DALAM
1
DI PANGGUNG YANG MASIH REMANG, DI SEBUAH GEDUNG TEATER, SATU
JAM LEBIH DUA PULUH MENIT MENJELANG PERTUNJUKAN, EMPAT ORANG
PEMAIN SANDIWARA MENUNGGU SATU ORANG KAWAN MAINNYA YANG
BELUM JUGA HADIR.
2 : Mata mereka akan segera melihat layar dibuka dan menunggu kita
memainkan drama ini, dan kita akan berdiri di atas panggung seperti pesakitan
yang berdiri di ruang pengadilan.
2 : Kita harus menjelaskan bahwa aktor pertama tidak hadir maka malam ini
drama dibatalkan dan akan kita pentaskan besok hari.
4 : Dan aku yakin, sebagian dari mereka yang berada di ruang tunggu malam
ini, adalah para penonton dan kritikus yang yang telah mencemooh pertunjukan
kita yang gagal pada tahun kemarin.
4 : Lihat dengan matamu yang lain. Dibalik bayangan kegagalan itu pasti kau
akan melihat keberhasilan yang juga ada di depan matamu.
3 : Kita butuh sutradara. Dia bisa menyumbangkan gagasannya jika dia ada
disini.
2 : Tidak akan ada cara. Penonton sudah ada di luar, dan waktu berjalan
semakin dekat ke pertunjukan.
4
3 : Cuplikan drama... atau kita hilangkan seluruh adegan yang menampilkan
kehadiran dirinya... tapi... tidak!... jantungnya drama ada pada perannya. Tidak
mungkin kita tidak menghadirkannya....
1 : Butuh waktu untuk aktor yang menjadi pengganti. Siapa yang mau dalam
waktu yang sangat dekat seperti ini?
1 : Kamu tidak bisa menjadi aktor pengganti. Kamu sudah memiliki peran!
3 : Aku hafal.
2 : Kamu mungkin hafal, tapi apa yang akan kamu lakukan ketika tokoh yang
kamu mainkan bertemu dengan tokoh yang dia mainkan?
5
1 : Tidak ada tali, tidak ada dalang, tidak ada boneka disini.
1 : Cermin tidak bisa menciptakan tokoh lain kecuali sosok yang sama yang
dipantulkannya.
4 : (KEPADA 2) Hai Abu! Bertanyalah pada ruh Arifin C. Noer!... Kau harus
menemukan cermin tipu daya agar gagasanmu berguna.
1 : Aku tidak suka memakai juru bisik. Juru bisik menghalangi kita tenggelam
dalam perwatakan.
4 : Jaman juru bisik sudah berlalu.Tidak ada lagi kolong untuk tempat juru
bisik di panggung kita.
2 : Oh, seluruh jalan kita diliputi kegelapan. Kita buta. Kita empat orang buta
yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang.
3 : Empat orang buta?! Seperti dalam naskah Kidung Malam Tahun Baru,
Karya Rolf Lauchner! Kita seperti tokoh-tokoh dalam drama itu! ”Oh bulan! Oh
bulan! Dinding-dinding hanyut terbawa... dan tiap-tiap suara retak berkumandang,
bersamaan dengan berkerincingnya gelas yang terisi penuh...“
6
3 : Aku luput dari ingatan tentang jumlah pemain. Mereka bertiga, kita
berempat. Ya, aku lupa! Hahaha... Hasratku yang besar membuat aku lupa. Kamu
pasti tahu, sudah lama aku ingin memainkan naskah itu.
1 : Di dalam peti.
1 MENDEKATI 4.
4 : Kita harus mengubah drama ini agar pentas bisa tetap berjalan.
1 : Tidak! Naskah ini tidak bisa lagi dirubah. Jika kamu mengubahnya,
penonton tidak akan suka dan mereka akan pulang!
7
1 : Kamu mau membuat teater tanpa penonton?
4 : Kita akan lapuk, berlumut, terbelenggu dalam pikiran lama dan berjamur
lalu mati dalam kegagalan.
8
4 : Aku tidak berkeinginan merusak, aku hanya mau mencari dan
menemukan sisi lain dari dramamu supaya kita tetap bisa berdiri di panggung ini.
1 : Kita tidak akan bisa berdiri disini jika kamu menggunakan cara jahat
terhadap naskahku. Kamu mau mencincang-cincang gagasanku? Tindakan
mutilasi terhadap naskah adalah perbuatan kaum barbar. Aku tidak mau kamu
menjadi bagian dari kaum vandal yang menghancurkan karya seni karena tidak
memahami keagungan estetiknya.
4 : Kamu jatuh cinta pada dramamu sendiri sehingga alam bawah sadarmu
menempatkan diriku sebagai antagonis dan kamu memposisikan diri sebagai
protagonis. (MEMALINGKAN WAJAHNYA DARI 1 DAN BERBICARA KEPADA 2
DAN 3) Dia akan terus membela naskahnya meski dia tahu kita sedang berada di
pinggir jurang yang dalam dan kita akan jatuh kebawahnya!
9
3 : Jangan kamu simpan naskahmu. Jika kamu simpan, lalu apa pijakan kita
dalam memainkan drama ini?
4 : Drama baru?
4 : Keburukan yang baik. Kita tidak punya naskah, tapi kita akan memiliki
naskah. Ternyata kita tidak bertentangan dalam tujuan.
3 : Kita harus segera. Kita telah sepakat mencipta drama baru. Ayo kita mulai
sekarang!
3 : Jalan mendaki.
3 : Hai orang yang menggigil! Bangunlah! Kita akan membuat drama baru!
Pakaian yang baru! Bangunlah! Penonton akan kita beri sajian drama baru yang
tidak akan mereka duga.
10
2 DUDUK DI DALAM PETI.
2 : Apa judulnya?
2 : Drama baru.
2 : Kita tuliskan segera! Judul, pembukaan, peristiwa dan akhir drama, lalu
kita bacakan di hadapan penonton.
3 : Dramatic reading?
2 : Gagasan yang paling masuk akal dalam situasi ini adalah; dramatic
reading.
11
3 : Dramatic reading terlihat terlalu mudah bagi penonton. Penonton tidak
akan suka. Penonton menyukai kesulitan di atas panggung.
4 : Ending akan kita jadikan sebagai adegan awal, dan dia akan menjadi
mercusuar, lampu penunjuk jalannya drama. Dengan bantuan cahaya ending kita
berjalan menciptakan dan menyusun peristiwa awal, tengah, dan akhir drama.
12
4 : Ending yang aku usulkan adalah kematian! Sebuah penyelesaian akhir
yang efektif!... Mulutku hanya mengatakan “kematian“, maka hatiku tersentuh,
pikiranku terangsang, tanganku bergerak dan kakiku akan melangkah, sebuah
tindakan telah tercipta. Aksi dramatik bergerak seketika tanpa diminta.
3 : Apakah kematian itu sulit? Ataukah kematian adalah solusi kuno yang
mudah? Sebagian besar drama yang kubaca dan kumainkan selalu menghadirkan
kematian pada akhirnya.
4 : Meski ending ini kuno dan terlihat biasa, namun jalan menuju
kematiannya akan tampil tidak biasa.
1 : Kamu percaya pada konvensi lama? Hah! Aku melihat kau mengalami
keterbelahan karakter. Di satu sisi kau menolak konvensi lama, dan di sisi lain
kau percaya pada konvensi lama itu!
4 : Aku tidak percaya pada keduanya. Aku hanya percaya pada konvensi
milikku sendiri. Caraku untuk menemukan jalan penyelesaian adalah menempuh
segala jalan, bahkan jalan yang paling mustahil.
3 : Jalan yang mustahil! Datanglah kau kepada kami! Dan ruh-ruh di atas
panggung. Masuklah pada kami! Kami meminta jalan, kami meminta peran dan
kami meminta kata.
13
2 : Kami siap menerimanya.
4 : Pisau!
4 : Demi sebuah kesulitan yang sedang kita ciptakan, maka pedang ini akan
aku sebut sebagai “pisau”. Dengan pengertian kata yang bertentangan, kita akan
sulit memahaminya dan kita akan kesulitan menjelaskannya. Itulah jalan yang
akan membuat kita sampai pada situasi via negativa: “melampaui kesulitan”
seperti teknik Jerzy Grotovsky dalam melenyapkan hal-hal yang berlebihan. Dari
jalan melampaui kesulitan akan terbit perjuangan dari para aktor. Perjuangan
para aktor di atas panggung adalah hakekat dari drama yang sulit. Jalan
perjuangan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan penonton sehingga
drama menjelma menjadi sangat kuat dan penonton akan terlibat emosinya.
14
3 : Pisau, pisau, pisau... Pilihan kata, sangat membantu Imaji kita. Kata
adalah sumber suara dan suara adalah kendaraan imajinasi. Oh Suyatna Anirun,
betapa tepat kata-katamu.
1 : Jika pisau itu telah menemukan tangan yang tepat maka laju dari drama
ini akan melesat cepat sampai pada tujuannya.
4 : Pisau!
1 : Tusukkan!
4 : Aku belum merasakan keyakinan bahwa pisau ini harus tertusuk padamu.
Kamu belum aku yakini sebagai korban.
4 MENARIK PEDANGNYA.
2 : Jika bukan dia yang menjadi korban dalam drama kematian ini, lalu siapa
korbannya?
4 : Tidak ada jawaban. Karena ruh peran itu sendiri yang akan menjawabnya.
3 : Arifin C. Noer berkata: “Bukan aktor yang mencari peran, tapi peran yang
mencari aktor!“
4 : Mengalirlah!
15
3 : Mengalir. Mengalir. Sampai tercipta dunia ambang! Dunia ambang...
Profesor Saini! Akan kami masuki istilah dunia ambangmu. Mari kita cari sang
korban!
2 MEMBUKA-BUKA NASKAH.
1 : Simpan naskahku! Naskah itu sekarang adalah musuh kita! Bencilah kau
padanya!
1 : Aku tidak keberatan. Aku masih belum memiliki cinta pada naskah itu.
Aku merasa naskah itu belum selesai! Aku tidak tahu apa yang belum aku
selesaikan! Aku belum jatuh cinta padanya, aku masih membencinya!
1 : Bakarlah! Sekalipun telah kau bakar lembar-lembar naskah itu, namun kau
tetap tidak akan bisa memusnahkan idenya dari kepalaku. Bahkan sekalipun kau
bakar kepalaku, ide-ide itu telah kadung tercipta dan akan tetap ada di dinding
semesta ini.
16
adalah kebencian pada naskah! (KEPADA 1) Itulah penanda bahwa kita akan
menampilkan drama baru.
4 : Mulailah! Bakar!!!
2 : Kita terperangkap?
2 : Perangkap anjing!
3 : Hai jangan berkata seperti itu! Kau pernah membaca naskah Pelajaran
dari Ionesco! Dalam naskah itu seorang pembantu berbicara kepada profesor:
“Berbahasalah dengan baik, jika tidak maka bahasa akan mengarahkanmu pada
binatang buas!“
17
1 : (MENUNJUK PADA 4) Dia sudah mengatakannya padamu. Jawabannya
ada pada ending drama ini. Dalam resolusi. Dalam drama harus ada resolusi dan
juga konklusi! Jika tidak maka tidak akan ada akhir.
4 : Kematian itu telah tersimpan dalam bayangan pisau ini! Aku sedang
menggenggam bayangan nasib kematian dari sang korban! Maka jika pisau ini
teracung ke langit, aku meminta petir jangan menyambarnya! Sambarlah pohon-
pohon yang mati, karena pisau ini akan aku gunakan untuk korban yang sedang
menanti!
3 : “Kau tak tergenggam namun terlihat selalu. Wahai bayangan laknat, tak
dapatkah kau tercapai oleh rasa, walau tercapai oleh pandangan? Ataukah kau
hanya pisau khayali, ciptaan bayangan, yang tertempa dalam tungku
semangatku?... Machbeth, dari William Shakespare.
2 : Hahahahaha.. nafsu menjadi pembunuh telah ada pada diri kalian masing-
masing! Kejahatan telah berada pada hati kalian! Kalian semua telah menjadi
tokoh antagonis!
2 : Oh?
19
4 : Pedang itu sudah ada dalam sarungnya!
2 : Kemarikan!
1 : Pedang di tanganku ini akan selalu terlihat tapi tak akan pernah
tergenggam.
3 : Aku salah sangka! Ternyata dia yang ingin berperan menjadi pembunuh!
1 : Pedang yang kita pakai dalam drama ini seharusnya adalah pedang
imitasi dan bukan pedang asli!
20
4 : Kamu mau imitasi? Mengapa kita harus membohongi penonton dengan
pedang yang palsu!
2 BERLUTUT.
4 : Jangan berikan!
2 : Kenapa? Kau berburuk sangka pada hatiku. Kau mau aku jadi pembunuh
yang sebenarnya? Kau sejak tadi berhasrat menjadi pembunuh! Kalian berdua
berhasrat menjadi pembunuh! (BERLARI KE ARAH 3) Kawan, tolong aku dari
para pembunuh ini!
1 : Situasi ini telah menekannya, seperti sebuah suspence! Apakah drama ini
akan kita lanjutkan? Atau kita break?
21
4 : Kita harus terus, waktu sangat terbatas. Kembalikan peran pembunuh itu
padaku, aku merasa aku lebih pas memerankannya.
1 : Ambillah kembali! Aku berikan peran itu padamu. Ya! Aku tidak bisa! Aku
merasa ada yang tersumbat ketika aku memainkannya, aku akan mencari peran
yang lain.
3 : Jangan pergi dari sini! Drama harus tetap dilaksanakan! Aku sendiri
bertahan disini karena aku belum bertemu dengan peranku!
22
arah dan tujuannya! Tetapi seorang pemain harus bersikap seperti itu, itulah
sikap dan jiwa yang dinamis. William Shakespeare, dalam drama Hamlet
mengatakan; ‘‘Diberkatilah mereka, yang darah dan pikirannya bercampur secara
aneh sehingga mereka sanggup menguasai takdir dalam genggaman tangannya‘‘.
2 : Kita belum bermain! Mari kita tentukan bagaimana drama ini kita mainkan!
4 MENGHUNUS PEDANG.
2 : Aahh! Jangan ikat aku! Aku mau keluar dari sini. Aku mau exit!
1 : Exit? Kemana? Aku tidak setuju kalau kau exit! Kita harus selesaikan
drama ini! Kamu mau lari? Tidak ada lagi jalan keluar! Tidak ada lagi exit! Pintu
tertutup.
23
3 : Pintu tertutup? Apakah benar pintu tertutup? Atau kau sedang berbicara
tentang drama karya Jean Paul Sartre? Ya! Dia benar kini. Neraka adalah orang
lain!
1 : Mungkin aku telah menjadi neraka bagimu, tapi jika kau lari dari
panggung maka kau juga adalah neraka bagiku! Ah! Nampaknya masing-masing
kita telah mulai menjadi neraka bagi orang lain.
3 : Aku!
2 : Aku ingin membuang semua kostum yang kupakai ini! Aku ingin
menghapus rias mukaku! Aku ingin ini berakhir!
4 : Kita belum bertemu dengan akhir. Jika kita tidak menemukannya maka
drama ini tidak akan pernah berakhir.
3 : Drama yang tidak pernah berakhir! Aku akan memberinya judul; Drama
Keabadian.
2 : Aku tidak mau abadi di dalam drama! Aku ingin ini berakhir!
1 : Tepat! Aku juga! Kau pikir aku juga tidak ingin drama ini sampai pada
akhir? Aku ingin berakhir. Aku ingin segera memainkan peran yang baru! Tapi
sekarang aku belum tahu apa peranku! Dan aku belum tahu dimana akhir?!
Dimana akhir?!
3 : Akhir pertunjukan bisa jadi adalah sebuah tragedi. Sebuah akhir yang
menyedihkan. Drama yang menuju pada penderitaan.
24
1 : Jika ini tragedi, maka kita adalah tokoh-tokoh konyol!
1 : Jika kamu terus seperti ini, maka plot dalam drama ini akan menjadi tipe
plot linear circular, jalannya drama akan bergerak kembali ke awal! Drama ini
seharusnya kita bawakan dengan tipe plot linear, drama bergerak maju dari awal
menuju ke akhir! Teruskan! Sampai dimana kita tadi?
1 TERTEGUN SEJENAK
3 : Kita terlalu cepat jika kita telah mencapai komplikasi! Drama ini akan
menjadi anti klimaks jika itu terjadi, kita harus kembalikan lagi drama ini ke
eksposisi!
1 : Tapi jika kita kembali ke adegan awal, kejadian yang kita lakukan tadi
akan menjadi flash back.
1 TERTEGUN. BERPIKIR.
1 : Astaga! Kita telah membuat akumulasi adegan! Maka secara teori, drama
ini telah ada di titik komplikasi dan akan segera menuju klimaks.
4 : Ya! Kamu benar! Segera kita buat adegan penutup, resolusi drama!
25
3 : Aku akan membuat musik pengantar bagi resolusi!
3 : Musik adegan yang paling galau! Kamu perlu obat? Musik ini adalah obat
bius bagimu, obat kegelisahan yang akan mengantarkanmu kepuncaknya sebagai
penambah dosis tekanan dramatik, pembangkit perasaan yang akan menjadi
gaung dari jiwamu yang gelisah.
2 : Jangan! Pedang itu! Pisau yang kau katakan... Pedang itu!...Itu pedang!
Pisau itu pedang asli bukan imitasi!
3 : Percuma kamu mati kawan, jika kamu tidak bisa menghantui pikiran orang
banyak.
3 BERPALING KE 4.
1 : Dia mati?!
HENING.
2 : Hahahaha.. Pisau pedang itu asli tapi darah ini palsu! Darah, darah, darah
ini palsu!
3 : Selesai! Drama ini sudah selesai, atau hampir selesai, satu demi satu,
butir demi butir, lalu ada setumpuk kecil, tumpukan mustahil, aku tidak bisa
dihukum lagi… Sudah selesai? (TERTEGUN SEJENAK) Kalimat-kalimat yang aku
ucapkan barusan ada dalam drama Endgame karya Samuel Beckett?Endgame?
Apakah kita akan tampilkan Permainan Penutup?
27
1 : Drama ini belum kita mainkan...
2 : Aku mati, aku hidup lagi... hanya itu... dan aku tidak tahu apa peranku.
3 : Watak-watak yang tidak jelas! Kita menjelma menjadi empat tokoh dengan
karakter yang kacau.Kita tersesat di dalam drama. Pertanyaan-pertanyaan kita
bergerak di dalam labirin. Seperti labirin dalam drama Guerdon. David Guerdon.
3 : Suara siapa itu? Suara siapa? Dan ini? Suara siapa ini? Apakah ini suara
kita? Suara siapa yang kita lontarkan ini? Suara kita atau suara tokoh yang kita
mainkan?
1 : Siapakah aku sekarang? Apa peranku? Apakah aku adalah diriku atau diri
tokoh yang sedang kumainkan? Tangan siapa ini? Tanganku atau tangan tokoh
yang sedang kumainkan?
4 : Mengapa kamu lepaskan kostum yang kau kenakan? Kita akan bermain
drama!
28
3 : Kita manusia absurd. Kita mengganti-ganti watak kita terus menerus,
terus menerus berganti.
3 : Itu kata Shakespeare! Dan kita adalah orang yang paling sering berganti-
ganti watak!
1 : Aku telah memilih diriku menjadi pemain drama, maka tugasku adalah
berganti-ganti watak!
4 : Kau benar! Aku tidak rela hanya menjalani satu takdir saja, dan di dalam
drama aku menemukan beribu peristiwa dan beribu kesempatan untuk berganti-
ganti takdir. Aku bisa menjelajahi segala kemungkinan dan jalan hidup yang
ditawarkan, aku bisa merasakan berbagai macam peristiwa dan bermain-main
dengan hidupku!
3 : Apakah drama yang sedang kita rancang ini sudah selesai? Atau belum?
4 : Tutup layar!
-SELESAI-
Irwan Jamal
30