Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU

DI DUNIA DAN INDONESIA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Hindu

Dosen Pengampu :

Drs. I Putu Nyeneng, M. Sc

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Komang Utami Arniasih (2113034024_Pend.Geografi)

Made Julia (215305302_PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena
atas anugrahNya lah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Hindu. Keberhasilan menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak/ibu selaku dosen mata kuliah dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Memberikan nikmat dan kesehatan atas
segala bantuan dalam menyelesaikan makalah ini, dan semoga hasil makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................


KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan ..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
2.1 Perkembangan Agama Hindu di India ...................................................
2.1.1 Jaman Weda.................................................................................
2.1.2 Jaman Brahmana ..........................................................................
2.1.3 Jaman Upanisad ...........................................................................
2.1.4 Jaman Budha ...............................................................................
2.2 Perkembangan Agama Hindu di Indonesia............................................
2.2.1 Sumber Sejarah ...........................................................................
2.2.2 Teori-Teori Masuknya Agama Hindu Di Indonesia .....................
2.2.3 Sejarah Singkat Kerajaan Hindu Di Indonesia ..............................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
4.1 Kesimpulan .........................................................................................
4.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan way of life dalam perjalanan hidup umat manusia di dalam
alam semesta ini. Sehingga nilai-nilai yang dipunyainya akan selalu dibahas dan
tak pernah usang untuk dibicarakan. Ahli sejarah mengatakan bahwa kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta, yang bermakna haluan, peraturan, jalan atau
kebaktian kepada Tuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata agama tersusun
dari dua kata “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi atau kacau.
Adapula yang berpendapat bahwa agama berarti tuntunan. Hal ini dapat
dibenarkan karena ajaran agama memang menjadi tuntunan hidup bagi
pemeluknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa agama merupakan
pedoman hidup bagi umat manusia dalam rangka memperoleh kebahagiaan hidup,
baik kehidupan dimensi jangka pendek di dunia maupun pada kehidupan dimensi
jangka panjang di akhirat kelak.

Agama dan manusia, merupakan dua hal yang tak terpisahkan keduanya memiliki
hubungan totalitas dan hampir semua masyarakat manusia mempunyai agama.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk baik dari sisi budaya,
etnis, bahasa, dan agama. Dari sisi agama di negara ini hidup berbagai agama
besar yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Selain itu,
tumbuh dan berkembang pula berbagai aliran atau kepercayaan lokal yang
jumlahnya tidak kalah banyak.

Pemerintah Indonesia memberikan kebebasan dalam beragama hal ini terdapat


dalam Pasal 22 UU No. 39 tahun 1999 tetang hak asasi manusia: setiap orang
bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.

Dengan adanya banyak agama di Indonesia maka setiap agama memiliki definisi
dan pengertian agama masing-masing. Dalam Agama Hindu sendiri kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya datang mendekat, maksud datang
mendekat ialah datang mendekat kepada tujuan agama yaitu kebahagiaan dan
bersatu dengan Hyang Widhi atau Nining Bhatara (Tuhan Yang Maha Esa).
Agama yang bermakna tidak pergi atau langgeng, menekankan kepada sifat
Agama Hindu yang ajarannya adalah kebenaran yang kekal abadi.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perkembangan Agama Hindu, maka


penulis membuat makalah ini dengan judul "Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Di Dunia Dan Indonesia"

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan agama Hindu di India?


2. Apa saja jaman yang membuktikan terjadinya perkembangan agama
Hindu di India?
3. Bagaimana perkembangan agama Hindu di Indonesia?
4. Apa saja sumber sejarah yang membuktikan terjadinya perkembangan
agama Hindu di Indonesia?
5. Apa saja teori-teori masuknya agama Hindu di Indonesia?
6. Bagaimana sejarah kerajaan Hindu di Indonesia?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui bagaimana perkembangan agama Hindu di India.


2. Mengetahui apa saja jaman yang membuktikan terjadinya perkembangan
agama Hindu di India.
3. Mengetahui bagaimana perkembangan agama Hindu di Indonesia.
4. Mengetahui apa saja sumber sejarah yang membuktikan terjadinya
perkembangan agama Hindu di Indonesia.
5. Mengetahui apa saja teori-teori masuknya agama Hindu di Indonesia.
6. Mengetahui sejarah kerajaan Hindu di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan besar
di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah
ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang
dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun 1500
SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah Sungai Indus.

Bangsa Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahasa,


teknologi, dan juga kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah
Veda (Weda) yang setelah sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya
agama Hindu ini merupakan bentuk percampuran kepercayaan antara bangsa Arya
dengan bangsa Dravida.

Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa. Tiga
dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa Brahmana (dewa
pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa (dewa pembinasa).
Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Trimurti. Kitab suci agama Hindu adalah
Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu;
1. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
2. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
3. Yazur-Weda, berisi mantra-mantra; dan
4. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.

Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat
Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-kasta tersebut
adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya dan kasta Sudra. Di luar itu
masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka
yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi.

Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta


Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan
raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria ini. Kasta
Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa, yaitu para petani dan pedagang.
Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba sahaya atau para budak.
Sementara itu, golongan Paria merupakan golongan yang tidak diterima dalam
kasta masyarakat Hindu.

Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4


Jaman/fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman
Budha.

2.1.1 Jaman Weda


Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah
Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak
bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya
telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni,
Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak,
namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal.
Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam
semesta, yang disebut “Rta”. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum
Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.

2.1.2 Jaman Brahmana


Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan
keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada
para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya
“Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang
menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara
agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab
Suci Weda.

2.1.3 Jaman Upanisad


Pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan
Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi,
yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman
pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas
dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang
kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak
jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.

2.1.4 Jaman Budha


Pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama
“Sidharta”, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga
dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Agama
Hindu makin lama semakin menyebar mulai dari India Selatan hingga keluar dari
India dengan berbagai cara, terutama melalui perdagangan bebas Internasional.
Dalam suatu penggalian di Mesir ditemukan sebuah inskripsi yang diketahui
berangka tahun 1200 SM. Isinya adalah perjanjian antara Ramses II dengan
Hittites. Dalam perjanjian ini “Maitra Waruna” yaitu gelar manifestasi Sang
Hyang Widhi Wasa menurut agama Hindu yang disebut- sebut dalam Weda
dianggap sebagai saksi.

Gurun Sahara yang terdapat di Afrika Utara menurut penelitian Geologi adalah
bekas lautan yang sudah mengering. Dalam bahasa Sanskerta Sagara artinya laut;
dan nama Sahara adalah perkembangan dari kata Sagara. Diketahui pula bahwa
penduduk yang hidup di sekelilingnya pada jaman dahulu berhubungan erat
dengan Raja Kosala yang beragama Hindu dari India.

Penduduk asli Mexico mengenal dan merayakan hari raya Rama Sinta, yang
bertepatan dengan perayaan Nawa Ratri di India. Dari hasil penggalian di daerah
itu didapatkan patung- patung Ganesa yang erat hubungannya dengan agama
Hindu. Di samping itu penduduk purba negeri tersebut adalah orang- orang Astika
(Aztec), yaitu orang- orang yang meyakini ajaran- ajaran Weda. Kata Astika ini
adalah istilah yang sangat dekat sekali hubungannya dengan “Aztec” yaitu nama
penduduk asli daerah itu, sebagaimana dikenal namanya sekarang ini.

Penduduk asli Peru mempunyai hari raya tahunan yang dirayakan pada saat- saat
matahari berada pada jarak terjauh dari katulistiwa dan penduduk asli ini disebut
Inca. Kata “Inca” berasal dari kata “Ina” dalam bahasa Sanskerta yang berarti
“matahari” dan memang orang- orang Inca adalah pemuja Surya.
Uraian tentang Aswameda Yadnya (korban kuda) dalam Purana yaitu salah satu
Smrti Hindu menyatakan bahwa Raja Sagara terbakar menjadi abu oleh Resi
Kapila. Putra- putra raja ini berusaha ke Patala loka (negeri di balik bumi=
Amerika di balik India) dalam usaha korban kuda itu. Karena Maha Resi Kapila
yang sedang bertapa di hutan (Aranya) terganggu, lalu marah dan membakar
semua putra- putra raja Sagara sehingga menjadi abu. Pengertian Patala loka
adalah negeri di balik India yaitu Amerika. Sedangkan nama Kapila Aranya
dihubungkan dengan nama California dan di sana terdapat taman gunung abu
(Ash Mountain Park). Di lingkungan suku- suku penduduk asli Australia ada
suatu jenis tarian tertentu yang dilukiskan sebagai tarian Siwa (Siwa Dance).
Tarian itu dibawakan oleh penari-penarinya dengan memakai tanda “Tri Kuta”
atau tanda mata ketiga pada dahinya. Tanda-tanda yang sugestif ini jelas
menunjukkan bahwa di negeri itu telah mengenal kebudayaan yang dibawa oleh
agama Hindu.

2.2 PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA

Masuknya agama Hindu ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada
tahun 400 M dipastikan agama Hindu telah berkembang di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti
tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu masuk
ke Indonesia sebelum tahun tersebut.

Ada dua hal yang harus kita ketahui jika ingin membahas masuknya agama dan
kebudayaan Hindu ke Indonesia. Pertama, kita perlu membicarakan sumber-
sumber sejarah yang menjelaskan tentang kedatangan atau interaksi bangsa India
dengan masayarakat lokal. Sumber sejarah yang dimaksud meliputi sumber
tertulis, benda, maupun lisan. Kedua, kita perlu juga membahas mengenai teori-
teori kedatangan kebudayaan Hindu Budha ke Nusantara. Maka dari itu, pada
uraian materi akan dibahas tentang sumber-sumber sejarah dan teori-teori yang
menjelaskan kedatangan Bangsa India ke Nusantara.
2.2.1. Sumber Sejarah

a. Sumber Dari India

Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui dari kitab Jataka dan
kitab Ramayana tetapi tidak menyebutkan kapan India mengenal Indonesia. Kitab
sastra india yang dapat dipercaya adalah Kitab Mahaniddesa yang memberi
petunjuk bahwa masyarakat india telah mengenal beberapa tempat di Indonesia
pada abad ke-3 Masehi. Dalam kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2
juga disebutkan telah ada hubungan dagang antara india dan Indonesia. Dari
kedua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya
hubungan dagang antara Indonesia dan india mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-
3 Masehi).

b. Sumber Dari Cina

Hubungan Indonesia dengan cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5.
Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antarany adalah perjalanan seorang
pendeta budha, fahien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan
dari india ke YE-PO-TI (tarumanegara) dan kembali ke cina melalui jalur laut.
Selanjutnya, kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-Po (Pulau Jawa).

c. Sumber Dari Yunani


Hubungan dagang antara Indonesia dengan india, dan cina dapat diketahui dari
Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang
berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke 2. Ptolomeus menyebutkan nama
Labadio yang artinya pulau jelai. Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk
menyebut Yawadwipa, yang sama artinya juga pulau jelai. Dengan demikian,
seperti yang disebutkan dalam kitab Ramayana bahwa Yawadwipa yang
dimaksud ialah pula jawa.
d. Prasasti
Prasasti-Prasasti tertua di Indonesia yang menunjukkan hubungan Indonesia
dengan India, misalnya prasati Mulawarman di Kalimantan timur yang berbentuk
Yupa. Semua prasasati ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
e. Kitab Kuno
Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang
ditulis dengan menggunakan bahasa dan tulisan jawa kuno yang juga merupakan
pengaruh dari bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa.

f. Bangunan Kuno

Bangunan-bangunan kuno yang bercorak hindu ataupun budha terdiri atas candi,
stupa, relief, dan arca. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berbeda
dengan agama Hindu yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu
disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan asli Indonesia yang berintikan
pemujaan roh leluhur (animism dan dinamisme). Dalam bidang sastrapun terjadi
penyesuaian, misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf kawi dan huruf jawa
kuno. Demikian pula dalam seni bangunan, bentuk candi di Indonesia lain dengan
yang ada di India.

2.2.2 Teori-Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu.


Mengkaji proses masuknya pengaruh agama Hindu dan agama Budha ke wilayah
Nusantara, memang memerlukan analisis yang cukup dalam. Hal tersebut
dikarenakan belum terdapat kesepakatan yang bulat diantara para ahli mengenai
siapa yang membawa kebudayaan tersebut ke Nusantara. Secara garis besar,
peneliti membagi proses masuknya budaya Hindu-Buddha menjadi dua. Pendapat
pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku pasif dalam
proses ini. Para pendukung konsep pertama ini selalu beranggapan bahwa telah
terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Teori yang termasuk dalam kelompok
pendapat pertama antara lain: Teori Brahmana, Teori Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Pendapat kedua yang muncul lebih akhir memberikan peranan aktif kepada
bangsa Indonesia. Yang termasuk dalam dalam pendapat kedua ini adalah Teori
Arus Balik.

a. Teori Brahmana
Van Leur mengajukan keberatan baik terhadap teori ksatria atau pun teori Waisya.
Keberatan pertama adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan
penaklukan oleh golongan ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu
kemenangan. Namun, catatan itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber tertulis
di India. Di Indonesia pun tidak ditemukan prasasti-prasasti sebagai bukti adanya
penaklukan. Selain itu, suatu kolonisasi selalu disertai oleh pemindahan segala
unsur masyarakat dari tanah asal. Misalnya, sistem kasta, kerajinan, bentuk
rumah, tata kota, bahasa, pergaulan, dan sebagainya. Dalam kenyataannya apa
yang terdapat di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di India. Kalaupun ada
pedagang-pedagang India yang menetap, mereka bertempat tinggal di
perkampungan-perkampungan khusus. Sampai sekarang masih ditemukan
Kampung Keling di beberapa tempat di Indonesia barat.

Mereka yang menetap di perkampungan khusus itu kedudukannya tidak berbeda


dengan rakyat biasa di tempat itu. Hubungan mereka dengan penguasa hanyalah
dalam bidang perdagangan, sehingga tidak dapat diharapkan adanya pengaruh
budaya yang membawa perubahan-perubahan dalam bidang tata negara dan
agama. Hal ini menjadi lebih jelas, karena sebagian besar pedagang itu adalah
pedagang keliling yang berasal dari kalangan masyarakat biasa.

Mengingat unsur-unsur budaya India yang terdapat dalam budaya Indonesia, van
Leur cenderung untuk memberikan peranan penyebaran budaya India pada
golongan brahmana. Para brahmana datang atas undangan para penguasa
Indonesia, sehingga budaya yang mereka perkenalkan adalah budaya golongan
brahmana. Sayangnya dari teori brahmana Van Leur itu masih belum jelas pada
yang mendorong terjadinya proses tersebut. Ia berpendapat bahwa dorongan itu
adalah akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui
orang-orang India yang datang, tetapi mungkin juga karena orang-orang Indonesia
melihat sendiri kondisi di India.

Terdorong oleh keinginan untuk dapat bersanding dengan orang-orang India


dengan taraf yang sama dan terdorong pula untuk meningkatkan kemakmuran
negerinya, mereka pun mengundang Brahmana. Para brahmana ini kemudian
melakukan upacara vratyastoma, yakni upacara inisiasi yang dilakukan oleh para
kepala suku agar menjadi golongan ksatria. Pandangan ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan Paul Wheatly bahwa para penguasa lokal di Asia
Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna mengangkat
status sosial mereka.

b. Teori Ksatria

R.C. Majundar berpendapat bahwa munculnya kerajaan Hindu di Indonesia


disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau prajurit India. Para prajurit India
diduga mendirikan koloni-koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada
umumnya. Namun, teori ksatria yang dikemukakan oleh R.C. Majundar tidak
didukung oleh data yang memadai. Selama ini belum ada bukti arkeologis yang
menunjukkan adanya ekspansi prajurit India ke Indonesia.

c. Teori Waisya
Pendapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya kolonisasi,
memberikan peranan utama pada golongan lain. Teori yang pada awalnya
diajukan oleh Krom ini memberikan peranan utama kepada golongan pedagang
(Waisya). Krom tidak sependapat bahwa golongan ksatria merupakan golongan
terbesar di antara orang-orang India yang datang ke Indonesia. Hal ini karena
orang-orang itu datang untuk berdagang maka golongan terbesar tentulah
golongan pedagang.

Mereka menetap di Indonesia dan kemudian memegang peranan dalam


penyebaran pengaruh budaya India melalui hubungan mereka dengan penguasa-
penguasa Indonesia. Krom mengisyaratkan kemungkinan adanya perkawinan
antara pedangang-pedagang tersebut dengan wanita Indonesia.

Perkawinan merupakan salah satu saluran penyebaran pengaruh kebudayaan yang


penting. Selain memberikan peranan pada golongan yang berbeda, teori Krom
mempunyai perbedaan lain jika dibanding dengan teori ksatria. Berdasarkan
pengamatan berbagai aspek budaya Indonesia-Hindu, Krom berpendapat bahwa
unsur Indonesia dalam budaya tersebut masih sangat jelas. Ia menyimpulkan
bahwa peranan budaya Indonesia dalam proses pembentukan budaya India di
Indonesia sangat penting. Hal itu tidak mungkin dapat terjadi jika bangsa
Indonesia hidup di bawah tekanan seperti yang digambarkan oleh teori ksatria.

Teori Krom mendapatkan banyak penganut di kalangan peneliti. Akan tetapi


dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam penelitian, tumbuh pula pendapat yang
beranggapan bahwa teori ini masih kurang memberikan peranan pada bangsa
Indonesia.Walaupun Krom telah melihat adanya peranan yang penting dari
budaya Indonesia, tetapi masih terdapat kesan bahwa proses itu tidak sepenuhnya
ditentukan oleh bangsa Indonesia.

d. Teori Sudra

Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut teori ini, di India banyak
terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang. Indonesia
dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para
tawanan perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.

e. Teori Arus Balik


Bosch sesuai pendirian dengan van Leur. Bertolak dari sifat unsur-unsur budaya
India yang diamatinya dalam budaya Indonesia. Ia juga berpendapat bahwa proses
indianisasi di Indonesia dilakukan oleh kelompok cendekiawan dalam masyarakat
yaitu para administrator atau clerk.Untuk mengamati proses yang terjadi antara
budaya Indonesia dan India, Bosch menggunakan istilah penyuburan. Ia melihat
dua jenis proses penyuburan. Penyuburan pertama dan kemungkinan telah terjadi
lebih dahulu adalah proses melalui pendeta agama Buddha. Awal hubungan
dagang antara Indonesia dan India bertepatan pula dengan perkembangan pesat
dari agama Buddha. Biksu-biksu agama tersebut menyebar ke seluruh penjuru
dunia melalui jalur-jalur perdagangan tanpa menghiraukan kesulitan-kesulitannya.
Mereka mendaki pegunungan Himalaya untuk menyebarkan agamanya di Tibet.
Dari Tibet kemudian melanjutkan dakwahnya ke utara hingga akhirnya sampai ke
Cina. Kedatangan mereka biasanya telah diberitakan terlebih dahulu. Setelah
mereka tiba di tempat tujuan biasanya mereka berhasil bertemu dengan kalangan
bangsawan istana.

Dengan penuh ketekunan para biksu itu mengajarkan agama mereka. Selanjutnya
dibentuklah sebuah sanggha dengan biksu-biksunya. Melalui biksu ini timbul
suatu ikatan dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan biksu-biksu
India di berbagai negeri ternyata mengundang arus balik biksu dari negeri-negeri
itu ke India.

Para biksu kemudian kembali dengan membawa kitab-kitab suci, relik dan kesan-
kesan. Bosch menyebut gejala sejarah ini sebagai gejala arus balik. Aliran agama
lain dari India yang meninggalkan pengaruh di Indonesia adalah agama Hindu.
Berbeda dengan agama Buddha, para brahmana agama Hindu tidak dibebani
kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Hal ini karena pada dasarnya
seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu.

Dengan konsep seperti, proses hinduisasi di Indonesia menjadi semakin menarik,


karena tidak dapat dipungkiri orang-orang Indonesia pasti awalnya tidak
dilahirkan sebagai Hindu, tetapi dapat beragama Hindu. Untuk dapat menjelaskan
fenomena ini harus dilihat terlebih dahulu watak khas agama Hindu. Agama
Hindu pada dasarnya bukanlah agama untuk umum dalam arti bahwa pendalaman
agama tersebut hanya mungkin dilakukan oleh golongan brahmana. Beranjak dari
kenyataan ini, terdapat berbagai tingkat keketatan pelaksanaan prinsip tersebut.
Hal itu tergantung dari aliran sekte yang bersangkutan. Adapun sekte agama
Hindu yang terbesar pengaruhnya di Jawa dan Bali adalah sekte Siwa-Siddhanta.

Aliran Siwa-Siddhanta sangat esoteris. Seseorang yang dicalonkan untuk menjadi


seorang brahmana guru harus mempelajari kitab-kitab agama selama bertahun-
tahun dan setealh diuji baru dizinkan menerima inti ajarannya langsung dari
seorang brahmana guru. Brahmana inilah yang selanjutnya membimbingnya
hingga ia siap untuk ditasbihkan menjadi brahmana guru. Setelah ditasbihkan, ia
dianggap telah disucikan oleh Siqa dan dapat menerima kehadirannya dalam
tubuhnya pada upacara-upacara tertentu.
Dalam keadaan demikian ia dianggap dapat merubah air menjadi amrta.
Brahmana itu lantas diundang ke Indonesia. Mereka melakukan upacara khusus
dapat menghindukan seseorang (vratsyastoma). Pada dasarnya kemampuan
mereka inilah yang menyebabkan raja-raja Indonesia mengundang para brahmana
ini. Mereka mendapat kedudukan yang terhormat di kraton-kraton dan menjadi
inti golongan brahaman Indonesia yang kemudian berkembang. Penguasaan yang
luas dan mendalam mengenai kitab-kitab suci menempatkan mereka sebagai
purohita yang memberi nasehat kepada raja, bukan hanya di bidang keagamaan
tetapi juga pemerintahan, peradilan, perundang-undangan dan sebagainya.

2.2.3 Sejarah Singkat Kerajaan Hindu Indonesia


Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar,
misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke
dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab
Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah.
Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa
Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti
Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak.
Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.

Dari prasasti-prasasti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja


Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja
yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa
Wisnu”

Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang
menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja
Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman
adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari
Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa
Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu.
Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda
dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri
Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan
berasal dari tahun 650 Masehi.

Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa


sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja
Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi:
“Sruti indriya rasa”, Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa
Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti. Adanya kelompok Candi Arjuna dan
Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi
dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada
tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di
Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang
berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang
pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760
Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta
dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan.
Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai
peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.

Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa
dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan
sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah
Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan
Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.

Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun
1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak
muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha,
Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan
Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah
Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan
kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan
Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa
Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama
Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu
bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku
Negarakertagama.

Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di


Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan
adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa
Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa
Timur, yang berasal dari abad ke-8.

Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharuan


agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada
masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar.
Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan
pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan
Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah
dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang.
Beliau Moksa di Pura Silayukti.

Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada ke Bali


(tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis
pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan
agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha
(Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar di bidang sastra,
agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci, seperti Pura
Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).

Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali


pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai
tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di
Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di
Singaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di
Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme
tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan
pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian
pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil
menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang
menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan
landasanpembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964),
diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama
Parisada Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada
Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masuknya agama Hindu di india Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, telah
berkembang kebudayaan besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di
daerah tersebut adalah ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan
Harappa. Pengembang dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida.
Pada sekitar tahun 1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah
Sungai Indus. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi
menjadi 4 Jaman/fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan
Jaman Budha.

Penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa telah


berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya kerajaan pada
tahun 400 M, berarti agama Hindu masuk ke Indonesia sebelum tahun tersebut.
Sumber-sumber sejarah yang menjelaskan tentang kedatangan atau interaksi
bangsa India dengan masayarakat lokal antara lain sumber dari India, sumber dari
Cina, sumber dari Yunani, prasasti, kitab kuno, dan bangunan kuno.

Adapun teori-teori yang termasuk dalam kelompok pendapat pertama antara lain:
Teori Brahmana, Teori Ksatria, Waisya, dan Sudra. Pendapat kedua yang muncul
lebih akhir memberikan peranan aktif kepada bangsa Indonesia. Yang termasuk
dalam dalam pendapat kedua ini adalah Teori Arus Balik.

Masuknya agama Hindu ke Indonesia juga menimbulkan pembaharuan yang


besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi
kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan
kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu
wilayah seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, kalingga, mataram Kuno,
Sriwijaya, kediri, Singasari, Majapahit, dan bali.
3.2 Saran

Demikianlah makalah yang Penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan pada
Penulis. Apabila ada terdapat kesalahan, mohon untuk dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://kmhd.lk.ipb.ac.id/sejarah-agama-hindu-di-india/

Mariana, M. Pd. "PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN


KEBUDAYAAN HINDU–BUDDHA DI INDONESIA SEJARAH INDONESIA
KELAS X."

http://staffnew.uny.ac.id/sejarah-indonesia-pada-masa-hindu-budha/

Anda mungkin juga menyukai