Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : Desain Pembelajaran

Dosen Pengampuh : Mustamin S.Ag M,Si

MAKALAH

MENYUSUN STRATEGI INSTRUKSIONAL

Di Susun Oleh

Kelompok 6 :

MUHAMMAD WISNO MUNABIR 10120170062

PAIZ ASBAR WR 10120200047

IRWAN RUSTAM 10120200071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Menyusun
Strategi Instruksional, ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada Desain Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mustamin S.Ag M.Si. Selaku
dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 24 September 2021

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
A. Pengertian Strategi Instruksional .................................................................... 4
B. Komponen Utama Strategi Instruksional ........................................................ 4
C. Langkah Mengembangkan Strategi Instruksional.......................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 19
A. Kesimpulan .................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu


bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka
pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih
serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi
proses pembelajaran. Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan
instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang
berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional,
desain instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program
instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan
pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan
adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari
istilah“ instructional development ”. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah
merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT( Association
for Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.

Dalam Pengajaran, terdapat dua aktivitas yang dilakukan di dalamnya,yaitu


aktivitas belajar dan aktivitas mengajar. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang
dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru. Sedangkan
mengajar yaitu aktivitas seorang siswa untuk memberikan informasi kepada siswa
tentang pokok bahasan yang harus dipahami oleh siswa.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa komponen


yang ada di dalamnya. baik itu guru, siswa maupun sistem yang terdapat dalam
pembelajaran itu sendiri. Jika ditinjau dari segi guru, akan sangat menentukan jika
guru memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi yang akan digunakan
untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran.

Jika melihat, aktivitas pengajaran bukanlah sesederhana seperti apa yang


dilihat, karena keberhasilan suatu pendidikan siswa tergantung pada proses

1
pengajaran. sehingga pengajaran sangat penting karena berkaitan dengan upaya
mengubah, mengembangkan dan mendewasakan insan didik. Aktivitas pengajaran
yang dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti prinsip- prinsip pegelolaan
serta kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya
terhadap pelaksanaan pengajaran.

Setiap pendidik memiliki cara atau style yang berbeda dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu metode, ada
juga yang menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode. Walaupun
terdapat variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal yang harusnya tetap
sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun metode atau yang
dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut bertujuan agar siswa dapat
memahami apa yangakan ia sampaikan.

Dalam menentukan atau memadukan strategi, metode, model, teknik dan


taktik seorang guru harus memiliki kemampuan dalam bidang pengajaran.
Penyesuaian terhadap materi ajar sangat penting. sebaik apapun strategi yang
digunakan, jika tidak sesuai dengan materi maka berdampak siswa akan mendapatkan
kesalahan konsep dari materi yang diajarkan.

Keberagaman dalam memvariasikan model, metode dan media tersebut


harusnya tetap memiliki pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait
dengan bagaimana cara menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis
angkat sebagai permasalahan pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang
disusun berdasarkan strategi instruksional dalam model pengembangkan
Instruksional yang dikembangkan oleh Suparman (2004).

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu adanya pemaparan tentang


pengembangan strategi pengajaran agar terdapat sinkronisasi antara strategi yang
digunakan dengan materi atau situasi siswa dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian strategi intruksional?


2. Apa saja komponen utama dalam strategi intruksional?

2
3. Bagaimana langkah mengembangkan strategi intruksional?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian strategi intruksional.


2. Untuk mengetahui komponen utama dalam strategi intruksional.
3. Untuk mengetahui langkah mengembangkan strategi intruksional.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Instruksional

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan


untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika
dihubungkan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola- pola umum
kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007).
Pengertian strategi pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan
oleh Suparman (2004), bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan
bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditentukan.
Strategi intruksional adalah suatu komponen sistem intruksional yang masih
terbelakang. Ia masih belum berkembang seperti komponen- komponen yang lain.
Menurut Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa strategi intruksional menjelaskan
komponen-komponen umum dari suatu set bahan intruksional dan prosedur prosedur
yang akan digunakan bersama bahan - bahan tersebut untuk menghasilkan hasil
belajar tertentu pada siswa.
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan,serta waktu
yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang
telah ditentukan. Dalam menggunakan suatu strategi,seorang guru harus mampu
memadukannya dengan model dan metode pengajaran yang sesuai. dengan adanya
kesesuaian antara strategi, model dan metode maka semain mudah bagi siswa untuk
memahami materi pembelajaran.

B. Komponen Utama Strategi Instruksional


1. Komponen Utama Pertama: Urutan Kegiatan Intruksional
Urutan kegiatan intruksional terdiri atas komponen pendahuluan, penyajian
dan penutup dan disetiap komponen terdiri atas beberapa langkah yaitu sebagai
berikut:

4
1. Sub Komponen Pendahuluan
Pendahuluan merupakan merupakan kegiatan awal dari kegiatan intruksional
yang sesungguhnya. Dick dan Carey (1985) menyebutkan pre- intruksional activities
dan model universitas terbuka menggunakan istilah pengamatan atau kadang - kadang
disebut pendahuluan. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
Pada babak permulaan pembelajaran, siswa ini ingin segera mengetahui apa yang
akan dipelajarinya maka seorang pengajar menjelaskanya secara singkat.
2) Penjelasan Relevansi isi pelajaran baru
Siswa akan lebih cepat mempelajari sesuatu yang baru bila sesuatu yang akan
dipelajarinya itu dikaitkan dengan sesuatu yang telah diketahuinya atau dengan
sesuatu yang biasa dilakukanya sehari- hari.
3) Penjelasan Tentang Tujuan Intruksional
Siswa terutama yang telah dewasa atau matang akan belajar dengan lebih cepat bila ia
mendapatkan tanda-tanda yang mengarahkan proses pembelajarnya.

2. Sub Komponen Penyajian


Setelah selesai kegiatan pendahuluan, pengajar mulaimemasuki kegiatan
penyajian. Penyajian adalah sub komponen yang sering ditafsirkan secara awam
sebagai pengajaran karena memang merupakan inti kegiatan pengejaran. Didalamnya
terkandung tiga pengertian pokok yaitu:
1) Uraian, merupakan penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep,
prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa.
2) Contoh, adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kegiatan siswa
sebagai wujud dari materi pengajaran yang sedang diuraikan.
3) Latihan, merupakan kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep,
prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya kedalam praktik yang
relevan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

3. Sub Komponen Penutup


Penutup adalah sub komponen terakhir dalam urutan kegiatan intruksional.
Ia terdiri dari dua langkah yaitu langkah pertama tes formatif dan langkah kedua
tindak lanjut:
1) Tes Formatif, merupakan suatu set pertanyaan untuk dijawab atau
seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur kemajuan belajar

5
siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran. tes ini dapat diajukan
secara terulis dan lisan.
2) Tindak lanjut, merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik setelah
melakukan tes formatif dan umpan balik. Peserta didik yang telah tuntas
belajar akan melanjutkan ke bagian pelajaran selanjutnya, dan peserta
didik yang belum tuntas harus mengulangi isi pelajaran tersebut dengan
menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.

2. Komponen Utama Kedua: Metode Intruksional


Salah satu komponen utama strategi intruksional di luar urutan kegiatan
intruksional adalah metode intruksional. Metode intruksional berfungsi sebagai cara
dalam menyajikan (mengurutkan, memberi cantoh,dan memberi latihan) isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut adalah metode yang dapat
digunakan pengajar dalam kegiatan intruksional :
a. Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah berbentuk penjelasan mengajar kepada siswa dan
biasanya diikuti dengan tanya jawab. Yang dibutuhkan adalah topik yang diuraikan
dan media visual sederhana.
 Metode ini tepat digunakan untuk :
1) Kegiatan intruksional baru dimulai
2) Keterbatasan waktu
3) Jumlah pengajar sedikit
 Keterbatasan metode ini adalah:
1) Partisipasi siswa rendah
2) Kemajuan siswa sulit dipantau
3) Perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau

b. Metode Demonstrasi
Metode ini mengambil bentuk sebagai contoh pelaksanaan suatu keterampilan
atau proses kegiatan. Penggunaan mensyaratkan adanya suatu keahlian untuk
mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu.
 Metode demonstrasi tepat digunakan:
1) Kegiatan intruksional bersifat formal atau magang.
2) Materi pengajaran berbentuk keterampilan gerak psikomotor, petunjuk
sederhana untuk melakukan sesuatu.

6
3) Pengajar bermaksud mengganti dan menyederhanakan penyelasaian kegiatan
yang panjang.
4) Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
Kesulitan penggunaan metode ini yaitu, mendapatkan orang yang bukan
ahli dalam mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur yang akan diajarkan,
melainkan yang mampu juga menjelaskan setiap langkah yang didemonstrasikannya
secara verbal.

c. Metode Penampilan
Metode ini berbentuk praktik yang dilaksanakan atas dasar penjelasan atau
demonstrasi yang telah diterima. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus :
1) Memberi penjelasan yang cukup selama praktik.
2) Melakukan kegiatan pengamanan sebelum praktik.
 Metode ini tepat digunakan saat :
1) Pelajar telah mencapai tingakat lanjutan
2) Kegiatan intruksional bersifat formal, atau latihan kerja
3) Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari
4) Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja
5) Dapat disediakan pembimbing secara dekat selama praktik
 Kesulitan metode ini adalah :
1) Membutuhkan waktu panjang.
2) Membutuhkan fasilitas dan alat khusus.
3) Membutuhkan pengajar yang lebih banyak

d. Metode Diskusi
Merupakan interaksi antar siswa dengan siswa atau dengan pengajar untuk
mendebatkan topik atau permasalah tertentu. Dalam menggunakan metode ini
pengajar harus :
1) Menyediakan topik yang akan didiskusikan
2) Menyebutka pokok-pokok masalah yang akan dibahas
3) Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis,dan meringkas
4) Membimbing diskusi
5) Sabar terhadap kelompok yang lambat
6) Awas kepada kelompok yang kebingungan
 Metode ini tepat digunakan untuk :

7
1)Tahap menengah atau tahap akhir pembelajaran
2)Pelajaran formal
3)Perluasan pengetahuan
4)Belajar mengidentifikasi, dan memecahkan masalahserta mengambil
keputusan
5) Menghadapi masalah secara kelompok
 Keterbatasannnya adalah :
1) Menyita waktu lama
2) Mempersyaratkan siswa untuk mempunyai latar belakang yang cukup dalam
masalah yang didiskusikan
3) Tidak dapat digunakan pada awal pemebelajaran

e. Metode Studi Mandiri


Metode ini berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian tanpa
bimbingan khusus. Metode ini dilakukan dengan cara :
a) Memberi daftar bacaan.
b) Menjelaskan hasil yang diharapkan.
c) Mempersiapkan tes untuk menilai.
 Penerapan metode ini :
a) Pada tahap akhir proses belajar.
b) Dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
c) Menunjang metode yang lain.
d) Meningkatkan kemampuan kerja.
e) Memberi kesempatan untuk memperdalam minat
Akan tetapi metode ini hanya dapat digunakan bila siswamampu
menentukan sendiri tujannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang digunakan.
f. Metode Kegiatan Intruksional Terprogram
Metode ini menggunakan basab intruksional yang disiapkan secara khusus,
yang pelajaran di dalamnya dipecah menjadi langkah-langkah kecil, diurutkan,
diarahkan untuk mengurangi kesalahan dan diikuti umpan balik.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini :
a) Harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat, dan perlengkapan.
b) Harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes, respon selama proses
belajar dimaksudkan untuk membantu belajar bukan sebagai dasar penilaian.
c) Tersedia sumber yang dapat membantu bila ada kesulitan.

8
d) Secara periodik harus dicek kemampuannya
 Metode ini diterapkan untuk :
a) Semua tahap belajar.
b) Pelajar formal, belajar jarak jauh.
c) Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
d) Mempermudah belajar dalam waktu yang diinginkan.
 Keterbatasannya adalah :
a) Metode ini kurang fleksibel.
b) Biaya pengembangan tinggi.
c) Kurang mendapat interaksi sosial.

g. Metode Latihan dengan Teman


Memanfaatkan seseorang yang telah lulus dalam latihan untuk bertindak
sebagai pelatih. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a) Mula-mula memperhatikan seseorang yang telah mencapai tingkat lanjut
dalam melaksanakan tugas di bawah supervisi pelatih.
b) Setelah itu dilatih dalam keterampilan melakukannya.
c) Setelah lulus tes, selanjutnya menjadi pelatih untuk yang berikutnya.
Metode ini dapat diterapkan pada semua tahap yang dapat dilatihan satu
per satu serta latihan kerja, latihan formal, dan magang. Kesulitannya adalah
terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam suatu periode tertentu, dan kegiatan
latihan harussenantiasa dikontrol secara langsung untuk melihat kualitas.

h. Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang mengganikan
proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Untuk menggunakan metode ini hal
yang harus diperhatikan adalah :
a) Pada tahap awal diperlukan tingkat bawah realitas. Siswa diharapkan
mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan
kondisi tertentu dan sebagainya.
b) Pada tahap pertengahan diperlukan realitas yang memadai. Siswa diharapkan
dapat mempelajari sesuatu dalam kalimat dengan pengetahuan yang lebih luas
dan memulai mengkoordinasi keterampilan.
c) Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.

9
Metode ini sesuai diterapkan untuk semua tahap belajar,memberikan
kejadian-kejadian yang analogis, memungkingkan praktik dan umpan balik dengan
resiko kecil dan diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri. Adapun kelemahannya
adalah biaya pengembangan yang tinggai dan butuh waktu yang lama,fasilitas dan
alat yang digunakan sulit diperoleh serta mahal, dan resiko tinggi.

i. Metode Sumbang Pendapat atau Sumbang Saran (Brain-Storming)


Bila menggunakan metode ini guru, tidak boleh berorientasi terhadap hasil
metode tersebut, tetapi terhadap prosesnya, yaitu mendorong keberaniaan siswa
memunculkan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Metode ini tepat digunakan untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini
dapat menimbulkan frustasi dikalangan siswa, karena tidak menemukan konsesus
pada akhir proses tersebut. Metode ini juga digunakan dalam mencari berbagai
kemungkinan cara memecahkan masalah.
j. Metode Studi Kasus
Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, Kejadian atau situasi
tertentu, yang kemudian siswa ditugaskan untuk mencari alternatif pemecahannya.
Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan
mendapatkan persepsi baru dari suatu konsep dan masalah. Metode ini tepat
digunakan untuk siswa yang cukup dalam masalah tersebut.
Kesulitannya adalah mendapatkan kasus yang ditulis dengan baik sebagai
hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, dan
mengembangkan kasus sangat mahal.
k. Metode Computer Assisted learning (CAL)
Metode ini berbentuk seri kegiatan belajar yang sangat bersetruktur dengan
menggunakan komputer. Isi pelajaran dimunculkan oleh komputer dalam bentuk
masalah, siswa diminta untuk memberikan jawaban dan jawab akan langsung
diproses secara elektronik, dan tidak lama siswa akan mendapat umpan balik atas
jawabannya.
Kesulitan metode ini adalah pengembangan program CAL membutuhkan
biaya tinggi dan waktu lama serta pengadaan dan perawatan alat mahal.
l. Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi kasus. Siswa diberi data dasar yang
tidak lengkap tentang suatu peristiwa, kemudian ia harus mencari data tambahan.
Tambahan data dapat diminta pada pengajar. Untuk itu, pengajar harus

10
mempersiapkan berbagai lembaran data untuk diberika kepada siswa jika mengajukan
permintaan. Kelemahan metode ini siswa belajar menyusun dan menyelami masalah
lebih dahulu sebelum belajar berfikir kritis untuk mencari pemecahannya.
m. Metode Praktikum
Berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk menyelesaikan suatu
proyek dengan praktik dan menggunakan instrumen tertentu.
n. Metode Proyek
Berbentuk pemberian suatu tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan
secara individual. Laporan dituangkan dalam bentuk makalah
o. Metode Berbasis Peran
Metode ini sering digunakan untuk memberi kesempatan kepada siswa
untuk mempraktikkan isi pelajaran yang baru saja dipelajarinya dalam rangka
menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan
sesungguhnya. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
p. Metode Seminar
Metode ini berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk
membahas topik atau masalah terentu. Setiap anggota seminar diharapkan aktif
berpartisipasi. Penyelesaian tugas membahas topik atau masalah tersebut menjadi
tanggung jawab anggota seminar, sedangkan pengajar bertindak sebagai narasumber.
q. Metode Simposium
Metode ini mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai
kelompok topik dalam bidang tertentu.
r. Metode Totorial
Berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan untuk
dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara periodik tentang
kemajuan dan masalah yang dialaminya.
s. Metode Deduktif
Metode ini dmulai dengan pemberian penjelasan tentang prisip-prisip isi
pelajaran, kemudian disusul dengan penerapannya atau contoh-contohnya pada situasi
tertentu. Metode ini bergerak dari yang bersifat umum ke khusus. Metode ini tepat
digunakan bila siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari, isi
pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurangmembutuhkan proses
berfikir kritis, pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang
baik dan pembicara yang baik, serta waktu yang tersedia singkat.

11
t. Metode Induktif
Dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha
keras mensintetis, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran
tersebut. Metode ini tepat digunakan bila siswa telah mengenal atau telah mempunyai
pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut, yang akan diajarkan
berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan, pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik,
fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pertanyaan, dan
sabar serta waktu yang tersedia cukup panjang.
Masih banyak metode intruksional yang dapat pula dipergunakan.
Pemilihan metode untuk setiap komponen tersebut didasarkan pada TIK yang telah
dirumuskan sebelumnya.berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan
metode dan kemampuan dalam TIK.

Tabel hubungan antara metode dan kemampuan yang akan dicapai.


NO METODE KEMAMPUAN DALAM TIK
1 Ceramah Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur

2 Demonstrasi Melakukan sesuatu keterampilan berdasarkan standar prosedur


tertentu
3 Penampilan Melakukan suatu keterampilan
4 Diskusi Menganalisis / memecahkan masalah
5 Studi mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintetis/mengevaluasi/
Melakukan sesuatu, bak yang bersifat kognitif maupun psikomotor
6 Kegiatan Menjelaskan konsep,prinsip,atau prosedur terprogram
instruksional
7 Latihan dengan Melakukan suatu keterampilan
teman
8 Simulasi Menjelaskan, menerapkan, dan menganalisis konsep, prinsip, dan
prosedur tertentu.
9 Sumbang saran Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan
prosedur tertentu
10 Studi kasus Menganalisis / memecahkan masalah
11 CAL Menjelaskan/menerapkan/mensintesis/mengavaluasi sesuatu

12
12 Insiden Menganalisis/memecahkan masalah
13 Praktikum Melakukan suatu keterampilan
14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusun laporan kegiatan
15 Bermain peran Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur
16 Seminar Menganalisis/memecahkan masalah
17 Simposium Menganalisis masalah
18 Turorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau
prosedur
19 Deduktif Menjelaskan/menerangkan/menganalisis suatu konsep, prinsip,
prosedur
20 Induktif Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku

3. Komponen Utama Ketiga : Media Intruksional


Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi
dari pengirim kepada penerima. Media digunakan dalam kegiatan intruksional karena
berbagai kemampuannya sebagai berikut :
a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi
lebih besar.
b. Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari siswa ke hadapan
siswa
c. Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan sangat cepat
atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana
d. Menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam
waktu yang sama
e. Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan manusia
f. Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian manusia.
g. Meningkatkan sistematika pengajaran, seperti penggunaan transparasi, kaset
audio, dan grafik dalam mengajar.
Banyak sekali media intruksional yang dapat digunakan, pengembang
dapat memilih beberapa diantaranya. Allen memberikan petunjuk yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan intruksional
tertentu. Ia menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi
pencapaian berbagai tujuan belajar.

13
Untuk menggunakan tabel tersebut seorang pengembang intruksional
pertama-tama harus mempelajari macam belajar yang terkandung dalam tujuan
intruksional yang akan dicapai. Dalam suatu tujuan intruksional mungkin terkandung
salah satu atau beberapa macam belajar sebagai berikut :
a. Belajar informasi faktual.
b. Belajar pengenalan visual.
c. Belajar konsep, prinsip, dan aturan.
d. Belajar prosedur.
e. Belajar menyajikan keterampilan.
f. Belajar mengembangkan sikap, opini dan motivasi.
Langkah selanjutnya adalah memilih salah satu atau dua media diantarannya atas
dasar berbagai pertimbangan sebagai berikut :
a. Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan
b. Kesesuaian dengan metode intruksional.
c. Kesesuaian dengan karakteristik siswa.
d. Pertimbangan praktis
1) Kemudahannya dipindahkan atau ditempatkan
2) Kesesuaiannya dengan fasilitas yang ada di kelas
3) Keamanan penggunaannya
4) Daya tahannya.
5) Kemudahan perbaikan.
e. Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di pasaran serta
ketersediaannya bagi siswa
Jenis media yang akan digunakan harus dipilih berdasarkan kriteria utama,
yaitu kesesuaiannya dengan tujuan instruksional dan lima kriteria tambahan seperti
telah diuraikaan sebelumnya. Bila media yang dipilih hanya memenuhi sebagian dari
kriteria tersebut, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Tampak baik dalam perencanaan tetapi tidak berhasil diproduksi, karena
terlalu mahal atau sulit diperoleh peralatan dan bahan bakunya.
b. Diproduksi dengan kualitas rendah, karena alasan yang samadengan butir 1 di
atas.
c. Tidak atau kurang digunakan, karena tidak sesuai dengan karakteristik siswa,
tidak praktis untuk digunakan, atau tidak sesuai dengan metode instruksional.
d. Kurang efektif dalam mencapai tujuan instruksional.

4. Komponen Utama Keempat : Waktu

14
Komponen terakhir dalam strategi instruksional adalah waktu, yaitu jumlah
waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan siswa untuk menyelesaikan
setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk mengajar, terbatas kepada waktuyang digunakan pengajar dalam pertemuan
dengan siswa. Waktu untuk siswa adalah jumlah waktu yang digunakan dalam
pertemuan dengan pengajar ditambah dengan waktu yang digunakan untuk
melaksanakan tugas yang sehubungan dengan mata pelajaran di luar pertemuan
dengan pengajar.
Menghitung jumlah waktu yang digunakan oleh pengajar penting artinya
bagi pengajar sendiri dalam mengelola kegiatan instruksional. Ia harus dapat
membagi waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, penyajian, dan penutup.
Bagi pengelola program pendidikan, penghitungan jumlah waktu ini dapat digunakan
untuk mengatur jadwal pertemuan dan menentukan jangka waktu program secara
keseluruhan.
Menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan siswa penting artinya bagi
berbagai pihak. Bagi siswa jumlah waktu itu merupakan petunjuk dalam mengelola
waktu belajarnya. Bagi pengelola program pendidikan jumlah waktu yang dibutuhkn
siswa merupakan petunjuk tentang bobot mata pelajaran.

C. Langkah Mengembangkan Strategi Instruksional

Penyusunan strategi instruksional haruslah didasarkan atas tujuan


instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Di samping itu, penyusunan
tersebut didasarkan pula atas pertimbangan lain, yaitu hambatan yang mungkin di
hadapi pengembang instruksional atau pengajar seperti waktu, biaya, dan fasilitas.
Tidak ada strategi yang tepat untuk mencapai semua tujuan misalnya pada urutan
kegiatan instruksional pada penyajian, belum tentu selalu UCL (uraian, contoh, dan
latihan) mungkin dapat berbentuk CUL. Sedangkan urutan kegiatan instruksional
pada pendahuluan yang tersusun DRT (deskripsi singkat, relevansi, dan TIK) dan
penutup yang terdiri dari TUT (tes formatif, umpan balik, dan tindak lanjut)
tampaknya tidak perlu mengalami perubahan.
Setiap urutan kegiatan seperti DRT-UCL-TUT atau urutan yang lain,selalu
diikuti pemilihan metode dan media serta penentuan waktu untuk mencapai tujuan
instruksional khusus.
Khusus penentuan waktu bagi setiap kegiatan, di samping menggunakan
kegiatan sebagai suatu criteria, pengembang instruksional juga menggunakan jenis
metode dan media sebagai criteria lain. Ini berarti penentuan waktu setiap kegiatan
tersebut dilakukan atas pertimbangan langkah dalam urutan kegiatan seperti
D,R,T,U,C,L,T,U dan komponen metode dan media yang digunakan. Perubahan pada

15
metode dan media tersebut memungkinkan perubahan waktu yang dibutuhkan
pengajar dansiswa. Oleh karena itu, penyusunan strategi instruksional harus
dilakukan dengan mengintegrasikan keempat komponen yang tergabung di dalamnya,
yaitu urutan kegiatan instruksional, metode, media dan waktu.
Berikut ini diuraikan bagaimana mengisi tabel untuk menyusun strategi
instruksional.
1. Mengisi nomor TIK yang strategi instruksionalnya akan disusun. Ini berarti
bahwa pengembang instruksional akan menyusun satu strategi instruksional
untuk satu TIK.
2. Kolom satu telah di isi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup. Urutan
ini tidak perlu di rubah. Pada kolom dua anda mulai memikirkan urutan
kegiatan instruksional yang sesuai untuk menghasilkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang tercantum dalam TIK.
a. Kolom pendahuluan ada tiga kegiatan yang harus anda isikan, yaitu: D
(Deskripsi Singkat), R (Relevansi), dan T(Tujuan Instruksional
Khusus).Urutan mana yang ingin anda gunakan? DRT, RTD, TDR,
RDT,DTR atau TRD. Mengapa anda memilihnya, mengapa tidak urutan yang
lain? Rasional pemilihan urutan ini penting untuk anda jawab sendiri agar
anda lebih menyelami kebaikan urutan kegiatan yang anda lakukan. Urutan
mana pun yang anda pilih, ketiga kegiatan tersebut haruslah lengkap.
b. Dalam penyajian anda kegiatan yang harus anda isikan dalamtabel, yaitu: U
(Uraian), C (Contoh), dan L (Latihan). Urutan mana yang akan anda pilih?
UCL, CLU, LUC, CUL, ULCatau LCU? Pemilihan tersebut sangat penting
untuk anda jawab sendiri.
Beberapa pedoman yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan
urutan kegiatan dalam penyajian adalah sebagai berikut:
1) UCL adalah penyajian yang konservatif dimulai dengan memberikan
uraian tentang pengertian suatu konsep, prinsip atau prosedur, diikuti
dengan contoh penerapannya dalam kehidupan sehri-hari dan diakhiri
dengan latihan untuk menguasainya. Dalam metode instruksional urutan
kegiatan dalam penyajian ini disebut metode deduktif. Secara logis siswa
akan bergerak dari hal yang bersifat umum kepada yang khusus. Strategi
ini sesuai untuk kebanyakan siswa dan kebanyakan tujuan instruksional,
khususnya untuk mengajarkan terminology dan teknik melaksankan
sesuatu yang sebelumnya masih belum dikenal siswa.

16
2) CLU adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh atau kasus
diikuti oleh latihan memecahkannya dan diakhiri dengan uraian atau
generalisasi dari isi pelajaran. Secara logis siswa akan bergerak dari yang
khusus menuju yang umum. Metode instruksional urutan ini dikenal
dengan metode induktif. Strategi ini sesuai untuk mengajarkan sikap,
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan untuk siswa yang telah
mempunyai latar belakang atau pengalaman cukup dalam bidang yang
dipelajari.
3) LUC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian latihan atau percobaan
diikuti dengan uraian dan diakhiri dengan contoh. Urutan penyajian ini
tepat digunakan untuk menimbulkan dinamika siswa dalam belajar melalui
coba-coba. Tetapi, latihan tersebut tidak boleh diberikan terlalu lama agar
tidak menimbulkan frustasi. Siswa harus segera diberi uraian tentang isi
pelajaran dan contoh penerpannya. Urutan kegiatan ini sangat sesuai untuk
mengajarkan sesuatu yang tidak mudah menimbulkan bahaya bagi siswa
yang telah mempunyai latar belakang pengetahuan dalam bidang yang
sedang dipelajari.
4) CUL adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh diikuti dengan
uraian tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang terkandung di dalamnya
dan diakhiri dengan latihan menerapkannya. Strategi ini sama dengan
CLU, bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus menuju umum. Urutan
penyajian ini lebih tepat untuk siswa yang baru mempunyai pengalaman
sedikit dalam bidang tersebut.
5) ULC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian uraian diikuti dengan
uaraian tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang dipelajari diikuti
dengan latihan untuk menguasainya dan akhirnya ditutup dengan contoh
penerapan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Urutan
penyajian ini sesuai untuk mengajarkan keterampilan gerak melalui
penjelasan, kemudian percobaan melakukan gerak. Selanjutnya baru di
susul dengan contoh untuk mambandingkan apa yang dilakukannya dengan
yang seharusnya.
6) LCU adalah penyajian yang memberikan kesempatan mencoba terlebih
dahulu kemudian diikuti dengan contoh untuk perbandingan dan diakhiri
dengan uraian atau kesimpulan. Urutan penyajian ini tepat digunakan untuk
mengembangkan kreativitas dan keberanian siswa mencobakan ide yang

17
ada pada dirinya. Karena proses ini melalui kegiatan coba-coba, tepat
digunakan untuk mempelajari sesuatu yang tidak berbahaya, tidak
mengandung resiko tinggi atau digunakan untuk siswa yang telah memiliki
latar belakang cukup dalam bidang tertentu.
3. Seluruh kolom 2 diisi dengan pertimbangan di atas. Dengan selesainya
pengisian seluruh kolom 2 yang menunjukkan urutan kegiatan instuksional.
Selanjutnya memasuki kolom 3 dengan prosedur pengisian yang berbeda. Bila
anda perhatikan akan tampak bahwa kolom 3 masih berada di bawah urutan
kegiatan instruksional. Kolom tersebiut diisi dengan garis-garis besar materi
yang akan diberikan pengajar dalam setiap urutan kegiatan. Dalam kolom 3
ini pendesain instruksional menuliskan materi atau isi pelajaran secara singkat
untuk setiap TIK dimulai dari pendahuluan sampai pada penutup. Dengan
demikian isi pelajaran tersebut tidak saja mencerminkan apa (what) tetapi juga
cara atau langkah-langkah (how).
4. Sebelum meneruskan pada berisi R atau T, isilah lebih dahulu kolom4, 5, dan
6 yang sehubungan dengan baris D. kolom 4 tentang metode yang akan
digunakan untuk kegiatan D, dan kolom 5 tentang media yang dipilih untuk
digunakan, sedangkan kolom 6 tentang waktuyang dibutuhkan untuk kegiatan
D tersebut. Demikian pula pengisian R, T, dan selanjutnya, diselesaikan baris
demi baris.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan materi tentang strategi intruksional pada bab


sebelumnya, dapat disimpulkan:
1. Strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan,
serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapaitujuan
instruksional yang telah ditentukan.
2. Di dalam strategi intruksional terdapat komponen utama yaitu urutan
kegiatan, metode, media, dan kemudian waktu.
3. Langkah-langkah dalam menyusun strategi intruksional antara lain mengisi
nomor TIK yang strategi instruksionalnya akan disusun, mengisi uraian
kegiatan intruksional, memilih dan menetapakan metode dan media yang akan
digunakan, kemudian menentukan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan.

B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11796507/Makalah_Strategi_Intruksional

20

Anda mungkin juga menyukai