Anda di halaman 1dari 6

Naskah Drama PBAK ( Sebelum Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi )

Peran :

Abdi dalam : Sevia Yeni Asima

Tukang Kebun Buah Pala : Wahda

Raja : Nubas

Anak Tukang Kebun Buah Pala : Dita Puspita

Isti Tukang Kebun : Sukmawati

Narator : Inka dewi Safitri

Di sebuah perkebunan rempah – rempah warga pribumi. Seorang pekebun miskin


bernama bedjoe berusaha dengan keras untuk menghidupi istrinya bernama Baya dan anak
gadisnya bernama siti. Sepulang bekerja bedjoe pun dijamu oleh istrinya dengan secangkir kopi.

Bedjoe : panasnya cuaca hari ini! Nyai bikinin akang kopi!

Nyai : yah, ini kang kopinya!

Bedjoe : terimakasih

Nyai : Sini kang saya pijitin

Tiba-tiba abdi dalam datang ke rumah pak bedjoe

Eko Van Hoeten : bedjoe….. bedjoe….. keluar

Bedjoe : Ada apa tuan?

Eko Van Hoeten : saya datang atas perintah raja, ingin menagih pajak serahkan hasil panen
kamu sekaranggg…

Bedjoe : ini hasil panen saya cuman 2 karung

Eko : Apa ini… kenapa cuman 2 karung tahun ini seharusnya 3 karung pajak sudah naik
Bedjoe : saya kira hanya dua pak, dan hanya ini yang saya punya

Eko : ok, saya akan mengambil 2 karung ini dan saya akan laporkan kamu di raja

Siti : Ada apa ini pak?

Nyai : Masuk Neng…

Pak eko pun pergi menemui Raja, di perjalanan pak eko bersiasat untuk mengambil 1 karung
untuk pribadinya sendiri…

Eko : (berbicara dalam hati)

Sesampainya di kerajaan, pak eko hanya memberikan satu karung kepada raja

Eko : Salam Raja. Ini hasil panen dari bedjoe, dan cuman satu karung dia
berikan.

Raja : tidak bisa ini tidak cukup, kamu harus kembali kerumah bedjoe dan mengambil
harta berharganya.

Eko : baik raja, kebetulan sekali bedjoe mempunyai seorang gadis cantik dan ia sudah lama
menyembunyikan anaknya itu.

Raja iya, bawakan gadis itu sekarang !!! aku butuh selir baru.

Eko : baik raja, permisi

Akibat pak eko menyelewengkan pajak rakyat, ia kembali ke rumah pak bedjoe untuk
mengambil anaknya

Eko : bedjoe.. keluar kamu bedjoe

Bedjoe : iya tuan, ada apa?

Eko : mana anak mu

Bedjoe : untuk apa tuan?

Eko : raja ingin menjadikan anakmu sebagai selir barunya, jadi mana dia sekarang

Bedjoe : tidak bisa tuan saya tidak mau.


Eko : ini akibat kamu kurang membayar pajak bedjoe.. awas saya akan mencarinya sendiri

Bedjoe : jangan tuan..

Eko : pasti dia ada disini, itu dia. Sini kamu ikut denganku ke kerajaan

Nyai : jangan tuan ini anak semata wayang saya .

Siti : pak bu tolong pak saya tidak mau ke raja

Eko : awas kalian.. ayok sini kamu ikut sekarang

Akhirnya siti di bawa oleh pak eko ke kerajaan. Siti sangat ketakutan , dan orang tua siti hanya
bisa menangis.

Sesampainya di kerajaan

Pak eko : salam raja, ini gadis yang saya ceritakan.

Raja : wah cantik sekali, kenapa dia baru terlihat.

Siti : saya tidak mau sama raja pulangkan saya sekarang

Raja : tidak bisa, kamu sekarang harus jadi selir saya. Kalau kau tidak mau maka kedua orang
tua mu akan saya bunuh.

Akhirnya siti terpaksa menjadi selir raja dan melayani nya. Tahun demi tahun pun berlalu hingga
Indonesia mencapai kejayaannya….MERDEKAAAAA MERDEKAAAAA !!!!!
SETELAH KEMERDEKAAN

UANG RAKYAT SEBAGAI GANTI RUGI

Riska Amanda : kepala desa

Risnawati razak : wakil kepala desa

Andi Warnindah : penyidik

Andi dewi utami : penyidik

Nur ain : narator

manda adalah seorang kepala desa yang baru dilantik 2 bulan lalu berkat visi misi yang menarik
masyarakat saat kampanye. Dalam proses pemilihan kepala desa, beliau berhasil meraup 60%
suara dan telah menghabiskan dana ±60 juta rupiah yang bukan merupakan dana pribadi namun
sebagian berasal dari wakil kepala desa yaitu Ibu Risna.
Karena telah menghabiskan dana yang terbilang cukup besar, ibu manda berencana untuk
memperoleh kembali uang yang telah dikeluarkan dalam pemilihan kepala desa tersebut dengan
memanfaatkan jabatannya sebagai kepala desa.
manda : Alhamdulillah yah bu risna, akhirnya kita terpilih menjadi Kepala Desa dan Wakil
Kepala Desa.
risna : Iya Alhamdulillah. Lantas apa yang akan Ibu lakukan selanjutnya ?
manda : Saya berencana untuk mengembalikan uang kita yang telah dihabiskan dulu saat masa
kampanye.
risna : Dengan cara apa ?
manda : Kayak gak ngerti aja, kita gunakan uang rakyat lah.
Risna : Astaghfirullah, bu.
Manda : Yaelah sok dramatis amat. Apa ibu tidak mau jika uang ibu kembali.
Risna : Saya sebenarnya sangat mau, tapi takut melakukan hal seperti itu.
Manda : Apa ibu tidak memikirkan uang Anda 15 juta, rumah, tanah sudah dijual. Apa ibu tidak
merasa rugi jika uang itu tidak kembali? Jika hanya berharap dari gaji, maka tidak akan pernah
cukup.
Risna : Iya juga sih. Ibu ada benarnya.
Waktu terus berjalan, sang kades dan wakades telah menjalankan misi nya dengan mulus.
Sejumlah uang dan harta benda pun telah kembali melebihi dari apa yang dikeluarkan selama
masa kampanye. Para warga pun mulai curiga dan sering membicarakan mengenai kekayaan pak
kades.
Indah : Assalamu’alaykum, maaf pak. Pagi-pagi begini sudah mengganggu. Bisa minta waktunya
sebentar.
Manda : Wa’alaykumussalam, iya bu. Silahkan masuk. Ada yang bisa saya bantu ?
Dewi : Begini pak, langsung saja maksud tujuan kami kemari yaitu ingin membicarakan dana
desa yang menurut laporan ada masalah.
Manda : Maaf sebelumnya, maksud ibu-ibu ini apa?
Indah : Berdasarkan laporan keungan, dana dari pusat kan telah diberikan kepada kades sebesar
Rp5.277.000.000 untuk pembangunan jalan desa kita. Tapi ada keanehan, mengapa laporan di
kelurahan hanya sebesar Rp5.227.000.000. Bisa ibu menjelaskan persoalan ini?
Manda : Begini bu. Saya kan menyuruh orang dan mereka meminta uang bensin, jadi tentu saya
berikan 100 ribu serta ada juga biaya-biaya lain.
Dewi :Bisa dijelaskan secara terperinci mengenai biaya apa saja itu?
Manda : Uang makan pekerja, bu.
Indah : Kebanyakan lain-lainnya. Jangan-jangan ada lagi dana yang sudah tidak utuh (tatapan
penuh kecurigaan).
Manda : Maksud ibu apa? Ibu menuduh saya (meninggikan suara)
Dewi : Maaf pak, namun sebelum kami kesini tentu kami telah menyelidiki pokok masalah dan
mengumpulkan berbagai bukti yang ada. Dan ternyata, ibu terbukti melakukan korupsi.
Manda : Jangan asal bicara bu, mana buktinya?
Dewi : Ini bu. (menyodorkan map tebal berisi dokumen keuangan).
Manda : (Membuka dan membaca dokumen tersebut) Eh begini bu, mungkin kita bisa bicarakan
ini baik-baik.
Indah : Maksud ibu ? (tatapan curiga)
Manda : Saya bisa memberikan berapapun uang yang ibu-ibu minta sekedar untuk tutup mulut
dan berpura-pura tidak tahu mengenai persoalan ini.
Dewi : Astaghfirullah, kami kesini bukan untuk mencicipi hasil korupsi yang ibu lakukan. Saya
ingin meminta klarifikasi atas kasus ini, tapi ternyata ibu memandang rendah kami.
Manda : Jangan terlalu naif bu. Semua orang tentu butuh uang. Sebutkan saja berapa yang ibu
mau? Nanti saya pasti akan berikan.
Dewi : (Mengambil dokumen dan berdiri) Maaf bu. Kami harus permisi dulu.
Dewi dan Indah akhirnya pulang. Keesokan harinya pihak kepolisian datang ke kediaman ibu
Manda dan ibu Risna untuk diselidiki di kantor polisi. Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan,
maka kades dan wakades terbukti melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara. Dan
akhirnya harus menanggung konsekuensi tindakan mereka dengan kehidupan di jeruji besi

Anda mungkin juga menyukai