Anda di halaman 1dari 25

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

(Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Sejarah)


Dosen Pengampu : Muhammad Basri,S.Pd,.M.Pd,
Nur Indah Lestari,S.Pd,.M.Pd..

Disusun Oleh
Kelompok 2
Ulfa Diana 1713033033
Beni Mandala Putra 1713033038
Septiando Ari Purnomo 1713033040
Sindi Nurul Syafitri 1753033005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa nikmat
iman, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Basri,S.Pd,.M.Pd.


dan Ibu Nur Indah Lestari,S.Pd,.M.Pd .. selaku dosen pengampu mata kuliah
strategi pembelajaran sejarah, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan
dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format dan waktu yang telah di
tentukan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan penulisan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Amiin.

BandarLampung, September2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3


2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran ...................................................... 6
2.2. Pedoman Pelaksanaan Belajar dan Pembelajaran ............................. 7
2.3. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,Teknik dan Model
Pembelajaran ............................................................................................ 9
2.4. Prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar mengajar....................... 11

2.5. Jenis strategi pembelajaran ................................................................ 12

2.6. Implementasi strategi belajar mengajar ............................................. 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 24


3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Untuk memenuhi salah satu
kompetensi guru dalam sistem instruksional yang modern, maka perlu diuraikan
masing-masing teknik penyajian secara mendalam dan terinci. Megajar dan
mendidik, bukanlah tugas yang mudah karena hal ini menuntut profesionalitas.
Aktifitas pembelajaran sangat urget, sebab berkaitan dengan upaya mengubah,
mengembangkan dan mendewasakan peserta didik. Aktifitas pembelajaran yang
dikelola secara terprogram, teratur dan mengikuti prinsip-prinsip strategi belajar
mengajar serta kaidah-kaidah pembelajaran yang baik merupakan tuntutan yang
semestinya terhadap pelaksanaan pembelajaran. Prinsip umum penggunaan
strategi pembelajar adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi
pembelajaran. Setiap startegi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat kami ambil beberapa rumusan masalah,
yaitu :
1. Apa pengertian dari strategi pembelajaran?
2. Mengapa perlu adanya pedoman pelaksanaan belajar dan pembelajaran?
3. Apa perbedaan pendekatan, strategi, metode,teknik dan model
Pembelajaran?
4. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar mengajar?
5. Apa saja jenis strategi pembelajaran?
6. Bagaimana implementasi strategi belajar mengajar?
4
7.
1.3.Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :


1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui pentingnya pedoman pelaksanaan belajar dan mengajar
3. Untuk mengetahui perbedaan pendekatan,strategi, metode,teknik dan
model dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui prinsip penggunaan strategi belajar mengajar
5. Untuk mengetahui jenis strategi pembelajaran dalam belajar mengajar
6. Untuk mengetahui implenetasi strategi belajar dan mengajar

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran


Istilah strategi mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Stategi berasal dari
bahasa Yunani strategos yang berarti ‘jenderal’ atau panglima, sehingga strategi
diartikan sebagai ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Pengertian startegi
tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai suatu seni
dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. ( Nunuk
S.2012:2).

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang ditentukan. Dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut T.Raka Joni (1992) strategi sebagai pola
dan urutan umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang telah ditetapkan. Menurut pengertian diatas strategi belajar
mengajar meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Untuk melaksanakan suatu strategi
tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran
yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, biasa dilakukan
berbagai metode seperti ceramah, Tanya jawab, dan pemberian tugas, dan diskusi.
Lebih lanjut Atwi Suparman menyatakan bahwa strategi/ model pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi
pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. ( Nunuk S.2012:3).

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa strategi


pemebelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan

6
guru yang mencakup tentang urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum
kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2. Pedoman pelaksanaan belajar dan pembelajaran

Adanya empat hal pokok yang sangatpenting agar berhasil dan sesuai dengan hasil
yang diharapkan, yakni sebagai berikut :

a. Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang


bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar-mengajar. Dalam hal ini
terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar
pembelajaran. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu
tujuan pembelajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami
oleh peserta didik. Dengan demikian, rumusan tujuan yang operasional
dalam kegiatan belajar pembelajaran mutlak dilakukan oleh guru sebelum
melakukan tugas mengajar di sekolah.
b. Kedua, memilih cara pendekatan belajar pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan. Bagaimana cara guru
memandang suatu persoalan, pengertian, konsep dan teori apa yang
digunakan dalam memecahkan suatu permasalahan, akan mempengaruhi
hasilnya. Suatu masalah yang di pelajari oleh dua orang dengan
pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda
pula. Demikian juga, norma-norma sosial seperti baik, buruk, adil dan
sebagainya akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan
mungkin bertentangan jika dalam cara pendekatannya menggunakan
barbagai disiplin ilmu. ( Nunuk S.2012:3)..
c. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode atau teknik belajar
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik
penyajian untuk memotivasi peserta didik agar terdorong dan berani
mengemukakan pendapat, serta mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini perlu dipahami
bahwa suatu metode mungkin hanya cocok digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya juga

7
menggunakan metode atau teknik penyajian yang berbeda pula. Dengan
kata lain, jika ingin mencapai beberapa tujuan, maka guru dituntut untuk
memiliki kemampuan tentang berbagai macam metode atau
mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Ada metode yang lebih
berhasil jika digunakan untuk peserta didik dalam jumlah yang kecil, atau
cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan
belajar-mengajar berlangsung di luar kelas, di perpustakaan atau di
laboratorium; tentu metode yang digunakan berbeda agar tujuan tercapai.
Oleh karena itu, guru membutuhkan variasi atau beberapa metode agar
kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan baik dan tidak
membosankan. Misal, mengkombinasikan metode ceramah, diskusi dan
pemberian tugas.
d. Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga
guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru dapat diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan
evaluasi. Sistem evaluasi tidak dapat dipisahkan dari tugas guru dalam
kegiatan belajar-mengajar. Apa yang harus dinilai, dan bagaimana cara
penilaiannya, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
guru. ( Nunuk S.2012:4).

2.3. Pengertian pendekatan, strategi, metode,teknik dan model pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiiiki kemiripan


makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-
istilah tersebut adalah: 1) pendekatan pembelajaran, 2) strategi pembelajaran, 3)
metode pembelajaran, 4) teknik atau taktik pembelajaran, dan 5) model
pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan
dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut :

1. Pendekatan pembelajaran

Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya. suatu proses

8
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

a. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada


siswa (student centered approach)
b. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat, pada
guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke


dalam strategi pembelajaran. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. ( Nunuk S.2012:5).

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian


pula, yaitu: exposition discovery learning dan group individual learning.

Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan dalam bentuk jadi dan siswa
dituntut untuk menguasai bahan tersebut Dengan demikian, dalam Strategi
exposition ini guru berfungsi sebaga; penyaji informasi. Strategi ini sering disebut
strategi pembelajaran langsung (direct instruction) karena siswa tidak dituntut
untuk mengolahnya. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini, bahan
pelajaran dicari dan diketemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas,
sehingga tugas guru Iebih banyak sebaga; fasilitator dan pembimbing bagi
siswanya. Karena sifatnya yang demikian, strategi ini sering juga dinamakan
Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). ( Nunuk S.2012:6).

Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan,


kelambanan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh
kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran dan bagaimana
mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari Strategi pembelajaran
ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda

9
dengan Strategi pembelajaran individual, Strategi belajar kelompok dilakukan
secara beregu atau kelompok. Sekelompok siswa, entah kelompok besar atau kecil
diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Strategi pembelajaran kelompok
tidak memperhitungkan kecepatan belajar individual, dan setiap individu dianggap
sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki
kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan biasa;
sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk


mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: 1) ceramah, 2)
demonstrasi, 3) diskusi, 4) simulasi, 5) Iaboratorium, 6) pengalaman lapangan, 7)
brainstorming, 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. ( Nunuk S.2012:7).

2. Metode pembelajaran

Dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik


pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergoiong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

3. Taktik pembelajaran

Merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembe|ajaran


tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang samasama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik
yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak

1
0
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembe|ajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-
masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekaligus juga seni (kiat). ( Nunuk S.2012:8).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik


pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
da|am mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi guru da|am merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. ( Nunuk S.2012:8).

2.4. Prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar mengajar

1. Berorintasi pada Tujuan

Dalam strategi pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala


aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini sangat panting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.
Oleh sebab itu keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. ( Nunuk S.2012:9).

2. lndividualitas

Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita


mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan
adalah perubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu, dilihat dari segi jumlah
siswa sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Sebab,
semakin tinggi standar keberhasilan yang ditentukan, maka semakin berkualitas
proses pembelajarannya.

3. Aktivitas

1
1
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa,
baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Dengan demikian strategi
pembelajaran yang diterapkan harus benar-benar memotivasi, mendorong siswa
untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran baik secara fisik maupun mental.
Demikian juga sasaran belajar yakni tidak hanya aspek kognitif saja melainkan
juga aspek afektif dan psikomotorik.

4. lntegritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa.


Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi
juga meliputi pengembangan aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena
itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan
siswa secara terintegrasi. ( Nunuk S.2012:10).

2.5.Jenis strategi pembelajaran

Burdon & Byrd (1999) mengemukakan beberapa strategi yangdapat dipilih guru
dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Strategi deduktif dan induktif

Pada waktu guru merencanakan pembelajaran, perlu dipertimbangkan strategi


yang berguna untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Beberapa strategi
yang berpusat pada guru, seperti ceramah, resitasi, pertanyaan, dan praktik.
Strategi yang lain lebih berorientasi pebelajar, yang menekankan pada inquiry
dan discovery. Strategi pembelajaran menunjukkan kontinum yang terentang
dari strategi yang berpusat pada guru, yang lebih eksplisit ke strategi yang
berpusat pada pebelajar, yang kurang eksplisit.(Sri Anitah 2014:116)

Dengan strategi pembelajaran deduktif, pembelajaran dimulai dengan prinsip


yang diketahui ke prinsip yang tidak diketahui. Dengan strategi pembelajaran
induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang tidak diketahui ke
prinsip-prinsip yang diketahui. Perbedaan antara keduanya dicontohkan sebagai

1
2
berikut guru mengajar konsep “topic sentence”, guru yang menggunakan
pendekatan deduktif meminta pebelajar membaca definisi “topic sentence”.
Kemudian, guru memberikan contoh-contoh topic sentence dan mengakhiri
pelajaran dengan meminta pebelajar menulis kalimat topiknya sendiri.
Selanjutnya, guru dapat mereviu kalimat tersebut dan memberikan balikan
Kekuatan strategi deduktif ini berpusat pada strategi pembelajaran yang
menghubungkan antara contoh guru dan tugas pebelajar. Walaupun koran
merupakan media yang bagus digunakan untuk pelajaran topic sentence.

Guru yang menggunakan pendekatan induktif mungkin memberikan contoh


paragraf dengan penekanan pada topic sentence. Dengan strategi ini, guru tidak
menceritakan pada awal ketika pebelajar mempelajari topic sentence atau guru
tidak memberikan definisinya, tetapi pada akhirnya pebelajar akan menemukan
sendiri apa yang dimaksud dengan “topic sentence”. .(Sri Anitah 2014:116)

b. Strategi ekspositori langsung dan belajar tuntas

Strategi ekspositori langsung, guru menstrukturkan pelajaran dengan maju


secara urut. Guru dengan cermat mengontrol materi dan keterampilan yang
dipelajari. Pada umumnya, dengan strategi ekspositori langsung, guru
menyampaikan keterampilan dan konsep-konsep baru dalam waktu yang relatif
singkat. Strategi pembelajaran langsung berpusat pada materi dan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada pebelajar. Guru
memonitor pemahaman pebelajar dan memberikan balikan terhadap penampilan
mereka. Termasuk dalam strategi pembelajaran langsung yaitu pembelajaran
eksplisit. .(Sri Anitah 2014:117)

Strategi belajar tuntas didasarkan pada keyakinan bahwa semua pebelajar dapat
menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran disiapkan untuk
itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi pebelajar diberi waktu belajar yang cukup,
ada balikan untuk penampilannya, program pembelajaran individual, berkaitan
dengan porsi materi yang tak dikuasai pada pembelajaran awal, dan kesempatan
menunjukkan ketuntasan setelah mendapat remediasi.

1. Pembelajaran Langsung

1
3
Pembelajaran langsung memiliki 4 komponen, yaitu (a) penentuan tujuanyang
jelas, (b) pembelajaran dipimpin guru, (c) monitoring hasil belajar yang cermat,
dan (d) metode organisasi dan pengelolaan kelas. Pembelajaran langsung efektif
karena didasarkan pada prinsip-prinsip belajar behaviouristik, seperti menarik
perhatian pebelajar, penguatan respons pebelajar, menyediakan balikan korektif,
dan melakukan respons-respons yang betul. Hal ini juga cenderung meningkatkan
waktu belajar.

2. Pembelajaran Eksplisit
Pembelajaran eksplisit menuntut guru untuk memberi perhatian kepadapebelajar,
memberi penguatan atas respons yang benar, menyediakan balikan kepada
pebelajar tentang kemajuannya, dan meningkatkan jumlah waktu yang digunakan
pebelajar untuk mempelajari materi.

3. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran individual yang
menggunakan kurikulum terstruktur yang dipecah ke dalam serangkaian
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan kecil yang dipelajari. Pembelajaran
ini didesain untuk menjamin bahwa pebelajar menguasai tujuan pembelajaran
dan juga memberi waktu yang cukup kepada pebelajar. Model ini meyakini
bahwa sebagian besar pebelajar akan mencapai suatu tingkat tertentu karena
waktu belajar fleksibel dan tiap pebelajar menerima target pembelajaran, praktik
yang diperlukan, dan balikan. Belajar tuntas melibatkan pembelajaran
tradisional berbasis kelompok dan remediasi individual serta pengayaan. Model
ini memiliki kegiatan-kegiatan guru pada tingkat tinggi. Guru mendiagnosis
kemampuan-kemampuan pebelajar, kemudian mempreskripsi kegiatan-kegiatan
individual. Belajar tuntas menekankan pada hal-hal (a) fleksibel/belajar yang
menstrukturkan waktu dengan materi, (b) diagnostik/pembelajaran preskriptif,
dan (c) melengkapi keberhasilan seluruh tujuan oleh semua pebelajar.
Pembelajaran yang sesuai dan waktu, merupakan dua kunci utama belajar
tuntas.Guru-guru menggunakan belajar tuntas untuk mengorganisasikan
pembelajaran dengan cara yang tepat, menyajikan informasi dan keterampilan
menurut suatu pola, menentukan secara reguler seberapa jauh kemajuan,

1
4
membentuk kemajuan pebelajar, membantu pebelajar mengatasi kesulitan-
kesulitan melalui bimbingan dan pembelajaran tambahan atau praktik, dan
menyediakan pengayaan ekstra untuk pebelajar yang menguasai pembelajaran
dengan cepat.Pembelajaran tuntas membutuhkan perencanaan ekstensif dan
cermat, pengorganisasian, tes diagnostik. Tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan
alternatif harus disediakan atau dikembangkan oleh guru untuk melayani
kebutuhan individu pebelajar. .(Sri Anitah 2014:118)

4. Ceramah dan Demonstrasi


Ceramah dan demonstrasi, merupakan suatu strategi pembelajaran dengan
kegiatan guru menyampaikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip, sedangkan pebelajar
membuat catatan-catatan. Mungkin hanya sedikit atau tak ada partisipasi pebelajar
dengan pertanyaan atau diskusi. Ceramah-ceramah dapat digunakan untuk
mendesiminasi informasi dalam waktu singkat, menjelaskan ide-ide yang sukar,
mendorong pebelajar untuk belajar, menyajikan informasi dengan suatu cara
tertentu atau menyelesaikannya untuk kelompok khusus atau untuk menjelaskan
tugas belajar. Ceramah tidak harus digunakan apabila tujuan lebih pada
pembelajaran untuk memiliki pengetahuan/informasi yang kompleks, abstrak atau
rinci, partisipasi pebelajar di sini penting.

5. Demonstrasi
Demonstrasi sama dengan ceramah dalam hal komunikasi langsung dan
pemberian informasi dari guru kepada pebelajar. Demonstrasi melibatkan
pendekatan visual untuk menguji proses, informasi, ide-ide. Demonstrasi ini
membolehkan pebelajar melihat guru sebagai pebelajar aktif dan model.
Pebelajar dapat mengobservasi sesuatu yang riil dan bagaimana cara
bekerjanya. Mungkin berupa demonstrasi murni, demonstrasi dengan komentar
atau demonstrasi partisipatif dengan pebelajar. Dalam banyak kasus, guru
mendemonstrasikan kegiatan tertentu atau kegiatan awal yang meminta
pebelajar melakukannya secara individual. Bagi kebanyakan pebelajar,
demonstrasi guru ini dianggap sebagai contoh suatu kegiatan. Demonstrasi
dapat digunakan untuk menampilkan ilustrasi atau prosedur yang efisien,
mendorong minat pebelajar dalam suatu topik tertentu, menyiapkan contoh

1
5
untuk mengajar keterampilan-keterampilan khusus, dan menyiapkan perubahan-
perubahan langkah. Untuk mencapai demonstrasi yang efektif, guru harus
merencanakan demonstrasi dengan cermat, mempraktikkan demonstrasi,
mengembangkan suatu panduan untuk membimbing demonstrasi, meyakinkan
bahwa setiap orang dapat melihat demonstrasi itu, menjelaskan demonstrasi
untuk memusatkan perhatian, memberikan pertanyaan-pertanyaan, dan
merencanakan tindak lanjut demonstrasi. .(Sri Anitah 2014:119)

6. Pertanyaan-pertanyaan dan Resitasi


Apabila guru menggunakan pertanyaan, pertimbangkan tingkat pertanyaan,
dan penggunaan pertanyaan konvergen dan divergen, jenis pertanyaan, dan cara
menyusun pertanyaan. Pertama, pertanyaan-pertanyaan dapat dikembangkan
untuk tiap tingkat domain kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis,
dan evaluasi). Tiga tingkat pertama mempertimbangkan penguasaan pertanyaan
tingkat rendah karena terutama menekankan pada ingatan dan penggunaan
informasi sedang. Tiga tingkat di atasnya, domain kognitif yang memerlukan
pertanyaan tingkat tinggi (di atas ingatan), menggunakan cara berpikir yang
abstrak dan kompleks. Kedua, ada dua jenis jawaban yang dikemukakan.
Pertanyaan-pertanyaan konvergen cenderung memiliki satu jawaban yang benar
atau paling baik. Pertanyaan divergen sering merupakan pertanyaan yang
terbuka dan biasanya memiliki banyak jawaban yang sesuai. Ketiga,
menentukan jenis pertanyaan yang tepat pada situasi yang ada. Memfokuskan
pertanyaan digunakan untuk memusatkan perhatian pebelajar pada pelajaran
atau pada materi yang didiskusikan. Pertanyaan ini digunakan untuk
menentukan apa yang telah dipelajari oleh pebelajar, untuk memotivasi dan
menimbulkan minat pebelajar saat mulai dan selama pembelajaran atau
mengecek pengertian pebelajar pada akhir pembelajaran. Pertanyaan penuntun,
menggunakan petunjuk dan isyarat untuk membantu pebelajar dalam
membetulkan jawaban. Pebelajar mungkin tidak menjawab pertanyaan secara
lengkap. Dalam kasus ini, guru mungkin tetap pada pebelajar yang sama, untuk
menanyakan satu atau beberapa pertanyaan penggali yang diharapkan dapat
mengklarifikasi dan membimbing pebelajar untuk menjawab dengan lebih
lengkap. .(Sri Anitah 2014:119)

1
6
7. Resitasi
Resitasi termasuk pertanyaan guru secara lisan tentang materi yang telah
dipelajari. Guru mungkin memakai resitasi sebagai suatu cara untuk mendiagnosis
kemajuan pebelajar. Pola interaksi khusus, yaitu pertanyaan guru, pebelajar
menjawab, kemudian reaksi guru. Jadi, guru memberi pertanyaan untuk
mengetahui apakah pebelajar mengetahui jawaban tersebut, bukan untuk
memperoleh informasi.

8 Praktik dan Latihan (Drill)


Praktik, termasuk memeriksa materi yang telah dipelajari. Praktik
diharapkan untuk konsolidasi, klarifikasi, dan menekankan pada materi yang
telah dipelajari. Kegiatan praktik lebih bermakna apabila waktunya longgar (tak
hanya satu hari setelah tes). Drill, termasuk pengulangan informasi pada topik
tertentu sampai benar-benar dicamkan dalam pikiran pebelajar. Drill ini
digunakan untuk pembelajaran yang diharapkan menjadi kebiasaan atau
ditetapkan dalam jangka waktu panjang.Praktik dan drill termasuk ulangan yang
diharapkan membantu pebelajar memahami informasi dengan lebih baik. Hal ini
berguna dalam pengembangan kecepatan dan keakuratan dalam mengingat
fakta, generalisasi, dan konsep. Misalnya, belajar informasi tertentu seperti hari
atau peristiwa sejarah, simbol-simbol kimia atau terjemahan bahasa asing. .(Sri
Anitah 2014:120)

9. Reviu
Reviu merupakan kesempatan bagi pebelajar melihat suatu topik pada waktu yang
lain. Reviu berbeda dengan praktik dan latihan. Reviu tidak memerlukan teknik
latihan. Reviu dapat berbentuk (a) rangkuman pada akhir pelajaran atau unit atau
pada akhir suatu bab, (b) kuis, (c) garis besar, (d) diskusi, dan (e) tanya jawab atau
strategi yang lain.Reviu sehari-hari pada awal pembelajaran membantu guru
menentukan apakah pebelajar memerlukan pengetahuan prasyarat atau
keterampilan tertentu untuk suatu pembelajaran, atau untuk mengetahui apakah
pebelajar telah menguasai materi yang telah dipelajari. Reviu mingguan dan
bulanan membantu guru mengecek pemahaman pebelajar, meyakinkan bahwa

1
7
keterampilan awal yang diperlukan dikuasai dengan baik, juga untuk mengecek
langkah guru.

10. Diskusi Kelas secara Keseluruhan


Diskusi kelas secara keseluruhan (satu kelas sebagai satu kelompok) pada
umumnya kurang eksplisit dan lebih berpusat pada guru daripada strategi-
strategi pembelajaran yang diuraikan di atas. Strategi ini mungkin berupa
petunjuk guru atau bimbingan kepada kelas diatur dengan rentangan dari formal
ke informal, dengan guru memiliki peran dari dominan ke tidak dominan.
Diskusi merupakan suatu percakapan dengan beberapa orang dengan suatu
tujuan tertentu. .(Sri Anitah 2014:120)

2.6. Implementasi strategi belajar mengajar

Proses belajar strategi belajar-mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan


sekolah yang diorganisir. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah
lingkungan yang menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. ( Nunuk
S.2012:11).

Tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar-mengajar dapat dirinci sebagai


berikut:

1. Perencanaan, meliputi antara lain:

a) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana yang akan


dilakukan.
b) b.Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara
melakukan.
c) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai
hasil yang maksimal.
d) Mengembangkan alternatif-aIternatif.

2.Pengorganisasian, meliputi antara Iain :

1
8
a) Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk menyusun kerangka kerja dalam melaksanakan rencana-rencana
melalui proses penetapan kerja.
b) Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara
teratur.
c) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
d) Merumuskan. menetapkan metode dan prosedur.

3.Pengarahan, meliputi antara Iain:

a) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara rinci.


b) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan
rencana dan pengambilan keputusan.
c) Membimbing, memotivasi dan melakukan pengawasan.

4. Pengawasan. meliputi antara lain:

a) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.


b) Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan
tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.

Selanjutnya untuk meningkatkan hasil belajar dalam bentuk pengaruh


instruksional dan untuk mengarahkan pengaruh pengiring terhadap hal-hal yang
positif dan berguna bagi siswa. Guru harus pandai memilih apa isi pembelajaran
serta bagaimana proses belajar itu harus dikelola dan dilaksanakan di kelas. Ada
juga jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni 'belajar konsep” dan ”belajar
proses". Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemahaman fakta
dan prinsip, banyak tergantung pada apa yang diajarkan guru yaitu bahan atau isi
pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. sedangkan belajar proses atau keterampilan
proses lebih ditekankan Dan masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan
dipelajari. ( Nunuk S.2012:12).

Jika persoalan keterampilan proses ltu dikaitkan dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA), maka tampak beberapa kesamaan konseptual. Baik belajar konsep,
maupun belajar proses, keduanya mempunyai ciri-ciri:

1
9
a) Menekankan pendngnya makna belajar untuk mencapai hasil belajar yang
memadai.
b) Menekankan pentingnya keterlibatan siswa di dalam proses belajar.
c) Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah dapat dlcapal oleh
siswa .
d) Menekankan hasll belajar secara tuntas dan utuh.

Belajar keterampilan proses, seperti halnya belajar siswa aktif, bukanlah


merupakan gagasan yang bersifat kaku. Belajar keterampilan proses tidak dapat
dipertentangkan dengan belajar konsep, sehingga keduanya merupakan dua jenis
yang terpisah. Keduanya merupakan garis kontinum, yang satu menekankan
penghayatan proses, dan yang lain lebih menekankan perolehan atau hasil,
pemahaman dan prinsip. Belajar keterampilan proses tidak mungkin terjadi bila
tidak ada materi atau bahan pelajaran yang dipelajari. Sebaliknya belajar konsep
tidak mungkin terjadi tanpa keterampilan proses pada siswa. Begitu halnya cara
belajar siswa aktif tidak bisa dipertentangkan dengan cara belajar siswa tidak
aktif. Dengan kata lain, dalam kegiatan belajar ada yang mempunyai kadar
keaktifan siswa yang tinggi dan ada kadar keaktifan siswa yang rendah. Tidak ada
kegiatan belajar dengan kadar keaktifan nol. Cara belajar siswa aktif tidak
selamanya berorientasi keterampilan, tetapl juga belajar siswa aktif bisa terjadi
sewaktu siswa mempelajari konsep, fakta dan prinsip. Bisa juga keterampilan
proses terjadl dengan kadar keaktifan siswa rendah. Belajar konsep dengan kadar
keaktifan siswa rendah cenderung memperlihatkan motif belajar-mengajar yang
ekpositoris, sedangkan belajar keterampilan Proses dengan kadar keaktifan siswa
tinggi cenderung bermotif discovery (penemuan). ( Nunuk S.2012:14).

Ada dua hal yang turut menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar-
mengajar, yakni pengaturan proses belajar-mengajar, dan pengajaran itu sendiri,
dan keduanya saling tergantung satu sama lain. Kemampuan mengatur proses
belajar-mengajar yang baik, akan menciptakan situsi yang memungkinkan siswa
belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat
belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa memerlukan

2
0
sesuatu yang memungkinkan untuk berkomunikasi secara baik dengan guru,
teman maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan perhatian, bimbingan dan
bantuan guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.

Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan


prestasi belajar siswa, memerlukan pengorganisasian proses belajar-mengajar
dengan baik. Proses belajar-mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan guru
menumbuhkan organisasi proses belajar-mengajaryang efektif, meliputi tujuan,
bahan, metode, media, mengaturan waktu serta pengelompokan siswa dalam
belajar. ( Nunuk S.2012:14).

Tujuan pembelajaran merupakan titik tolak keberhasilan dalam pengajaran. Makin


jelas rumusan tujuan pembelajaran, makin mudah menyusun dan
mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan bimbingan guru. Dalam
perumusan tujuan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan dan nilai-nilai apa yang ingin dikembangkan pada diri siswa
2. Bagaimana cara mencapai tujuan secara bertahap atau sekaligus.
3. Apakah perlu menekankan aspek-aspek khusus.
4. Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
5. Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan tersebut.

Koreksi demikian juga bahan, metode dan media harus disesuikan dengan tujuan
pembelajaran, agar kegiatan belajar-mengajar berjalan baik dan tujuan
pembelajaran tercapai. Kemudian berkenaan dengan waktu yang tersedia untuk
setiap pelajaran( Nunuk S.2012:15).

Melalui pengaturan waktu diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan


belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya agar kegiatan belajar
sesuai dengan kebutuhan cara belajar siswa, diperlukan pengelompokan siswa
dalam belajar. Da|am pemilihan/penyusunan anggota kelompok perlu
dipertimbangkan antara lain:

1. Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan.

2
1
2. Siapa yang menyusun anggota kelompok, guru, siswa atau guru dan siswa
secara bersama-sama.
3. Atas dasar apa kelompok itu disusun.
4. Apakah kelompok itu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
cara belajar.

Dalam melayani kegiatan belajar aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti


tersendiri. Pengelompokan siswa dapat dibedakan menjadi beberapa tipe atau
jenis, antara Iain: ( Nunuk S.2012:15).

1. Menurut Kemampuan

Untuk memudahkan pelayanan guru, para siswa dikelompokkan menjadi


kelompok cerdas, sedang atau menengah, dan rendah. Pengelompokan ini
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kemampuan siswa terkait dengan
materi ajar atau mata pelajaran.

2. Menurut Kesenangan Berteman

Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang disusun berdasarkan keakraban


antarsiswa. KeIompok ini terdiri atas sejumlah siswa yang menurut mereka
kawan-kawan dekat. sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar dan saling
membantu.

3. Menurut Bakat/Minat

Minat siswa bermacam-macam, maka suatu ketika siswa juga dapat


dikelompokkan menurut minat/bakat mereka. Ada yang senang menulis,
menggambar, ilmu sosial, ilmu alam, matematika dan sebagainya. Para siswa
dikelompokkan atas dasar kegiatan yang sama, dan melakukan aktivitas belajar
yang sama.

4. Menurut Urutan Presensi/Daftar Kehadian Siswa

Untuk memudahkan guru, bisa juga pengelompokan siswa berdasarkan nomor


urut absensi. Pengelompokan ini tidak memandang bakat/minat, kesenangan
beneman atau kemampuan, namun secara acak dengan harapan akan terjadl kerja

2
2
sama yang baik antarteman dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru. Dalam hal ini guru memandang bahwa semua siswa memiliki kesempatan
yang sama, dan semua dianggap mampu untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi dengan jalan bekerja sama untuk saling membantu satu sama lain. (
Nunuk S.2012:16).

Perlu diketahui bahwa proses belajar bermakna adalah proses belajar yang
melibatkan berbagai aktivitas siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk
mengaktifkan kegiatan belajar tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guru antara
lain melalui:.

1. Karyawisata

Sesekali waktu guru dapat membawa siswa ke luar ruang kelas Untuk belajar.
Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah; bisa
juga mengunjungi objek Wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi
pelajaran yang diberikan di sekolah/kelas. Dengan demikian pengetahuan dan
pemahaman siswa akan bertamabah berkat adanya pengalaman selama melakukan
karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan
konsep yang telah diberikan dl kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata,
sehingga karyawisata benar-benar mengaktifkan siswa. ( Roestiyah.2012:85).

2. Diskusi

Diskusi adala salah satu teknik belajar mengajar yang dilaukan oleh seorang guru
di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara duan atau lebih individu
yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi memecahkan masalah,
dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. (
Roestiyah.2012:5).

2
3
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut

 Strategi pemebelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola


umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan yang
sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
 Adanya empat hal pokok yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan
belajar dan pembelajaran diantaranya spesifikasi dan kulifikasi perubahan
tingkah laku, pendekatan belajar, menetapkan prosedur, metode, teknik dan
menetapkan norma dan criteria keberhasilan.
 Pendekatan pembelajaran Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, Metode pembelajaran
Dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran Taktik pembelajaran
Merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembe|ajaran tertentu yang sifatnya individual
 Prinsip penggunaan strategi belajar mengajar yaitu berorientasi pada
tujuan, individualitas,aktifitas dan integritas.
 Jenis-jenis strategi belajar mengajar dalam pembelajaran diantaranya
strategi deduktif dan induktif serta strategi ekspositori langsung dan belajar
tuntas
 Implementasi startegi belajar dan mengajar yaitu
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan, dan pengawasan

2
4
DAFTAR PUSTAKA

Suryani.Nunuk.2012.Strategi Belajar Mengajar.Yogyakarta:Rineka Cipta

Roestiyah.2012.Strategi Belajar Mengajar.Yogyakarta:Rineka Cipta

Anitah.Sri.2014.Modul Startegi Pembelajaran.Universitas Terbuka Jakarta

2
5

Anda mungkin juga menyukai