Anda di halaman 1dari 30

AKULTURASI BUDAYA ASLI INDONESIA DENGAN

HINDHU-BUDHA
( tugas sebagai syarat mata kuliah sejarah abad XV)

Dosen Pengampu : Cheri saputra S,Pd. M,Pd.

Disusun Oleh : (Kelompok 3)

Resti Apriana (1713033011)


Azaria Putri Randi (1713033041)
Titik Safitri (1713033047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.Selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah, tujuan kami membuat
makalah ini adalah untuk memaparkan akulturai budaya asli indonesia dengan
hindhu-budha.

Penulisan makalah ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan
dukungan yang begitu besar dari berbagai pihak yang telah membimbing dan
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Untuk meningkatkan kualitas dalam makalah kami, kiranya pembaca berkenan


memberikan kritik dan saran untuk kami. Akhir kata, kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan Tuhan meridhoi usaha kami amin.

Bandar Lampung, April 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

2.1 Pengertian akulturasi...................................................................................... 3

2.2 contoh dan hasil akulturasi ndaya hindhu-budha di indonesia........................ 6

2.3 Proses singkat masuknya budaya hindhu-budha di indonesia...................... 24

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah


yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang
India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan
interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang.
Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia
dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.

1. Periode Awal (Abad V-XI M)


Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa
serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia
terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa
Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan - kerajaan seperti
Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)


Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal
tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan
unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini
menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih
aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa
Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir
aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan
sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-
Budha. Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan
para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam
leluhur.

ii
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan
periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut
karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja
dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi
Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang
Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih
banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.

1.2 Rumusan Masalah


1/ Apa yang dimaksud dengan akulturasi dan ?

2. Apa yang menyebabkan mudahnya kebudayaan lain (hindhu-budha)


masuk dan memilki pengaruh di indonesia ?

3. Apa yang dimaksud dengan akulturasi budaya ?

4. Apa saja contoh dari hasil akulturasi kebudayaan hindhu-budha di


indonesia ?

5. Bagaimana proses masuknya pengaruh akulturasi di indonesia?

ii
1.2 Tujuan makalah

1/ Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan akultrasi secara umum


dn menurut para ahli

1. Untuk mengetahui Apa yang menyebabkan mudahnya


kebudayaan lain (hindhu-budha) masuk dan memilki pengaruh
di indonesia.
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan akluturasi
budaya.
3. Untuk menegtahui Apa saja contoh dari hasil akulturasi
kebudayaan hindhu-budha di indonesia
4. Untuk menegtahui Bagaimana proses masuknya pengaruh
akulturasi di indonesia

ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian akulturasi


Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala uatu
kelompok manuia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur dari uatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyibabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

Dibawah ini adalah pengertian akulturasi menurut para ahli :

1. Pengertian Akulturasi Menurut Suyono

Pendapat mengenai pengertian Akulturasi datang dari pengamat


Suyuno yang dikutip dalam buku Rumondor (1995:208) yang
menyebutkan bahwa Akulturasi merupakan suatu proses transfer
penerima dari beragam unsur budaya yang saling bertemu dan
berhubungan serta menumbuhkan proses interaksi budaya yang
tanpa meninggalkan budaya aslinya.

2. Pengertian Akulturasi Menurut Nardy

Berbeda dengan Suyono, Nardy lebih mengartikan Akulturasi


sebagai bagian dari proses sosial yang muncul dari sekelompok
masyarakat dengan kebudayaannya dan bertemu dengan kelompok
masyarakat lain tentunya dengan kebudayaan mereka (asing) dan
berbaur yang menciptakan interaksi sosial sehingga lambat laun
diterima oleh dan disatukan menjadi kebudayaan bersama tanpa
menghilangkan identitas budaya itu sendiri.

ii
3. Pengertian Akulturasi Menurut Hasyim

Akulturasi menurut Hasyim juga merujuk ke perpaduan dua budaya


dalam kehidupan yang berjalan seiringan sertai damai dan tetap
melestarikan unsur budaya aslinya. Hasyim menambahkan jika
proses akulturasi ini berlangsung saat sekelompok masyarakat yang
tengah melakukan transmigrasi mengadakan interaksi dengan
penduduk asli yang kemudian secara bertahap meleburkan dua
budaya dan tetap menjaga budaya aslinya.

4. Pengertian Akulturasi Menurut Harsoyo

Mengutip pendapat dari Harsoyo mengenai definisi pengertian


Akulturasi yang merupakan suatu fenomena bersumber dari sebuah
hasil kontak secara langsung dan continue antara sekelompok
masyarakat yang memiliki budaya masing-masing dan menimbulkan
perubahan dalam kebudayaan dari masing-masing dengan tetap
menjaga keaslian unsurnya.

5. Pengertian Akulturasi Menurut Koentjaraningrat

Menuruut Konetjaraningrat, Akulturasi lebih ke sebuah proses


terjadinya perubahan budaya dari hasil kontak antar kelompok
masyarakat dengan kebudayaan tertentu dan asing dengan tahapan
secara bertahap dan terus menerus tanpa menghilangkan unsur
budaya sendiri atau kepribadian dari kebudayaan tersebut.

6. Pengertian Akulturasi Menurut Lauer

Pendapat Lauer mengenai Akulturasi lebih ke pembentukan pola


baru dari hasil penyatuan dua budaya yang disebabkan kesamaan
dominan budaya tersebut dan interaksi baik dari masyarakat itu
sendiri yang kemudian mengarah ke masing-masing budaya dengan
tetap mempertahankan keaslian nilainya.

ii
7. Pengertian Akulturasi Menurut Sumandiyo Hadi (2006:35)

Hal tersebut juga serupa seperti pendapat yang dikemukakan oleh


Sumandiyo Hadi dalam buku terbitannya dihalam 35 mengenai
pengertian Akulturasi dan Inkulturasi yang merupakan dua hal
dengan saling memiliki kaitan yang erat.Sumandiyo menambahkan
jika Akulturasi merupakan bagian bentuk perubahan dari
kebudayaan yang dapat dilihat ataupun ditandai dengan adanya
kontak dan interaksi antar budaya baik menerima maupun memberi
yang sebelumnya dilakukan oleh kelompok masyarakat yang
membawa masing-masing kebudayaan tersebut.

ii
2.2 Contoh dan hasil dari Akulturasi Budaya Hindu Buddha di
Indonesia
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi
kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya
Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara
sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses
pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan
Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.

a. Pengertian Akulturasi Budaya

Seperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua


kebudayaan yang berbeda yang langsung bertemu secara damai dan
serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak
sedikitpun menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli yang telah
lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia,
kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan
pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut kemudian
memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap
perkembangan budaya yang ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu
Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah
kebudayaan akulturasi.
Beberapa hal yang menjadi alasan diterimanya kebudayaan lain dari
Hindu Budha ini adalah sebagai berikut:
-Masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang
cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
-Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local
Genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur

ii
kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.

b. Akulturasi dari kebudayaan imdonesia dengan Hindu-Budha dapat dilihat


dari:
1) Segi Sosial

Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara masyarakat belum


mengenal dengan apa yang namanya sistem pembagian masyarakat
atau kasta. Semua masyarakat pada masa itu memiliki kedudukan
yang sama dan masih hidup dalam suatu kelompok-kelompok
tertentu. Namun setelah masuknya unsur baru yang berupa Hindu-
Budha ini kemudian masyarakat pada masa itu kehidupan sosialnya
berubahdan dibedakan atas sistem kasta.

2) Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem
pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki
kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya.
Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang
dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun.
Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki
kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat
kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun
temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
Pada masa sebelum masuknya Hindu-Budha masyarakat
Nusantara mengenal sistem pemerintahan yang dipimpin oleh
kepala suku dan juga keturunannya. Kepala suku dipilih
masyarakat atas kemampuannya dalam berbagai hal misalnya
kemampuan untuk mengalahkan musuh ataupun juga dalam
berburu hewan.Namun setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha
kemudian sistem pemerintahan berubah namun masih juga

ii
memiliki unsur budaya lokal, perubahan ini menjadi seorang raja
yang memimpin sebuah wilayah atau negara. Perkembangan itu
menyesuaikan dengan yang ada di India karena India merupakan
daerah awal dimana Hindu-Budha tumbuh.Contohnya ialah nama
Raja Kutai yang pertama pada saat itu adalah Kudungga yang
merupakan nama orang asli penduduk pribumi pada masa itu,
Kudungga merupakan seorang kepala suku. Namun setelah itu
nama anak dari Kudungga yaitu Aswawarman merupakan nama
yang sudah mendapat pengaruh India. Selain pemerintahan juga
mendapat pengaruh dari India yang dari kesukuan menjadi sebuah
kerajaan.
Dengan demikian :
- Pemilihan raja tidak selalu turun temurun tetapi ada yang
menggunakan prindip musyawarah.
- Dikenal sisem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang
raja yang dikultuskan menjadi seorang dewa.
- Dikenalnya sitem kasta yang memilki pernanan dan fungsi.

ii
3) Kesenian

Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti


contohnya pada seni rupa atapun patung dan juga relief yang ada di
Nusantara dulu sepeti pada relief di Candi Borobudur yang
menceritakan tentang bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama.

Bentuk akulturasi dari kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang
menggambarkan tentang keadaan alam dan geografis dari wilayah
Nusantara sendiri di masa lalu seperti adanya hiasan burung merpati
ataupun juga hiasan tentang gambar dari perahu bercadik yang tidak
kita temukan di India.

4) Seni sastra

Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa
yang mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses
ini terjadi dengan penyerapan unsur-unsur kebudayaan India terlihat
dari prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa
Sansekerta.

ii
Namun seiring dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal
kemudian dari huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta ini
dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna ataupun bahasa yang
lainnya yang masih dalam satu konteks bahasa. Seni sastra di Jawa
bermula ketika kebudyaan Jawa mengalami proses akulturasi dengan
kebudayaan India. Unsur kebudayaan India diserap dlam
kebudayaan Jawa tidak secara mentah –mentah , melainkan melalui
proses pengubahan dan perombakan sehingga kebudayaan Jawa
tidak sampai tercabut dari akarnya. Kreativitas para sastrawan Jawa
menonjol sehingga menghasilkan puluhan karya yang merupakan
gubahan asli Jawa dan bukan terjemahan dari karya berbahasa
sanseskerta yang berasal dari India (Zoetmulder,1985:10 -19).
Dalam bidang sastra wujud akulturasi dapat dibuktikan dengan
adanya suatu cerita atau kisah yang berkembang di Indonesia yang
bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata, misalnya tokoh –
tokoh dalam cerita tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
punakawan seperti semar,gareng,pertuk,dan bagong. Dalam kisah
Baratayuda, yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan
perang antara pandawa dan kurawa melainkan peperangan Jawa
jayabaya dari kadiri melawan kerajaan jenggala. Karya sastra Jawa
Kuno dalam masa diciptakan dalam masa yang cukup lama. Bukti –
bukti tertua menunjukkan telah ada karya sastra Jawa kuno yang
diperkirakan diubah pada sekitar abad ke – 10. Pada era kerajaan
Kediri (abad ke – 12) dihasilkan karya sastra yang relatif berupa dan
bermutu sehingga masa kadiri dianggap sebagai masa keemasan
dalam perkembangan seni sastra masa hindu buddha. Persentuhan
dengan hindu budha telah menghasilkan kesustraan sunda,jawa,dan
bali.Bentuk karya sastra yang menonjol antara lain berupa prosa
(ganjaran),puisi (takawin),dan sastra kidung. Bentuk puisi dikenal
dengan istilah Kawya yang memiliki aturan mantra tertentu : Jumlah
baris setiap baitnya , jumlah sukunya tiap baris, serta ritme yang

ii
diwujudkan dengan memperhitungkan panjang pendeknya suatu
kata.
a. Sastra Jawa Kuno
1. Kakawin Ramayana
2. Kakawin Arjuna Wiwaha
3. Kakawin Sumana Santaka
4. Kakawin Semaradahana
5. Kakawin Buwakkaweya
6. Kakawin Baratayudha
7. Kakawin Ariwangsa
8. Kakawin Gatot Kaca Seraya
9. Kakawin Negarakertagama
10. Kakawin Arjuna wijaya
11. Kakawin Sutasoma Uru Sadasanta
12. Ureta Sancaya / Cakrawaka duta
13. Lubdakh

5) Sistem Penanggalan

Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang


menggunakan tahun Saka merupakan sistem penanggalan yang
mendapat pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak diketahui
pasti kapan nenek moyang mengenal sistem pertanggalan dengan
tahun saka ini. Namun diduga orang India mengenalkan unsur-unsur
kebudayaan tentang pertanggalan ini sejak menjelang abad ke 5 M
yang kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat
dilihat Prasasti Tugu yang dikeluarkan Raja Purnawarman dari
Tarumanegara yang menyebutkan unsur-unsur pertanggalan yakni
tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan 13 paruh terang bulan
Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh Purnawarman adalah untuk
menandai pembangunan Sungai Gomati.Sebelum mengenal sistem
penanggalan Saka, nenek moyang dulu menggunakan rasi bintang

ii
sebagai penanda misalnya para petani dulu untuk melihat perubahan
musim dalam setahun biasanya menggunakan gugusan bintang
Weluku yang biasanya sekarang ini nampak pada Bulan September
sampai Maret. Namun setelah masuknya Hindu-Budha, sistem
penanggalan kemudian mendapat pengaruh yang signifikan yakni
dengan menggunakan tahun Saka sebagai sistem penanggalan yang
digunakan oleh masyarakat setempat. Menurut tahun perhitungan satu
tahun saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun sak dengan
tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka
654,maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Di samping adanya penegtahuan tentang kalender saka ,juga
ditemukan perhitungan tahun saka dengan menggunakan
candrasangkala.

Candrasangkala adalah susuan kalimat atau gambar yang dapa dibaca


sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalamprasasti yang
ditemukan dipuau jawa,dan menggunakan kalimat bahasa jawa salah
satu conthnya adalah:
- Sirna = 0,
- Ilang = 0,
- Kertaning =4 dan
- Bhumi =1
Maka kalimat tersebut diartikan dan belakang dengan tahun 1400
sakaatau sama dengan 1478 M yang mrupakan tahun runtuhnya
Majapahit.

ii
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasati yang ditemukan di pulau
jawa,dan menggunakan kalimat bahasa jawa.

6) Seni bangunan dan Arsitektur

Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan


setelah masuknya budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat
Indonesia sebelum masuknya budaya Hindu-Budha sudah mengenal
tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya
punden berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme
dan Dinamisme atau pemujaan terhadap leluhur mereka. Namun
seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke wilayah
Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan
yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga
bangunan di akhir masa Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng
Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan mengambil bentuk
pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak
Budha. Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara
budaya asli nenek moyang dengan pengaruh Hindu-Budha.
Candi di indonesia adalah kebanyakan punden berundak yang
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan meghalthikum yang
berfumgsi sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan cand di indonesia itu sendiri di
indeonesia sesaui dengan asal mula kata sandi berasal dari kata
candik yang merupakan salah satu nam dewi durga tau dew
maut,sehhimgga candi merupkzn bangunan untuk memulikan orang
yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi cand berasal dari kata
cinandi yang artinya dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan
didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai
macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang
disebut dengan piprih.

ii
Dengan demikian funsi candi hindhu di indonesia adalah untuk
pemujaan tehadapa roh nenek moyang yang dihubungkan dengan
raja yang sudah mninggal.

Untuk candi bercorak budha fungsinya secara khusus sama dengan


di india yaitu untuk memuja dyani bodhisttwa yang dianggap
sebagai perwujudan dewa.salah satu contoh adalah candi borobudor
yang merupakan candhi budha yang merupakan salah satu
peninggalan mataram, dilihat dari tingkatan yang paling atas terdapat
patung dyani budha.

Patung atung dyani budha inilah yang menjadi pemujaan umat


budha. Di samping itu pada bagian atas juga terdapat atap candi
yang berbentuk stupa.

ii
7) Ekonomi

Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat


Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Budha di Indonesia.

8) Bidang Pendidikan

Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat


Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat
Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-
Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca
dan tulis.

Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :


 Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam
kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama
digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai
digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno
yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
 Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan
didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-
Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan
dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di
berbagai kerajaan di Indonesia.
 Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi
yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha.
Contoh :
o Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
o Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
o Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
o Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama

ii
o Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

 Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi


pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut
menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai
sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian
masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada
rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-
tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di tempat
inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki
pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut
kemudian menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari
mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah.
Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah
diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru
besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti,
Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan
asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut
ilmu di Benggala (India)

ii
9) Kepercayaan

Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa


Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan
terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya
agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai
menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan
kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan
dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan
paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam
keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan
Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa.
Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara
kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100
hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa.

10) Seni Rupa

Seni patung sudah dikenal oleh bangsa indonesia sebelum


mendapatkan pengaruh dari kebudayaan hindhu-budha. Sejumlah arca
dalam berbagai ukuran telah ditemukan di berbagai tempat di
indonesia pada sekitar abad ke-2.
Ketrampilan memahat yang dimilki oleh bangsa indonesia merupakan
modal awal yang sangat dimilki bagi perkembangan seni patung
setelah masuknya pengaruh kebudayaan hindhu-budha. Dalam agama
hindhu-budha,patung atau arca merupakan komponen keagamaan ,
yaitu sebagai ritual yang melambangkan kehadiran nenek moyang
atau daerah tertentu atau pelambang sebuah gagasan kegamaan
tertentu. Dalam agama hindu raja yang sudah wafat dianggap menyatu
dengan dewa nya dan dibuatkan patung untuk menghormati sang raja.

ii
Patung ini menjadi arca induk dalam candi. Biasanya dalam sebuah
candi memuat berbagai patung dewa – dewa nya.

Seni patung di Indonesia berkembang sangat produktif seiring dengan


didirikannya berbagai bangunan candi di berbagai tempat dan
berbagai zaman.Sebagai contoh di sekitar candi Ijo yang berlatar
belakang kepercayaan siwaistis ditemukan arca – arca yang
menggambarkan wisnu dalam berbagai wujud inkarnasi.

11) Seni pertunjukan

Seni pertunjukan pada masa Hindu-budha dapat diketahui melalui


sumber-sumber berupa relief maupun sumber-sumber tertulis
beberapa teks prasasti maupun teks karya sastra. Dalam seni
pertujukan terjadi akulturasi antara kebudayaan india dengan
kebudayaan lokal. Dari berbagai data pada masa pengaruh Hindu-
Budha telah terdapat berbagai macam pertunjukan, sebuah pertujukan
akrobat jalanan pada masa Hindu-Budha. Misalnya mamirus dan
mabanyal(melawak), mangigel(menari), mawayang (pertunjukan
wayang) dan matapukan (pertunjukan topeng). Pada awalnya kesenian
tersebut terkait dengan fungsi keagaman yaitu sebagai penunjang atau
bagian dari upacara/ritual kerajaan/kenegaraan, namun dalam
perkembangan selanjutnya bergeser menjadi seni pertunjukan yang
berfungsi sebagai hiburan atau kesenangan semata-mata.

ii
a. Wayang

Wayang berasal dari kata wayangan yang berarti bayangan dugaan


ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran wayang kulit yang
menggunakan kelir, secarik kain sebagai pembatas antara dalang
yang memainkan wayang dan penonton dibalik kelir itu.

Arti harifiah dari pertunjukan itu wayang adalah pertunjukan


bayang-bayang. Arti filsafat yang lebih dalam lagi adalah bayangan
kehidupan manusia atau angan-angan manusia tentang kehidupan
manusia. Dalam perkembangan pertunjukan bayang-bayang yang
sebelumnnya sebelumnya digunakan untuk memuja roh nenek
moyang ini berubah menjadi satu seni pertunjukan dengan cerita
yang lebih beragam.
Mengenai asal-usul wayang menurut pendapat Crafad bahwa orang
jawa pada masa prasejarah telah menemukan drama polinesia
termasuk pertujunkan bayangan ini. pentas bayang-bayang ini masih
berkonsep sangant sederhana hingga 1000 SM.

ii
Dalam kurun waktu yang cukup lama dan evolusi pertunjukan ini
berubah menjadi pertunjukan wayang kulit yang masih sangat
sederhana. Setelah berkembangnnya agama Hindu dan Budha di
indonesia wayang kulit yang belum mencapai bentuknya
terpengaruh dan digunakan Oleh agama Budha sebagai pertunjukan
yang bersifat ritul, magis, religus dan pendidikan moral. Selanjutnya
cerita-cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan ini meliputi epos-
epos seperti ramayana dan mahabarata.
Dalam prasasti abad ke-10 disebutkan “mawayang bwat hyang”
yang artinya adalah mempergelarkan wayang untuk dewata.
Pergelaran itu dilakukan dalam rangkaian upacara sima. Prasasti
dalam masa yang sama juga dalam penetapan suatu sima. Prasati
dalam masa yang sama juga menyebutkan bahwa dalam rangka
penetapan suatu sima “para warga desa menari bersama
berkeliling( mengelilingi pusat upacara)”. Fungsi mereka pada masa
prasasti-prasasti dan diseru untuk menjadi “saksi” seperti para dewa,
unsur-unsur alam semesta , serta berbagai jenis makhluk yang
disebutkan pada prasasti-prasasti dan diseru untuk menjadi saksi
bagi peristiwa perubahan status kawasan tersebut( Edy
Sedyawati,2009:11).

ii
b. Seni Tari

Seni tari pada masa kejayaan Hindu-Budha terdapat dijawa dan Bali.
Dikedua wilayah ini seni tarinya memiliki kemiripan diakibatkan
adanya migrasi itu seni tarinya memiliki kemirapan diakibatkan
adanya migrasi penduduk dari jawa ke Bali karena jatuhnya
Majapahit. Adapun kesamannya antara lain sistem laras komposisi
lagu dan gamelan , pemakaian cerita dan perbendaharaan gerak dalam
tari, serta pakaian yang dikenakan. Dari daun lontar( lontar Candra
Sengkala) dinyatakan bahwa tari Gambuh yang dianggap sebagai
induk dari semua drama tari di Bali merupakan pengaruh dari drama
tari yang berasal dari Jawa Timur.
Sama halnya dengan wayang , tarian pun pada mulanya digunakan
untuk aktivitas keagamaan yaitu pemujaan bagi para dewa. Materi
yang dipentaskan dalam tari-tarian diadaptasi dari kisah-kisah dalam
kitab agama Hindu. Tari klasik yang ditarikan yang ditarikan oleh
para dewa dasi adalah bagian dari acara peribadatan dikuil. Dasar-
dasar tarinya, seperti diungkapkan dalam kitab Natysastra dianggap
ciptaan dewa siwa sendiri. Dijawa tengah terdapat tari-tarian yang
berdasar sama tergambar pada candi untuk dewa siwa diPrambanan.
Namun lambat laun, tarian berkembang menjadi salah satu jenis seni
pertujukan yang tidak lagi diselanggarakan untuk kepentingan agama
saja. Dalam adegan bercerita baik di Prambanan maupun candi-candi
lin dijawa tengah, tari-tarian yang sedasar dengan tari klasik itu
semata-mata diperuntukan bagi peribadatan, bahkan pada umumnya
tarian tersebut digambarkan untuk kesemarakan suatu lingkungan
tanpa berhubungan dengan peritiwa ibadat apapun. Kemungkinan
tarian india klasik itu dipelajari ketika berfungsi sebagai pelengkap
agama dan kemudian dikembangkan sebagai kesenian semata.
Kesenian yang berkembang dikalangan rakyat dapat diketahui nama-
namanya dari prasasti, tetapi mengenai bentuk dan pelaksanaannya
hanya dapat diduga. Pada umunya dinyatakan bahwa pelaku kesenian

ii
adalah mereka yang tergolong anak wanua atau warga desa. Warga
wanua adalah golongan masyarakat yang diperbedakan dengan
mereka yang hidup dilingkungan rajya(ibu kota tempat raja), sebagai
golongan yang disebut watek i jro (golongan orang dalam). Pada
masa-masa kemudian unsur baku dan unsur kerakyatan tidak sekedar
menggabung, melainkan, melebur dan menyatu dan menghasilkan
gaya tari yang tidak dapat lagi disamakan dengan gaya tari india
klasik.

ii
2.3 Proses masuknya pengaruh budaya hindhu-budha di indonesia

Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan


memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di
kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang
baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di
luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai
berikut.

1/ Periode Awal (Abad V-XI M)


Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa
serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia
terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung
dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan
seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)


Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang Hal
tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan
unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini
menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih
aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa
Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir
aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan
sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-
Budha. Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan
para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam
leluhur.

ii
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan
periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut
karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja
dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi
Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang
Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih
banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India

ii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dia as da[pat disimpulkan bahwa seluruh
budaya di indonesia terpengaruh daro budaya hindhu-budha.
Kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan
yang berbeda yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur
kebudayaan yang bertemu tersebut hidup berdampingan dan saling
mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsur-
unsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia,
kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan
pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut kemudian
memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap
perkembangan budaya yang ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu
Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah
kebudayaan akulturasi.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Darini Ririn. 2013. Sejarah Kebudayaan Masa Hindu Budha.


Yogyakarta: Ombak.

Eko Targiyatma, Herimanto. 2014. Sejarah Pembelajaran Sejarah


Interaktif. Solo: Serangakai Pustaka Mandiri.

Restu Gunawan, Sardiman. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta:


Politeknik Negeri Media Kreatif.
www. Wikipedia.com

ii

Anda mungkin juga menyukai