Anda di halaman 1dari 30

AKTOR-AKTOR YANG TERSESAT

DALAM

DRAMA TANDA TANYA


Karya: Irwan Jamal

1
DI PANGGUNG YANG MASIH REMANG, DI SEBUAH GEDUNG TEATER, SATU
JAM LEBIH DUA PULUH MENIT MENJELANG PERTUNJUKAN, EMPAT ORANG
PEMAIN SANDIWARA MENUNGGU SATU ORANG KAWAN MAINNYA YANG
BELUM JUGA HADIR.

1 : Tidak ada berita sama sekali.

3 : Semua orang yang kutemui mengatakan tidak tahu.

2 : Tinggal satu jam dua puluh menit lagi.

LAMPU-LAMPU PANGGUNG YANG REDUP PERLAHAN MENJADI TERANG.


KEMUDIAN TERDENGAR SUARA-SUARA DI LUAR GEDUNG.

4 : Pintu ruang tunggu sudah dibuka.

2 : Siapa yang membuka pintu?

3 : Pasti si penjaga pintu. Dia tidak tahu apa-apa.

1 : Penonton sudah berada di ruang tunggu.

4 : Tidak lama lagi mereka akan masuk.

3 : Mereka akan masuk dengan cepat memenuhi kursi-kursi.

2 : Mata mereka akan segera melihat layar dibuka dan menunggu kita
memainkan drama ini, dan kita akan berdiri di atas panggung seperti pesakitan
yang berdiri di ruang pengadilan.

4 : Kita tidak akan jadi pesakitan.

2 : Kita akan didakwa jadi aktor gagal!


2
4 : Kita tidak akan gagal.

2 : Kita harus ke ruang tunggu.

4 : Penonton tidak akan bisa membantu kita.

2 : Kita harus menjelaskan bahwa aktor pertama tidak hadir maka malam ini
drama dibatalkan dan akan kita pentaskan besok hari.

1 : Mereka akan mengejek kita.

4 : Tahun lalu kita pernah membatalkan pertunjukan.

1 : Karena pembatalan itu berbulan-bulan kita tidak dipercaya.

4 : Para penonton mengejek di belakang punggung.

1 : Para kritikus menuliskan segala hal yang buruk di media massa.

4 : Dan aku yakin, sebagian dari mereka yang berada di ruang tunggu malam
ini, adalah para penonton dan kritikus yang yang telah mencemooh pertunjukan
kita yang gagal pada tahun kemarin.

2 : Mereka menunggu kita bangkit.

4 : Mereka yang lain mengharapkan kita jatuh, sehingga mereka bisa


bergunjing kembali dengan temannya dan menuliskan lagi keburukan-keburukan
kita di koran.

3 : Koran-koran akan penuh dengan berita kegagalan kita.

4 : Kita harus membuat berita yang bagus.

2 : Tidak ada berita bagus buat kita hari ini.

4 : Sekarang kita akan membuatnya.

2 : Bagaimana membuat berita bagus dengan drama yang gagal?


3
4 : Tidak akan ada drama yang gagal malam ini.

2 : Kegagalan sudah di depan mata kita.

4 : Lihat dengan matamu yang lain. Dibalik bayangan kegagalan itu pasti kau
akan melihat keberhasilan yang juga ada di depan matamu.

2 : Mustahil kita berhasil. Tidak ada cukup waktu untuk mengubahnya.

4 : Sekarang kita akan mulai mengubahnya.

3 : Kita butuh sutradara. Dia bisa menyumbangkan gagasannya jika dia ada
disini.

2 : Dia sudah pergi!

4 : Tugas sutradara sudah selesai. Dia sudah menuangkan seluruh


gagasannya kedalam gelas yang kita minum setiap hari di saat latihan. Kita harus
mulai mencari cara untuk memainkan drama ini tanpa dia.

2 : Tidak akan ada cara. Penonton sudah ada di luar, dan waktu berjalan
semakin dekat ke pertunjukan.

1 : Jangan biarkan jantungmu berdebar keras! Carilah jalan penyelesaian


dengan kepala dingin.

3 : Tapi otakku panas...dia berputar... banyak gagasan melintas, berseliweran


di kepala ini... apa yang ada di kepalaku ini?... gagasan ini akan disangkal... ya,
gagasan-gagasan ini terlalu rapuh.

1 : Tidak boleh ada gagasan yang rapuh.

3 : Aku memikirkan cuplikan drama.

1 : Cuplikan drama untuk pentas kita malam ini?

4
3 : Cuplikan drama... atau kita hilangkan seluruh adegan yang menampilkan
kehadiran dirinya... tapi... tidak!... jantungnya drama ada pada perannya. Tidak
mungkin kita tidak menghadirkannya....

1 : Gagasan-gagasan yang rapuh, akan mudah untuk disangkal.

4 : Gagasan yang melintas diatas langit keputusasaan.

3 : Dengan seketika dua gagasanku telah disangkal. (HENING SESAAT)


Bagaimana jika... Kita cari aktor lain yang bisa menggantikan dia?

1 : Butuh waktu untuk aktor yang menjadi pengganti. Siapa yang mau dalam
waktu yang sangat dekat seperti ini?

2 : Tidak akan ada yang mau menjadi aktor pengganti.

3 : Aku mau menjadi aktor pengganti.

1 : Kamu tidak bisa menjadi aktor pengganti. Kamu sudah memiliki peran!

3 : Aku bisa memerankan tokohku dan sekaligus tokoh dirinya.

1 : Double casting beresiko menciptakan ketidakjelasan karakter. Sosok


peran dan karakter dalam drama ini harus jelas dan tegas.

2 : (KEPADA 3) Dan aku tidak yakin kamu hafal dialog dia.

3 : Aku hafal.

2 : Kamu mungkin hafal, tapi apa yang akan kamu lakukan ketika tokoh yang
kamu mainkan bertemu dengan tokoh yang dia mainkan?

3 : Aku bisa berganti rias dan kostum di atas panggung.

1 : Ini bukan monodrama.

3 : Atau kita memakai boneka, seperti marionette atau wayang.

5
1 : Tidak ada tali, tidak ada dalang, tidak ada boneka disini.

2 : Cermin... bagaimana dengan cermin?

1 : Cermin tidak bisa menciptakan tokoh lain kecuali sosok yang sama yang
dipantulkannya.

4 : (KEPADA 2) Hai Abu! Bertanyalah pada ruh Arifin C. Noer!... Kau harus
menemukan cermin tipu daya agar gagasanmu berguna.

3 : (KEPADA 2) Peranmu tidak banyak bertemu dengan perannya. Kamu bisa


menggantikan dia!

2 : Aku sulit menghafal. Kita juga tidak punya juru bisik.

4 : Juru bisik yang bersembunyi di kolong panggung?

1 : Aku tidak suka memakai juru bisik. Juru bisik menghalangi kita tenggelam
dalam perwatakan.

4 : Jaman juru bisik sudah berlalu.Tidak ada lagi kolong untuk tempat juru
bisik di panggung kita.

2 : Oh, seluruh jalan kita diliputi kegelapan. Kita buta. Kita empat orang buta
yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang.

3 : Empat orang buta?! Seperti dalam naskah Kidung Malam Tahun Baru,
Karya Rolf Lauchner! Kita seperti tokoh-tokoh dalam drama itu! ”Oh bulan! Oh
bulan! Dinding-dinding hanyut terbawa... dan tiap-tiap suara retak berkumandang,
bersamaan dengan berkerincingnya gelas yang terisi penuh...“

1 : Periksa ingatanmu! Kita bukan tokoh-tokoh dalam drama Kidung Malam


Tahun Baru! Tokoh orang buta dalam naskah itu berjumlah tiga orang, sedangkan
kita berempat.

6
3 : Aku luput dari ingatan tentang jumlah pemain. Mereka bertiga, kita
berempat. Ya, aku lupa! Hahaha... Hasratku yang besar membuat aku lupa. Kamu
pasti tahu, sudah lama aku ingin memainkan naskah itu.

2 : Mainkanlah nanti, jangan hanya melolong seperti punguk merindukan


bulan.

JAM BERDENTANG. EMPAT ORANG ITU DIAM BEBERAPA SAAT


MENDENGARKAN BUNYI JAM.

2 : Satu jam lagi pintu teater akan dibuka.

4 : (KEPADA 1) Mana naskahmu?

1 : Di dalam peti.

4 MENUJU KE PETI, MEMBUKA PETI DAN MENGAMBIL NASKAH. 4 MENUTUP


PETI DAN DUDUK DI ATASNYA. 4 MEMBUKA LEMBAR-LEMBAR NASKAH.

4 : Kita harus mengubahnya.

1 MENDEKATI 4.

1 : Jangan merubah-rubah apapun dari bagian karya yang aku ciptakan.

4 : Kita harus mengubah drama ini agar pentas bisa tetap berjalan.

1 : Tidak! Naskah ini tidak bisa lagi dirubah. Jika kamu mengubahnya,
penonton tidak akan suka dan mereka akan pulang!

4 : Biarkan penonton yang tidak suka meninggalkan gedung pertunjukan.

1 : Jika semua penonton tidak suka? Jika semua penonton


meninggalkanmu? Apa yang mau kamu lakukan?

4 : Kita akan membuat teater tanpa penonton.

7
1 : Kamu mau membuat teater tanpa penonton?

4 : Jerzy Grotovsky telah melakukan pembatasan pada jumlah penonton. Kita


bisa melakukan yang lebih dari apa yang telah Grotovsky lakukan.

1 : Jerzy Grotovsky tetap mempunyai penonton! Tidak mungkin pertunjukan


teater tanpa penonton... Kamu yang berkata bahwa syarat sebuah pertunjukan
teater adalah adanya penonton!

3 : Kita masih tetap membutuhkan penonton, meskipun mereka itu


menakutkan!

4 : Tidak ada yang lebih menakutkan selain kegagalan!

2 : Kita tidak boleh gagal.

4 : Kita akan lapuk, berlumut, terbelenggu dalam pikiran lama dan berjamur
lalu mati dalam kegagalan.

2 : Mengerikan. Mana selimutku? Aku ingin berbaring sebentar.

3 MENDEKATI 2 YANG TAMPAK OLENG.

3 : Ah! Tanganmu dingin, dan keningmu berkeringat.

2 : Aku merasa lemas.

3 : Kau harus beristirahat. Kita membutuhkan tenaga untuk bermain.


Istirahatlah di dalam peti, disana ada selimut.

2 MENUJU KE PETI DAN MASUK KE DALAMNYA.

1 : Biarkan dia berbaring.

4 : Aku ingin kita berhasil malam ini.

1 : Aku tidak suka dengan cara-caramu yang merusak.

8
4 : Aku tidak berkeinginan merusak, aku hanya mau mencari dan
menemukan sisi lain dari dramamu supaya kita tetap bisa berdiri di panggung ini.

1 : Kita tidak akan bisa berdiri disini jika kamu menggunakan cara jahat
terhadap naskahku. Kamu mau mencincang-cincang gagasanku? Tindakan
mutilasi terhadap naskah adalah perbuatan kaum barbar. Aku tidak mau kamu
menjadi bagian dari kaum vandal yang menghancurkan karya seni karena tidak
memahami keagungan estetiknya.

4 : Keagungan estetik adalah warisan jaman romantik. Kita sekarang berada


di jaman pertemuan seluruh arus estetika.

1 : Pembenaranmu atas nama jaman akan membuat karya seni ternoda.


Pembenaran seperti itu telah menghasilkan para petualang dan seniman amatiran
yang membuat karya seni menjadi bebal dan keruh!

4 : Kamu jatuh cinta pada dramamu sendiri sehingga alam bawah sadarmu
menempatkan diriku sebagai antagonis dan kamu memposisikan diri sebagai
protagonis. (MEMALINGKAN WAJAHNYA DARI 1 DAN BERBICARA KEPADA 2
DAN 3) Dia akan terus membela naskahnya meski dia tahu kita sedang berada di
pinggir jurang yang dalam dan kita akan jatuh kebawahnya!

1 : Lebih baik jatuh kedalam jurang yang dalam daripada menghancurkan


keagungan seni!

4 : Dia menuduhku telah mengatasnamakan jaman, sedangkan dia sendiri


mau melakukan bunuh diri dengan mengatasnamakan seni!

1 : Aku tidak mau karyaku dipenggal-penggal, ditikam-tikam, dan disayat-


sayat!

3 : Tidak ada yang akan memenggal-menggal naskahmu.

1 : Aku akan simpan naskahku ini dari tangan kotornya.

9
3 : Jangan kamu simpan naskahmu. Jika kamu simpan, lalu apa pijakan kita
dalam memainkan drama ini?

1 : Buatlah drama baru.

3 : Kamu mau kita membuat drama baru?

4 : Drama baru?

3 : Kamu mau kita membuat drama baru untuk menyelamatkan pertunjukan


kita?

1 : Itu lebih baik.

4 : Keburukan yang baik. Kita tidak punya naskah, tapi kita akan memiliki
naskah. Ternyata kita tidak bertentangan dalam tujuan.

3 : Kita harus segera. Kita telah sepakat mencipta drama baru. Ayo kita mulai
sekarang!

1 : Kita akan menempuh jalan yang berat.

3 : Jalan mendaki.

4 : Setiap perubahan dalam seni adalah jalan mendaki.

3 : Terjal dan berliku.

4 : Kita harus daki jalan itu sampai ke puncak keberhasilan.

3 : Mari mendaki! Mendaki sampai puncak!

3 MENUJU KE PETI. LALU MEMBUKA TUTUP PETI.

3 : Hai orang yang menggigil! Bangunlah! Kita akan membuat drama baru!
Pakaian yang baru! Bangunlah! Penonton akan kita beri sajian drama baru yang
tidak akan mereka duga.

10
2 DUDUK DI DALAM PETI.

2 : Mereka akan senang?

3 : Mereka pasti bahagia.

2 : Apakah kita akan berhasil?

3 : Kita harus percaya.

2 KELUAR DARI PETI.

2 : Apa judulnya?

3 : Kita belum punya judul.

2 : Drama baru.

1 : Judul yang bagus.

2 : Kita tuliskan segera! Judul, pembukaan, peristiwa dan akhir drama, lalu
kita bacakan di hadapan penonton.

3 : Dramatic reading?

2 : Gagasan yang paling masuk akal dalam situasi ini adalah; dramatic
reading.

4 : Gagasan yang dangkal dan mudah sekali!

2 : Dramatic reading sama terhormatnya dengan pertunjukan, jika kita


membawakannya dengan benar!

3 : Aku tidak mau menampilkan dramatic reading!

4 : Seperti pekerjaan kucing mengeong! Aku tidak ingin hanya membaca


naskah dan diam membeku di atas panggung.

11
3 : Dramatic reading terlihat terlalu mudah bagi penonton. Penonton tidak
akan suka. Penonton menyukai kesulitan di atas panggung.

4 : Kesulitan di atas panggung?!(4 MENDEKATI 3) Inilah yang aku suka


dengan pikiranmu! “Penonton menyukai kesulitan di atas panggung!” Kau benar!
Kita buang drama yang mudah ke tempat sampah! Mari kita menciptakan drama
yang penuh dengan kesulitan!

3 : Kesulitan?!... Oh kesulitan! Aku suka dengan kesulitan! Amor Fati;


Cintailah kesulitan, kata Nietszche! Ya! Kita harus memperlihatkan drama yang
sulit kepada penonton!

4 : Dengan kemasan yang benar-benar diperhitungkan lalu melengkapinya


dengan renda-renda keindahan sehingga menjelma menjadi karya seni yang
layak untuk disajikan.

3 : Mari kita mulai! Sekarang kita tentukan peran kita masing-masing!

1 : Kita mulai dulu dengan rancangan struktur dramatik.

4 : Kita langsung menentukan ending dari drama.

1 : Langsung ke ending? Bagaimana dengan peristiwa awal dan peristiwa


tengah?

4 : Ending akan kita jadikan sebagai adegan awal, dan dia akan menjadi
mercusuar, lampu penunjuk jalannya drama. Dengan bantuan cahaya ending kita
berjalan menciptakan dan menyusun peristiwa awal, tengah, dan akhir drama.

3 : Cahaya ending... Lampu penunjuk jalan.. mercusuar... cahaya ending...

2 : Ending apa yang mau kamu usulkan?

4 MENGELUARKAN PEDANGNYA DAN BERJALAN MENDEKATI 2.

12
4 : Ending yang aku usulkan adalah kematian! Sebuah penyelesaian akhir
yang efektif!... Mulutku hanya mengatakan “kematian“, maka hatiku tersentuh,
pikiranku terangsang, tanganku bergerak dan kakiku akan melangkah, sebuah
tindakan telah tercipta. Aksi dramatik bergerak seketika tanpa diminta.

4 MENGANGKAT PEDANGNYA TINGGI-TINGGI SEOLAH 4 HENDAK


MENGHANTAM 2. 1 BERANJAK MENGHAMPIRI 4 DAN 2. KEMUDIAN 1
MENGELUARKAN PEDANGNYA. 4 MENGAYUNKAN PEDANGNYA HINGGA
HAMPIR MENGHANTAM 2, DENGAN CEPAT 1 MENAHAN PEDANG 4 YANG
HAMPIR MENGHANTAM TUBUH 2.

1 : Kita harus membuat kematian ini tidak mudah.

3 : Apakah kematian itu sulit? Ataukah kematian adalah solusi kuno yang
mudah? Sebagian besar drama yang kubaca dan kumainkan selalu menghadirkan
kematian pada akhirnya.

4 : Meski ending ini kuno dan terlihat biasa, namun jalan menuju
kematiannya akan tampil tidak biasa.

1 : Kamu percaya pada konvensi lama? Hah! Aku melihat kau mengalami
keterbelahan karakter. Di satu sisi kau menolak konvensi lama, dan di sisi lain
kau percaya pada konvensi lama itu!

4 : Aku tidak percaya pada keduanya. Aku hanya percaya pada konvensi
milikku sendiri. Caraku untuk menemukan jalan penyelesaian adalah menempuh
segala jalan, bahkan jalan yang paling mustahil.

PERLAHAN 1 MENARIK PEDANGNYA DIIKUTI OLEH 4. KEDUANYA KEMUDIAN


MENYARUNGKAN PEDANGNYA KEMBALI.

3 : Jalan yang mustahil! Datanglah kau kepada kami! Dan ruh-ruh di atas
panggung. Masuklah pada kami! Kami meminta jalan, kami meminta peran dan
kami meminta kata.
13
2 : Kami siap menerimanya.

3 : Ruh-ruh peran yang berkeliaran masukilah pintu kami.

4 : Berikanlah cawan anggurmu yang bisa menyiram dahaga kami akan


keindahan dan menerbitkan cahaya cipta bagi drama baru kami ini.

4 MENCABUT PEDANGNYA, KEMUDIAN MEMAINKAN PEDANGNYA SENDIRIAN.


4 TIDAK MENGUCAPKAN SEPATAH KATAPUN, DIA HANYA MELAKUKAN
GERAKAN-GERAKAN YANG LAMBAT NAMUN TERKADANG MENGHENTAK
KERAS DAN TEGAS KEMUDIAN KEMBALI LAMBAT MENGALUN. KADANG-
KADANG GERAKANNYA TERLIHAT SEPERTI TARIAN.

1 : Ucapkan sesuatu! Tragedi ini harus dimulai dengan kata beraroma


kematian.

4 SEOLAH TIDAK MENGHIRAUKAN SERUAN 1. 4 TERUS BERGERAK SEOLAH


TENGGELAM DALAM GERAKAN PEDANGNYA. 4 MASIH TERUS BERGERAK,
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN 4 MENGHENTIKAN GERAKANNYA, DAN MENATAP
KE PADA TIGA KAWANNYA. 4 MENATAP PEDANGANYA.

4 : Pisau!

2 : Itu pedang, bukan pisau.

4 : Demi sebuah kesulitan yang sedang kita ciptakan, maka pedang ini akan
aku sebut sebagai “pisau”. Dengan pengertian kata yang bertentangan, kita akan
sulit memahaminya dan kita akan kesulitan menjelaskannya. Itulah jalan yang
akan membuat kita sampai pada situasi via negativa: “melampaui kesulitan”
seperti teknik Jerzy Grotovsky dalam melenyapkan hal-hal yang berlebihan. Dari
jalan melampaui kesulitan akan terbit perjuangan dari para aktor. Perjuangan
para aktor di atas panggung adalah hakekat dari drama yang sulit. Jalan
perjuangan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan penonton sehingga
drama menjelma menjadi sangat kuat dan penonton akan terlibat emosinya.
14
3 : Pisau, pisau, pisau... Pilihan kata, sangat membantu Imaji kita. Kata
adalah sumber suara dan suara adalah kendaraan imajinasi. Oh Suyatna Anirun,
betapa tepat kata-katamu.

1 : Jika pisau itu telah menemukan tangan yang tepat maka laju dari drama
ini akan melesat cepat sampai pada tujuannya.

3 : Pisau itu, hand property yang langsung berfungsi mematikan!

1 MENDEKATI 4 LALU MENUSUKKAN PEDANG 4 PADA DIRINYA SENDIRI.

1 : “Tusukkan!“ Aku menawarkan kata lanjutan ini! Mari berdialog. Ucapkan


kata yang kau tawarkan!

4 : Pisau!

1 : Tusukkan!

HENING. 4 TERDIAM, MENAHAN PEDANGNYA.

1 : Mengapa kamu diam seolah-olah tersambar petir?

4 : Aku belum merasakan keyakinan bahwa pisau ini harus tertusuk padamu.
Kamu belum aku yakini sebagai korban.

4 MENARIK PEDANGNYA.

2 : Jika bukan dia yang menjadi korban dalam drama kematian ini, lalu siapa
korbannya?

4 : Tidak ada jawaban. Karena ruh peran itu sendiri yang akan menjawabnya.

3 : Arifin C. Noer berkata: “Bukan aktor yang mencari peran, tapi peran yang
mencari aktor!“

4 : Mengalirlah!

15
3 : Mengalir. Mengalir. Sampai tercipta dunia ambang! Dunia ambang...
Profesor Saini! Akan kami masuki istilah dunia ambangmu. Mari kita cari sang
korban!

SEMENTARA ITU, 2 NAMPAK TERTEGUN SAJA. 3 MEMPERHATIKAN 2.

3 : (KEPADA 2) Sekarang giliranmu!

2 : Aku sedang mencari.

2 MEMBUKA-BUKA NASKAH.

1 : Simpan naskahku! Naskah itu sekarang adalah musuh kita! Bencilah kau
padanya!

3 : Ucapanmu tentang; “naskah adalah musuh“, menerbitkan ide di kepalaku!


Adegan pertama, untuk gimmick, adalah kebencian pada naskah! Aku mau
membakar naskah! Apakah kau tidak keberatan?

4 : Brilian dan meyakinkan! (KEPADA 1) Aku yakin kamu tidak akan


keberatan.

1 : Aku tidak keberatan. Aku masih belum memiliki cinta pada naskah itu.
Aku merasa naskah itu belum selesai! Aku tidak tahu apa yang belum aku
selesaikan! Aku belum jatuh cinta padanya, aku masih membencinya!

3 : Kau tidak akan marah jika naskahmu kubakar?

1 : Bakarlah! Sekalipun telah kau bakar lembar-lembar naskah itu, namun kau
tetap tidak akan bisa memusnahkan idenya dari kepalaku. Bahkan sekalipun kau
bakar kepalaku, ide-ide itu telah kadung tercipta dan akan tetap ada di dinding
semesta ini.

4 : Kepala kalian diterangi oleh lampu pengetahuan! (KEPADA 3) Dan kau


telah menemukan gimmick di awal adegan! Gimmick pada adegan pertama ini

16
adalah kebencian pada naskah! (KEPADA 1) Itulah penanda bahwa kita akan
menampilkan drama baru.

3 : Penanda yang tidak perlu kita bahasakan dengan kata-kata!

4 : Mulailah! Bakar!!!

3 MEMBAKAR NASKAH. API MENYALA MEMBAKAR LEMBAR-LEMBAR NASKAH,


ABUNYA BERSERAKAN DILANTAI. 2 MENGINJAK-INJAK LEMBAR-LEMBAR
NASKAH YANG BERSERAKAN ITU.

2 : Naskah adalah musuh! Aku akan menginjak-injak naskah ini sampai


lumat! Sejak tadi lembar-lembar kertas ini telah menyiksaku! Membuat kita
menunggu hanya karena kalimat-kalimat dalam naskah ini! Dan sekarang kau
telah menjadi abu, dan kita bebas merdeka!

1 : Kita belum bebas merdeka.

3 : Kita masih terperangkap oleh pertanyaan; bagaimana drama ini kita


mainkan?

2 : Kita terperangkap?

3 : “Pertunjukan adalah perangkap!“ Itu kata Hamlet! Perangkap yang kita


ciptakan!

2 : Perangkap anjing!

3 : Hai jangan berkata seperti itu! Kau pernah membaca naskah Pelajaran
dari Ionesco! Dalam naskah itu seorang pembantu berbicara kepada profesor:
“Berbahasalah dengan baik, jika tidak maka bahasa akan mengarahkanmu pada
binatang buas!“

2 : Dimana jawaban bagi drama yang akan kita mainkan ini?!

17
1 : (MENUNJUK PADA 4) Dia sudah mengatakannya padamu. Jawabannya
ada pada ending drama ini. Dalam resolusi. Dalam drama harus ada resolusi dan
juga konklusi! Jika tidak maka tidak akan ada akhir.

1 : Resolusi dan konklusi telah kita artikan sebagai kematian.

4 : Kematian itu telah tersimpan dalam bayangan pisau ini! Aku sedang
menggenggam bayangan nasib kematian dari sang korban! Maka jika pisau ini
teracung ke langit, aku meminta petir jangan menyambarnya! Sambarlah pohon-
pohon yang mati, karena pisau ini akan aku gunakan untuk korban yang sedang
menanti!

4 MENGACUNGKAN PEDANGNYA, 1 MEMANDANG 4 YANG MENGACUNGKAN


PEDANGNYA. TIBA-TIBA 1 MENGELUARKAN PEDANGNYA.

1 : Nampaknya aku yang lebih cocok menjadi tokoh pembunuh! Caramu


memegang pedang tidak benar. Tanganmu tidak lurus!

4 : Diam! Aku sedang mengikuti jalan drama dan kalimat-kalimatku belum


selesai! Turunkan pedangmu itu! Ingat, aku tadi kau pilih sebagai tokoh
antagonis.

1 : Apa definisimu tentang antagonis? Antagonis bukan berarti pembunuh!

4 MENGHANTAMKAN PEDANGNYA PADA PEDANG 1, PEDANG 1 JATUH


KELANTAI DI TENGAH-TENGAH ANTARA DIRINYA DAN 3. 3 MEMANDANG
PEDANG YANG JATUH ITU DAN BERJALAN MENDEKATI, TANGANNYA
TERULUR KE ARAH PEDANG, MATA DAN GERAKAN TUBUHNYA TERLIHAT
BERNAFSU. 1 JUGA MEMANDANG PEDANGNYA YANG JATUH, DIA JUGA
MENDEKAT, KEMBALI AKAN MEMUNGUT PEDANGNYA YANG JATUH. 1 DAN 3
SALING MENDEKATI PEDANG YANG TERGELETAK ITU.

3 : “Pisaukah itu yang kulihat didepanku, dengan gagangnya ke arah


tanganku? Mari kugenggam kau!“
18
3 MELOMPAT, KETIKA TANGANNYA HAMPIR MENDAPATKAN GAGANG
PEDANG, 1 TELAH TERLEBIH DAHULU MEMEGANGNYA DAN SEGERA
MENJAUHI 3 YANG TERUS MENATAP PEDANG ITU. KINI 3 MENDEKATI 1.

3 : “Kau tak tergenggam namun terlihat selalu. Wahai bayangan laknat, tak
dapatkah kau tercapai oleh rasa, walau tercapai oleh pandangan? Ataukah kau
hanya pisau khayali, ciptaan bayangan, yang tertempa dalam tungku
semangatku?... Machbeth, dari William Shakespare.

3 MEMBERI SALAM HORMAT. 1 DAN 4 BERTEPUK TANGAN. 2 MENJAUHI TIGA


ORANG KAWANNYA.

2 : Hahahahaha.. nafsu menjadi pembunuh telah ada pada diri kalian masing-
masing! Kejahatan telah berada pada hati kalian! Kalian semua telah menjadi
tokoh antagonis!

1 : Antagonis bukan berarti tokoh jahat!

2 : Diam! Atau kamu akan mati!

2 TERKEJUT DENGAN KATA-KATA YANG KELUAR DARI MULUTNYA SENDIRI!

2 : Oh?

4 : Hei! mulutmu sendiri yang menyatakan nafsu membunuh itu. Kata-katamu


itu adalah hasrat seorang pembunuh. Mulutmu tanpa terduga berkata jujur pada
keinginan.

2 : Oh, mulutku diamlah!

4 MENYARUNGKAN PEDANGNYA DAN MENGHAMPIRI 2.

4 : Jadi kamu yang ingin berperan sebagai pembunuh?

2 : Dimana pedang itu?! Kemarikan!

19
4 : Pedang itu sudah ada dalam sarungnya!

TIBA-TIBA PEMAIN 1 MENGACUNGKAN PEDANGNYA

1 : Pedangku masih diluar. Kamu ingin berperan menjadi pembunuh?

2 : Kemarikan!

1 : Pedang di tanganku ini akan selalu terlihat tapi tak akan pernah
tergenggam.

3 : Aku salah sangka! Ternyata dia yang ingin berperan menjadi pembunuh!

2 BERLARI MENDEKATI 1 HENDAK MEREBUT PEDANG. 1 MENGHINDAR


DENGAN GERAKAN SEPERTI SEORANG MATADOR SEHINGGA 2 TERJATUH
SEBAGAI BANTENG.

1 : Menakjubkan, menggenggam benda yang orang inginkan, aku merasa


seperti menggenggam dan memainkan deritanya. Pisau panjang bagi kematian,
kenapa engkau tidak berkilauan dan tidak bening seperti cermin, hingga aku tidak
bisa berkesempatan melihat rias wajahku disana.

2 : Berikan pedang itu padaku!

1 MENGHUNUS PEDANG KE WAJAH 2 YANG KINI MENJADI KETAKUTAN.

1 : Kau sangat menginginkannya. Rupanya kamu ingin menjadi pembunuh


sebenarnya. Tenang kawan. Oh, matamu berkilatan, tidak seperti mata pisau
panjang yang berkarat ini.

1 MENATAP DAN MENGELUS PEDANG ITU.

1 : Pedang yang kita pakai dalam drama ini seharusnya adalah pedang
imitasi dan bukan pedang asli!

20
4 : Kamu mau imitasi? Mengapa kita harus membohongi penonton dengan
pedang yang palsu!

2 BERLUTUT.

2 : Aku mohon, berikan pedang itu!

1 : Ambillah ini. Ambil.

PEMAIN 2 MENDEKAT.PEMAIN 1 MASIH MENGGENGGAM PEDANG.

4 : Jangan berikan!

1 : Memang! Aku tidak akan pernah memberikannya!

2 : Kenapa? Kau berburuk sangka pada hatiku. Kau mau aku jadi pembunuh
yang sebenarnya? Kau sejak tadi berhasrat menjadi pembunuh! Kalian berdua
berhasrat menjadi pembunuh! (BERLARI KE ARAH 3) Kawan, tolong aku dari
para pembunuh ini!

2 BERLARI DAN MEMELUK 3 YANG TIDAK MENGGENGGAM PEDANG.1 DAN 4


BERJALAN MENDEKATI 2 DAN MENGARAHKAN PEDANG PADA 2 YANG
KETAKUTAN.

3 : Ssstt.. Hai.. Diamlah. (KEPADA 1 DAN 4) Lihat! Pedang telah menjelma


menjadi bayangan ketakutan baginya.

2 : Aku mau pedang itu!

3 : Bayangan ketakutan itu semakin menjelma nyata... Aku ingin terus


melukiskan keadaan jiwanya dengan kata-kataku ini, tapi aku akan hentikan dulu
kalimat-kalimat berbungaku ini untuk ketenangannya.

1 : Situasi ini telah menekannya, seperti sebuah suspence! Apakah drama ini
akan kita lanjutkan? Atau kita break?

21
4 : Kita harus terus, waktu sangat terbatas. Kembalikan peran pembunuh itu
padaku, aku merasa aku lebih pas memerankannya.

1 : Ambillah kembali! Aku berikan peran itu padamu. Ya! Aku tidak bisa! Aku
merasa ada yang tersumbat ketika aku memainkannya, aku akan mencari peran
yang lain.

3 : Lalu apa peranku?

2 : Aku sudah tidak tahan di sini, aku akan pergi sekarang!

3 : Jangan pergi dari sini! Drama harus tetap dilaksanakan! Aku sendiri
bertahan disini karena aku belum bertemu dengan peranku!

2 : Aku tak peduli. Aku mau pergi!

1 : Jejakkan kakimu di panggung! Kita akan memainkan drama ini.

2 : Aku tidak mau bersama-sama dengan pembunuh!

4 : Tidak akan ada pembunuhan di atas panggung! Di atas panggung akan


ada yang mati, ya benar! Tapi hanya di atas panggung. Tenanglah.

3 : Ya tenanglah, karena aktor mati di atas panggung untuk kehidupannya di


luar panggung. Seorang aktor bisa hidup dan mati berkali-kali di atas panggung,
karena hasrat dari jiwa seorang aktor yang ingin mempunyai pengalaman hidup
dan mati, ingin menggapai dan mengalami semua peristiwa, itu menurut Albert
Camus. Tapi jika dihubungkan dengan kata-kata Julius Caesar dari karya William
Shakespeare, berarti seorang aktor bukan pemberani. Aktor adalah pengecut.
Karena dia mati berkali-kali sebelum ajalnya tiba, dan pemberani mati hanya satu
kali. Pendapat William Shakespeare disatu sisi dan pendapat Albert Camus disisi
lain, ternyata saling bertentangan. Dan kenapa kita harus hidup dan mati berkali-
kali di atas panggung? Ini nampak seperti usaha yang konyol dan sia-sia! Ini
nampak seperti sikap keras kepala seorang aktor yang tidak akan menjadi jelas

22
arah dan tujuannya! Tetapi seorang pemain harus bersikap seperti itu, itulah
sikap dan jiwa yang dinamis. William Shakespeare, dalam drama Hamlet
mengatakan; ‘‘Diberkatilah mereka, yang darah dan pikirannya bercampur secara
aneh sehingga mereka sanggup menguasai takdir dalam genggaman tangannya‘‘.

2 : (KEPADA 3) Kau terus membuang waktu! Sementara kita belum punya


jawaban sempurna! Bagaimana drama ini kita mainkan?

3 : Kita sedang mencari jawabannya!

4 : Jawabannya ada pada drama yang akan kita mainkan!

1 : Bermainlah! Teruslah bermain!

2 : Kita belum bermain! Mari kita tentukan bagaimana drama ini kita mainkan!

4 MENGHUNUS PEDANG.

4 : Darah dan nafasku terpompa kini, deras mengalir mengikuti jalan


penyelesaian drama ini.

2 : Jalan penyelesaian apa yang kamu kehendaki. Mengapa kamu hunus


pedangmu? Kamu menghendaki bentuk tragedi? Mengapa kamu sangat tergila-
gila pada tragedi? Aku mau drama komedi yang bahagia!

PEMAIN 4 MENDEKATI PEMAIN 2. 3 MENGAMBIL TALI DAN MENGIKAT 2 YANG


KETAKUTAN.

2 : Aahh! Jangan ikat aku! Aku mau keluar dari sini. Aku mau exit!

1 : Exit? Kemana? Aku tidak setuju kalau kau exit! Kita harus selesaikan
drama ini! Kamu mau lari? Tidak ada lagi jalan keluar! Tidak ada lagi exit! Pintu
tertutup.

23
3 : Pintu tertutup? Apakah benar pintu tertutup? Atau kau sedang berbicara
tentang drama karya Jean Paul Sartre? Ya! Dia benar kini. Neraka adalah orang
lain!

2 : Siapa yang telah menjadi neraka di sini?

1 : Mungkin aku telah menjadi neraka bagimu, tapi jika kau lari dari
panggung maka kau juga adalah neraka bagiku! Ah! Nampaknya masing-masing
kita telah mulai menjadi neraka bagi orang lain.

2 : Aku mau keluar! Siapa yang telah menutup pintu?!

3 : Aku!

3 LEBIH MENGENCANGKAN IKATANNYA.

2 : Aku ingin membuang semua kostum yang kupakai ini! Aku ingin
menghapus rias mukaku! Aku ingin ini berakhir!

4 : Kita belum bertemu dengan akhir. Jika kita tidak menemukannya maka
drama ini tidak akan pernah berakhir.

3 : Drama yang tidak pernah berakhir! Aku akan memberinya judul; Drama
Keabadian.

1 : Abadi di dalam drama.

2 : Aku tidak mau abadi di dalam drama! Aku ingin ini berakhir!

1 : Tepat! Aku juga! Kau pikir aku juga tidak ingin drama ini sampai pada
akhir? Aku ingin berakhir. Aku ingin segera memainkan peran yang baru! Tapi
sekarang aku belum tahu apa peranku! Dan aku belum tahu dimana akhir?!
Dimana akhir?!

3 : Akhir pertunjukan bisa jadi adalah sebuah tragedi. Sebuah akhir yang
menyedihkan. Drama yang menuju pada penderitaan.
24
1 : Jika ini tragedi, maka kita adalah tokoh-tokoh konyol!

2 : Aku berharap drama ini akan berakhir bahagia.

1 : Jika drama berakhir bahagia maka drama ini bukan tragedi!

2 : Jadi bagaimana cara kita memainkan drama ini?

4 : Kamu selalu kembali kepada pertanyaan semula! Kamu selalu kembali


kepada pertanyaan semula!

1 : Jika kamu terus seperti ini, maka plot dalam drama ini akan menjadi tipe
plot linear circular, jalannya drama akan bergerak kembali ke awal! Drama ini
seharusnya kita bawakan dengan tipe plot linear, drama bergerak maju dari awal
menuju ke akhir! Teruskan! Sampai dimana kita tadi?

3 : Rising action? Atau ini adalah komplikasi?!

1 TERTEGUN SEJENAK

1 : Memakai struktur Aristotelian?

4 : Aku tidak perduli struktur lagi! Kita sedang berlari cepat.

3 : Kita terlalu cepat jika kita telah mencapai komplikasi! Drama ini akan
menjadi anti klimaks jika itu terjadi, kita harus kembalikan lagi drama ini ke
eksposisi!

1 : Tapi jika kita kembali ke adegan awal, kejadian yang kita lakukan tadi
akan menjadi flash back.

1 TERTEGUN. BERPIKIR.

1 : Astaga! Kita telah membuat akumulasi adegan! Maka secara teori, drama
ini telah ada di titik komplikasi dan akan segera menuju klimaks.

4 : Ya! Kamu benar! Segera kita buat adegan penutup, resolusi drama!
25
3 : Aku akan membuat musik pengantar bagi resolusi!

3 MEMAINKAN ALAT MUSIK, SEPERTI GAMBARAN GELOMBANG KLIMAKS. 1


DAN 4 BERGERAK LIAR, GELISAH MENGIKUTI MUSIK YANG JUGA GELISAH.

2 : Musik apa ini? Musik untuk adegan yang mana ini?

3 : Musik adegan yang paling galau! Kamu perlu obat? Musik ini adalah obat
bius bagimu, obat kegelisahan yang akan mengantarkanmu kepuncaknya sebagai
penambah dosis tekanan dramatik, pembangkit perasaan yang akan menjadi
gaung dari jiwamu yang gelisah.

PEMAIN 4 MENGHENTIKAN GERAKAN LIARNYA, DAN DENGAN WAJAH


PEMBUNUH DIA MENDEKATI PEMAIN 2, DIA MENGHUNUS PEDANGNYA!

2 : Jangan! Pedang itu! Pisau yang kau katakan... Pedang itu!...Itu pedang!
Pisau itu pedang asli bukan imitasi!

4 MENUSUKKAN PEDANGNYA PADA 2. LAMPU PERLAHAN MENJADI GELAP.


TERDENGAR 2 BERTERIAK. SEMUA PEMAIN MENJADI SILUET. MUSIK
BERHENTI. KETIKA LAMPU TERANG, TERLIHAT 2 TERKAPAR. 3 MENGHAMPIRI
4 YANG MASIH MENGGENGGAM PEDANGNYA.

3 : Hai pembunuh! Hantuilah pikiran orang banyak dengan peranmu.

3 MENDEKATI 2 YANG TERKAPAR DAN DUDUK DI DEPANNYA.

3 : Percuma kamu mati kawan, jika kamu tidak bisa menghantui pikiran orang
banyak.

3 BERPALING KE 4.

3 : Kamu berhasil memerankan tokoh pembunuh. Sebuah pencapaian watak


drama yang sempurna.

4 TERTEGUN. DIA MENDEKATI 2 YANG TERKAPAR.


26
3 : Apakah drama seperti ini yang akan kita mainkan kawan?

4 : Darah, darah, darah!

1 : Ada darah di tubuhnya!

3 : Pisau pedang itu asli bukan imitasi...

1 : Dia mati?!

HENING.

1 : Aku sudah mempertanyakan tentang hal ini. Mengapa kita memakai


pedang asli mengapa tidak yang imitasi?!

4 : Kita tidak akan membohongi penonton dengan pisau pedang palsu!

1 : Kenapa harus sungguhan? Ini drama!

2 BANGKIT DARI ’KEMATIANNYA’. 2 TERTAWA.

2 : Hahahaha.. Pisau pedang itu asli tapi darah ini palsu! Darah, darah, darah
ini palsu!

2 TERUS SAJA TERTAWA, SEMENTARA 1,3 DAN 4 TAMPAK SEPERTI


TERJEBAK DALAM KEBINGUNGAN. HENING TIBA-TIBA MELINGKUPI SEMUA.
KEMUDIAN DI MATA MEREKA, PANGGUNG DAN SEGALA ISINYA TAMPAK
SEPERTI TENGGELAM DI SEBUAH LAUTAN YANG DALAM.

3 : Selesai! Drama ini sudah selesai, atau hampir selesai, satu demi satu,
butir demi butir, lalu ada setumpuk kecil, tumpukan mustahil, aku tidak bisa
dihukum lagi… Sudah selesai? (TERTEGUN SEJENAK) Kalimat-kalimat yang aku
ucapkan barusan ada dalam drama Endgame karya Samuel Beckett?Endgame?
Apakah kita akan tampilkan Permainan Penutup?

2 : Selesai. Aku tidak mau main lagi.

27
1 : Drama ini belum kita mainkan...

3 : Apakah kamu sudah menemukan peranmu?

1 : Siapa? Aku? Aku sedang memerankan siapa?

3 : (KEPADA 2) Peran apa yang sedang kamu mainkan?

2 : Aku mati, aku hidup lagi... hanya itu... dan aku tidak tahu apa peranku.

3 : Watak-watak yang tidak jelas! Kita menjelma menjadi empat tokoh dengan
karakter yang kacau.Kita tersesat di dalam drama. Pertanyaan-pertanyaan kita
bergerak di dalam labirin. Seperti labirin dalam drama Guerdon. David Guerdon.

TERDENGAR GAUNG DARI SUARA-SUARA PEMAIN YANG SEDANG


BERDIALOG. GAUNG DIALOG INI BERULANG-ULANG DAN BERTUMPUK-
TUMPUK.

3 : Suara siapa itu? Suara siapa? Dan ini? Suara siapa ini? Apakah ini suara
kita? Suara siapa yang kita lontarkan ini? Suara kita atau suara tokoh yang kita
mainkan?

1 BERGERAK MENUJU CERMIN YANG TERLETAK DI SUDUT.1 BERKACA.

1 : Siapakah aku sekarang? Apa peranku? Apakah aku adalah diriku atau diri
tokoh yang sedang kumainkan? Tangan siapa ini? Tanganku atau tangan tokoh
yang sedang kumainkan?

3 : Ini kakiku, kepalaku, rambutku, pikiranku, hatiku...

3 MEMBUKA KOSTUM PERANNYA. MELUCUTINYA SATU PERSATU.

4 : Mengapa kamu lepaskan kostum yang kau kenakan? Kita akan bermain
drama!

28
3 : Kita manusia absurd. Kita mengganti-ganti watak kita terus menerus,
terus menerus berganti.

1 : Semua orang di dunia berganti-ganti watak setiap saat. Seluruh dunia


adalah panggung sandiwara, seluruh laki-laki dan seluruh wanita adalah
pemainnya.

3 : Itu kata Shakespeare! Dan kita adalah orang yang paling sering berganti-
ganti watak!

1 : Aku telah memilih diriku menjadi pemain drama, maka tugasku adalah
berganti-ganti watak!

4 : Ya! Kita memilih menjadi aktor!

3 : Menjadi aktor, bermain dalam drama adalah sebuah perwujudan


narsisme! Pernyataan jatuh cinta kepada diri sendiri!

4 : Kau benar! Aku tidak rela hanya menjalani satu takdir saja, dan di dalam
drama aku menemukan beribu peristiwa dan beribu kesempatan untuk berganti-
ganti takdir. Aku bisa menjelajahi segala kemungkinan dan jalan hidup yang
ditawarkan, aku bisa merasakan berbagai macam peristiwa dan bermain-main
dengan hidupku!

3 : Itulah kesombongan! Kau tahu, salah satu alasan kenapa manusia


bersandiwara?... Kesombongan! Itulah alasannya. Dengan sombongnya seorang
aktor menolak hanya menjalani satu takdir kehidupan saja! Inilah absurditas
seorang aktor dalam Mite Sisiphus Albert Camus!

MEREKA SEMUA TERDIAM SESAAT. 3 KEMUDIAN BERGERAK. DI WAJAHNYA


TAMPAK TERLIHAT PERTANYAAN.

3 : Apakah drama yang sedang kita rancang ini sudah selesai? Atau belum?

2 : Kau ingat urutannya?


29
3 : Jam berapa sekarang? Sudah satu jam?

TERDENGAR SUARA PINTU DIBUKA.

2 : Penjaga pintu teater telah membuka pintu! Penonton sudah masuk!

4 : Tutup layar!

LAYAR DITUTUP. TERLIHAT DI SELA-SELA LAYAR YANG MULAI TERTUTUP


DENGAN TERGESA-GESA 3 MENGENAKAN KEMBALI KOSTUM. HENING
SESAAT KEMUDIAN LAYAR TERBUKA. KINI MEREKA TELAH MEMAKAI
KEMBALI KOSTUM PERTUNJUKAN. MEREKA BERDIRI SALING MEMANDANG.

2 : Bagaimana?...Bagaimana drama ini kita mainkan?

KE 4 TOKOH INI MEMATUNG BISU. MUSIK MENGALUN. LAMPU MENYUSUT.

-SELESAI-

Bandung, November 2008-Agustus 2016

Irwan Jamal

30

Anda mungkin juga menyukai