang mungkin ada, yang
dipilih sebab-sebab yang relevan saja ,
yakni yang kiranya dimaksudkan sebagai
sebab oleh pembuat undang-undang.
1. Mnglngi prbtan pid (residivis), apkh dpt
ditttut pid.....?
2. Pngniayaan berat...?
3. Apkh ank dpt dijdikan sksi dlm ksus
KDRT....?
4. Apkh seorg trdkwa dpt mmbla dirinya
tnp kuasa hkm.....?
5. Bgmna prtngujwaban tinpid thdp
plnggran Cayber crieme....?
STELSEL PIDANA
Jenis-jenis pidana dapat
dilihat dalam stelsel pidana
yang diatur dalam Pasal 10
KUHP, yaitu:
1. Pidana pokok
2. Pidana tambahan.
1. Jenis Hukuman Pokok :
Pidana mati;
Pidana penjara;
Pidana kurungan;
Pidana Denda; dan
Pidana Tutupan.
2. Jenis Hukuman Tambahan :
Pencabutan hak-hak tertentu;
Perampasan barang-barang tertentu;
Pengumuman putusan hakim.
A. JENIS-JENIS HUKUMAN MATI :
a.1. Pidana Mati 
Pid mati adl pid yg trbrat dr smua pid yg dicntmkan
thdp brbgai kjhtan yg sngt brat, mslnya pmbnuhan
brncna (Psl 340 KUHP), pncrian dg kkrasan (Psl 365
ayat (4), pmbrontakan yg diatur dlm Psl 124 KUHP.
a.2. Pidana Penjara 
Pid adl pid yg mbtasi kmrdekaan /kbbasan ssorg, yaitu
brpa hkman pnjara dan krungan. Hkman pnjara minimum
satu hari dan maksimum seumur hidup. (lht Pasal 12
KUHP ).  
a.3. Pidana Kurungan 
Pid kurungan adl pid lbih ringan dr pid pnjara. Lbih
ringan antara lain, dlm hal mlkkan pkjaan yg
diwjbkan dan kebolehan mbwa peralatan yg
dibtuhkan trhkum shri-hri, mis : tmp tdr, slmut, dll.
Lmanya pid krngan skrang2nya satu hari dan
paling lama satu tahun, (lht  Psl 18 KUHP).  
a.4. Pidana Denda 
Pid Denda adl Hkman denda selain diancamkan pd
plku plnggaran jg diancamkan thdp kjhtan yg
adakalanya sbg alternative atau kumulatif. 
Sejarah singkat lhirnya pid tutupan dlm KUHP.
a.5. Pidana Tutupan (Muncul dari Peristiwa 3 Juli 1946)
Sbgmna dikthui, pid tutupan sbg slh satu jenis pid pokok
blm diknal dlm Wetboek Van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (WvSNI) yg dibrlkkan di Belanda
sejak 1 Januari 1918. Pid tutupan br diadakan pd tgl 30
Oktober 1946 brdsarkan UU No. 20 Tahun 1946 ttg
pnmbahan jnis hkman pokok dg hkman tutupan. Dlm
pnjlsan UU No. 20 Tahun 1946 antara lain disebutkan :
“Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan politik
pada waktu belakangan ini memberi keinsyafan
kepada Pemerintah, bahwa jenis hukuman pokok
yang ada dalam KUHP yang sekarang berlaku,
tidaklah lengkap adanya dan tidak pula mencukupi
kebutuhan”.
Lnjtan....,
 Sjrah singkat ttg Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu mrpkan suatu
prcobaan prbutan kekuasaan atau kudeta yg dilkkan oleh
pihak oposisi- klmpok Prstuan Perjuangan thdp pmrtahan
Kabinet Sjahrir II di Indonesia. Usaha yg dimotori klmpok
Tan Malaka ini maksudnya mendesak Presiden agar mau
menggnti kabinet. Krn Kabinet Sjahrir dianggap trllu bnyk
mbrikan konsesi kpd Belanda. Apalagi stlah pidato Bung
Hatta yg mbcorkan bhw akn diadakan prndingan bru dg
Belanda dimna antara lain akn dicapai kspkatan Wil RI akn
mlpti sbtas Jawa dan Sumatera saja. Bgi klmpok Tan Malaka
yg mnginginkan kmrdekaan 100 % atau tdk ada kompromi dg
pihak Imperialis dan Kolonialis itu, kebijaksanaan pmrintah
yg dianggap mau menerima tekanan luar itu, hrs dibereskan.
Maka kaum militer bekerja sama dg kaum politik utk mlkkan
apa yg dinamakan"Peristiwa 3 Juli".
Lnjtan....,
a.5. Pidana Tutupan
Pid tutupan adl pid yg disediakan bg para
politisi yg mlkkan kjhtan yg disbbkan olh
ideologi yg dianutnya. Ttpi dlm praktek
peradilan dewasa ini tdk prnh ktntuan tsb di
terapkan.
Pid tutupan dimksud dpt mnggntikan
hukuman penjara dlm hal org yg mlkkan
kjhtan diancam dg hukuman penjara krn
terdorong oleh maksud yg patut dihormati.
B. JENIS-JENIS HUKUMAN TAMBAHAN
1. Pencabutan hak-hak tertentu
  Hal ini diatur dlm Psl 35 KUHP yg brbnyi : 
(1) Hak si brslah, yg blh dicbut dlm ptsan hakim dlm hal yg ditntkan dlm
KUHP/UU umum lainnya, ialah : 
1. Mnjbat sgla jbtan/jbtan tertentu;
2. Masuk balai tentara;
3. Mmlih dan blh dipilih pd pmlihan yg dilkkan krn UU umum; 
4. Mjd penasehat/wali, atau wali pengawas atau pengampu atau
pengampu pengawas atas org lain yg bkn ankanya sendiri; 
5. Kekuasaan bapak, perwalian, dan pengampuan atas anaknya sendiri; 
6. Melakukan pekerjaan tertentu; 
(2) Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari jabatannya
apabila dalam undang-undang umum ada ditunjuk pembesar lain yang
semata-mata berkuasa melakukan pemecatan itu.
 
2. Perampasan Barang Tertentu 
Krn suatu ptsan prkara mngnai diri trpdna, mk brang
yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan atau brang mlik
trpdna yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan/brang mlik
trpdna yg dignkan utk mlksnkan kjhtannya, (lht Psl 39
KUHP ).
3. Pengumuman Putusan Hakim
Hkman tambahan ini dimksudkan utk mngmumkan
kpd khalayak ramai (umum) agr dg dmkian masy
umum lbh brhti2 thdp si terhukum. Jd cra2 mnjlankan
pngmuman ptsan hakim dimuat dlm ptsan, (lht Psl 43
KUHP). 
PIDANA BERSYARAT
 Pengertian Pidana Bersyarat
Istilah pidana bersyarat diknal olh masy Ind dg istilah
hkman janggelan/hkman percobaan. Dlm Kamus Umum
Inggris-Indonesia istilah probation ditrjmahkan dg
percobaan. Mnrut Black Law Dictionary, Probation brti
suatu ptsan hakim pengadilan brpa pnjthan pid ats prbtan
jahat, nmn trpdna ttap bebas bergaul dlm masy dg
pengawasan ptgas probation dg kwjban mbuat lpran thdp
tngkhlaku trpidna dlm jangka wkt percobaan. probation
mrpkan suatu sstm pmbinaan trpidna ats prbtan jahatnya,
nmn trpidna ttap bbas bergaul dlm masy di bwh
pengawasan umum. (dasar hkmnya lht Psl 14a s/d Psl 14f
KUHP).
PELEPASAN BERSYARAT
Pengertian Pelepasan Bersyarat
pmbbasan bersyarat adl proses pmbnaan narapidana
di luar Lembaga Pemasyarakatan. (dsr hkmnya Psl
15 dan Psl 16 KUHP srt Psl 14, 22, dan Pasa1 29
UU No. 12 Thn 1995 ttg Pemasyarakatan. Pmbbsan
bersyarat dpt dibrkan jk sdh :
1. telah menjalani 2/3 lama pidana,minimal 9 bulan;
2. syarat umum : tidak mengulangi tindak pidana dan
perbuatan lainyang tidak baik;dan
3. jika terpidana melanggar syarat, pelepasan
bersyarat dapat dicabut.
pembebasan bersyarat bertujuan :
1. mmbngkitkan motivasi/drongan pd dri
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
kearah pencapaian tujuan pembinaan;
2. mberi ksmptan bg Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan utk pnddkan dan
ketrampilan gna mprsiapkan dri hdp mndiri di
tngah masy stlah bbas mnjlani pidana;dan
3. mndorong masy utk berperanserta secara aktif
dlm penyelenggaraan pemasyarakatan.
Persyaratan dalam pembebasan Bersyarat :
a. Persyaratan substantif 
• tlh mnjukan ksdaran&pnysalan ats kslhan yg mnybbkan dijatuhi
pidana;
• tlh mnjukan prkmbangan budi pekerti&moral yg positif;
• brhsil mngkuti prgram kegiatan pmbinaan dg tekun dan
brsmngat;
• masy tlh dpt mnrima program kegiatan pembinaan narapidana yg
bersangkutan;
• slma mnjlankan pid, Narapidana atau Anak Pidana tdk prnh mdpt
hkman disiplin skrang2nya dlm wkt 9 (sembilan) bln terakhir.
• masa pid yg tlh dijalani : utk pmbbasan bersyarat, narapidana tlh
mnjlani 2/3( dua pertiga) dr masa pidananya, stlh dikrngi masa
tahanan dan remisi dihitung sjk tgl ptsan pengadilan mprleh
kekuatan hkm tetap. dengan ketentuan 2/3 (duapertiga)
tersebuttidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.
Persyaratan administratif
• salinan putusan pengadilan (ekstrak vania);
• surat ktrngan asli dr Kejaksaan bhw narapidana yg brsngktan tdk
mpnyai prkra dg tindak pid lainnya;
• lpran pnltian kemasyarakatan (Litmas) dr BAPAS ttg phk keluarga
yg akn mnrima narapidana, keadaan masy sktarnya dan pihak lain
yg ada hbngannya dg narapidana;
• Surat ktrangan kshtan dr psikolog/dr dokter bhw narapidana sht
baik jasmani maupun jiwanya, dll.
• bagi Narapidana atau Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan
syarat tambahan :
- surat ktrngan snggup mnjmin Kedutaan Besar/Konsulat Negara
org asing yg brsngktan;
- Surat rekomendasi dr Kepala Kantor Imigrasi setempat.
TEORI PEMIDANAAN DAN
PENANGGULANGANNYA

TEORI PEMIDANAAN
Pnrpan sanksi pid dlm arti umum mrpkan
bgian asas legalitas, yg berbunyi: nullum
delictum, nulla poena, sine preavia lege
poenali. (lht Psl 1 ayat (1) KUHP ttg Asas
Legalitas)
 Van Hamel sprti yg dikutip olh Lamintang yg
dimaksud dg pemidanaan yaitu :
Pemidanaan adalah suatu penderitaan yang bersifat
khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang
berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama
negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban
hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni
semata-mata karena orang tersebut telah
melanggar suatu peraturan hukum yang harus
ditegakkan oleh negara.
 Edwin Sutherland yg dikutip Soedjono D, mnytkan
bhw alasan negara mlkkan atau mnjtuhkan
hukuman thdp pelaku tindak pidana adalah
karena :
1. Hukuman dijtuhkan dg dasar hrs
mnjukkan dan mndukung prbtan/tndakan
mprthankan tatib dlm masy;
2. Hukuman hrs dpt mncegah tjdinya
prbtan2 yg dpt mnimbulkan kekacauan;
3. Negara hrs mprthankan tatib masy yg
ada;dan
4. Negara hrs mprthankan ketentraman dlm
masy apbla ketentraman itu dilanggar.
Dlm hbngannya dg pemidanaan dikenal 3 teori
yaitu:
1. Teori absolut atau teori pembalasan;
2. eori relatif atau teori tujuan;dan
3. Teori gabungan.

Ad. 1. Teori absolut atau teori pembalasan


Mnrut teori ini, stiap kjhtan hrs diikuti dg pid, tdk blh
tdk, tnpa twar-mnwar. Seorang dpt di pid krn tlh
mlkkan kjhtan. Kgtan pembalasan, atau dsb jg sbg
vergelding yg mnrut bnyk org dijlskan sbg alsan utk
mempidana suatu kjhtan. Kepuasan hti yg dijdikan
suatu ukuran, ttpi faktor lainnya kurang diperhatikan.
 MnrutAdami Chazawi, tndkan pembalasan di dlm
hkm pid mpnyai dua arah yaitu:
Ditjukan kpd pnjhatnya (Subjektif dr pmblsan).
Ditjukan utk mmnuhi kepuasan dr prsaan dndam di
klngan masy (sudut objektif dr pembalasan).

Ad. 2. Teori Relatif atau teori tujuan.


Dsar dr teori relatif atau tujuan bhw pid adl alat utk
mngakkan tatib (hukum). Jd tjuan pid adl tatib dan
utk mngakkan tatib itu diperlukan pidana.
 Adami Chazawi mngmkakan dua sifat pncgahan
teori tujuan ini, yaitu:
1. Pencegahan Umum
Teori ini brtjuan utk mnkuti org agr tdk mlkkan
kejahatan. Slain ditjukan utk plku jg ditjukan utk
masy umum.
2. Pencegahan Khusus
Teori ini jg tjuan pmidanaan adl mncegah pelaku
kjhtan yg tlh di pid agar ia tdk mnglang lgi mlkkan
kjhtan, dan mncegah agr org yg tlh brniat bruk utk
tdk mwjudkan niatnya mlkkan lgi kejahatan.
Lnjtan....,
Tjuan yg hndak dicpai dr teori ini dg mnjtuhkan
pidana, yg sifatnya ada tiga macam, yaitu:
1. menakuti si pelaku
2. memperbaiki si pelaku
3. membuat si pelaku tidak berdaya.

Ad. 3. Teori Gabungan (Verenigings-Theorien).


Teori gbngan mrpkan kombinasi antara teori
pmblasan dan teori tjuan yaitu hukuman atas dsr
pmblasan maupun prthanan thdp tata tertib
masyarakat.
Lnjtan....,
Utrecht mmbagi teori gabungan dlm tiga
glngan, yaitu:
◦ mnitikberatkan pmblasan ttpi mmbalas tdk blh
mlampaui btas (apa yg prlu) dan sdh ckp utk
mprthankan masy;
◦ mnitikberatkan prthanan tatib masy ttpi tdk blh lbh
berat dr pd suatu pdritaan yg beratnya ssuai dg
beratnya prbtan;dan
◦ menganggap kedua asas tsb hrs dititikberatkan.
PENANGGULANGAN KJHTAN
Pd dsarnya pnnggulangan kjhtan itu ada
dua cara, yaitu tindakan preventif dan
tindakan represif.

1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif yaitu suatu upaya utk
mcgah agr ssorg tdk mkkan kjhtan tsb.
Pncgahan kjhtan mrpkan tndakan yg
mlbatkan smua unsur di dlmnya.
Pnnggulangan kjhtan scra preventif dpt dilkkan dg 2
cara yaitu:
a. Cara moralistik, dilkkan dg mnyebarluaskan ajran2
agama dan moral, prndang2an yg baik, sarana2 lain yg
dpt mengekang nafsu ssorg utk berbuat jahat.
b. Cara aboliolistik, brsha mnnggulangi kjhtan dg
mbrantas sebab-musababnya.

2. Tindakan Represif
Tindakan represif adl sgla tndakan yg dilkkan olh
aparatur pngak hkm ssdah tjdnya tindak pid. Tndakan
represif ini dilkkan mllui proses pengadilan yg tlh
ditntkan, yaitu :
Lnjtan....,
Tahap penyidikan oleh Polri.
Tahap pntutan dilkkan Jaksa sbg PU.
Tahap pmriksaan di dpn sidang pngdilan
oleh hakim.
Tahap plksanaan ptsan pengadilan olh
Jaksa dan lembaga permasyarakatan dg
diawasi olh Ketua Pengadilan yg
bersangkutan.
 Terdapat bbrpa syarat yg prlu diprhtikan olh
pemerintahan agar pnnggulangan kjhtan dpt
lbh brhsil. Syarat-syarat tsb adl :
Sistem organisasi Kepolisian yang baik;
Pelaksanaan peradilan yang lebih efektif,
Hukum yang berwibawa
Pengawasan dan pencegahan kejahatan yang
lebih terkoordinir,
Partisipasi masyarakat dalam penggolongan
kejahatan
TUJUAN HUKUM PIDANA
Menurut para ahli tujuan hukum pidana adl :
Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO
PRODJODIKORO)
Melindungi masyarakat (social defence)
(TIRTA AMIDJAJA)
Melindungi kepentingan individu (HAM)
dan kepentingan masyarakat dengan negara
(KANTER DAN SIANTURI)
Menyelesaikan konflik (BARDA .N)
TUJUAN PIDANA MENURUT LITERATUR
INGGRIS
Reformation, yaitu mprbaiki/mrhabilitasi pnjhat
mjd org baik&brgna bg masy.
Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dr masy
shngga timbul rasa aman masy.
Retribution, yaitu pmblasan thdp plnggar krn tlh
mlkkan kjhtan.
Deterrence, yaitu menjera atau mencegah shngga
baik terdakwa sbg individual maupun org lain yg
potensi mjd pnjahat akn jera atau tkut utk mlkkan
kjhtan, mlhat pid yg dijatuhkan kpd terdakwa.
KEPENTINGAN HUKUM YG WJB DILINDUNGI
IADA TIGA MACAM
Kpntingan hukum perorangan (individuale belangen)
msalnya kpntingan hkm thdp hak hidup (nyawa),
kpntingan hkm atas tubuh, kpntingan hkm akan hak
milik benda, kpntingan hkm thdp harga diri dan nama
baik, kpntingan hkm thdp rasa susila, dsb.
Kpntingan hkm masyarakat (sociale of
maatschapppelijke belangen), msalnya kpntingan
hkm thdp keamanan dan ketertiban umum, ketertiban
berlalu lintas di jalan raya, dsb.
Kpntingan hkm negara (staatsbelangen), msalnya
kpntingan hkm thdp keamanan dan kslmatan negara,
kpntingan hkm thdp negara2 sahabat, kpntingan hkm
thdp martabat kpla negara dan wakilnya, dsb.
DASAR-DASAR
PENIADAAN,
PEMBERATAN,
PERINGANAN, DAN
HAPUSNYA HAK MENUN
TUT DAN MENJALANKAN
PIDANA
Dasar2 Peniadaan Pidana
Mnrut Adami Chazawi, dsar2 peniadaan atau
penghapusan pidana (strafuitslutingsgronden) di
dlm KUHP dibedakan antara yg brsifat umum dan
khusus.
I. DSAR2 PENIADAAN/PNGHPUSAN PID
SCRA UMUM
Tdk dipidananya ssorg ats plnggaran kttuan pid
yg brsifat umum disbbkan tdk dpt ditntutnya si
pembuat (vervolgingsuitslutingsgronden) krn
alsan pemaaf dan dihapuskannya prbtan si
pembuat krn alsan pembenar.
Bab III KUHP mnntukan tujuh alasan (dasar) yg
mnybabkan tdk dpt dipidananya si pembuat ini,
ialah:
1. adanya ktdkmampuan brtnggungjwab si pembuat,
(Pasal 44 ayat (1) )
2. adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)
3. adanya pbelaan trpaksa (noodweer, Pasal 49 ayat (1) )
4. adanya pbelaan trpaksa yg mlmpaui batas
(noodweerexcess, Pasal 49 ayat (2))
5. krn sbb mjlankan perintah UU (Pasal 50)
6. krn mlksnakan printah jbtan yg sah (Pasal 51 ayat (1))
7. krn mnjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg i’tikad baik
(Pasal 51 ayat (2))
Dari tujuh alasan tsb di atas, kmdian dibagi
mjd dua alasan, yaitu:
1. Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgronden)
Alasan ini brsifat subjektif&melekat pd diri
orgnya, khususnya mngnai sikap batin sblm/pd
saat akan berbuat. Alasan pemaaf ini terdiri dri :
ktdkmampuan bertanggung jawab;
pmbelaan trpaksa yg melampaui batas; dan
mjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg i’tikad baik.
2. Alasan pembenar (rechtsvaardingingsgronden)
Alasan ini bersifat objektif&melekat pd
prbuatannya/hal2 lain di luar batin si pembuat.
Alasan pembenar ini terdiri dari:
adanya daya paksa
adanya pembelaan terpaksa
sebab menjalankan perintah UU
sebab menjalankan perintah jabatan yang sah
PERBDAAN ANTRA ALASAN PEMAAF DG
ALASAN PEMBENAR YAITU :
Pd alasan pemaaf si plku tdk di pid mskipun
prbtannya trbkti mlnggar uu. Artinya prbtannya
itu ttap brsifat mlwan hkm, nmn krn hlang/hpusnya
kslahan pd diri si plku, prbtannya itu tdk dpt
diprtnggungjwbkan kpdnya atau si plku dimaafkan
ats prbtannya tsb. Contohnya : org gila yg mlkkan
pmbunuhan atau perkosaan. Sdngkan pd alasan
pembenar, tdk dipidananya si plku krn prbtannya
dibnarkan/prbtan tsb kehilangan sifat mlwan
hkmnya, mskpun knytaannya prbtan si plku tlh
mmnuhi unsur2 tndak pid ttpi krn hpusnya sifat
mlwan hkm pd prbtan itu, si plku tdk dpt di pid.
Contohnya : seorang algojo yg mengeksekusi mati
terhukum pid mati krn mjlankan perintah jabatan.
II. DASAR DIPERBERATNYA
PIDANA
 Dasar Pemberatan Pidana Umum
Undang-undang mengatur tentang tiga
dasar (alasan) yang menyebabkan
diperberatnya pidana umum, ialah:
Ad. 1. karena jabatan
Ad. 2. karena menggunakan bendera
kebangsaan
Ad. 3. karena pengulangan (recidive)
Lnjtan....,
Ad. 1. Alasan karena Jabatan
Pemberatan karena jabatan ditentukan dalam
Pasal 52 KUHP yang rumusan lengkapnya
adalah: “Bilamana seorang pejabat karena
melakukan tindak pidana melanaggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya atau pada
waktu melakukan tindak pidana memakai
kekuasaan, kesempatan atau sarana yang
diberikan kepadanya karena jabatannya,
pidananya dapat ditambah sepertiga.”
Dsar pmberat pid tsb dlm Pasal 52 ini trltak pd keadaan
jbtan dr kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri)
mngnai empat hal ialah dlm mlkkan tindak pid dengan :
a. Mlnggar suatu kwjiban khusus dr jabatannya, contoh
: Seorang polisi yg diprintah brtgas di Pos Keamanan
sebuah Bank, mk dia dibbani tgs khusus, utk mnjga
keamanan, keselamtan bank bsrta slruh org yg brhbungan
dg bank tsb dimna dia brtgas. Akn ttpi kwjiban khusus
tsb dpt pla dilnggarnya dg mlkkan tindak pid yg justru
mnyerang kslmatan&keamanan bank itu. Msalnya dia
berkomplotan dg org lain utk mrampok bank tsb, dia
mberi informasi dan mrancang kjhtan itu srt brlaku pasif
utk mberi ksmpatan pd tman2nya dlm mnjlankan aksi
perampokan tsb.
b. Memakai kekuasaan jabatannya, Suatu jabatan
publik disamping mmbeban kwjiban khusus dan
kwjiban umum dr jbtannya, suatu kekuasaan yg
mlkat&timbul dr jbtan yg dipangku. Kekuasaan ini jg
dpt dislahgnakan pmangkunya utk mlkkan suatu kjhtan
tttu yg bhubngan dg kekuasaan itu. Contoh : seorang
Penyidik krn jbtannya, dia mmliki kekuasaan utk
mnngkap&mnahan seorang tersangka. Dg kekuasaan ini
dia mnangkap seorang musuh pribadi yg dibencinya dan
menahannya tnpa mprdulikan ada atau tidaknya alasan
pnahanannya atau merekayasa alasan dr tindakannya itu.
Oknum polisi ini dapat diperberat pidananya dengan
ditambah sepertiga dari 8 tahun penjara (333 ayat 1
KUHP).
c. menggunakan kesempatan karena
jabatannya. Pegawai negeri dlm mlksnakan tgs
pkrjaan brdsarkan hak&kwjiban jbtan yg
dipangkunya, jg dpt trjdinya prbtan yg mlnggar
UU, apbla ksmptan ini dislahgnakan utk
mlkkan tindak pid. Misalnya, seorang penyidik
pmbantu dlm mlksnakan penyitaan barang2
perhiasan di toko perhiasan, ktka itu dia mpnyai
ksmpatan utk mngambil dg mlwan hkm sbgian
dr perhiasan yg disitanya tsb.
d. Menggunakan sarana yg dibrikan krn
jabatannya. Seorang pegawai negeri dlm mjlnkan
kwjban&tgas jbtannya dibrikan sarana2 tttu dan
sarana mna dpt dignakan utk mlkkan tindak pid tttu.
Di sini dpt diartikan mnylahgunakan sarana dr
jbtannya utk mlkkan suatu tindak pid. Misalnya,
seorang polisi yg diberi hak menguasai senjata api,
dan dg senjata api itu dia menembak mati musuh
pribadi yg dibencinya. Mka dpt diprberat pid penjara
yg dijtuhkan kpdanya dg ditambah sepertiga dr 15 thn
(Psl 338 KUHP) atau sampai maksimum 20 tahun.
Lnjtan....,
Ad. 2. Dasar Pemberatan Pidana dg
Menggunakan Sarana Bendera Kebangsaan
Mlkukan suatu tindak pidana dg menggunakan
sarana bendera kebangsaan dirumuskan dlm
Pasal 52 a, KUHP yg bunyi lengkapnya
adalah :
“Bilamana pada waktu melakukan kejahatan
digunakan bendera kebangsaan Republik
Indonesia, pidana untuk kejahatan tersebut
dapat ditambah sepertiga.”
Ad. 3. Dsar Pmbratan Pid krn Pnglangan pid
(Recidive). Mngnai pnglangan KUHP mngtur:
• Pertama, mnybutkan dg mnglmpokkan tindak2
pidana tttu dg syarat2 tttu yg dpt tjdi
pnglangannya. Pengulangan hny trbtas pd tindak
pid-tindak pid tttu yg disbtkan dlm Pasal 486,
487, 488 KUHP; dan
• Di luar klmpok kjhtan dlm Pasal 386, 387 dan
388 itu, KUHP jg mnntukan bbrpa tindak pid
khusus tttu yg dpt tjdi pnglangan, misalnya Pasal
216 ayat (3), 489 ayat (2), 495 ayat (2), 501 ayat
(2), 512 ayat (3) KUHP.
III. DASAR-DASAR DIPERINGANNYA
PIDANA BAGI PEMBUAT
1. Dasar-dasar yang Menyebabkan Diperingannya
Pidana Umum
Menurut KUHP: Belum Berumur 16 Tahun. Diatur dlm
Bab III Buku I KUHP ttg hal2 yg mnghapuskan,
mengurangkan atau memberatkan pidana. Ttg hal yg
memperingan pidana dimuat dalam Pasal 45, 46 dan
47. akn ttpi sejak brlkunya UU No. 3 Tahun 1997 ttg
Pengadilan Anak, ketiga pasal itu tlh tdk berlaku lagi
(Pasal 67). UU ini jg tlh dignti dg dikeluarkannya UU
No 11 Thn 2012 ttg Sistem Peradilan Anak.
2. Dsar2 yg Mnybabkan Diperingannya Pid Khusus
Disebagian tindak pid tttu, ada pla dicntumkan dasar
peringanan tttu, yg hny brlaku khusus thdp tindak pid yg
disbtkan itu sja, dan tdk brlaku umum utk segala macam
tindak pid. Dasar peringan pidana khusus ini tersebar di
dlm pasal-pasal KUHP. Contoh : tindak pid dlm bentuk
pokok : pembunuhan (338), penganiayaan (351 ayat 1),
pencurian (362), penggelapan (372), penipuan (378). Pd
bbrapa tindak pid dlm jenis yg sama, ada dlm bentuk yg
lbih ringan (kadang disebut tindak pidana ringan), yaitu
pembunuhan dalam hal yang meringankan (341),
penganiayaan ringan (352), pencurian ringan (364),
penggelapan ringan (373), penipuan ringan (379).
HAL YANG MENYEBABKAN
HAPUSNYA HAK UNTUK MENUNTUT
DAN MENAJALANI HUKUMAN
1. Hapusnya Hak Negara untuk Menuntut
Pidana
Penuntut Umum (PU) dlm hal2 tttu tdk
mpnyai hak utk mnntut pidana thdp ssorg yg
tlh mlkkan tindak pid dikarenakan bbrapa
hal yaitu:
 Ne bis in idem (Pasal 76)
 Meninggalnya si pembuat (Pasal 77)
 Lampau waktu atau kadaluarsa (Pasal 78-80)
 Penyelesaian di luar pengadilan, yaitu
dengan dibayarnya denda maksimum dan
biaya-biaya bila penuntutan telah dimulai
(Pasal 82: bagi pelanggaran yang hanya
diancam pidana denda)
2. Hapusnya Hak Negara untuk
Menjalankan Pidana/Hukuman
Mskipun suatu ptsan pmdanaan tlh mpnyai
kktan hkm, ada dua hal yg mnybbkan
hapusnya hak negara utk mnjlnkan pid dlm
KUHP. Pertama, diatur dlm Pasal 83 KUHP,
krn mninggalnya si terpidana dan kedua,
krn daluarsa diatur dlm Pasal 84 KUHP.
Sdngkan dsar hapusnya hak negara mnjlnkan
pidana di luar KUHP adl grasi yg dibrikan
olh Presiden dg mprhtikan prtmbangan
Mahkamah Agung (MA), Pasal 14 UUD
1945 jo UU No. 22 Thn 2002 ttg Grasi.
GRASI, AMNESTI, ABOLISI&REHABILITASI
Brdsrkan Psl 14 UUD NRI Thn 1945, Presiden Republik
Indo brhak utk mmbrikan grasi&rehabilitasi dg
mmprhtikan prtmbngan MA (Psl 14 ayat (1)), srt
mbrikan amnesti&abolisi dg mprhtikan ptmbangan DPR
(Psl 14 ayat (2)).

1. PENGERTIAN GRASI
Dlm arti smpit brrti mrpkan tndkan meniadakan hkman
yg tlh diptskan olh hakim. DG kt lain, Presiden brhk utk
meniadakan hkman yg tlh dijthkan olh hakim kpd sseorg.
(ampunan dr presiden pd org yg tlh dijthi hkman).
2. PENGERTIAN AMNESTI
Mrpkan suatu pnytaan thdp org bnyk yg trlbat dlm
suatu tndk pid utk meniadakan suatu akibat hkm
pid yg tmbl dr tndk pid tsb. Amnesti ini dibrkan
kpd org2 yg sdh ataupun yg blm dijthi hkman, yg
sdh ataupun yg blm diadakan pengusutan atau
pmrksaan thdp tndk pid tsb.

3. PENGERTIAN ABOLISI
Mrpkan suatu kptsan utk mnghntikan pengusutan
&pmrksaan suatu prkra, dimn pengadilan blm
mjtuhkan kptsan thdp prkra tsb. 
lnjtan....,
Seorang presiden mbrikan abolisi dg prtmbngan dmi alsan
umum mngngat prkra yg mnyngkut para trsngka tsb trkait
dg kpntngan ngra yg tdk bs dikrbankan olh kptsan
pengadilan. (pnghpusan hkm atau membatalkan hkm.)

4. PENGERTIAN REHABILITASI
Rehabilitasi mrpkan suatu tndkan Presiden dlm rngka
mmlihkan nama baik sseorg yg tlh hlng krn suatu kptsan
hakim yg trnyta dlm wkt brkutnya trbkti bhw kslhan yg tlh
dilkkan se-org trsngka tdk sbrpa dibndingkan dg prkraan
smla/bhkan ia trnyta tdk brslah sm skli.
CONCURCUS/PERBARENGAN
TINDAK PIDANA
 Pengertian
Concursus atau perbarengan tindak pid
ialah tjdinya dua atau lbih tindak pid olh stu
org di mna tindak pid yg dilkkan prtma kali
blm dijtuhi pid, atau antara tindak pid yg
awal dg tindak pid brkutnya blm dibtasi olh
suatu ptsan hakim. Jdi concursus adL ssorg
mlkkan bbrapa tindak pid dan di antara
tindak pid tsb blm mpnyai ptsan hakim yg
mproleh kekuatan hukum tetap (in kracht).
Ilmu hukum pidana mengenal 3 (tiga)
bentuk concursus /jg dsb 3 ajaran, yaitu :
1. Concursus idealis (eendaadsche samenloop);
tjd apbla ssorg mlkkan satu prbtan&trnyata satu
prbtan tsb mlnggar bbrpa ktntuan hkm pidana.
2. Concursus realis (meerdaadsche samenloop);
tjd apbla ssorg skligus merealisasikan bbrpa
prbtan.
3. Perbuatan lanjutan (voortgezette handeling);
tjd apbla ssorg mlkkan prbtan yg sama bbrapa
kali, dan di antara prbtan2 itu tdpt hub yg
sdmikian eratnya shngga rangkaian prbtan itu
hrs dianggap sbg prbtan lanjutan.
1. Concursus Idealis. Diatur dlm Pasal 63
KUHP yg bunyinya sbb :
(1) Jka satu prbtan trmsuk dlm lbih dr satu
norma pid, yg dipkai hny slah stu dr norma
pid itu; jka hkmannya berlainan, yg dipkai
adl norma pid yg diancam pidananya yg
trbrat.
(2) Jka bg suatu prbtan yg trmsuk dlm
norma pid umum, ada suatu norma pid
khusus, norma pid khusus ini saja yg hrs
dipakai.
Lnjtan....,
Bbrpa contoh dr pndpat Hazewinkel-
Suringa yg termuat dlm Psl 63 KUHP :
◦ Seorang guru berbuat cabul dengan muridnya
yang masih di bawah umur. Kejadian tersebut
melanggar tindak pidana perlindungan
terhadap anak dan salah menggunakan
kekuasaan
◦ Seseorang melakukan pemerkosaan di jalan
umum. Kejadian tersebut melanggar tindak
pidana pemerkosaan dan kesusilaan di
hadapan umum.
2. Concursus Realis. Diatur dlm Pasal 65, 66
dan 67 KUHP. Pasal 65 KUHP berbunyi :
◦ Dlm hal gbngan bbrpa prbtan yg hrs dipndang
sbg prbtan yg msing2 brdri sndri&mrpkan bbrpa
kjhtan yg atasnya ditntukan hkman pokok yg
sjnis, mka satu hkman sj yg dijatuhkan (Psl 65
(1) KUHP).
◦ Lama yg trtinggi dr hkman itu adl jmlh hkman2
trtinggi ats prbtan itu, ttpi tdk blh lbh dr hkman
yg trbrat ditmbah sepertiga.
3. Prbtan Lnjutan (Voortgezette Handeling), diatur
dlm Pasal 64 KUHP yakni :
Dlm hal antara bbrpa prbtan, mskpun prbtan itu
msing2 mrpkan kjhtan/plnggaran, ada sdmikian
hbngannya shngga hrs dipndang sbg satu prbtan yg
brlanjut, mka hnylah satu atran hkm sja yg
dibrlkukan, jka brlainan, mka dipakai atran dg
hkman pokok yg trberat.
 Tirtaamidjaja mbri contoh prbtan brlanjut tsb
sbb : misalnya A hendak berzina dg seorang
prmpuan B yg tlh bersuami ; A mlksnakan
mksudnya itu dg bbrpakali berzina dg prmpuan itu
dlm selang wkt yg tdk terlalu lama.
Lnjtan....,
Para pakar pd umunya berpendapat
“perbuatan berlanjut” sbgmna diatur dlm
Pasal 64 KUHP, terjadi apabila :
kejahatan atau pelanggaran tersendiri itu
adalah pelaksanaan dari satu kehendak
yang terlarang;
kejahatan atau pelanggaran itu sejenis;
dan
tenggang waktu antara kejahatan atau
pelanggaran itu tidak terlalu lama
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai