Disusun Oleh
Kelompok 2
Ulfa Diana 1713033033
Beni Mandala Putra 1713033038
Septiando Ari Purnomo 1713033040
Sindi Nurul Syafitri 1753033005
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa nikmat
iman, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan penulisan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Amiin.
BandarLampung, September2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Untuk memenuhi salah satu
kompetensi guru dalam sistem instruksional yang modern, maka perlu diuraikan
masing-masing teknik penyajian secara mendalam dan terinci. Megajar dan
mendidik, bukanlah tugas yang mudah karena hal ini menuntut profesionalitas.
Aktifitas pembelajaran sangat urget, sebab berkaitan dengan upaya mengubah,
mengembangkan dan mendewasakan peserta didik. Aktifitas pembelajaran yang
dikelola secara terprogram, teratur dan mengikuti prinsip-prinsip strategi belajar
mengajar serta kaidah-kaidah pembelajaran yang baik merupakan tuntutan yang
semestinya terhadap pelaksanaan pembelajaran. Prinsip umum penggunaan
strategi pembelajar adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi
pembelajaran. Setiap startegi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat kami ambil beberapa rumusan masalah,
yaitu :
1. Apa pengertian dari strategi pembelajaran?
2. Mengapa perlu adanya pedoman pelaksanaan belajar dan pembelajaran?
3. Apa perbedaan pendekatan, strategi, metode,teknik dan model
Pembelajaran?
4. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar mengajar?
5. Apa saja jenis strategi pembelajaran?
6. Bagaimana implementasi strategi belajar mengajar?
4
7.
1.3.Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang ditentukan. Dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut T.Raka Joni (1992) strategi sebagai pola
dan urutan umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang telah ditetapkan. Menurut pengertian diatas strategi belajar
mengajar meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Untuk melaksanakan suatu strategi
tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran
yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, biasa dilakukan
berbagai metode seperti ceramah, Tanya jawab, dan pemberian tugas, dan diskusi.
Lebih lanjut Atwi Suparman menyatakan bahwa strategi/ model pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi
pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. ( Nunuk S.2012:3).
6
guru yang mencakup tentang urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum
kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Adanya empat hal pokok yang sangatpenting agar berhasil dan sesuai dengan hasil
yang diharapkan, yakni sebagai berikut :
7
menggunakan metode atau teknik penyajian yang berbeda pula. Dengan
kata lain, jika ingin mencapai beberapa tujuan, maka guru dituntut untuk
memiliki kemampuan tentang berbagai macam metode atau
mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Ada metode yang lebih
berhasil jika digunakan untuk peserta didik dalam jumlah yang kecil, atau
cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan
belajar-mengajar berlangsung di luar kelas, di perpustakaan atau di
laboratorium; tentu metode yang digunakan berbeda agar tujuan tercapai.
Oleh karena itu, guru membutuhkan variasi atau beberapa metode agar
kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan baik dan tidak
membosankan. Misal, mengkombinasikan metode ceramah, diskusi dan
pemberian tugas.
d. Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga
guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru dapat diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan
evaluasi. Sistem evaluasi tidak dapat dipisahkan dari tugas guru dalam
kegiatan belajar-mengajar. Apa yang harus dinilai, dan bagaimana cara
penilaiannya, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
guru. ( Nunuk S.2012:4).
1. Pendekatan pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya. suatu proses
8
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan dalam bentuk jadi dan siswa
dituntut untuk menguasai bahan tersebut Dengan demikian, dalam Strategi
exposition ini guru berfungsi sebaga; penyaji informasi. Strategi ini sering disebut
strategi pembelajaran langsung (direct instruction) karena siswa tidak dituntut
untuk mengolahnya. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini, bahan
pelajaran dicari dan diketemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas,
sehingga tugas guru Iebih banyak sebaga; fasilitator dan pembimbing bagi
siswanya. Karena sifatnya yang demikian, strategi ini sering juga dinamakan
Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). ( Nunuk S.2012:6).
9
dengan Strategi pembelajaran individual, Strategi belajar kelompok dilakukan
secara beregu atau kelompok. Sekelompok siswa, entah kelompok besar atau kecil
diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Strategi pembelajaran kelompok
tidak memperhitungkan kecepatan belajar individual, dan setiap individu dianggap
sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki
kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan biasa;
sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
2. Metode pembelajaran
3. Taktik pembelajaran
1
0
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembe|ajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-
masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekaligus juga seni (kiat). ( Nunuk S.2012:8).
2. lndividualitas
3. Aktivitas
1
1
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa,
baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Dengan demikian strategi
pembelajaran yang diterapkan harus benar-benar memotivasi, mendorong siswa
untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran baik secara fisik maupun mental.
Demikian juga sasaran belajar yakni tidak hanya aspek kognitif saja melainkan
juga aspek afektif dan psikomotorik.
4. lntegritas
Burdon & Byrd (1999) mengemukakan beberapa strategi yangdapat dipilih guru
dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1
2
berikut guru mengajar konsep “topic sentence”, guru yang menggunakan
pendekatan deduktif meminta pebelajar membaca definisi “topic sentence”.
Kemudian, guru memberikan contoh-contoh topic sentence dan mengakhiri
pelajaran dengan meminta pebelajar menulis kalimat topiknya sendiri.
Selanjutnya, guru dapat mereviu kalimat tersebut dan memberikan balikan
Kekuatan strategi deduktif ini berpusat pada strategi pembelajaran yang
menghubungkan antara contoh guru dan tugas pebelajar. Walaupun koran
merupakan media yang bagus digunakan untuk pelajaran topic sentence.
Strategi belajar tuntas didasarkan pada keyakinan bahwa semua pebelajar dapat
menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran disiapkan untuk
itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi pebelajar diberi waktu belajar yang cukup,
ada balikan untuk penampilannya, program pembelajaran individual, berkaitan
dengan porsi materi yang tak dikuasai pada pembelajaran awal, dan kesempatan
menunjukkan ketuntasan setelah mendapat remediasi.
1. Pembelajaran Langsung
1
3
Pembelajaran langsung memiliki 4 komponen, yaitu (a) penentuan tujuanyang
jelas, (b) pembelajaran dipimpin guru, (c) monitoring hasil belajar yang cermat,
dan (d) metode organisasi dan pengelolaan kelas. Pembelajaran langsung efektif
karena didasarkan pada prinsip-prinsip belajar behaviouristik, seperti menarik
perhatian pebelajar, penguatan respons pebelajar, menyediakan balikan korektif,
dan melakukan respons-respons yang betul. Hal ini juga cenderung meningkatkan
waktu belajar.
2. Pembelajaran Eksplisit
Pembelajaran eksplisit menuntut guru untuk memberi perhatian kepadapebelajar,
memberi penguatan atas respons yang benar, menyediakan balikan kepada
pebelajar tentang kemajuannya, dan meningkatkan jumlah waktu yang digunakan
pebelajar untuk mempelajari materi.
3. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran individual yang
menggunakan kurikulum terstruktur yang dipecah ke dalam serangkaian
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan kecil yang dipelajari. Pembelajaran
ini didesain untuk menjamin bahwa pebelajar menguasai tujuan pembelajaran
dan juga memberi waktu yang cukup kepada pebelajar. Model ini meyakini
bahwa sebagian besar pebelajar akan mencapai suatu tingkat tertentu karena
waktu belajar fleksibel dan tiap pebelajar menerima target pembelajaran, praktik
yang diperlukan, dan balikan. Belajar tuntas melibatkan pembelajaran
tradisional berbasis kelompok dan remediasi individual serta pengayaan. Model
ini memiliki kegiatan-kegiatan guru pada tingkat tinggi. Guru mendiagnosis
kemampuan-kemampuan pebelajar, kemudian mempreskripsi kegiatan-kegiatan
individual. Belajar tuntas menekankan pada hal-hal (a) fleksibel/belajar yang
menstrukturkan waktu dengan materi, (b) diagnostik/pembelajaran preskriptif,
dan (c) melengkapi keberhasilan seluruh tujuan oleh semua pebelajar.
Pembelajaran yang sesuai dan waktu, merupakan dua kunci utama belajar
tuntas.Guru-guru menggunakan belajar tuntas untuk mengorganisasikan
pembelajaran dengan cara yang tepat, menyajikan informasi dan keterampilan
menurut suatu pola, menentukan secara reguler seberapa jauh kemajuan,
1
4
membentuk kemajuan pebelajar, membantu pebelajar mengatasi kesulitan-
kesulitan melalui bimbingan dan pembelajaran tambahan atau praktik, dan
menyediakan pengayaan ekstra untuk pebelajar yang menguasai pembelajaran
dengan cepat.Pembelajaran tuntas membutuhkan perencanaan ekstensif dan
cermat, pengorganisasian, tes diagnostik. Tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan
alternatif harus disediakan atau dikembangkan oleh guru untuk melayani
kebutuhan individu pebelajar. .(Sri Anitah 2014:118)
5. Demonstrasi
Demonstrasi sama dengan ceramah dalam hal komunikasi langsung dan
pemberian informasi dari guru kepada pebelajar. Demonstrasi melibatkan
pendekatan visual untuk menguji proses, informasi, ide-ide. Demonstrasi ini
membolehkan pebelajar melihat guru sebagai pebelajar aktif dan model.
Pebelajar dapat mengobservasi sesuatu yang riil dan bagaimana cara
bekerjanya. Mungkin berupa demonstrasi murni, demonstrasi dengan komentar
atau demonstrasi partisipatif dengan pebelajar. Dalam banyak kasus, guru
mendemonstrasikan kegiatan tertentu atau kegiatan awal yang meminta
pebelajar melakukannya secara individual. Bagi kebanyakan pebelajar,
demonstrasi guru ini dianggap sebagai contoh suatu kegiatan. Demonstrasi
dapat digunakan untuk menampilkan ilustrasi atau prosedur yang efisien,
mendorong minat pebelajar dalam suatu topik tertentu, menyiapkan contoh
1
5
untuk mengajar keterampilan-keterampilan khusus, dan menyiapkan perubahan-
perubahan langkah. Untuk mencapai demonstrasi yang efektif, guru harus
merencanakan demonstrasi dengan cermat, mempraktikkan demonstrasi,
mengembangkan suatu panduan untuk membimbing demonstrasi, meyakinkan
bahwa setiap orang dapat melihat demonstrasi itu, menjelaskan demonstrasi
untuk memusatkan perhatian, memberikan pertanyaan-pertanyaan, dan
merencanakan tindak lanjut demonstrasi. .(Sri Anitah 2014:119)
1
6
7. Resitasi
Resitasi termasuk pertanyaan guru secara lisan tentang materi yang telah
dipelajari. Guru mungkin memakai resitasi sebagai suatu cara untuk mendiagnosis
kemajuan pebelajar. Pola interaksi khusus, yaitu pertanyaan guru, pebelajar
menjawab, kemudian reaksi guru. Jadi, guru memberi pertanyaan untuk
mengetahui apakah pebelajar mengetahui jawaban tersebut, bukan untuk
memperoleh informasi.
9. Reviu
Reviu merupakan kesempatan bagi pebelajar melihat suatu topik pada waktu yang
lain. Reviu berbeda dengan praktik dan latihan. Reviu tidak memerlukan teknik
latihan. Reviu dapat berbentuk (a) rangkuman pada akhir pelajaran atau unit atau
pada akhir suatu bab, (b) kuis, (c) garis besar, (d) diskusi, dan (e) tanya jawab atau
strategi yang lain.Reviu sehari-hari pada awal pembelajaran membantu guru
menentukan apakah pebelajar memerlukan pengetahuan prasyarat atau
keterampilan tertentu untuk suatu pembelajaran, atau untuk mengetahui apakah
pebelajar telah menguasai materi yang telah dipelajari. Reviu mingguan dan
bulanan membantu guru mengecek pemahaman pebelajar, meyakinkan bahwa
1
7
keterampilan awal yang diperlukan dikuasai dengan baik, juga untuk mengecek
langkah guru.
1
8
a) Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk menyusun kerangka kerja dalam melaksanakan rencana-rencana
melalui proses penetapan kerja.
b) Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara
teratur.
c) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
d) Merumuskan. menetapkan metode dan prosedur.
Jika persoalan keterampilan proses ltu dikaitkan dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA), maka tampak beberapa kesamaan konseptual. Baik belajar konsep,
maupun belajar proses, keduanya mempunyai ciri-ciri:
1
9
a) Menekankan pendngnya makna belajar untuk mencapai hasil belajar yang
memadai.
b) Menekankan pentingnya keterlibatan siswa di dalam proses belajar.
c) Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah dapat dlcapal oleh
siswa .
d) Menekankan hasll belajar secara tuntas dan utuh.
Ada dua hal yang turut menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar-
mengajar, yakni pengaturan proses belajar-mengajar, dan pengajaran itu sendiri,
dan keduanya saling tergantung satu sama lain. Kemampuan mengatur proses
belajar-mengajar yang baik, akan menciptakan situsi yang memungkinkan siswa
belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat
belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa memerlukan
2
0
sesuatu yang memungkinkan untuk berkomunikasi secara baik dengan guru,
teman maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan perhatian, bimbingan dan
bantuan guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.
1. Kemampuan dan nilai-nilai apa yang ingin dikembangkan pada diri siswa
2. Bagaimana cara mencapai tujuan secara bertahap atau sekaligus.
3. Apakah perlu menekankan aspek-aspek khusus.
4. Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
5. Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan tersebut.
Koreksi demikian juga bahan, metode dan media harus disesuikan dengan tujuan
pembelajaran, agar kegiatan belajar-mengajar berjalan baik dan tujuan
pembelajaran tercapai. Kemudian berkenaan dengan waktu yang tersedia untuk
setiap pelajaran( Nunuk S.2012:15).
2
1
2. Siapa yang menyusun anggota kelompok, guru, siswa atau guru dan siswa
secara bersama-sama.
3. Atas dasar apa kelompok itu disusun.
4. Apakah kelompok itu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
cara belajar.
1. Menurut Kemampuan
3. Menurut Bakat/Minat
2
2
sama yang baik antarteman dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru. Dalam hal ini guru memandang bahwa semua siswa memiliki kesempatan
yang sama, dan semua dianggap mampu untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi dengan jalan bekerja sama untuk saling membantu satu sama lain. (
Nunuk S.2012:16).
Perlu diketahui bahwa proses belajar bermakna adalah proses belajar yang
melibatkan berbagai aktivitas siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk
mengaktifkan kegiatan belajar tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guru antara
lain melalui:.
1. Karyawisata
Sesekali waktu guru dapat membawa siswa ke luar ruang kelas Untuk belajar.
Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah; bisa
juga mengunjungi objek Wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi
pelajaran yang diberikan di sekolah/kelas. Dengan demikian pengetahuan dan
pemahaman siswa akan bertamabah berkat adanya pengalaman selama melakukan
karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan
konsep yang telah diberikan dl kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata,
sehingga karyawisata benar-benar mengaktifkan siswa. ( Roestiyah.2012:85).
2. Diskusi
Diskusi adala salah satu teknik belajar mengajar yang dilaukan oleh seorang guru
di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara duan atau lebih individu
yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi memecahkan masalah,
dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. (
Roestiyah.2012:5).
2
3
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
2
4
DAFTAR PUSTAKA
2
5