Anda di halaman 1dari 6

SATIRE

oleh : Nelly Purnamasari


1. EXT. TERAS - SORE
Kakek duduk di kursi teras, sembari menyesap kopi hitamnya
dan merasakan udara sore. Sesekali terdengar suara klakson
mobil di kejauhan. Tak lama Andi datang dengan menuntun
sepedahnya. Melemparnya hingga mengenai rumput yang
menghiasi pekarangan rumah. Andi duduk di samping kakeknya.
Melepas lelah setelah bersepedah. Terdengar lagi suara
klakson yang bersahutan. Kakek menggelengkan kepalanya,
kemudian melirik Andi.

KAKEK
Andi tau ngga, dulu itu disekitaran
rumah itu ya suasananya tenang.
Waktu jaman kakek dulu masih muda.
Ngga ada itu bunyi-bunyi klakson
sore-sore begini. Yang ada itu
suara bell sepeda. Itu juga buat
menyapa atau jaman kamu bilangnya
say hi. Dulu kan rumah kakek itu
pekarangannya luas. Jarak dari
pagar sama teras itu cukup jauh,
jadi orang yang pake sepedah itu
harus membunyikan bellnya dulu
hanya untuk sekedar bertegur sapa.
Nah sekarang, tegur sapa aja engga.
Sibuuuk aja main hape.
(sambil memperagakan)
Itu orang yang di depannya
dicuekin, sibuk sama handphonenya.
(menggeleng kepala)
ANDI
Iya kek, teman Andi ada yang udah
punya handphone. Kalo diajak main
suka ngga mau.
KAKEK
Nah itu, anak kecil jaman sekarang
masih sd sudah pegang itu
handphone. Padahal main di lapangan
lebih asyik.
(Andi mengangguk, mengiyakan)
Terdengar suara Ibu yang memanggil Andi. Andi bangkit dari
kursinya lantas pergi kedalam. Kakek melihat Andi sebentar,
kemudian melihat lagi kedepan.
CUT TO.
2.

2. INT. RUANG TENGAH - SORE


Andi berlari kecil menuju dapur. Terlihat sebuah foto
bergaya lama terpajang di sebuah meja kecil di antara
beberapa foto lainnya. Kakek ikut masuk dengan gelas kopinya
yang masih tersisa setengah di tangan kanannya. Kakek duduk
di sofa panjang, meletakan kopinya di meja kecil sebelahnya.
Andi datang dengan sebuah biskuit di mulutnya dan
memegangnya dengan tangan kiri dan segelas jus di tangan
kanannya. Andi meletakan gelas jusnya dekat dengan gelas
kopi kakek. Kakek memperhatikan Andi yang sibuk mengunyah
biskuit sambil bermain pesawat terbang.
ANDI
(membuat suara pesawat
terbang, sembari memainkan
pesawat terbang)

Ayah Andi berjalan melewati ruang tengah menuju dapur. Andi


sudah tidak memainkan pesawatnya. Andi mengeluarkan
bangunan-bangunan kota dengan beberapa mobil yang dibuatnya
menggunakan kertas (papercraft). Meletakannya di dekat
kakeknya. Kakek mengambil beberapa mobil dan menatanya
dengan rapih.
ANDI
loh kek, kok gitu?
KAKEK
dari pada macet, ga enak toh
dilihat?
O.S AYAH
(berteriak)
ibu... kopinya belum ada

Andi dan Kakek melihat ke arah dapur.


KAKEK
Macet itu kan ngga enak. Lihat
kemarin ayah mu itu, berangkat
kerja jam 6, sampe di kantornya jam
setengah 8. Sudah berangkat pagi
tetap aja terlambat. Waktu jamannya
kakek, kita lebih suka pakai
sepedah ontel. Itu lebih nikmat
dari pada naik mobil. Kakek biasa
memboncengi nenek mu dulu kalau mau
kemana-mana. Kakek juga suka iseng
sama nenek mu, sengaja dibuat jatuh
biar nenek mu meluk kakek.
(sambil terkekeh)

(CONTINUED)
CONTINUED: 3.

Andi ikut tertawa kecil. Kemudian Ibu berlari kecil melewati


mereka.
O.S IBU
(berteriak)
Bapak.. Aduh baju kotornya

Andi dan Kakek tertawa kecil mendengar suara Ibu.


CUT TO.

CON’T SCENE 2. INT RUANG TENGAH - SORE


Andi memainkan paprcraftnya, memindahkan dan menempatkan
mainan kertasnya. Kakek menonton berita di televisi. Kakek
mendengarkan berita dengan serius, sesekali menggelengkan
kepalanya. Andi melihat sekilas berita yang dilihat Kakek.
ANDI
Tadi kek, Andi main sepeda sama
Adang, dia bilang minggu kemarin
dia berenang di daerah Pasteur,
berasa di pantai.
(kakek mendengarkan sesekali
mengangguk)
Terus juga, ada mobil yang ikut
berenang. Kaya mainan Andi yang
jatuh di selokan terbawa arus
sampai jauh.
KAKEK
(menghela napas)
Sekarang memang tuh Bandung ya suka
banjir. Bulan-bulan kemaren yaa di
Bojong Soang. Rumah sampe tinggal
atap. Nah sekarang di daerah
Pasteur. Mobil sampe ikut terbawa
(mengambil jeda sejenak)
Dulu ya, waktu jamannya kakek, ngga
ada yang namanya banjir di Bandung.
Lah tiap hujan kakek sama
teman-teman selalu main di luar.
Mandi hujan sampai ke lapangan.
Andi mendengarkan dengan tangannya menompang dagu.

KAKEK CON’T
(menyesap kopinya hingga
tersisa ampas)
Tiap hujan itu jarang hujan yang
lebat sampai bikin banjir. Dulu
bandung itu ngga pernah banjir.
(MORE)
(CONTINUED)
CONTINUED: 4.

KAKEK CON’T (cont’d)


Sungai selalu bersih, engga kaya
sekarang, itu warna sungai kaya
susu coklat tapi ya bau. Kita juga
ngga bisa berenang lagi di sungai.

Kakek mendengarkan lagi berita. Andi ikut melihat berita.


Tampak berita yang menayangkan hujan deras di beberapa
daerah Bandung.
KAKEK
Kenapa ya, orang ya sekarang sudah
dikasih tanda dilarang tetap saja
melanggar. Itu kamu sering liat kan
tanda dilarang buang sampah ? Tapi
tetap aja mereka buang sampah di
sana. Itu tanda ya kaya koran Cuma
dibaca, tapi engga dilakukan.
Ibu datang dengan membawa pakaian kotor. Andi dan Kakek
hampir bersamaan memalingkan pandangan mereka saat ibu
melewati mereka. Berita sudah berganti menjadi iklan.

KAKEK
Ndi, ayo kita kebelakang. Kakek
ceritain waktu masa kejayaan kakek
dulu.

Kakek berdiri lantas berjalan menuju halaman belakang. Andi


membereskan sedikit mainannya. Menggeser kota buatannya
kepinggir agar tidak menghalangi atau terinjak. Kemudian
berlari kecil mengikuti kakeknya. Tak lama, Ayah datang dan
duduk di sofa. Melihat kesekeliling mencari sesuatu. Kakek
datang dan meletakan remot tv di sofa saat Ayah sibuk
mencari di sela-sela sofa. Ayah mengerutkan dahinya saat
melihat remot tv di sampingnya. Tak lama Ibu datang membawa
nampan dengan sepiring goreng pisang dan segelas kopi hitam.
Ibu menghentikan tangannya yang hendak meletakan nampan di
meja kecil samping sofa. Ibu memasang wajah sebal.

IBU
Ayah.. ini kopinya ada. Kenapa
bilang ngga ada?
ayah bingung dan mengikuti arah yang ditunjukan ibu dengan
wajahnya.

AYAH
Loh mana ayah tau kalo kopinya ada
disini. Kan tadi ibu bilang di meja
makan. Makanya ayah bilang ngga
ada.

(CONTINUED)
CONTINUED: 5.

IBU
Makanya cari yang benar dong yah,
kan ini kopinya jadi mubazir.
AYAH
yaudah ayah minum dua-duanya.
Ibu meletakan gelas kopi dan goreng pisang. Lantas mengambil
gelas susu Andi yang masih tersisa. Ibu mengambil gelas kopi
yang didekat gelas Andi.

IBU
(dengan nada sedikit kesal)
Ini kopinya udah dingin, emang ayah
mau minum kopi dingin?
Ibu pergi membawa gelas Andi dan gelas kopi yang masih
penuh. Terlihat meja yang memajang beberapa foto. Sebuah
foto yang terletak di pinggir menggambarkan seorang pria tua
dan seorang wanita tua berdiri berdampingan tersenyum.
THE END.

Anda mungkin juga menyukai