Anda di halaman 1dari 9

Gedung Mimang

Written by
Nurul Azhar

RANGGA, GIBRAN, ARUMI, dan SEKAR.


1. EXT. LORONG SEKOLAH – SIANG
RANGGA, GIBRAN, ARUMI, dan SEKAR sedang melihat poster rumah
hantu dengan malas. Poster itu tertempel di papan pengumuman.
Beberapa murid melihatnya dengan antusias, rasa takut, ataupun
tidak peduli.
GIBRAN
Rumah hantu doang mah kagak seru.
RANGGA
Gue udah sering ke rumah hantu. Bosen gitu-gitu doang.
ARUMI
Pengen ke hutan atau tempat angker yang aslinya aja dah
SEKAR
Gue tahu satu tempat yang kemungkinan angkernya bisa
buat kita gak bosen.
RANGGA
Di mana itu, KAR?
SEKAR
Ada satu gedung yang menurut gue lumayan seram. Denger-
denger sih angker, katanya kalau ada yang masuk, gak akan bisa
keluar lagi.
GIBRAN
Sampai segitunya, lah lu tau tempatnya? Mungkin gedung
itu bisa macu adrenalin dah hahaha....
SEKAR
Gue tahu, RAN. Kalau gak tahu gue gak akan ngajak
kalian lah.
ARUMI
Nanti gue mau take video. Di youtube kan suka ada video
orang malam-malam ke tempat angker. Bukannya takut, tapi malah
jadi pengen nyoba.
RANGGA
Ya udah gas malam ini?
GIBRAN
GASS!! Nanti gue bawa mobil

2. EXT. DI JALAN - MALAM


4 remaja itu pergi menuju tempat yang SEKAR arahkan. Tempat
itu agak jauh dan harus melewati kebun yang minim pencahayaan.
GIBRAN
Lu yakin tempatnya ke arah sini?
SEKAR
Iya, bener. Tinggal lurus aja, kalau udah keliatan
gedung putih yang terbengkalai itu tempatnya.
ARUMI
Seneng banget, jadi deg-degan, bakal ketemu hantunya
apa nggak ya?
RANGGA
Semoga aja ketemu.

3. EXT. DI DEPAN GEDUNG PUTIH - MALAM


GIBRAN, RANGGA, SEKAR, dan ARUMI turun dari mobil. Mereka
mengamati seluruh sudut area gedung yang terbilang luas.
Gedung itu sudah sangat tidak terawat karena catnya yang
pudar, jendela yang pecah dimana-mana, dan pintu masuk yang
engselnya sudah lepas satu.
SEKAR
Kita sudah sampai, welcome to the spooky spot.
RANGGA
Mantap banget nih tempat yang lu rekomendasiin. ARUMI,
kameranya udah siap?
ARUMI
Aman.
GIBRAN
Yuk masuk, udah gak sabar gue, moga-moga gak
mengecewakan.

4. INT. GEDUNG PUTIH LANTAI 1 – MALAM


RANGGA membuka pintu perlahan. Suara decitan pintu menggema di
seluruh ruangan. Terlihat langsung tangga di sisi kanan. Ada
meja resepsionis dengan kursi roda di baliknya. Selebihnya
kosong. ARUMI memvideokan semua sudut ruangan bahkan memasuki
ruangan resepsionis yang tidak terkunci. GIBRAN dan SEKAR
berkeliling lantai satu.
RANGGA
Kayaknya ini dulu puskesmas daerah.
GIBRAN
Tapi ditinggal gitu aja, mungkin karena bangunannya
kurang layak pakai.
ARUMI
Bisa jadi, ada beberapa map yang ada lambang puskesmas
juga di meja resepsionis.
SEKAR
Iya, dulu ini puskesmas daerah. Cuma dipindah aja tapi
gak tahu alasannya kenapa sampai sekarang.
RANGGA
Oalah, bener dugaanku
GIBRAN
Mending lanjut ke atas yuk, Cuma 3 lantai ini
gedungnya. Gak luas-luas banget juga.

2. INT. GEDUNG PUTIH LANTAI 2 - MALAM


Mereka berempat menaiki tangga menuju lantai 2. Sesampainya di
atas, mereka melihat 4 kursi kayu yang posisinya melingkar
dengan tengahnya ada meja kayu bundar. GIBRAN, RANGGA, SEKAR,
dan ARUMI pun mencoba duduk di kursi itu.
RANGGA
Ini kursi bisa bagus banget ukirannya. Mejanya juga.
Beli dimana dah?
GIBRAN
Coba cari di Shopee, bisi aja ada yang jual.
RANGGA
Ngawur.
ARUMI
Disini emang gak ada sinyal ya? Hp gue gak nangkep apa-
apa.
SEKAR
Gue juga sama, mending liat-liat sekitar dulu aja dah.
Mungkin karena kita di desa jadi gak dapet apa-apa.
GIBRAN
Ya udah yok.

Mereka pun mulai menyusuri kembali ruangan demi ruangan. Ada


ranjang pasien dan tirai yang sudah tidak terawat. Lantai 2
juga hanya sedikit barang-barang yang ditinggalkan. GIBRAN,
RANGGA, SEKAR, dan ARUMI lagi-lagi menunjukkan wajah kecewa.
SEKAR
Mana hantunya, kagak ada serem-seremnya.
ARUMI
Gue juga kagak dapat apa-apa daritadi. Coba ke lantai
atas lagi aja.
GIBRAN
Ada kameramen jadi takut.
RANGGA
Hantunya malu-mali kucing.

Mereka berempat pun menaiki tangga lantai 2 menuju lantai 3.


Setelah menaiki tangga, mereka lagi-lagi melihat 4 kursi kayu
melingkar dengan meja kayu bundar di tengahnya.
GIBRAN
Kursi sama mejanya ada di lantai 3 juga.
RANGGA
Pesan kursi kayak gitu berapa buah dah.
ARUMI
Kursi khusus paling.
SEKAR
Ehmm guys, kok ada tangga naik lagi ya?
GIBRAN
Eh iya-iya. Berarti apa gedungnya 4 lantai? Padahal mah
kalau dari luar kayak 3 lantai.
RANGGA
Gue coba liat ke atas dulu.

RANGGA pun berlari menyusuri tangga ke atas, sementara yang


lainnya menunggu. Tetapi satu hal aneh cukup membuat mereka
kaget. RANGGA kembali muncul dari tangga dari lantai bawah
mereka.
RANGGA
Eh?
SEKAR
Ben-bentar... bukannya tadi lo lari ke atas kan? Kok
bisa muncul dari lantai bawah?
RANGGA
Kok kayak muter-muter doang sih??
GIBRAN
Se-seriusan di luar nalar ini mah. Gue mau lari ke
bawah dah.

GIBRAN berlari menyusuri tangga ke arah bawah, namun nyatanya


GIBRAN malah muncul lagi dari tangga yang dari atas mereka.
ARUMI sampai mematikan kameranya. Tangannya sedikit gemetar.
ARUMI
Ja-jadi maksudnya gak bisa keluar tuh... kayak gini?
Kita kejebak di lantai 2??
GIBRAN
Niatnya mau lari ke lantai satu, malah balik lagi ke
lantai 2. Mau naik ke lantai 3 juga malah balik lagi ke lantai
2.
RANGGA
Co-coba ke arah jendela dah. Siapa tahu bisa keluar.

Mereka berempat berlari menuju jendela di ujung lorong, tetapi


yang mereka lihat bukan halaman luar gedung. Melainkan lorong
lagi. GIBRAN dan RANGGA melompati jendela. Diikuti ARUMI dan
SEKAR. Mereka menyusuri lorong itu dan ternyata kembali lagi
ke arah depan tangga dan 4 kursi juga meja bundar di sana.
SEKAR
Lewat jendela juga gak mungkin. Kita Cuma muter-muter
aja daritadi!!
ARUMI
Gak ketemu hantu, tapi kok lebih serem sih ini!! Mau
pulang!
GIBRAN
Kalau di gunung, ada kejadian kayak gini selalu
dihubunginnya sama akar ghaib. Namanya akar Mimang. Tapi
disini gak ada akar sama sekali.
RANGGA
Ke-kecuali kalau ternyata kursi yang itu, dibuat dari
akar Mimang. Gue selalu agak risih sekarang kalau liat kursi
ini soalnya.
ARUMI
Terus gimana cara kita keluarnya??
RANGGA
Harus ada seseorang yang sadarin kita di dunia nyata.
Soalnya kita sekarang kejebak di alam lain.
ARUMI
Lo sih! Kok malah ngajak ke tempat yang kayak gini!!
SEKAR
Gu-gue kan juga Cuma ngasih tahu, kenapa kalian mau
ikutan juga!
ARUMI
Tahu ah!! Gak peduli lagi gue. Mau pulang aja!
GIBRAN
UDAH! UDAH! Jangan nambah masalah bisa gak sih?! Bantu
apa kek, jangan ribut. Kita semua kejebak dan gak bisa keluar.

Mereka pun akhirnya terdiam. Tiba-tiba 1 kursi kayu itu


bergerak sendiri menabrak kursi lainnya sampai jatuh. Membuat
4 orang disana berteriak histeris.
ARUMI
MAU PULANG GUE!!! HWAAA!!!
SEKAR
Gu-gue juga, MI!
RANGGA
Kapok ah gue nyari-nyari hantu kalau resikonya kayak
gini.
GIBRAN
Sama, gue juga.
Tiba-tiba kursi kayu itu pun bergerak lagi, bahkan seperti
terlempar keras ke tembok. 3 kursi lainnya pun sama. Sementara
1 meja bundar itu berputar di tempat seperti gasing. 4 orang
itu menutup mata mereka sambil menangis keras karena
ketakutan. Sampai mereka semua merasa ada yang menepuk pundak
mereka lumayan kuat.
RANGGA
HWAAA!!!
SATPAM
Mas, mas, mas... tenang mas. Saya orang bukan hantu.
Kok mas sama temen-temen mas tidur di gedung ini??
RANGGA
Eh... kok bisa?
SATPAM
Tadi mas sama temen-temen mas saya lihat diluar, masuk
ke gedung ini. Saya udah panggil biar jangan masuk masih
masuk. Apalagi sampai duduk di sini. Jadi saya langsung
bangunin aja.
RANGGA terbangun dengan posisi duduk di kursi kayu. 3 temannya
juga baru sadar saat satpam itu membangunkan yang lainnya.
Wajah mereka pucat pasi karena mimpi tadi.
GIBRAN
Akhirnya bisa keluar juga! Pulang yuk ah!
SEKAR
Iya, ayo.
SATPAM
Lain kali jangan main ke gedung ini ya mbak, mas. Belum
ada yang berani mindahin kursi tadi soalnya. Untung saya
langsung datang.
RANGGA
Kenapa sama kursinya bisa ada di sini mas?
SATPAM
Gak ada yang tahu. Udah kita turun dulu aja.
3. EXT. DEPAN GEDUNG PUTIH - MALAM
4 orang itu pun menaiki mobil. SATPAM itu mengikuti mereka
sampai di jalan raya. Ketika sudah sampai di jalan mereka
pamit ke SATPAM itu.
RANGGA
Mas, makasih banyak ya. Kalau gak ada mas kita gak tahu
bakal gimana.
SATPAM
Iya, sama-sama. Jangan suka cari hantu ke tempat angker
pokoknya. Resikonya nyawa soalnya.
SEKAR
Iya pak, mari pak kita berangkat dulu.
SATPAM
Iya, hati-hati ya
Mereka pun mulai meninggalkan pekarangan gedung putih itu.
ARUMI pun menoleh ke belakang untuk melihat ke arah gedung
mengerikan itu. Namun yang membuatnya kaget bukan karena
gedung, melainkan SATPAM tadi kepalanya sudah terputus dari
lehernya dan menggelinding ke dalam gedung, sedangkan badannya
berjalan sendiri memasuki gedung dengan noda darah yang
mengalir dari lehernya.

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai