Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI PENGAMALAN AGAMA HINDU

Oleh :
Kelompok 4
Ni Made Dini Hari Putri (1907531008)

Anak Agung Ayu Nopi Gayatri (1907531041)

Ni Luh Putu Priska Sri Utami (1907531043)

Iloh Maitri Padma Dewi (1907531052)

Ni Luh Ayu Linda Diana Sari (1907531055)

Putu Wahyu Aditya Vallentino (1907531065)

Ni Putu Suciana Wijayanthi (1907531063)

Disampaikan Kepada:

Bapak I Wayan Latra, S.Ag, M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budaya
Sebagai Ekspresi Pengamalan Agama Hindu” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah studi Agama Hindu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang budaya Hindu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 11 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pengertian Agama dan Kebudayaan Hindu........................................................3
2.2 Hubungan Antara Agama dan Kebudayaan Hindu.............................................4
2.3 Kebudayaan yang Ada dalam Agama Hindu......................................................5
2.4 Bukti Budaya Merupakan Ekspresi Pengamalan dari Ajaran Agama Hindu....10
2.5 Upaya mempertahankan budaya dan Agama Hindu.........................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Budaya merupakan segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya
terbentuk dari beberapa unsur yang rumit, diantaranya sistem agama, adat istiadat, karya
seni, dan lain sebagainya.
Salah satu unsur pembentuk budaya adalah agama. Di Indonesia sendiri dikenal ada
lima agama yang diakui menurut UUD. Kelima Agama tersebut memiliki sistem yang
berbeda baik dalam pelaksanaan ibadah maupun kegiatan yang dapat ataupun tidak dapat
dilakukan. Dari sistem agama yang berbeda inilah lahir kebudayaan yang
beranekaragam. Atau dapat dikatakan bahwa budaya yang lahir di suatu masyarakat
merupakan hasil ekspresi dari ajaran agamanya masing – masing.
Oleh karena itulah penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang bagaimana ajaran agama
dalam hal ini agama Hindu dalam melahirkan sebuah budaya sebagai bentuk ekspresi
dari pengamalannya.

1.2 Perumusan Masalah


1.1.1 Apa pengertian agama dan kebudayaan?
1.1.2 Bagaimana hubungan antara agama dan kebudayaan Hindu?
1.1.3 Bagaimana kebudayaan yang ada dalam agama Hindu?
1.1.4 Apa bukti bahwa budaya merupakan ekspresi pengamalan dari ajaran agama
Hindu?
1.1.5 Bagaimana cara mempertahankan budaya dan Agama Hindu

1.3 Tujuan Penulisan


1.1.6 Untuk memahami pengertian agama dan kebudayaan
1.1.7 Untuk memahami hubungan antara agama dan kebudayaan Hindu
1.1.8 Untuk memahami kebudayaan yang ada dalam agama Hindu
1.1.9 Untuk mengetahui bukti bahwa budaya merupakan ekspresi pengamalan dari
ajaran agama Hindu.

1
1.1.10 Untuk memahi cara-cara untuk mempertahankan dan melestarikan budaya dan
Agama Hindu

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang budaya
sebagai ekspresi pengamalan ajaran agama Hindu serta bisa menghargai kebudayaan
Hindu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama dan Kebudayaan Hindu


2.1.1 Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya merupakan suatu cara hidup yang
berkembang dari suatu masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan adalah esensi kehidupan bangsa. Mengenal kebudayaan bangsa berarti
mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupannya.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari definisi diatas, dapat kita simpulkan pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.1.2. Agama Hindu
Ketidakmampuan manusia dalam mengungkap rahasia-rahasia alam semesta
mengakibatkan munculnya keyakinan akan adanya penguasa tertinggi di alam
semesta ini. Oleh karena itu, manusia tidak dapat dilepaskan dari sistem kepercayaan
kepada penguasa alam semesta.
Agama Hindu adalah agama tertua di dunia yang bersumber pada kitab suci Veda
yang merupakan himpunan wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dari kitab suci Vedalah
mengalir semua ajaran Agama Hindu baik yang menyangkut ajaran Sradhà

3
(keyakinan/kepercayaan), Tata-susila (etika) dan Àcàra (ritual dan lain-lain). Agama
Hindu memperkenalkan kebebasan yang paling luas dalam masalah keyakinan dan
kepercayaan. Ia memperkenalkan kepada setiap orang untuk merenungkan,
menyelidiki, mencari dan memikirkannya, oleh karena itu segala macam keyakinan
atau adat-istiadat yang berbeda semuanya memperoleh tempat yang terhormat secara
berdampingan dalam Hindu dan dibudayakan serta dikembangkan dalam hubungan
yang selaras antara yang satu dengan yang lain.

2.2 Hubungan Antara Agama dan Kebudayaan Hindu

Antara Agama Hindu dan budaya Bali sudah terjadi sebuah hubungan dengan ciri
khas masing – masing yang melebur jadi satu. Bagi pengamat sepintas, sulit pula
membedakan antara Agama Hindu dan budaya Bali, oleh karena itu sering terjadi
identifikasi bahwa Agama Hindu sama dengan kebudayaan Bali. Sesungguhnya
kedudukan Agama Hindu dalam hubungannya dengan budaya Bali adalah merupakan
jiwa dan nafas hidup dari budaya dan kebudayaan.
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang erat
antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tidak
jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan setempat. Demikianlah
terdapat didalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama Hindu pada suatu
daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah
berarti agamanya yang berbeda, yang membedakan hanya saja budaya agamanya.
Sejak munculnya agama Hindu, Para rohaniawan Hindu, para pandita, orang-
orang suci mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Weda kedalam
berbagai bentuk simbol budaya. Ajaran yang sangat luhur ini diwujudkan dan
disesuaikan dengan desa, kala, dan patra pada waktu itu.
Apabila dilihat dari fakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke zaman
mengalami perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang konsisten. Artinya,
prinsip-prinsip ajaran agama itu tidak pernah berubah yakni bertujuan menghayati Ida
Sang Hyang Widi Wasa. Kepercayaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa, menjadi
sumber utama untuk tumbuh dan berkembangnya budaya agama dan ini pula yang
melahirkan variasi bentuk budaya agama. Budaya agama yang dilahirkan dapat
muncul seperti “upacara agama”.

4
Melalui upacara agama, dapat dibina kerukunan antar sesama manusia dan
kehidupan sosial bermasyarakat. Upacara agama juga melatih umat untuk bisa
berorganisasi dan merupakan latihan-latihan manajemen dalam mengatur jalannya
upacara. Lewat upacara agama ditumbuhkan juga pembinaan etika dan estetika.
Bahkan upacara agama merupakan salah satu daya tarik pariwisata dan dapat
menunjang kehidupan manusia. Keseluruhan budaya agama dalam bentuk upacara
agama tersebut merupakan usaha manusia mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang
Widi wasa untuk mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi.

2.3 Kebudayaan yang Ada dalam Agama Hindu


2.3.1 Dharma Gita
Dharma Gita merupakan suatu bentuk budaya hasil dari pengamalan ajaran agama
Hindu berupa seni suara atau vocal yang indah yang mampu memberi kepuasan
secara jasmani maupun rohani. Dharma Gita berasal dari bahasa Sansakerta dan
terdiri dari dua kata yakni Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran/kebaikan,
kewajiban, hukum, aturan. Sedangkan Gita artinya nyanyian/lagu. Jadi, Dharma Gita
berarti suatu nyanyian kebenaran yang biasa dilantunkan suatu upacara keagamaan.
Hindu. Pelaksanaan Dharma Gita dilaksanakan pada upacara yadnya yang lagunya
telah disesuaikan dengan masing-masing yadnya yang dipersembahkan.
Melalui Dharma Gita seseorang dapat menghayati ajaran agama secara mendalam.
Lagu-lagu keagamaan yang dinyayikan dalam Dharma Gita dapat menggetarkan alam
rasa dan meningkatkan Sradha Bakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa serta prabhava-
Nya, Dharma Gita juga mampu mengendalikan diri kita dari pengaruh Adharma,
sebagai sarana melestarikan budaya, sebagai penunjang pelaksanaan yadnya, serta
sebagai alat komunikasi, yaitu Komunikasi spiritual. Adapun jenis – jenis Dharma
Gita yaitu sebagai berikut.
 Sekar Rare
Merupakan kumpulan nyanyian anak – anak yang menggunakan bahasa bali
sederhana, bersifat dinamis dan riang.
 Sekar Alit
Merupakan nyanyian berupa Pupuh yang diikat oleh Pada Lingsa yaitu jumlah
suku kata dan irama tertentu pada setiap barisnya. Satu Pada terdiri dari empat
baris. Lingsa itu bunyi vokal terakhir pada setiap baris.

5
 Sekar Madya
Meurpakan nyanyian dalam bentuk kidung yang juga menggunakan Pada Lingsa,
namun syarat menyayikannya harus perlahan-lahan.
 Sekar Agung
Sekar agung disebut juga kakawin. Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam
bahasa Jawa Kuno yang diikat oleh Guru Laghu.
 Sloka
Sloka terdiri dari empat baris dalam satu padartha, dengan jumlah suku kata yang
sama dalam setiap barisnya.
 Palawakya
Menggunakan bahasa Jawa Kuno dan berbentuk prosa. Dalam membaca dan
melagukan sangat tergantung pada intonasi serta ketepatan pengejaan dan
pemenggalan kata-kata.
2.3.2 Seni Tari
Tari merupakan pencetusan atau ungkapan jiwa manusia melalui gerak ritmis
yang dapat menimbulkan daya pesona. Seni tari di Bali berkaitan erat dengan prosesi
keagamaan. Bahkan layak dipercaya bahwa usia pakem tari sama tuanya dengan
penetapan tatanan Agama Hindu. Dewa Siwa yang di percaya Umat Hindu sebagai
Sang Hyang Tunggal digambarkan pula sebagai "Dewa Tari" dengan gelar Ciwa
Nataraja dalam sikap gerakan tari yang diartikan sebagai gerakan kekuatan mengisi
ruang saat menciptakan alam semesta. Pada awalnya tari-tarian ditekuni oleh para
pragina (penari) adalah jenis tarian sakral sebagai bagian tak terpisahkan dengan
prosesi upacara dan hanya dipangelarkan tatkala di selenggarakan upacara keagamaan
di pura. Selanjutnya tumbuh pula jenis tarian yang merupakan pelengkap suatu
prosesi keagamaan dan bahkan lebih jauh berkembang menjadi media komunikasi
masyarakat sekaligus sebagai sarana hiburan. Dari jenis dan fungsinya tari dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
 Tari Wali

Tari wali merupakan tari yang dipentaskan sebagai rangkaian dalam pelaksanaan
upacara dan bersifat sacral. Contoh tari wali adalah Tari Rejang, Tari Pendet, Tari
Baris Upacara, dan Tari Sang Hyang.
 Tari Bebali

6
Tari Bebali bersifat semi sacral karena selain dipentaskan waktu pelaksanaan
upacara keagamaan juga dapat bersifat sebagai hiburan. Contohnya adalah Seni
pewayangan, Topeng Pajrgan, Gambuh, dll.
 Tari Balih-Balihan

Tari yang tergolong balih-balihan adalah semata-mata bertujuan untuk hiburan,


akan tetapi tetap berdasarkan norma-norma seni budaya yang luhur. Contohnya
seperrti tari legong, tari oleg, tari cak, janger, drama tari, dan lainnya.
2.3.3 Seni Tabuh

Seni tabuh merupakan suatu karya seni yang dikumandangkan dengan alat-alat
musik tradisional. Seni tabuh mempunyai fungsi sebagai pelaksana dan pengiring
jalannya suatu upacara, contoh seni tabuh adalah Gambang, Saron, Slonding,
Angklung, Gender Wayang, Balaganjur, Bebonangan, dan lain sebagainya.
2.3.4 Upacara Keagamaan

Upacara adalah salah satu cara yang dilakukan oleh umat Hindu untuk
menghubungkan dirinya dengan Hyang Widhi. Cara yang dilakukan untuk
menghubungkan diri ada yang sederhana dan nyata. Upacara adalah salah satu
pelaksanaan dari yadnya. Dalam melaksanakan suatu upacara digunakan sarana yang
disebut upakara.

Dalam pelaksanaannya tetap berlandaskan Tatwa (aturan/kitab suci), Susila


(kebiasaan) dan Upacara. dalam kegiatan Upacara Keagamaan berpatokan pada Panca
Yadnya. Panca Yadnya menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk
kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-
hari. Sebab Tuhan menciptakan manusia beserta makhluk hidup lainnya berdasarkan
atas yadnya, maka hendaklah manusia memelihara dan mengembangkan dirinya, juga
atas dasar yadnya sebagai jalan untuk memperbaiki dan mengabdikan diri kepada
Sang Pencipta yakni Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Contoh upacara
keagamaan berdasarkan Panca Yadnya yaitu sebagai berikut:
 Pitra yadnya

Upacara Pitra Yadnya adalah upacara yang ditujukan untuk roh lelulur mereka.
Ada empat lontar utama yang memberi petunjuk tentang adanya upacara Pitra

7
yadnya, yaitu Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen yang digunakan), Yama
Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan atau pencarian atma dan hari baik-
buruk melaksanakan upacara), Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara
dan bentuk rerajahan kajang), dan Yama Tatwa (mengenai bentuk-bentuk
bangunan atau sarana upacara). Salah satu contoh dari Pitra Yadya adalah upacara
Ngaben. Makna upacara Ngaben pada intinya adalah untuk mengembalikan roh
leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya.
 Rsi yadnya

Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan kepada
para rsi, orang suci, pinandita, pandita, sulinggih, guru, dan orang suci yang
berhubungan dengan agama Hindu. Rsi adalah orang-orang yang bijaksana dan
berjiwa suci. Sulinggih maupun guru juga termasuk orang suci karena beliau
orang bijaksana yang memberikan arahan kepada siswa-siswi nya. 
 Dewa yadnya

Upacara Dewa Yadnya adalah pemujaan serta persembahan suci yang tulus ikhlas
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
 Manusa Yadnya

Manusa Yadnya adalah suatu upacara suci yang bertujuan untuk memelihara
hidup, mencapai kesempurnaan dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia
selama hidupnya.
 Bhuta Yadnya

Bhuta Yadnya adalah pemujaan serta persembahan suci yang tulus ikhlas
ditujukan kehadapan Bhuta Kala yang tujuannya untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan Bhuta Kala dan memanfaatkan daya gunanya. Salah satu dari
upacara Bhuta Yadnya adalah Upacara Tawur ke Sanga (Sembilan) menjelang
Hari Raya Nyepi.
2.3.5 Bangunan Suci Umat Hindu
Bangunan suci umat Hindu khususnya di Indonesia dikenal dengan nama Pura.
Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sansekerta (-pur, -puri, -pura,
-puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara

8
atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali, istilah "Pura" menjadi
khusus untuk tempat ibadah sedangkan istilah "Puri" menjadi khusus untuk tempat
tinggal para raja dan bangsawan.
Tidak seperti candi atau kuil Hindu di India yang berupa bangunan tertutup, pura
dirancang sebagai tempat ibadah di udara terbuka yang terdiri dari beberapa
lingkungan yang dikelilingi tembok. Masing-masing lingkungan ini dihubungkan
dengan gerbang atau gapura. Lingkungan yang dikelilingi tembok ini memuat
beberapa bangunan seperti pelinggih yaitu tempat suci bersemayam Ida Sang Hyang
Widhi. Struktur tempat suci pura mengikuti konsep Trimandala, yang memiliki
tingkatan pada derajat kesuciannya, yakni:
 Nista mandala (Jaba pisan)

Nista mandala adalah zona terluar yang merupakan pintu masuk pura dari
lingkungan luar. Pada zona ini biasanya berupa lapangan atau taman yang dapat
digunakan untuk kegiatan pementasan tari atau tempat persiapan dalam
melakukan berbagai upacara keagamaan.
 Madya mandala (Jaba tengah)

Madya mandala adalah zona tengah tempat aktivitas umat dan fasilitas
pendukung. Pada zona ini biasanya terdapat Bale Kulkul, Bale Gong
(Bale gamelan), Wantilan (Bale pertemuan), Bale Pesandekan, dan Perantenan.
 Utama mandala (Jero)

Utama mandala merupakan zona paling suci di dalam pura. Di dalam zona tersuci
ini terdapat Padmasana, Pelinggih Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale
Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan.

Selain itu, terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar
beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali yaitu:
 Pura Kahyangan Jagad

Pura Kahyangan Jagad adalah pura yang terletak di daerah pegunungan. Dibangun
di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali yang

9
memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya
para dewa dan hyang.
 Pura Segara

Pura Segara adalah pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk
menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.
 Pura Desa

Pura Desa adalah pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan,
berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di Bali.

2.4 Bukti Bahwa Budaya Merupakan Ekspresi Pengamalan dari Ajaran Agama Hindu

Setiap bagian dari kebudayaan Hindu merupakan ekspresi dari ajaran agama Hindu.
Ada beberapa bukti bahwa kebudayaan Hindu bernafaskan agama Hindu dan merupakan
ekspresi dari pengamalan ajaran agama Hindu yaitu:
 Dharma Gita
Setiap upacara keagamaan atau ritual – ritual penting lainnya selalu di selingi
dengan dharma gita baik itu berupa kidung, kakawin, sloka, ataupun palawakya
untuk menambah kesan religi dalam setiap upacara dan juga sebagai salah satu
media untuk menyampaikan syair – syair pujian kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Itu merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Beliau atas segala karunia-
Nya.
 Seni Tari
Dalam Agama Hindu dikenal istilah Siwa Nata Raja yang merupakan  gelar Dewa
Siwa ketika Beliau sedang menari. Tari-tarian di Bali juga tidak pernah terlepas
dari agama. Setiap tarian di Bali memiliki fungsi dan tujuan tertentu yang
kaitannya sangat erat dengan ajaran  agama. Misalnya dalam pelaksanaan upacara
yadnya sering dipersembahkan tari- tarian yang bersifat sakral. Contohnya, Tari
Rejang Dewa bisaanya dipersembahkan saat pelaksanaan upacara Dewa Yadya,
yang tujuannya adalah sebagai penuntun Ida Batara turun ke dunia.
 Seni Tabuh

10
Dalam beberapa upacara keagamaan tertentu sering kali mempertunjukan seni
tabuh sebagai pengiring acara agar suasana jadi semakin khusuk. Seni tabuh
merupakan hasil ekspresi pengamalan ajaran agama Hindu karena dari setiap
alunan – alunan bunyi yang dihasilkan memiliki makna tertentu yang bernafaskan
Hindu.
 Seni Ogoh- Ogoh dalam Upacara Keagamaan
Setiap perayaan Hari Raya Nyepi selalu identik dengan pawai ogoh- ogoh. Ogoh-
ogoh ini merupakan symbol dari Butha Kala (unsur negatif)  untuk itu pada saat
nyepi perlu dilakukan penyucian diri dan lingkungan dari pengaruh-pengaruh
negatif tersebut. Hal ini sesuai dengan ajaran agama yaitu selalu mendekatkan diri
dengan Sang Hyang Widhi Wasa.
 Upacara Agama
Setiap upacara agama di Bali selalu berdasarkan atas ajaran agama. Misalnya pada
upacara Manusa Yadnya yaitu Mapandes atau Metatah (Potong gigi). Budaya
potong gigi ini merupakan suatu keharusan yang dilakukan sebagai symbol
pengendalian sifat-sifat yang merupakan musuh yang ada dalam diri manusia. Hal
ini sesuai dengan ajaran agama Hindu yaaitu pengendalian Sad Ripu.
 Bangunan Suci
Bangunan suci atau tempat suci merupakan tempat ibadah atau persembahyangan
bagi umat Hindu, untuk itu tempat – tempat tersebut selalu dibuat sedemikian rupa
agar bernafaskan agama Hindu dan mengikuti uger – uger yang umat Hindu
percaya.

2.5 Upaya mempertahankan budaya dan Agama Hindu

Tentu ada semacam daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh pulau kita tercinta yang
bernama Bali. Sebuah tempat yang sedemikian memikatnya sehingga jutaan orang dari
mancanegara rela mengeluarkan banyak uang untuk bisa datang ke tempat
ini. Namun sayangnya setelah Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini, setelah taraf
kehidupan ekonomi masyarakat Bali meningkat, justru yang terjadi adalah orang Bali
yang terbuai dan hanyut dalam gelimangan materi. Mereka lupa akan jati dirinya sebagai
orang Bali, mereka lupa akan asal darimana semua ini bermula. Untuk itu kita sebagai
orang Bali, marilah kita tanamkan cinta tanah kelahiran kita serta agama dan budaya kita

11
sejak dini. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dimilki dan ditanamkan dalam hati
orang- orang Bali adalah sebagai berikut:
 Bangga Sebagai Orang Bali

Bali memiliki bahasa sendiri, tulisan sendiri, budaya sendiri, kesenian yang
kaya, sistem pemerintan tersendiri dari tingkat subak, banjar, desa pakraman hingga
ke tingkat provinsi, aparat pemerintahan sendiri dimana hal- hal tersebut telah ada
sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Untuk itu banggalah kita sebagai orang Bali.
 Bangga Sebagai Orang Hindu

Hindu adalah agama Weda, dan Weda adalah sebuah wahyu, bukan produk budaya
manusia. Ciri Weda adalah wahyu salah satunya adalah Weda itu mampu mengayomi,
mengangkat dan memaknai budaya lokal. Agama Hindu bisa dilaksanakn dengan
kebudayaan Sumatra, Kalimantan, Papua, dan lainnya. Meskipun dilaksanakan
dengan kebudayaan yang berbeda namun intinya tetap sama yaitu melaksanakan
ajaran Weda. Disinilah keindahan Agama. Hal lain adalah agama Hindu sangat
menghargai umat manusia dan tidak mengintervensi atau mempengaruhi orang untuk
masuk ke agama Hindu. Hal berikutnya yang membuat kita bangga adalah Agama
Hindu adalah agama yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia untuk memasuki
jaman sejarah. Buktinya adalah adanya Tujuh Yupa di kerajaan Kutai yang menjadi
bukti sejarah peninggalkan jaman pra-sejarah dengan mulai dikenalnya huruf.
 Melestarikan Kebudayaan Luhur Bali

Kebudayaan Bali yang bernafaskan ajaran Weda sudah ada sejak dahulu kala. Dan
perlu diingat bahwa kebudayaan menjadikan Bali dikenal banyak orang.  Kebudayaan
Bali tidak hanya berkutat dengan tarian namun meliputi seluruh aspek seni dan
aktivitas masyarakat Bali. Sehingga kita sebagai orang Bali harus melestarikan
kebudayaan luhur kita, dan tidak hanya soal tarian tapi termasuk didalamnya
penggunaan bahasa bali, pengenalan tulisan Bali, organisasi di bali, dan lain
sebagainya. Jadi jangan sampai nantinya ada orang asing yang mengklaim bahwa
salah satu bagian dari kebudayaan Bali merupakan kebudayaan yang berasal dari
negaranya sendiri.
 Mengamalkan Ajaran Agama

12
Agama Hindu merupakan Agama Weda dimana ajarannya selalu mengingatkan umat-
Nya untuk selalu mengamalkan Dharma, mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan,
serta senantiasa mendekatkan diri dengan Sang Maha Kuasa. Jadi kita sebagai umat
Hindu dalam kaitannya dengan menjaga budaya luhur kita, harus selalu mengamalkan
ajaran agama karena dengan pemahaman yang baik tentang ajaran agama secara
otomatis kebudayaan kita juga ikut terjaga sebab pikiran kita akan terbuka dan tidak
mudah terpengaruh dengan hal- hal negative, serta timbul rasa cinta Budaya dan
agama kita.
 Menjaga Etika Kita Sebagai Orang Hindu dan Warga Bali

Untuk menjaga kelestarian agama dan budaya kita, tentu kita harus menjaga nama
baik diri kita sendiri, keluarga, lingkungan serta agama kita. Untuk itu kita harus
mempunyai etika yang baik yang memang berasal dari hati dan diri kita sendiri.
Sehingga kita dapat menjaga jati diri kita sebagai orang Bali yang, berbudi pekerti
luhur, mengasihi sesama makhluk ciptaan Tuhan,  ramah, cerdas, bersemangat, adil,
selalu bekerja keras dan taat pada ajaran agama.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat hubungan yang sangat erat dan selaras antara budaya dan agama Hindu
dimana menjiwai budaya yang ada. Baik itu dalam bentuk dharma gita, seni tari, seni
tabuh, upacara keagamaan, pakaian adat, maupun bangunan suci. Semua itu merupakan
bentuk usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
bernafaskan ajaran-ajaran Weda. Jenis-jenis budaya yang ada dalam agama Hindu antara
lain: Dharma Gita, Seni Tari, Seni Tabuh, Upacara Keagamaan, Pakaian Adat, dan
Bangunan Suci. Dan dari setiap budaya yang telah di paparkan tadi di atas dapat
dibuktikan adanya unsur kehinduan yang menjiwai masing – masing budaya sebagai
bentuk ekspresi dari pengamalan ajaran agama Hindu.

3.2 Saran

Budaya merupakan bentuk ekspresi dari pengamalan ajaran agama Hindu. Untuk itu
kita sebagai umat Hindu harusnya mulai menjaga dan melestarikan budaya Hindu
sebagai bentuk penghargaan dan wujud bhakti guna mendekatkan diri kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mahardika, G. (2010, 12 25). Budaya Sebagai Ekspresi Ajaran Hindu. Retrieved from Gary Mahardika:
http://garymahardika.blogspot.com/ diakses 11 Mei 2020

15

Anda mungkin juga menyukai