Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Di

Oleh :

Nama : M. Ashabul Fikri

Npm :2111090036

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I .................................................................................................................... 1
1.1.Pendahuluan .................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3.Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
1.4.Manfaat Makalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian strategi pemebelajaran................................................................... 3
2.2 Bagaimana strategi pembelajaran dengan pendekatan CBSA ...................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah
pendidikan. Pada saat ini pendidikan menjadi fenomena permasalahan yang
sangat penting di Indonesia. Hal ini dilihat dari keadaan SDM di bangsa Indonesia
yang kurang siap menghadapi millennium goals, era globalisasi, dan era
informasi, menurut Pikiran Rakyat tahun 2006 menyatakan bahwa di tingkat
dunia Indonesia termasuk Negara penghutang (debitor) nomor 6, Negara terkorup
nomor 3, peringkat SDM ke 112 dari 127 negara, dengan penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan mencapai 30% dan pengangguran terbuka mencapai 12
juta (Mulyasa, 2007:3). Sehingga berbagai upaya perbaikan ditempuh sebagai
harapan bagi pembaruan paradigma pendidikan Indonesia yang lebih bermutu dan
kompetitif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.(
Hidayati, 2009)
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara lain adalah
menyempurnakan kurikulum, dan menggunakan model pembelajaran, serta bahan
ajar yang tepat. Pembaruan dalam bidang kurikulum yang telah dilakukan
pemerintah adalah penyempurnaan kurikulum 1994 yang cenderung berpusat pada
siswa menjadi konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilakukan
perbaikan lagi terhadap KBK menjadi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah “kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan” (BSNP,
2006:5).
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukaif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi
yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannyan
secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan
pengajaran (Djamarah, 2002). Untuk itulah maka dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.

1.2. PERMASALAHAN
Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan beberapa pokok
permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian strategi pembelajaran ?
2. Bagaimana strategi pembelajaran dengan pendekatan CBSA ?

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengkaji lebih
dalam mengenai bahan ajar. Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa
sebagai calon pendidik mampu melakukan pengembangan bahan ajar sesuai
dengan spesifikasi mata pelajaran yang diasuhnya.

1.4. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagi guru sebagai sumber informasi tentang efektivitas penggunaan
strategi penyampaian bahan ajar fakta pada pelajaran sejarah.
2. Bagi sekolah sebagai bahan masukan dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didiknya, terutama dalam
pelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran


Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan
dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational
goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai
tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.

Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai
bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang
menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu
strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan
menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu
pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam
proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar
siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang


instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis
strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian
pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan
pembelajaran.

2.2. Pengertian Pendekatan Belajar Aktif


Pendekatan Belajar Aktif adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri.
Kemampuan belajar mandiri ini merupakan tujuan akhir dari belajar aktif (Active
Learning). Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang
sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak didik.
Pembelajaran aktif (Active Learning) mempunyai tujuanuntuk
mengoptimalkan semua potensi yang dimilki oleh peserta didik, sehingga semua
peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (Active Learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau peserta didik agar tetap
tertuju pada proses pembelajaran.
Belajar aktif merupakan perkembangan teori Dewrning by Doing ( 1859
– 1952 ). Dewey sangat tidak setuju pada rote Learning “ belajar dengan
Menghafal “. Dewey merupakan pendiri Dewey School yang menerapkan prinsip-
prinsip “ Learning by Doing “, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses
belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum
diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses balajar.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan
kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru
untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta
pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa teori rote learning” Belajar
dengan menghafal “ tidak cocok dalam proses belajar mengajar karena siswa
hanya dituntut untuk menghafal saja tanpa disertai dengan pemahaman terhadap
materi yang diajarkan. Berbeda dengan teori Learning by Doing dimana siswa
dilibatkan secara spontan dalam proses belajar mengajar. Dalam teori ini siswa
didorong untuk memberikan pemahamannya terdapat materi yang diajarkan
berdasarkan pemahaman masing-masing siswa. Sehingga teori ini mengandung
berbagai kiat untuk menumbuhkan kemampuan dan potensi siswa dalam belajar
aktif
.Peran serta siswa (peserta didik) dan guru dalam konteks belajar aktif
menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu
memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang
pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan
melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan dapat mengelola sumber belajar
yang diperlukan. Itulah sebabnya guru dikatakan termasuk dalam salah satu
sumber belajar karena guru merupakan orang yang mampu memberi informasi
dan pengetahuan kepada siswanya. Siswa juga terlibat dalam proses belajar
bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah, mencari,
mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola
dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Siswa juga diharapkan
mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan
pengetahuan yang pernah diterimanya.
Selain itu, siswa dibina untuk memiliki keterampilan agar dapat
menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-
hal atau masalah yang baru dihadapinya. Dengan demikian siswa mampu belajar
mandiri. Active Learning (belajar aktif) pada dasarnyaberusaha untuk
memperkuat dan memperlancar Stimulus yang diberikan guru dan respons anak
didik dalam pembelajaran, serta proses pembelajaran menjadi suatu hal yang
menyenagkan bukan menjadi hal yang membosankan bagi mereka, sehingga
mereka dapat mengingat banyak tentang pelajaran yang disampaikan oleh gurunya
terhadap mereka.
Dengan demikian Strategi Active Learning (belajar Aktif ) pada anak
didik dapat membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses, hal ini kurang
diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Dalam metode Active Learning
(belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Agar peserta didik tidak
mudah lupa dengan pelajaran yang diterima sebelumnya. Materi pelajaran yang
baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa
dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna,
sedemikian rupa sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar.
Menurut T. Raka Jono (dalam Abu Ahmadi dan Prasetya Joko Tri,
2005:120) (CBSA) dapat dilihat dari dua segi, yakni dari segi siswa yang berarti
bahwa CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
belajar. Aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental, maupun keduanya. Ada
juga yang lebih menekankan pada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai
maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai keaktifan fisik.
CBSA dilihat dari segi guru merupakan suatu strategi yang dipilih guru
agar keaktifan siswa dalam kegiatan belajar berlangsung secara optimal. Untuk
mencapai maksud ini guru sebelumnya telah mendesain kegiatan belajar mengajar
yang meletakkan aktivitas pada subjek didik.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif,maupun psikomotorik. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Konsep CBSA dalam
bahasa Inggris disebut student active learning (SAL).
Pendekatan CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut
keaktifan dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu
mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. Dalam pendekatan ini
guru tidak boleh menganggap siswa sebagai anak kecil yang tidak mungkin bisa
mandiri dalam belajar, akan tetapi guru sebagai mitra siswa untuk bersama-sama
aktif dalam proses pembelajaran.

C. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA


Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-
kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam
proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik.Prinsip-Prinsip
CBSA yang nampakpada dimensisebagaiberikut:

1. Dimensi subjek didik


a. Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan
yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud
karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar
melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkan pendapat.
b. Keberanian atau keinginan untuk mencari kesempatan, untuk berpartisipasi
dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini
terwujud bila guru bersikap demokratis.
c. Kreatifitas maupun usaha siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga
dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
Guru hendaknya dapat memahami potensi yang dimiliki peserta didik dan juga
memahami kebutuhannya, sehingga setelah memahami hal ini guru dapat memilih
jenis-jenis kegiatan yang diperlukan peserta didik sebagai subjek belajar.
d. Dorongan keingintahuan yang besar pada diri siswa untuk mengetahui dan
mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
e. Peranan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan
siapapun termasuk guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini perlu ditanamkan
dalam diri peserta didik karena dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar
mengajar (KBM).
2. Dimensi Guru
. Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan
serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Guru harus
mampu berinteraksi dengan peserta didiknya dan juga dapat memberi motivasi
serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan
siswa untuk aktif daalam proses belajar mengajarnya.
b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan
motivator.
c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar. Hal ini
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena sikap demokratis adalah
sikap memberi kebebasan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar.

d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta
tingkat kemampuan masing-masing. Sehingga diperlukan guru untuk mengetahui
bahwa setiap peserta didik mempunyai banyak perbedaan, atau tidak sama antar
satu dengan yang lainnya.
e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta
penggunaan multimedia. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar
yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3. Dimensi Program
a. Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan,
minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting
diperhatikan guru.
b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun
aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
c. Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi, dalam
penentuan media dan strategi belajar mengajar sehingga peserta didik dapat
memahami materi yang dipelajarinya.
4. Dimensi situasi belajar-mengajar
a. Situasi belajar yang di dalamnya terdapat komunikasi yang baik, hangat,
bersahabat, antara guru-siswa maupun antar siswa sendiri dalam proses belajar-
mengajar.
b. Adanya suasana gembira dan gairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
D. Strategi Pendekatan cara belajar siswa aktif
Strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :
1. Refleksi
Guru dapat meminta siswa untuk secara berkala merefleksikan hal-hal yang telah
dipelajarinya dalam pembelajaran. Dalam tahap ini guru menjelaskan sedikit
tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk melatih ingatan siswa agar
tidak lupa pada materi yang telah diajarkan . Contohnya: melalui jurnal opinion
paper .
2. Pertanyaan Siswa (Anak didik)
Untuk setiap pokok bahasan atau pertemuan, guru memberi tugas siswa untuk
menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami, atau hal-
hal yang perlu dibahas bersama guru dan teman-teman siswa lainnya. Pada tahap
ini diharapkan siswa untuk mengingat dan mengembangkan materi yang telah
diajarkan.
3. Rangkuman
Guru dapat membiasakan siswa untuk membuat rangkuman terhadap hasil disuksi
kelompok yang dilakukan dikelas atau sebagai tugas mandiri. Selain itu
rangkuman tersebut juga dapat merupakan tugas untuk mengevaluasi/menilai
sesuatu seperti buku, artikel, majalah dan lain-lain berdasarkan prinsip-prinsip
yang telah dipelajarinya dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa
memiliki gambaran terhadap materi yang diajarkan dan siswa dapat menjelaskan
kembali materi yang telah dijelaskan berdasarkan pemahaman mereka masing-
masing
.4. Pemetaan Kognitif
Pemetaan kognitif adalah alat untuk membuat siswa aktif belajar tentang konsep-
konsep (reposisi) dan skemanya. Pemetaan kognitif juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan proses belajar aktif siswa. Untuk dapat merancang kegiatan yang
melibatkan siswa secara aktif dan menantang siswa secara intelektual, diperlukan
guru yang mempunyai kreativitas dan profesionalisme yang tinggi.
Belajar aktif memperkenalkan cara pengelolaan kelas yang beragam tidak hanya
berbentuk kegiatan belajar klasikal saja. Kegiatan belajar klasikal (ceramah)
masih tetap digunakan agar guru dapat memberi penjelasan tentang materi
pelajaran dengan jelas dan baik. Namun kegiatan belajar klasikal bukan
merupakan satu-satunya model pengelolaan kelas. Masih banyak bentuk kegiatan
lainnya seperti belajar kelompok, kegiatan belajar berpasangan, dan kegiatan
belajar perorangan.
Masing-masing bentuk kegiatan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Guru perlu memilih bentuk kegiatan yang paling tepat berdasarkan tujuan
intruksional kegiatan yang telah ditetapkan. Bentuk kegiatan yang dipilih
hendaknya mampu merangsang siswa untuk aktif secara mental, sekaligus
mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Belajar aktif mensyaratkan
pemanfaatan sumber belajar yang beraneka ragam secara optimal dalam proses
belajar. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan tidak hanya terbatas pada
sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah saja, seperti guru, teman,
laboratorium, studio, dan perpustakaan saja. Namun juga pada sumber belajar
yang ada di luar sekolah, seperti komunitas masyarakat, objek/tempat tertentu
media, gejala alam, narasumber setempat seperti pemuka agama dan pemuka adat.
Pemanfaatan sumber belajar yang beranekaragam secara optimal merupakan titik
tolak kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan menantang siswa.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal dan
mangembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki. Di samping itu
siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang
terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara
sistematis, kritis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari
melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya.

5. Belajar aktif menuntut guru bekerja secara professional


Selanjutnya, Belajar Aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar
secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan
efisien. Artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang dilaksanakan
secara sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang
bermakna bagi siswa.
Untuk itu guru diharapka nmemiliki kemampuan untuk:
a. Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses
pembelajaran.
b. berkreasi mengembangkan gagasan baru.
c. mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah
dengan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat.
d. mempelajari relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan
kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat.
e. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara
bertahap dan utuh.
f. memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuannya.
g. menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa


dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga
memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara
efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang
memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian,
memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai
tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan
pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang
studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk
memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar,
sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan
masalah kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat
mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma
konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Model problem solving and
reasoning, model inquiry training, model problembased instruction, model
conceptual change instruction, model group investigation, dan masih banyak lagi
model-model yang lain yang berlandaskan paradigma konstruktivistik, adalah
model-model pembelajaran alternatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran
humanis populis.
DAFTAR PUSTAKA

Denira Nurlayla. (2016). Apa itu CBSA?.


https://www.academia.edu/9131856/Apa_itu_CBSA (Diakses pada
tanggal 15 November 2016);

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat


Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Direktorat PLP.

Kamin Sumardi. Pengembangan Model-Model Pembelajaran. Makalah Model


Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah


diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG
Matematika.

Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second


Edition).

Anda mungkin juga menyukai