Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena
atas anugrahNya lah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Hindu. Keberhasilan menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak/ibu selaku dosen mata kuliah dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Memberikan nikmat dan kesehatan atas
segala bantuan dalam menyelesaikan makalah ini, dan semoga hasil makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Agama dan manusia, merupakan dua hal yang tak terpisahkan keduanya memiliki
hubungan totalitas dan hampir semua masyarakat manusia mempunyai agama.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk baik dari sisi budaya,
etnis, bahasa, dan agama. Dari sisi agama di negara ini hidup berbagai agama
besar yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Selain itu,
tumbuh dan berkembang pula berbagai aliran atau kepercayaan lokal yang
jumlahnya tidak kalah banyak.
Dengan adanya banyak agama di Indonesia maka setiap agama memiliki definisi
dan pengertian agama masing-masing. Dalam Agama Hindu sendiri kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya datang mendekat, maksud datang
mendekat ialah datang mendekat kepada tujuan agama yaitu kebahagiaan dan
bersatu dengan Hyang Widhi atau Nining Bhatara (Tuhan Yang Maha Esa).
Agama yang bermakna tidak pergi atau langgeng, menekankan kepada sifat
Agama Hindu yang ajarannya adalah kebenaran yang kekal abadi.
PEMBAHASAN
Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan besar
di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah
ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang
dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun 1500
SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah Sungai Indus.
Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa. Tiga
dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa Brahmana (dewa
pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa (dewa pembinasa).
Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Trimurti. Kitab suci agama Hindu adalah
Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu;
1. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
2. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
3. Yazur-Weda, berisi mantra-mantra; dan
4. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.
Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat
Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-kasta tersebut
adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya dan kasta Sudra. Di luar itu
masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka
yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi.
Gurun Sahara yang terdapat di Afrika Utara menurut penelitian Geologi adalah
bekas lautan yang sudah mengering. Dalam bahasa Sanskerta Sagara artinya laut;
dan nama Sahara adalah perkembangan dari kata Sagara. Diketahui pula bahwa
penduduk yang hidup di sekelilingnya pada jaman dahulu berhubungan erat
dengan Raja Kosala yang beragama Hindu dari India.
Penduduk asli Mexico mengenal dan merayakan hari raya Rama Sinta, yang
bertepatan dengan perayaan Nawa Ratri di India. Dari hasil penggalian di daerah
itu didapatkan patung- patung Ganesa yang erat hubungannya dengan agama
Hindu. Di samping itu penduduk purba negeri tersebut adalah orang- orang Astika
(Aztec), yaitu orang- orang yang meyakini ajaran- ajaran Weda. Kata Astika ini
adalah istilah yang sangat dekat sekali hubungannya dengan “Aztec” yaitu nama
penduduk asli daerah itu, sebagaimana dikenal namanya sekarang ini.
Penduduk asli Peru mempunyai hari raya tahunan yang dirayakan pada saat- saat
matahari berada pada jarak terjauh dari katulistiwa dan penduduk asli ini disebut
Inca. Kata “Inca” berasal dari kata “Ina” dalam bahasa Sanskerta yang berarti
“matahari” dan memang orang- orang Inca adalah pemuja Surya.
Uraian tentang Aswameda Yadnya (korban kuda) dalam Purana yaitu salah satu
Smrti Hindu menyatakan bahwa Raja Sagara terbakar menjadi abu oleh Resi
Kapila. Putra- putra raja ini berusaha ke Patala loka (negeri di balik bumi=
Amerika di balik India) dalam usaha korban kuda itu. Karena Maha Resi Kapila
yang sedang bertapa di hutan (Aranya) terganggu, lalu marah dan membakar
semua putra- putra raja Sagara sehingga menjadi abu. Pengertian Patala loka
adalah negeri di balik India yaitu Amerika. Sedangkan nama Kapila Aranya
dihubungkan dengan nama California dan di sana terdapat taman gunung abu
(Ash Mountain Park). Di lingkungan suku- suku penduduk asli Australia ada
suatu jenis tarian tertentu yang dilukiskan sebagai tarian Siwa (Siwa Dance).
Tarian itu dibawakan oleh penari-penarinya dengan memakai tanda “Tri Kuta”
atau tanda mata ketiga pada dahinya. Tanda-tanda yang sugestif ini jelas
menunjukkan bahwa di negeri itu telah mengenal kebudayaan yang dibawa oleh
agama Hindu.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada
tahun 400 M dipastikan agama Hindu telah berkembang di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti
tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu masuk
ke Indonesia sebelum tahun tersebut.
Ada dua hal yang harus kita ketahui jika ingin membahas masuknya agama dan
kebudayaan Hindu ke Indonesia. Pertama, kita perlu membicarakan sumber-
sumber sejarah yang menjelaskan tentang kedatangan atau interaksi bangsa India
dengan masayarakat lokal. Sumber sejarah yang dimaksud meliputi sumber
tertulis, benda, maupun lisan. Kedua, kita perlu juga membahas mengenai teori-
teori kedatangan kebudayaan Hindu Budha ke Nusantara. Maka dari itu, pada
uraian materi akan dibahas tentang sumber-sumber sejarah dan teori-teori yang
menjelaskan kedatangan Bangsa India ke Nusantara.
2.2.1. Sumber Sejarah
Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui dari kitab Jataka dan
kitab Ramayana tetapi tidak menyebutkan kapan India mengenal Indonesia. Kitab
sastra india yang dapat dipercaya adalah Kitab Mahaniddesa yang memberi
petunjuk bahwa masyarakat india telah mengenal beberapa tempat di Indonesia
pada abad ke-3 Masehi. Dalam kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2
juga disebutkan telah ada hubungan dagang antara india dan Indonesia. Dari
kedua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya
hubungan dagang antara Indonesia dan india mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-
3 Masehi).
Hubungan Indonesia dengan cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5.
Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antarany adalah perjalanan seorang
pendeta budha, fahien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan
dari india ke YE-PO-TI (tarumanegara) dan kembali ke cina melalui jalur laut.
Selanjutnya, kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-Po (Pulau Jawa).
f. Bangunan Kuno
Bangunan-bangunan kuno yang bercorak hindu ataupun budha terdiri atas candi,
stupa, relief, dan arca. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berbeda
dengan agama Hindu yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu
disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan asli Indonesia yang berintikan
pemujaan roh leluhur (animism dan dinamisme). Dalam bidang sastrapun terjadi
penyesuaian, misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf kawi dan huruf jawa
kuno. Demikian pula dalam seni bangunan, bentuk candi di Indonesia lain dengan
yang ada di India.
a. Teori Brahmana
Van Leur mengajukan keberatan baik terhadap teori ksatria atau pun teori Waisya.
Keberatan pertama adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan
penaklukan oleh golongan ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu
kemenangan. Namun, catatan itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber tertulis
di India. Di Indonesia pun tidak ditemukan prasasti-prasasti sebagai bukti adanya
penaklukan. Selain itu, suatu kolonisasi selalu disertai oleh pemindahan segala
unsur masyarakat dari tanah asal. Misalnya, sistem kasta, kerajinan, bentuk
rumah, tata kota, bahasa, pergaulan, dan sebagainya. Dalam kenyataannya apa
yang terdapat di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di India. Kalaupun ada
pedagang-pedagang India yang menetap, mereka bertempat tinggal di
perkampungan-perkampungan khusus. Sampai sekarang masih ditemukan
Kampung Keling di beberapa tempat di Indonesia barat.
Mengingat unsur-unsur budaya India yang terdapat dalam budaya Indonesia, van
Leur cenderung untuk memberikan peranan penyebaran budaya India pada
golongan brahmana. Para brahmana datang atas undangan para penguasa
Indonesia, sehingga budaya yang mereka perkenalkan adalah budaya golongan
brahmana. Sayangnya dari teori brahmana Van Leur itu masih belum jelas pada
yang mendorong terjadinya proses tersebut. Ia berpendapat bahwa dorongan itu
adalah akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui
orang-orang India yang datang, tetapi mungkin juga karena orang-orang Indonesia
melihat sendiri kondisi di India.
b. Teori Ksatria
c. Teori Waisya
Pendapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya kolonisasi,
memberikan peranan utama pada golongan lain. Teori yang pada awalnya
diajukan oleh Krom ini memberikan peranan utama kepada golongan pedagang
(Waisya). Krom tidak sependapat bahwa golongan ksatria merupakan golongan
terbesar di antara orang-orang India yang datang ke Indonesia. Hal ini karena
orang-orang itu datang untuk berdagang maka golongan terbesar tentulah
golongan pedagang.
d. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut teori ini, di India banyak
terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang. Indonesia
dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para
tawanan perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
Dengan penuh ketekunan para biksu itu mengajarkan agama mereka. Selanjutnya
dibentuklah sebuah sanggha dengan biksu-biksunya. Melalui biksu ini timbul
suatu ikatan dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan biksu-biksu
India di berbagai negeri ternyata mengundang arus balik biksu dari negeri-negeri
itu ke India.
Para biksu kemudian kembali dengan membawa kitab-kitab suci, relik dan kesan-
kesan. Bosch menyebut gejala sejarah ini sebagai gejala arus balik. Aliran agama
lain dari India yang meninggalkan pengaruh di Indonesia adalah agama Hindu.
Berbeda dengan agama Buddha, para brahmana agama Hindu tidak dibebani
kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Hal ini karena pada dasarnya
seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu.
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang
menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja
Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman
adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari
Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa
Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu.
Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda
dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri
Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan
berasal dari tahun 650 Masehi.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa
dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan
sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah
Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan
Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun
1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak
muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha,
Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan
Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah
Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan
kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan
Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa
Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama
Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu
bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku
Negarakertagama.
3.1 Kesimpulan
Masuknya agama Hindu di india Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, telah
berkembang kebudayaan besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di
daerah tersebut adalah ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan
Harappa. Pengembang dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida.
Pada sekitar tahun 1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah
Sungai Indus. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi
menjadi 4 Jaman/fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan
Jaman Budha.
Adapun teori-teori yang termasuk dalam kelompok pendapat pertama antara lain:
Teori Brahmana, Teori Ksatria, Waisya, dan Sudra. Pendapat kedua yang muncul
lebih akhir memberikan peranan aktif kepada bangsa Indonesia. Yang termasuk
dalam dalam pendapat kedua ini adalah Teori Arus Balik.
Demikianlah makalah yang Penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan pada
Penulis. Apabila ada terdapat kesalahan, mohon untuk dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://kmhd.lk.ipb.ac.id/sejarah-agama-hindu-di-india/
http://staffnew.uny.ac.id/sejarah-indonesia-pada-masa-hindu-budha/