Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TUGAS BAHASA INDONESIA

DRAMA KOMEDI

1. Definisi Drama Komedi


A. Drama komedi adalah drama yang bersifat menghibur walaupun selorohan di dalamnya
dapat bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia.
B. Dikutip dari jurnal m. media Indonesia.com Drama komedi adalah drama yang lucu dan
menggelitik penuh keceriaan.
C. Drama komedi atau ria adalah drama yang menceritakan kisah yang menyenangkan,
menghibur, atau kisah ringan yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Tokoh dan nuasnsa
panggung penuh canda, tawa, dan ejekan konyol yang membuat penonton terhibur.
D. Drama komedi adalah drama yang bercerita tentang kelucuan dan hal jenaka yang dapat
menghibur.

2. Contoh Drama Komedi

Preman Negeri Sampah

(Prolog)
Terdapat suatu negeri yang terdiri dari 10% oksigen dan 80 % sampah, juga 10% bahan
lainnya, negeri itu dikenal dengan sebutan negeri sampah. Sampah mendonimasi sebagian besar
negeri itu, jalan terhias sampah, bukit dari sampah, dan minuman dari air. Karena keadaanya
yang sangat amat teramat mengenaskan, alhasil banyak orang yang menganggur disana. Pada
suatu ketika, terdapat 2 ekor preman yang bernama Anton dan Joko yang sedang dilanda
masalah. Apa masalahnya dan apa yang akan mereka lakukan? Kita langsung saja ke KTP!

(Dialog)
Anton : “Jok, udah 1 minggu kita ga dapet penghasilan nih,”
Joko :”Kita nyari kerjaan sampingan gimana?”
Anton :”Boleh juga tuh. Apaan kerja sampinganya?”
Joko :”Kita udahan dulu jadi preman, kita cari pekerjaan yang lebih mulia, yang lebih barokah,
yang bisa ngebahagiain orang tua, kita jadi tukang palak aja gimana?”
Anton :”Ya, sama aja,”
Joko :”Jadi pencuri,”
Anton :”Sama aja,”
Joko :”Jadi penculik?”
Anton :”Nah, itu baru pekerjaan laki sejati,”
Joko :”Oke. Korban pertama, lu yang cari,”
Anton :”Sip. Bisa diatur, nomi piro,”
Joko :”Kan nanti kita dapet duit,”
Anton :”Okeh,” (pergi)
Setelah 1 jam 42 menit 1,867 detik. Akhirnya Anton datang kembali.
Joko :”Lho, kok datang sendiri?”
Anton :”Gue gagal, hampir aja digebukin,”
Joko :”Kenapa bisa gagal?”
Anton :”Tdi gue udah ngebidiknih. Wah kayaknya ini anak orang kayaknih, tapi dia sama
bapaknya. Akhirnya gue samperin tuh bapak-bapak. Terus gue bilang ‘Pak, boleh ga minggir
sebentar, saya mau colik anak bapak’ gue udah bilang baik-baik malah mau dipukul!”
Joko :”Ya, iyalah. Lu jangan bilang mau nyulik dong,”
Anton :”Ya mending gue terus teranglah, daripada gue pura-pura jadi orang baik kayak orang
digedung-gedung gede itu,”
Joko :”Tapi kenapa ga langsung culik aja, langsung bet culik, udah selesai,”
Anton :”Tadi gue udah kayak gitu, eh malah bapaknya yang keambil,”
Joko :”Ada-ada aja, udah pergi cari mangsa lagi,”
Anton :”Oke,”
Beberapa detik kemudian datanglah orang lewat, setelah itu barulah Anton datang dengan
seorang perempuan yang dibilang cantik ga, dibilang jelek iya *plak. Maksudnya cantik banget.
Anton :”Ini bro,”
Joko :”Bagus. Siapa namanya?”
Susanti :”Susanti om,”
Anton :”Jangan panggil om, panggil aja mba, maksudnya mas,”
Joko :”Kamu anak orang kayak’kan?”
Susanti :”Lho kok tahu?”
Joko :”Keliatan dari lantainya. Nomor-nomor,”
Susanti :”Nomor apa?”
Joko :”Nomor sepatu, ya nomor telepone bapak kamu’lah. Jer, jer, siap-siap nelpon”
Anton :”Oke,” (ngambil hp)
Susanti :”08123456789,”
Anton :”Wih, nomornya nomor ganteng. Oke,” (menempelkan hp di telinga)
Anton :”Halo assalammu’alaikum. Passwordnya?”
Joko :”Ga pake password otak udang rebus. Sini sama gue,” (ngambil hp)
Joko :”Ini cara makenya gimana, ya?”
Anton :”Tinggal ngomong aja otak-otak,”
Joko :”Halo! Benar ini dengan bapaknya Susanti? Bapak sehat pa? Jadi gini pak, kebetulan anak
bapak kami sandra, dan kami minta tebusannya. Tebusanya ga besar, Cuma 500 juta aja kok
pa,”
Anton :”Kegedean” (mukul punggung Joko)
Anton :”Nanti makenya gimana?”
Joko :”Jadi berapanih?”
Anton :”Gue juga ga tahu. Kita tanya harga pasarannya aja gimana?”
Joko :”Boleh juga tuh, harga pasarannya berapa neng?”
Susanti :”Kok nanya ke saya, tanya ke yang lain dong,”
Anton :”Pak pak pak. Sini sebentar pak,” (manggil satpam)
Satpam :”Ada apa mas?”
Anton :”Harga pasaran penculikan berapa ya pak? 500 juta dapet ga pak?”
Satpam :”Nah ininih! ini bahayanih, ini ga benernih, lu itu jangan sembarangan ngasih harga,
jangan sampai menjatuhkan harga pasar. Lo pikirin, lu kesini pake duit, makan pake duit,Coba
sebutin tadi harganya berapa?”
Joko :”500 juta,”
Satpam :”Beeeuuh. Gocap aja cukup. Lu pikirin, kalo lo ketangkep terus digebukin nambah lagi
biaya rumah sakit. Orang-orang di gedung itu kerjanya cuma nanda tangan sama tidur aja
gajinya gede,”
Joko :”Okelah. Makasih pak,”
Satpam :”Semoga sukses, ya,” (salaman) (pergi)

Setelah 1,57 detik menunggu, akhirnya ayah Susanti pun datang dengan sejumlah uang.
Bapak :”Nih!” (ngasih uang”
Joko :”Eits! Bentar dulu pak, bapak dapet uang ini dari mana? Jangan-jangan ini uang haram nih
Bapak :”Enak aja uang haram! saya dapat uang ini dari sampah!”
Anton :”Lho, kok bisa?”
Bapak :”Ya saya daur ulang sampah, lalu jual, dapet uang deh,”
Anton :”Kalo sampah masyarakat bisa didaur ulang pak?”
Bapak :”Bisa dong,”
Anton :”Kalau wajah saja?”
Bapak :”Itu sudah permanen, ga bisa diubah,”
Joko :”Berarti beloh dong kami kerja di tempat bapak?”
Bapak :”Kalian jadi preman gara-gara ga ada lapangan kerjakan? Kalo gitu mulai sekarang
kalian kerja sama saya,”
Joko :”Siap pak,

Epilog: Pada akhirnya Anton dan Joko tidaklagi sebagai brandalan di jalanan namun mereka
bekerja mendaur ulang sampah ditempat bapak Susanti, karena untuk mengurangi sampah yang
ada di lingkungan tersebut, begitu juga dengan sampah masyarakat.
Suami Yang Sial
(Prolog)
Agung, seorang polisi baru saja menginterogasi seorang wanita yang menjadi tersangka
KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) kepada suaminya sendiri, Ilham. Kondisi sang suami
saat ini tampak babak belur sampai wajahnya lebam dan bibirnya bengkak karena dipukuli sang
istri.
Agung pun kemudian bertanya pada sang istri dengan amat hati-hati.

(Dialog)
Agung: “Kenapa suaminya dipukuli, Bu?”
Tersangka wanita: “Habisnya saya jengkel sekali pak polisi. Saya marah, saya kesel,” kata si ibu
masih mendelik pada sang suami yang tak berani menatapnya.
Agung: “Iya, saya udah dengar ibu bilang itu terus dari tadi. Cuma maksud saya apa alasan Ibu
sampai memukul suami ibu sampai suami ibu babak belur seperti ini? Kira-kira apa yang
dikatakan suami kepada ibu tadi pagi?” Agung mencoba bertanya lagi dengan sabar.
Tersangka wanita: “Jadi dimulai dia bangun tidur, Pak. Saya lagi membuat kopi di belakang.
Saya lupa kalau jam di ruang tengah kami itu mati. Lalu di datang ke saya dan bertanya,
‘Sekarang sudah jam berapa, Lili?'”
Agung: (mengerutkan kening, bingung) “Karena alasan itu kah ibu menjadi sebal dan marah lalu
memukul suami sampai babak belur seperti ini?”
Tersangka wanita: “Sebab nama saya Rani, bukan Lili, Pak Polisi.”
Agung: Waduh, sial-sial.

Lalu si istri dan suami tersebut bertengkar lagi.

Epilog: Drama ini mengingatkan kepada kita bahwa ketika pasangan kita melakukan kesalahan,
kita harus berbicara dengan tenang dan mencari solusi bersama. Kita tidak boleh membiarkan
emosi kita mempengaruhi tindaan kita, terutama jika itu dapat melukai atau menyakiti pasangan
kita.
Salah Jadwal Sekolah

(Prolog)
Siang itu lima sekawan yakni Danu, Diba, Dita, Didit, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan
tugas sepulang sekolah bersama.

(Dialog)
Dita : Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.
Didit : Di balai desa atau di rumah Danu?
Dita : Di balai desa saja.
Diba : Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke
balai desa.

Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore,
Diba, Dita, dan Didit segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat
karena sepulang sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.

Didit : Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.
Diba : Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?
Dita : Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya
kita ke rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.
Dadang: Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja disini sembari
menyelesaikan separuh tugas.

Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan
Danu. Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak
laki-laki terengah-engah berlari membawa tas.

Didit: Tuh kan, Danu baru kemari.


Diba : Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?
Danu : Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut
terlambat ke sekolah?

Seketika Dita, Diba, Didit dan Dadang tertawa terbahak-bahak.

Dita : Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?
Diba : Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.
Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.
Epilog: Dari kebiasaan buruk Danu kita bisa mengambil pelajaran bahwa ketika kita ingin
melakukan suatu aktivitas kita harus bisa mengatur waktu dengan sebaik mungkin, jangan
sampai waktu sekolah tertinggal karena kebablasan tidur. Istirahat itu penting namun kita harus
tahu waktu kapan waktunya tidur dan kapan waktunya sekolah.

Becak dilarang masuk

(Prolog)
Alkisah, ada seorang tukang becak asal Madura yang dipergoki seorang polisi saat
memasuki kawasan ‘Becak Dilarang Masuk!’. Dengan santainya si tukang becak itu melintas di
depan polisi sampai polisi datang meniup peluit.

(Dialog)
Polisi : Apakah kamu tidak melihat gambar di sana? Becak tidak boleh masuk ke jalan ini,
dengan nada tinggi sambil menunjuk rambu-rambu.
Tukang becak : Oh, iya saya lihat Pak Polisi. Tapi itu kan gambar becaknya kosong, tidak ada
orangnya. Sementara becak saya kan ada orangnya, berarti boleh masuk.
Polisi : Bodoh! Apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisannya becak
dilarang masuk!
Tukang becak : Memang tidak bisa baca saya, Pak. Kalau saya bisa baca, pasti saya bisa jadi
polisi seperti Bapak, bukan jadi tukang becak seperti sekarang

Epilog: Drama ini mengingatkan kepada kita akan pentingnya literasi dan pendidikan. Kita harus
berusaha untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
hambatan yang mungkin timbul akibat kurangnya literasi.

Kelas: XI MIPA 4

Kelompok: 3

Anggota Kelompok:

1. Dimas Taruna Ismail (07)


2. Dina Sabrina Nuriah (08)
3. Galuh Pauline Nugraha (09)
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
Jenis Drama: Drama Komedi

Anda mungkin juga menyukai