LANDASAN TEORI
2.1 Novel
Novel merupakan salah satu karya fiksi. Novel berasal dari bahasa Latin
novellus yang juga diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan
baru karena novel lahir setelah adanya karya-karya sastra lain sebelum novel itu
ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 969) Novel adalah karangan
dengan orang lain disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. Hal ini berarti, novel merupakan karangan yang berisikan paparan atau
cerita dengan (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks,
suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun
ukuran luas disini juga tidak mutlak demikian, karena bisa juga yang luas hanya
salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, karakter, setting, dan lain-
bahwa Novel adalah suatu cerita prosa yang bersifat fiktif dalam panjang
tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak, serta adegan kehidupan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau keadaan yang kacau atau khusus. Dengan kata
lain, novel dapat dikatakan sebagai cerita rekaan yang melukiskan kehidupan
1
2
tokoh dengan berbagai konflik yang terjadi di dalamnya, seperti yang terjadi pada
kenyataan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa novel
adalah suatu cerita rekaan yang menggambarkan kisah hidup tokoh dalam
sendiri. Unsur intrinsik novel merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut
serta membangun cerita, unsur tersebut meliputi, tema, tokoh dan penokohan,
Sebuah novel harus lengkap dan utuh. Artinya, sebuah novel harus
memenuhi berbagai unsur intrinsik. Jakob dan Saini (1994: 37) menjelaskan
bahwa, Unsur intrinsik yaitu, peristiwa (alur/plot), tokoh cerita (karakter), tema
cerita, suasana (mood dan atmosfer cerita), latar cerita (setting), sudut pandang
cerita (point of view), dan gaya bahasa (style) pengarangnya. Lebih lanjut Tarigan
(2009: 180) menyatakan bahwa, Yang mencakup unsur fisik yaitu, (1) tema, (2)
Unsur intrinsik yang dikemukakan oleh Jakob dan Saini, dan Tarigan pada
bahwa unsur intrinsik novel terdiri dari: peristiwa (alur/plot), tokoh cerita
3
(karakter), tema cerita, suasana (mood dan atmosfer cerita), latar cerita (setting),
menganggap alur sebagai unsur fiksi yang terpenting dibandingkan dengan unsur
fiksi lainnya. Alur atau disebut juga plot merupakan rangkaian peristiwa yang
memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi kesatuan yang padu dan utuh.
Sebuah cerita selalu memiliki awal dan akhir, antara awal dan akhir itulah
terbentuknya alur.
Stanton dalam Nurgiyantoro (2010: 113) menyatakan bahwa, Plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa
yang lain. Lebih lanjut Keny dalam Nurgiyantoro (2010: 113) mengemukakan
berdasarkan kaitan sebab akibat. Artinya, setiap peristiwa dalam sebuah karya
sastra itu sangat berkaitan, antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya saling
mendukung.
Dari pengertian di atas, terlihat bahwa alur (plot) adalah rangkaian peristiwa
dalam karya sastra yang memiliki hubungan sebab akibat untuk mencapai efek
tahapan. Beberapa ahli membuat berbagai jenis tahapan alur, namun semuanya
mengacu pada arah yang sama. Hal ini sejalan dengan Tarigan (2011: 127) yang
berpendapat bahwa, Tahapan alur dalam sebuah cerita rekaan terdiri atas: (1)
eksposisi, (2) komplikasi, (3) resolusi, (4) klimaks. Artinya, sebuah cerita novel
selalu diawali dengan paparan, diikuti dengan terjadinya komplikasi dari berbagai
paparan tersebut, kemudian ada solusi dari komplikasi yang terjadi yang
novel dimulai dengan sebuah eksposisi atau paparan mengenai tokoh, dan latar,
dengan resolusi, kemudian terjadi peristiwa yang merupakan puncak dari cerita
itu.
Tokoh cerita adalah sosok yang mengalami berbagai peristiwa yang terjadi
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
kata lain, segala sesuatu yang diekspresikan oleh tokoh cerita itu memiliki kualitas
tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh yang memiliki peranan penting di
dalam suatu cerita disebut tokoh inti, sedangkan tokoh yang memiliki peranan
tidak penting, hanya melengkapi dan menduduki pelaku utama disebut tokoh
protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer
yang ideal dengan kita (Nurgiyantoro, 2010 : 178). Tokoh antagonis merupakan
tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak
langsung, bersifat fisik maupun batin. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang
pengarangnya. Tokoh-tokoh itu memiliki watak yang sama dengan manusia pada
umumnya, seperti baik, jahat, jujur, pembohong, sabar, berani, pengecut, licik, dan
lain-lain. Watak para tokoh seperti itu sengaja dibuat oleh pengarang untuk
terbagi menjadi tokoh inti dan tokoh tambahan, berdasarkan wataknya tokoh
(3) Latar
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
Latar dalam karya fiksi terbagi ke dalam latar fisik dan latar spiritual. Latar fisik
tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, tetapi juga yang berwujud tata cara,
spiritual adalah nilai-nilai yang melingkupi dan dimiliki oleh latar fisik (Keny
dalam Nurgiyantoro, 2010: 219). Maksudnya, latar spiritual merupakan latar yang
memiliki nilai-nilai tertentu, seperti latar budaya yang dapat memberikan efek
seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana, sebagai lokasi dan
situasi yang melingkupi tokoh-tokoh dalam karya sastra. Dengan kata lain, latar
merupakan salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra yang sangat berpengaruh
Sudut pandang dalam karya fiksi menyoalkan siapa yang menceritakan, atau
dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Sudut pandang
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro,
2010: 248). Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,
Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke
dalam dua macam: persona pertama, first person, gaya aku, dan persona ketiga,
third person, gaya dia. Jadi, dari sudut pandang aku dan dia, dengan
seperti sudut pandang aku sebagai sudut pandang orang pertama, dan sudut
sudut pandang atau point of view merupakan cara atau pandangan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa
Istilah gaya di angkat dari istilah style yang berasal dari bahasa latin dan
mengandung arti leksikal alat untuk menulis, dalam karya sastra istilah gaya
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
stile harus memperhatikan (1) pilihan kata dari setiap pengarang (2) penataan kata
dalam kalimatnya, dan (3) nuansa makna serta suasana penuturan yang di
penciptaannya.
Stile atau gaya bahasa sebuah novel, mencakup seluruh penggunaan unsur
bahasa dalam novel. Dengan demikian, unsur stile berupa berbagai unsur yang
Leech dan Short mengatakan bahwa Unsur stile (stilistics catogones) terdiri dari
berbagai ungkapan dalam bentuk bahasa yang terdapat pada sebuah karya sastra.
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa stile atau gaya
(6) Tema
Tema adalah ide sebuah cerita, mencari arti novel pada dasarnya adalah
mencari tema yang terkandung di dalam cerita novel tersebut. Stanton dan Keny
menyatakan bahwa, Tema (theme) adalah makna yang terkandung dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 2010: 67). Dengan kata lain, tema merupakan gagasan
yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai
tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan utama dari suatu karya
sastra (Brook dalam Tarigan, 2011: 25). Maksudnya, tema merupakan pokok
pikiran yang memiliki nilai-nilai tertentu dalam membangun sebuah karya sastra.
9
pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau
rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau gagasan utama dari suatu
karya sastra. Dengan kata lain, tema merupakan sebuah inti dari karya sastra yang
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi
unsur ektrinsik tidak tercantum langsung seperti layaknya unsur intrinsik, unsur
Seperti unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur.
kesemuanya itu akan mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya (Wellek dan
demikian, unsur ekstrinsik juga sangat berperan penting terhadap kualitas dari
Unsur stile hadir bertolak dari adanya asumsi tentang bahasa yang
mempunyai peranan penting dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra tidak
bisa lepas dari bahasa. Keindahan sebuah karya sastra sebagian besar disebabkan
sastra.
Stile lahir dari bahasa, sehingga stile dianggap jembatan untuk memahami
bahasa dan sastra. Stile diharapkan dapat dijadikan sebagai penghubung dalam
membangun hubungan antara bahasa dan sastra. Stile adalah cara pengucapan
bahasa dalam prosa atau cara sorang pengarang mungungkapkan sesuatu yang
akan dikemukakan (Abrams dalam Nurgiantoro 2010: 276). Stile di tandai oleh
bahasa figuratif dan penggunaan kohesi (Leech & Short dalam Nurgiantoro 2010:
276). Artinya, stile merupakan kajian yang bersumber dari bahasa sebagai media
Stile adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, Kajian stile dalam
unsur yang dominan (Nurgiantoro, 2010: 289). Unsur stile terdiri dari unsur
dengan demikian stile mengkaji berbagai tanda, tidak hanya mengkaji tentang
gaya bahasa figuratif, tetapi juga mengkaji unsur fonologi, sintaksis dan leksikal.
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta menuansakan
makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca
(Aminuddin 2013: 72). Analisis dari pendekatan stile tidak hanya tertuju pada
analisis pemakaian gaya bahasa yang indah dan menarik, tetapi juga tehadap
Unsur stile terdiri dari unsur leksikal, garamatikal, figures of speech, dan konteks
dan kohesi (Leech dan Short dalam Nurgiantoro 2010: 289). Dengan demikian,
analisis stile sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
cara penggunaan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu dan untuk tujuan
tertentu. Analisis stile dapat dilakukan terhadap berbagai tanda linguistik yang
terdapat dalam sebuah karya tulis, baik itu karya sastra maupun karya tulis ilmiah.
Akan tetapi analisis stile lebih banyak dilakukan untuk menganalisis karya sastra.
12
Hal itu terjadi karena bahasa dalam sebuah karya sastra sangat beragam, dan
karya sastra. Melalui kajian stile ini, diharapkan dapat memperoleh hasil yang
analisis yang digunakan dalam kajian stile, di antaranya analisis leksikal, analisis
gramatikal, analisis figuratif, analisis kohesi yang di paparkan dalam karya sastra.
Unsur stile terdiri dari unsur leksikal, garamatikal, figures of speech, dan konteks
dan kohesi (Leech dan Short dalam Nurgiantoro 2010: 289). Dengan kata lain,
analisis stile dapat mengkaji unsur bahasa, baik itu bahasa karya sastra maupun
yang mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih
dipertimbangkan dari segi bentuk dan makna, yaitu untuk mendukung tujuan
fonologis, misalnya untuk kepentingan alitrasi, irama, dan efek bunyi tertentu,
khusus digunakan dalam karya puisi sedangkan pertimbangan segi mode, bentuk,
Pemilihan kata dalam karya satra berperan penting untuk mencapai efek
kata pada kalimat tersebut tergolong pada kalimat interogratif karena pada kalimat
tersebut menggunakan kata tanya berapa, kenapa, dan apa. Dengan demikian,
untuk memperoleh efek yang diinginkan dalam karya sastra dapat digunakan
oleh pilihan kata. Secara formal memang tak ada batas berapa jumlah kata yang
unsur tertentu, dan lain-lain yang kesemuanya tentu dimaksud untuk mendapatkan
efek estetis tertentu disamping itu juga untuk menekankan pesan tertentu
14
salah satu unsur yang dapat dikaji jika bermaksud menganalisis unsur gramatikal
fungtor-fungtornya).
3. Jenis klausa dan frase: klausa dan frase yang menonjol, sederhana atau
struktur kalimat juga menganalisis kompleksitas kalimat, jenis kalimat, dan jenis
yang berbeda-beda sehingga diperoleh nilai estetis. Contoh redup senja masih
sore hari.
tercermin dalam nada. Unsur stile berwujud retorika meliputi penggunaan bahasa
tersirat. Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan
memanfaaatkan gaya bahasa untuk memberikan nilai estetika yang tinggi terhadap
hasil karya yang dibuatnya. Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam
untuk memberikan nilai keindahan pada sebuah karya sastra, pengarang banyak
Dengan demikian, sebuah karya sastra akan terasa lebih indah apabila
memberikan efek estetis dan nilai lebih pada sebuah karya sastra.
Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas
gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan
santun, dan menarik (Keraf dalam Tarigan, 2009: 5). Dengan demikian, seorang
bahasa yang jujur, sopan, dan menarik demi menghasilkan karya sastra yang
merupakan cara pengungkapan bahasa dalam prosa, yang menjadi suatu ciri khas
Dengan kata lain, gaya bahasa merupakan suatu ciri khas seorang pengarang
efek keindahan.
bahasa untuk memberikan nilai estetika yang tinggi terhadap hasil karya yang
sesuatu hal dengan hal lain menggunakan kata-kata pembanding seperti, laksana,
menerima segala sampah, dan yang akhirnya berhenti ketika bertemu dengan
laut. Dari contoh tersebut terlihat hal yang dibandingkan, yaitu perjalanan hidup
manusia dengan sungai yang mengalir. Majas atau gaya bahasa yang termasuk ke
Gaya bahasa pertentangaan yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang
berlebihan. Contoh sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun. Dari contoh
tersebut terlihat hal yang sangat berlebihan, karena sudah kita ketahui bahwa yang
namanya sempurna itu tidak ada sedikitpun kekurangan namun dalam kalimat
Kelompok gaya bahasa lainnya yaitu gaya bahasa pertautan. Gaya bahasa
pertautan ialah gaya bahasa yang menggunakan nama suatu barang bagi sesuatu
barang lain dan berkaitan. Contoh terkadang pena justru lebih tajam daripada
pedang. Dari contoh tersebut terlihat bahwa sebuah pena yang dikaitkan dengan
pedang, padahal antara pena dengan pedang itu sangat berbeda. Gaya bahasa
pertautan terdiri dari metonomia, sinekdoke, alusio, eufemisme, efonim, efifet dan
lain-lain.
bahasa perulangan. Gaya bahasa perulangan ialah gaya bahasa yang mengalami
perulangan bunyi, suku kata, frase, atau bagian kalimat yang dianggap penting
Dari contoh tersebut terlihat ada beberapa pengulangan bunyi sehingga disebut
dapat menggunakan berbagai jenis majas (gaya bahasa) yang terbagi ke dalam
19
empat kelompok, untuk memberikan efek lebih dan nilai keindahan pada sebuah
sebuah teks (Halliday dan Hasan dalam Nurgiantoro 2010: 306). Penanda kohesi
yang berupa kata-kata tugas seperti, kemudian, sedang, tetapi, namun, melainkan,
akan tetapi, oleh karena itu, di samping itu. Penggunaan penanda kohesi dalam
memungkinkan kita untuk menyingkat apa yang akan disebut kembali atau untuk
efektif. Jadi, penyingkatan dan penggantian dapat terjadi pada penggunaan bentuk
persona.
panjang yaitu berjuta-juta manusia yang mengiringi kami, jadi kata mereka
retorika (majas, penyiasatan struktur, citraan), dan kohesi. Dengan demikian, stile
Tujuan pembelajaran sastra dapat dibagi menjadi empat, yaitu informasi, konsep,
perspektif, dan apresiasi. Pertama yaitu informasi, yaitu tujuan yang berkaitan
49), Informasi yang perlu ditanyakan dalam aspek ini antara lain tentang apa itu
pengertian-pengertian pokok mengenai suatu hal. Dalam hal ini, siswa dapat
mengenal terminologi dari setiap aspek. Konsep yang perlu dipahami siswa antara
21
pikiran siswa, misalnya bagus atau tidaknya imajinasi karya sastra yang
dibacanya.
adalah dikuasainya kompetensi sastra pada siswa, yaitu kemampuan siswa dalam
meresensi, menilai dan menganalisis hasil sastra, dan mampu memerankan drama,
serta menulis puisi, cerpen, novel, dan drama. Hal ini berarti, siswa dituntut untuk
memahami teori sastra dan sejarah sastra. Kemudian siswa juga harus mampu
pembelajaran sastra itu selain agar siswa mengetahui tentang teori sastra juga
22
bertujuan agar siswa mampu memahami, menghargai, dan menilai karya sastra,
yang cukup lama dan harus dilakukan secara sistematis. Rahmanto (1988: 26)
siswa.
yang harus diperhatikan adalah dari sudut bahasa, kematangan jiwa, dan dari
sudut latar belakang kebudayaan para siswa. Supaya lebih jelas, faktor-faktor
pemilihan bahan pembelajaran sastra ini akan diuraikan secara singkat sebagai
berikut.
(1) Bahasa
bahasa yang dikuasai oleh peserta didik berpengaruh terhadap pemahaman karya
sastra .
Oleh karena itu agar pembelajaran karya sastra dapat tercapai dengan baik,
situasi dan pengertian isi wacana termasuk referensi yang ada, memperhatikan
kematangan jiwa (psikologis) peserta didik. Hal ini perlu diperhatikan karena
berikut.
penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.Hal ini terjadi karena anak-anak
berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha
24
mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti akan fakta-fakta untuk memahami
dengan uraian nomor 1 sampai 4 yang telah dijelaskan. Oleh sebab itu, pemilihan
psikologi agar didapat bahan pengajaran sastra yang sesuai dengan tingkatannya.
Suatu karya sastra termasuk novel tidak terlepas dari latar belakang budaya
mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.
Hal itu perlu dilakukan agar siswa mudah memahami isi dari karya sastra,
diberi bahan pembelajaran sastra yang latar belakang budayanya belum dikenal,
termasuk budayanya. Peserta didik bisa mengetahui budaya yang ia belum tahu
karya sastra seorang guru harus menyesuaikan dengan latar budaya yang dimiliki
daerah dimana guru tersebut mengajar. Hal tersebut harus dilakukan agar siswa
bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan faktor psikologi siswa, karena
faktor psikologis sangat sastra. Kemudian bahasa yang digunakan dalam karya
sastra harus sesuai dengan kemampuan dan latar belakang dari siswa itu sendiri,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
memecahkan masalah yang ada dengan menentukan dan menafsirkan data yang
adalah metode yang berusaha mendeskripsikan fakta apa adanya. Melalui metode
dibatasi ke dalam penggunaan jenis kalimat dan majas (gaya bahasa) yang
mendeskripsikan fakta-fakta (fakta yang terdapat pada karya sastra), setelah itu
dilanjutkan dengan analisis. Dalam metode ini, peneliti tidak hanya menguraikan
fakta-fakta yang terdapat pada karya sastra, namun peneliti juga harus
27
majas (gaya bahasa) yang terkandung dalam novel Gadis Portugis karya
Mappajarungi Manan.
adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan
pengambilan sampel.
unsur gramatikal dan unsur figuratif dalam novel Gadis Portugis karya
Mappajarungi Manan.
Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010: 174).
Sedangkan menurut Semi (2012: 51) yaitu, Sampel dapat diartikan sebagai
contoh, monster, atau wakil dari suatu populasi. Dengan demikian, sampel adalah
sampel dalam penelitian ini sampel purposif. Artinya, tidak semua karakteristik
yang ada pada populasi diteliti tetapi hanya dipilih sebagian dengan
pengambilan sampel dari kalimat dan sampel total untuk pengambilan sampel dari
purposif harus sesuai dengan tujuan penelitian. Pernyataan tersebut sesuai dengan
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random
atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dengan demikian
kualitatif. Data didapat dalam bentuk tulisan yang dicatat kemudian dikumpulkan
dan dipelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan acuan dalam hubungannya
dengan objek yang akan diteliti yaitu mengenai struktur kalimat dan pemajasan
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu teknik analisis teks. Teknik
cermat.
2. Peneliti memaparkan unsur intrinsik novel Gadis Portugis karya
Mappajarungi Manan
3. Peneliti menganalisis penggunaan unsur stile yang berupa unsur gramatikal
dan figuratif yang terdapat dalam novel Gadis Portugis karya Mappajarungi
Manan.
4. Peneliti mengklasifikasikan jenis unsur stile yang berupa kalimat dan majas
Manan.
5. Peneliti menentukan kelayakan novel Gadis Portugis karya Mappajarungi
unsur stile.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsur stile.
Untuk lebih jelas tentang buku tersebut, di bawah ini penulis paparkan
identitasnya.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data unsur stile novel
kalimat (sederhana atau komplek struktur kalimat yang digunakan), jenis kalimat
dan kalimat minor), jenis klausa dan frase (sederhana atau kompleks dalam
penggunaan frase dan klausa yang dominan). Unsur gramatikal yang dikaji adalah
jenis kalimat berupa kalimat deklaratif dalam novel gadis portugis karya
Mappajarungi Manan.
Mappajarungi Manan.
sastra. Dari Hasil pengolahan tersebut diperoleh data unsur gramatikal dan unsur
figuratif yang terdapat dalam novel Gadis Portugis karya Mappajarungi Manan.
Data tentang kalimat dan pemajasan dalam novel tersebut layak digunakan
BAB IV
32
4.1 Pengantar
Pada bagian ini penulis akan memaparkan data dan hasil analisis data yang
telah diperoleh dari penelitian. Seperti yang penulis paparkan pada bab I bahwa
Manan. Pada penelitian ini penulis membuat data berupa unsur stile yang dibatasi
ke dalam unsur gramatikal berupa kalimat dan bahasa figuratif berupa majas (gaya
bahasa) yang terdapat dalam novel Gadis portugis karya Mappajrungi Manan.
novelis yang lahir di desa Rate-Rate, Kendari, pada 13 Oktober 1979. Beliau
Kendari, Ia sudah menjadi wartawan di Koran lokal mingguan Media Kita tahun
1986. Tahun 1990, Ia bekerja di harian umum Pelita, lalu pindah keharian Media
Indonesia tahun 1992. Tahun 1999-2000, Ia menjadi pimpinan umum tabloid pro
2004 menjadi redaktur rakyat pos dan majalah mingguan eskpos tahun 2005. Pada
kini aktif mengelola lembaga Institut Sinergi Indonesia yang bergerak di bibang
44
Manan
4.3.1 Sinopsis
Pada abad XVI, Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaan di tangan sang
suku bangsa, seperti Portugis, spanyol, Inggris, Cina, Arab, dan Melayu hidup
Salah satu pahlawan yang berdiri di balik kejayaan tersebut adalah peran
penting Karaeng Caddi, seorang pemuda pintar dan gagah berani, putra
bangsawan Karaeng Pallangga. Kendati pun masih muda, tapi telah beberapa kali
taklukkan Gowa.
wilayah kerajaan gowa. Sebagai putra mahkota, Karaeng Caddi dituntut untuk
34
belajar tata pemerintahan pada seorang ulama di kerajaaan Wajo yaitu Puang
Abdul Fattah. Tuntutan untuk belajar, keinginan untuk terjun membela kerajaan
Gowa di garis depan melawan belanda yang telah berlangsung sengit, serta kisah
cintanya dengan seorang gadis Potugis menjadi pertimbangan yang berat. Namun,
bernama Elis Pareira. Benih-benih cinta pun muncul diantara mereka. Saking
yang sudah lama menetap di Gowa. Namun dalam percintaannya dengan Elis,
Karaeng Caddi berusaha menutupi dari kedua orang tuanya karena bertolak
belakang dengan adat istiadat di kerajaan Pallangga. Anak bangsawan Gowa harus
menikah dengan bangsawan Gowa lagi tidak boleh dari kalangan biasa apalagi
orang luar.
Karaeng Caddi menuntut ilmu di Wajo kepada Puang Guru. Banyak ilmu
yang diberikan oleh Puang guru seperti ilmu pemerintahan, taktik perang, serta
adat istiadat. Selama menuntut ilmu di Waji Karaeng Caddi di temani oleh
walau hatinya bergejolak untuk segera pulang ke Pallangga. Namun dia tidak
Belanda yaitu prajurit kerajaan Bone. Dalam perjalanan pulang dari Wajo dengan
Kerajaan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka yang ingin menghancurkan
yang menolak kembali ke Portugis dan dijodohkan oleh Karaeng Pallangga Ayah
tanah Gowa. Karaeng Caddi berencana akan menikahi Elis dan memilih
36
menyusuri Tanjung Benoa dan akhirnya menetap di Timor Leste yang diberi nama
Pantai Makassar.
4.3.2 Tema
dalam tujuan yang akan dicapai dalam suatu cerita. Tema dalam novel Gadis
antara Gowa dan Bone yang disebabkan oleh ketamakan yang menimbulkan
perang saudara.
Elis Pareira tentang percintaan mereka yang berbenturan dengan adat istiadat yang
putra mahkota kerajaan Makassar sedangkan Elis putri bangsawan Portugis yang
memiliki perbedaan agama dan adat istiadat tetapi karena keteguhan cinta mereka
Jadi, jika seorang ana matola kawin dengan perempuan biasa, anaknya
akan menjadi ana cere iseng. Ana cere iseng, jika melakukan pernikahan
lagi dengan perempuan biasa, akan menjadi ana cere dua, yaitu anak
lapisan kedua, dan begitu seterusnya hingga nanti menjadi manusia biasa,
yaitu bangsawan terendah yang disebut ampo cinaga. (halaman: 32)
kekuasaan. Arung Palaka yang dibantu oleh Belanda ingin menguasai Makassar
Arung Palakka tak mampu lagi berdiri. Secepat itu pula, beberapa prajurit
Bugis yang ada di tempat itu memapah dan melarikan arung Palakka ke
37
4.3.3 Alur
Alur yang terdapat pada novel Gadis Portugis Karya Mappajarungi Manan
adalah tahap penyituasian. Tahap ini berisi pelukisan tokoh dan sejumlah
kutipannya.
lagi, jika orang bangsawan menikah dengan orang biasa maka anaknya akan berda
dilapisan tengah. Karaeng Caddi merasa bingung dengn adat tersebut karena dia
38
menciantai gadis Portugis. Masalah kedua yang muncul yaitu peperanan antara
Jadi, jika seorang ana matola kawin dengan perempuah biasa, anaknya
akan menjadi ana cere siseng. Anak cere iseng, jika melakukan pernikahan
lagi dengan perempuan biasa, akan menjadi anacere dua, yaitu anak
lapisan kedua, dan begitu seterusnya hingga nantinya menjadi manusia
biasa, yaitu bangsawan terendah yang disebut ampo cinaga. (halaman: 32)
Akhir-akhir ini, situasi kerajaan Gowa makin genting saja. Tiap hari, para
Karaeng saling bertemu utuk meningkatkan komunkasi melihat situasi
perubahan Gowa. Pedagang-pedagang dari luar negeri, seperti Inggris,
Portugis, Gujarat, serta Cina merasa resah berada di Gowa karena
rongrongan pihak Belanda, apalagi arung Pallaka telah berkoalisi dengan
Belanda. Pasukan-pasukan Gowa yang terdiri dari oeang-orang Bugis
melakukan desersi dan bergabung pada pihak koalisi Belanda. (halaman:
81)
Tahap ketiga dalam novel ini adalah tahap peningkatan konflik yaitu
ketika ayah Elis tidak merestui hubungannya dengan Karaeng Caddi karena adat
Caddi putra mahkota Pallangga. Konflik kedua muncul pada saat peperangan
oranga Portugis di usir dari Makassar begitupun orang tua Elis. Sedangkan Elis
dengan Karaeng Caddi, Elis pun dibawa ke Pallangga dan dijodohkan oleh orang
tua Karang Caddi. Sedangkan akhir dari Peperangan melawan Belanda Pasukan
Karang Caddi memilih mundur dan hijrah ke Timor Leste berikut kutipannya.
Setelah istirahat seharian penuh, atas saran lurah Beneoa itu, berlayarlah
rombongan Karaeng Caddi menuju timur menyongsong matahari terbit.
(halaman: 437)
di daerah Makassar. Di pemuda yang tampan dan pintar, terbukti pada saat usia
Pareira namun cinta mereka terhalang oleg adat istiadat yang ada di kerjaan
Karaeng Caddi harus menuntut ilmu ke Wajo kepada Puang guru untuk
keadaan di Pallangga. Setelah mendapat restu dari puang guru, Karaeng Caddi
dari Bone yang dibantu oleh Belanda terhadap kerajaan Makassar. Dengan
musuh, sebagian musuh mundur setelah mendapat perlawanan dari pihak Karaeng
Caddi.
dengan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka. Kerajaan-kerajaan yang ada di
untuk hijrah ke pulau lain. Karaeng Caddi pergi ke Timor Leste bersama
kekasihnya Elis dan beberapa pengikutnya. Merekapun hidup bahagia dipulau itu
Cerita di atas dibangun oleh dua konflik yaitu yang pertama perbedaan adat
istiadat dari pasangan Karaeng Caddi dan Elis, yang kedua peperangan dengan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulan novel Gadis Portugis Karya
4.3.4 Penokohan
Antagonis dan Protagonis. Tokoh yang termasuk kedalam tokoh protagonis yaitu
Karaeng Caddi, Elis Pareira, Andi Basse. Sedangkan yang termasuk kedalam
mahkota dari kerajaan Pallangga yang di persiapkan orang tuanya untuk menjadi
42
pengganti raja di Pallangga, maka dia dikirim ke wajo untuk menuntut ilmu. Sifat
kaareng Caddi sabar, baik, rela berkorban untuk keluarga dan kerajaannya. Dari
awal cerita sampai akhir cerita Karaeng Caddi digambarkan baik maka tokoh ini
Puang maafkan anakmu ini. Doakn saya agar mati dimedan perang. Mati
sebagai pejuang bangsa, mati membela kebenaran, mati dengan cara
terhormat, kata karaeng Caddi. Air mata lelaki tua dalam pelukan Kareng
Caddi itu tak mampu lag terbendung. (halaman: 312)
(1) Elis Pareira
dicintai oleh Karaeng Caddi. Elis Pareira memiliki sifat pintar, penyayang, baik
dan penurut. Di awal cerita Elis menunjukan sifat baik dan penyayang tetapi saat
timbul konflik Elis memiliki sifat tidak patuh kepada orang tua sehingga Dia pergi
dari rumahnya, tetapi di akhir cerita Elis menjadi penurut kembali. Dia sangat
pasukan Bugis yang bersekutu dengan Belanda untuk merebut Gowa. Arung
Pallaka memiliki sifat serakah dan jahat karena membunuh orang pribumi. Dari
43
mulai timbulnya konflik sampai akhir cerita Arung Pallaka memiliki sifat jahat
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan Karaeng Caddi memiliki sifat rela
berkorban demi bangsanya , Elis Pareira memiliki sifat rendah diri mau menerima
dan beradaptasi dengan lingkungan walaupun adat istiadat yang berbeda, Arung
Palakka orang yang serakah sertamudah dipengaruhi oleh Pihak Belanda. Konflik
yang terjadi dalam cerita disebabkan oleh tokoh antagonis dan protagonis.
4.3.5 Latar
Berdasarkan jenisnya latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Di bawah ini merupakan latar tempa dalam Novel Gadis Portugis karya
Mappajarungi Manan.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan latar tempat yang terdapat
dalam novel yaitu di kolong rumah pamannya, di samping rumah, di tepi pantai,
di dalam mesjid dan di istana. Di bawah ini merupakan latar waktu dalam Novel
Pagi itu, rasa yang ada dalam diri Karaeng Caddi teus bergejolak.
(halaman: 7)
Karaeng sekarang pukul 10.00 siang.(halaman: 88)
Iya Ayah, kemungkinan malam ini hingga pagi, perjalanan masih dalam
wilayah aman. Besok pagi baru kita memasuki wilayah Bone.(halaman:
155)
Dalam keremangan malam, di pembaringan, bayangan wajah Elis Pareira
bagai menyapu matanya, tersenyum menatap. (halaman: 260)
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan latar waktu yang terdapat
dalam novel pagi, siang, dan malam. Penekanan latar waktu lebih dominan siang
dan malam. Di bawah ini merupakan latar sosial dalam Novel Gadis Portugis
Dalam adat Bugis, status perkawinan aga lebih keras dibanding Makassar.
Misalnya perkawinan itu harus sederajat. Bila terjadi percampuran, orang
Bugis sulit unutk menerima. Bugis membangun sistem status berdasarkan
percampuran darah. Mereka menganalogikan seperti percampuran logam
mulia dan ligam biasa. (halaman: 31)
Jadi, jika seorang ana matola kawin dengan perempuan biasa, anaknya
akan menjadi ana cere iseng. Ana cere iseng, jika melakukan pernikahan
lagi dengan perempuan biasa, akan menjadi ana cere dua, yaitu anak
lapisan kedua, dan begitu seterusnya hingga nanti menjadi manusia biasa,
yaitu bangsawan terendah yang disebut ampo cinaga. (halaman: 32)
Dari beberapa kutipan di atas latar sosial yang ada dalam novel lebih
mendominasi tentang adat istiadat yang berhubungan dengan status sosial tokoh.
45
Latar sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan dalam
Dalam cerita ini sudut pandang yang digunakan persona ketiga mahatahu.
Karena pengarang mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan
4.3.7 Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam novel terbagi atas unsur leksikal, unsur
gramatikal, figuratif, dan kohesi. Dalam penggunaan gaya bahasa dalam karya
nilai estetis. Di bawah ini kutipan gaya bahasa dalam penggunan unsur pemajasan
dalam novel.
Malam itu makin sunyi. Semua diam membisu, hanya terdengar isak tangis
ibu hasan dan suara tokek yng sekali-sekali berbunyi. Hasan berusaha
berdiri, tapi Ali menginjak bahunya. (halaman: 61)
terdapat kata yang berlebihan. Ungkapan semua diam membisu, kata diam dan
membisu bisa di gunakan salah satunya karena diam sudah menyatakan membisu
dalam novel ini sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Di bawah ini
kenapa menghendaki jawaban yang diawali dengan kata karena atau dengan kata
lain, kata tanya karena berfungsi menanyakan sebab dan alasan. Kalimat di atas
digunakan pengarang dalam novel cukup beragam baik dari unsur kalimat
untuk memberikan nilai keindahan pada karyanya. Salah satu unsur Garamatikal
yang digunakan pengarang dalam novel tersebut yaitu jenis kalimat. Jenis kalimat
yang digunakan adalah kalimat deklaratif, dalam sebuah novel pemaparan narasi
pernyataan sehingga makna yang diungkapkan dalan narasi dapat dipahami oleh
pembaca. Di bawah ini penulis kutip kalimat deklaratif yang digunakan pada
Kutipan 1
anaknya Karaeng Caddi bahwa dia memiliki sahabat yang menguasai banyak ilmu
termasuk ilmu agama. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi
dapat memberikan makna atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
Kutipan 2
48
lain.
Kutipan 3
karakter dari Karaeng Caddi. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Kutipan 4
49
perkawinan yang ada di Bugis. Perkawinan di Bugis harus sederajat jika tidak
sederajat maka tidak akan diterima oleh orang Bugis lainnya. Dari kutipan di atas
secara naratif supaya lebih jelas. Kalimat deklaratif di atas kalimat yang
pernikahan.
Kutipan 5
Tingkatan itu dibagi menjadi dua subbagian yaitu ana sengeng dan ana
rajeng. Lapisan kedua dibagi menjadi dua gelar. Status derajat seorang
anak hasil perkawinan lelaki berderejat tinggi dengan perempuan
bersetatus lebih rendah akan berada dilapisan tengah diantara status
kedua orang tuanya. (halaman: 31)
perkawinan sederajat dan yang tidak sederajat. Dari kutipan di atas pembaca dapat
Kutipan 6
50
Jadi, jika seorang anak matola kawin dengan perempuan biasa, anaknya
akan menjadi ana cere siseng. Ana cere siseng, jika meakukan pernikahan
lagi dengan perempuan biasa, akan menjadi ana cere dua, yaitu
analapisan kedua, dan begitu seterusnya hingga nantinya menjadi
manusia biasa, yaitu bangsawan terendah yang disebut ampo cinaga.
(halaman: 32)
beda status, ada perbedaan golongan dalam suatu pernikahan jika bangsawan
menikah dengan orang biasa. Makna dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
memberikan informasi.
Kutipan 7
boleh behubungan dengan orang biasa. Penyampaian pesan pada kalimat di atas
Kutipan 8
Gedung mewah bercat putih yang ada di depan mereka itu merupakan
rumah tinggal pengusaha Portugis yang telah puluhan tahun pula
menetap di Juppandang. Hanya sekitar satu kilometer dari pelabuhan
rakyat paotere. Boleh dikata setap minggu atau bila waktu senggang,
Karaeng berkunjung kerumah itu. Suasana sangat akrab. Dari samping
51
Portugis yang mewah yang terletak di daerah Juppandang. Dari kalimat di atas
yang diinformasikan melalui narasi sehingga pengarang dapat lebih leluasa dalam
memberikan informasi.
Kutipan 9
secara narasi supaya makna yang disampaikan lebi leluasa. Kalimat deklaratif di
Kutipan 10
Didapur istana yang cukup luas, ramai pula para perempuan dewasa
mengiris-ngiris daging, lalu mencucinya dan meniriskan. Di samping
kolong istana berdiri tenda tempat penabuh gendang dan meniup seruling
memainkan musik khas Makassar, sinrilik, misalnya, dan kecapi. Anak-
52
dapur istana pada saat itu. Dari kalimat di atas dapat diperoleh informasi dapur
istana yang digambarkan ketika akan mengadaakan pesta, banyak para perempuan
untuk mendapat efek estetis penggambaran latar istana. Kalimat deklaratif di atas
Kutipan 11
Tampak pula seorang pria muda yang tak kalah gagahnya, kulit putih
bersih, yakni putra mahkota Kerajaan Gowa, I Mappasossong Daeng
Nguraga. Karaeng Caddi sering memanggilnya Amir, padahal nama
lengkapnya Amir Hamzah. Kendatipun masih belia dan berumur 17 tahun,
Amir Hamzah yang merupakan putra mahkota kerajaan Gowa, sering
dikirim untuk memadamkan pemberontakan di berbagai wilayah yang ada
di bawah kekuasaan Gowa. (halaman: 135)
gambaran tokoh Air Hamzah. Amir Hamzah merupakan putra mahkota Kerajaan
Gowa yang tidak kalah gagah dengan Karaeng Caddi. Penggambaran tokoh di
Kutipan 12
latar di Istana Pallangga. Latar yang digambarkan mengenai ruang tamu istana
Pelukisan latar pada kalimat di atas disampaikan untuk mendapat efek estetis pada
informasi.
Kutipan 13
Awak perahu itu hanya lima orang. Tampak ketika mereka semua berdiri
di sisi perahu itu yang hanya memiliki satu tiang layar. Terlihat di depan
seorang pria memakai ikat kepala yang tak lain adalah Ambo Kagi. Ali
danRani lebih dulu turun keperahu itu membawa perbekalan, seperti ayam
yang masih hidup, beras, serta beberapa sayuran. (halaman: 157)
awak yang berada dalam perahu yang sedang berlayar. Dalam pelayaran tersebut
tidak memerlukan respon khusus dari pembaca tetapi berupa perhatian. Kalimat
Kutipan 14
dibuat untuk berperang, jika prajurit tak tangguh, maka akan sia-sia.
(halaman: 143)
Kutipan 15
Portugis harus menikah lagi dengan orang Portugis. Walaupun mereka tinggal
lama di Gowa untuk urusan menikah mereka memiliki nilai tradisi. Dari kutipan
cerita untuk mendapat nilai estetis. Kalimat deklaratif di atas merupakan kalimat
Kutipan 16
dengan di Gowa yang dibantu oleh sembilan dewa (Bate salapang). Tapi,
dari enam orang dewan di Wajo itu, ada pula anggota dewan dari kalangan
perempuan.(halaman: 264)
Guru mengenai kerajaan-kerajaan besar dan kecil yang ada di Makassar. Informasi
Kutipan 17
Perumahan yang ada di kampung Peneki itu tidak jauh berbeda dengan
rumah-rumah penduduk orang Makassar. Rumah panggung, terbuat dari
kayu kokoh dan tahan lama. Kerangka rumah Bugis-makassar berbentuk
huruf H yang terdiridari beberapa tiang balok yang dirakit. Tianglah
yang menopang lantai dan atap. Sementara, dindingnya dijepit, lalu diikat
pada tiang luar. (halaman: 269)
oleh pengarang untuk memberi informasi pada pembaca supaya pesan cerita
inforrmasi.
Kutipan 18
Ada dua jenis pengikut, pengikut dari kalangan klien biasa, dan pengikut
dari kalangan bangsawan. Biasanya, pengikut dari kalangan bangsawan
lebih tepat disebut pendukung karena memiliki pengikut sendiri. Melalui
bangsawan inilah strukturpengikut terbangun beberapa kelompok pengikut
bersatu melalui pemimpin masing-masing dibawah satu patron lebih
56
pengikut dalam kalangan kerajaan. Pengikut terbagi atas dua yaitu pengikut biasa
Kutipan 19
Puang Guru pun bercerita tentang awal pertengahan abad XV. Pada abad
itu imperium Gowa sudah mulai melebarkan sayapnya dan melakukan
penaklukan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya. pengembangan
maritim ditingkatkan. Ketika itu, Makassar sudah menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan, seperti Johor, Demak, dan Ternate. Bangsa-
bangsa dari belahan dunia lain, seperti Inggris, Portugis, Spanyol, Arab,
India, dan Cina serta orang-orang asing telah menetap di Makassar
sehingga terus Meningkat sebagai kota perdagangan yang maju di timur.
(halaman: 302)
pada abad XV, kerajaan Gowa pada saat itu sudah menguasai maritim
untuk menyampaikan makna dari perjuangan Gowa pada saat itu. Kalimat
Kutipan 20
Di halaman umah Puang lolo, cukup ramai terlihat. Dari jarak seratus
meter, tampak dengan jelas Puang Lolo dengan pakaian kemewahan
berdiri menyambut kedatangan Karaeng Caddi. Puang Lolo
berpenampilan menawan dengan topi serat daun lontar keemasan serta
pakaian jas kurung warna biru dengan kancing terbuat dari bahan emas
pula. Tidak hanya, itu di atas rumah, dari balik jendela, istri-istrinya
sedang melihat ke halaman. (halaman: 319)
57
latar, suasana dan tokoh. latar yang digambarkan mengenai halaman rumah Puang
Lolo dan suasananya yang ramai. Penggambaran tokoh Puang Lolo dengan
dapat mengetahui gambaran tokoh Puang Lolo. Kalimat deklaratif di atas kalimat
Kutipan 21
yang dipimpin oleh Karaeng Caddi. Dari kalimat tersebut dapat diperoleh
informasi.
Kutipan 22
Karena gencarnya dua agama yang akan masuk di Makassar, maka raja
Gowa ketika itu, meminta kepada Portugis di Makkasar dan utusan sultan
Johor, agar mengirim masing-masing ulama dan pendeta. Raja Gowa
58
agama yang masuk dikerajaan Gowa. Pada saat itu ada dua agama yang masuk
yaitu Islam dan Hindu, karena sumpah sang sultan maka agama yang dipilih pada
saat itu adalah Islam sebab ulama yang diundang tiba lebih dulu. Dari kalimat di
keadaan agama pada saat itu sehingga pembaca akan lebih memahami tentang
penyebaran agama Islam pada saat itu. Kalimat deklaratif di atas merupakan
Kutipan 23
terjadi peperangan antara sultan Gowa dengan Arumg Palakka. Dendam Arung
informasi.
Kutipan 24
Arung Palakka. Arung Palakka kalah dalam peperangan melawan Karaeng Caddi.
kalimat pernyataan.
Kutipan 25
Ibu kota Kerajaan Gowa, Sombaopu, tidak seperti biasanya. Istana Sultan
dipenuhi dengan para karaeng dari berbagai wilayah yang masih setia
kepada Gowa. Pagi yang cerah, ditengah gempuran pasukan Belanda yang
makin menyemut di Pantai Makassar hingga ke selatan pantai Barombong.
(halaman: 370)
keadaan Gowa pada saat itu. Dapat disimpulkan pengarang ingin menyampaikan
dapat memahami suasana saat itu. Kalimat deklaratif di atas merupakan kalimat
Kutipan 26
Kondisi keamanan Gowa tidak lagi stabil. Jiwa tidak lagi tenang. Di
pinggiran sungai Jenrberang, Karang caddi, andi Basse, Elis pareira
menempati rumah sederhana. Tak seperti ketika di istananya di Pallangga.
Namun, para pengikutnya masih setia dan karaeng Caddi telah di angkat
menjadi karaeng Pallangga menggantikan Ayahnya. (halaman: 408)
Pada kalimat di atas mengenai pernyataan kondisi Gowa yang tak stabil,
tewas dalam peperangan. Pada kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa makna
terjadi saat itu. Kalimat deklaratif di atas merupakan kalimat yang pernyataan.
Kutipan 27
karena sudah tiga ratus prajuritnya gugur dalam pertempuran. Dari kalimat di atas
yang kalah dan ada yang menang. Kalimat deklaratif di atas memberikan
informasi
Kutipan 28
Kutipan 29
Setelah istirahat sehari penuh, atas saran lurah Benoa itu, berlayarlah
rombongan Karaeng caddi menuju timur menyongsong matahari terbit. Di
tempat itulah, mereka menetap. Membangun perkampungan di pantai
hingga menjorik ke daratan. Elis pun menikah dengan pujaan hatinya.
Hidup damai sebagai petani dan nelayan. Perkampungan itu mereka
namakan Pantai Makassar.(halaman: 437)
Caddi. Setelah mereka mengungsi bersama prajuritnya Karaeng Caddi dan Elis
menikah dan tinggal di Pantai Makassar. Dari kalimat di atas dapat disimpulkan
bahwa mundurnya Karaeng Caddi pada pertempuran bukan berarti kalah tetapi
kalimat pernyataan.
nilai estetis dan memberikan makna yang mendalam kepada pembacanya. Selain
itu pemilihan kalimat tersebut sangat sederhana dan mudah untuk dipahami.
kepada pembaca dalam memahami dan mengapresiasi isi novel tersebut. Penulis
dalam kalimat deklaratif digunakan sangat efektif sehingga ide dan gagasan
Dalam menuangkan gagasan atau ide pada sebuah karya sastra seorang
satu unsur figuratif yang digunakan dalam novel Gadis Portugis adalah
63
pemajasan. Di bawah ini penulis kutip pemajasan yang terdapat dalam novel
Gadis Portugis.
Kutipan 1
Pada kalimat tersebut terdapat ungkapan sifat-sifat insani pada benda tak
tersebut fajar seolah-olah bisa tidur dan bangun layaknya manusia hingga
menimbulkan kesan yang lebih indah pada pembaca. Majas yang digunakan pada
Kutipan 2
Anakku, ilmu yang ada dalam dirimu itu bagai sebutir pasir di padang
pasir, tak ada artinya. Ilmu pengetahuan itu, seluruh isi dunia ini tak
cukup untuk menampungnya. Kamu ingat kata-kata karaeng
Pattingalloang? Semakin kau belajar dan adasetitik ilmu dibenakmu, maka
kau akan merasa haus, lalu terus menerus untuk belajar, kata Karaeng
Pallangga menasehati anaknya. Karaeng Caddi hanya diam dan membisu.
(halaman: 10)
yang berlainan yang sengaja dianggap sama seperti ungkapan bagai sebutir pasir
di padang pasir, tak ada artinya. Padang pasir pada kalimat tersebut
diumpamakan sebagai ilmu yang belum ada artinya. Majas yang digunakan ada
Kutipan 3
64
mentari begitu terik seakan-akan membakar kulit menimbulkan efek estetis pada
pembaca. Majas yang digunakan pada kalimat tersebut adalah majas perbandingan
jenis personifikasi.
Kutipan 4
Ungkapan misalnya mabuk-mabukan, main judi, dan sabung ayam. Mereka juga
mudah berkelahi. Urutan pemikiran yang ada dalam kalimat tersebut dimulai dari
mabuk, main judi, sabung ayam, sampai berkelahi. Majas yang digunakan pada
Kutipan 5
selalu ujung lidah untuk bergaul. Ujung lidah pada kalimat tersebut seolah-olah
dapat bergaul. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 6
Aku ingatkan lagi, bahwa dalam merantau, jangan sekali-sekali ikut hawa
napsu, jika kau ikuti hal yang demikian, sama saja kamu menumpangi
perahu bocor, akan tenggelam di rantau dan tidak akan kembali lagi.
Nasihat itu sangat menyentak hati nurani Karaeng Caddi. (halaman: 34)
Pada kalimat tersebut membandingkan dua hal yang berbeda yang sengaja
dianggap sama. Ungkapan sama saja kamu menumpangi perahu bocor, akan
tenggelam di rantau dan tidak akan kembali lagi. Perahu bocor dibandingkan
dengan hawa napsu yang tidak dapat dijaga. Majas yang digunakan dalam kalimat
Kutipan 7
Jikalau itu terjadi, pasukan Bone yang masuk lewat Bulu Kumbang tidak
mungkin bisa keselayar karena di pagar betis oleh pendukung Gowa
dibantu oleh Kajang. Jadi, mereka tak dapat lewati itu. Nah, kita akan
antisipasi pasukan Bone itu dengan memotong langsung ke Barat di kaki
Gunung Tinggimoncong itu papar Iskandar. (halaman: 40)
memanfaatkan kata jikalau. Ungkapan Jikalau itu terjadi, pasukan Bone yang
masuk lewat Bulu Kumbang tidak mungkin bisa ke selayar karena di pagar betis
oleh pendukung Gowa dibantu oleh Kajang. Majas yang digunakan dalam kalimat
Kutipan 8
66
Pada kalimat tersebut membandingkan dua hal yang berbeda dan dianggap
sama. Ungkapan tapi sekarang mata-mata melapor bahwa ia melihat apel besar
pasukan Bugis di Sinjai telah mencapai dua puluh ribu prajurit. Apel besar dalam
mencapai dua puluh ribu. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 9
Api lampu minyak yang menyala ditiap sudut kamar terlihat menari-nari
dengan hembusan angin yang lewat celah-celah jendela.
Mana Andi Basse? tanya Karaeng Pallangga.
Dari tadi, Dia tidur di kamarnya setelah seharian belajar
menaribpakkaren, jelas Karaeng Bau. (halaman: 46)
manusia. Ungkapan Api lampu minyak yang menyala ditiap sudut kamar terlihat
menari-nari dengan hembusan angin yang lewat celah-celah jendela. Api yang
Kutipan 10
Suara yang lantang dan menggema dibacakan oleh pimpinan pasukan yang
akan dikirim dari Pallangga menuju medan perang. Suara keras itu di
sertai sinarmatahari yang mulai menggigit kulit. Namun angin sepoi-sepoi
menangkis hawa panas yang ditimbulkan terik matahari. Di halaman
depan istana karaeng pallangga, berbaris dua ratus prajurit yang
67
makhluk hidup. Ungkapan Suara keras itu di sertai sinar matahari yang mulai
yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas perbandingan jenis
personifikasi.
Kutipan 11
Karaeng Caddi merasa hatinya bagai tersayat sembilu. Hal itu akan
membuat aib di keluarga. Senyum adiknya kepada salah satu prajurit yang
sangat di kenalnya. Prajurit yang terbilang gagah dan memiliki pengabdian
yang cukup pada Gowa. (halaman: 56)
Pada kalimat tersebut diumpamakan dua hal yang berbeda tapi dianggap
Caddi yang begitu sakit seperti di sayat oleh sembilu. Majas yang digunakan
Kutipan 12
Malam itu makin sunyi. Semua diam membisu, hanya terdengar isak tangis
ibu hasan dan suara tokek yng sekali-sekali berbunyi. Hasan berusaha
berdiri, tapi ani menginjak bahunya. (halaman: 61)
diam membisu, kata diam dan membisu bisa di gunakan salah satunya karena
68
diam. Majas yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas perbandingan
jenis pleonasme.
Kutipan 13
Cahaya obor itu terpantul dimainkan riak gelombang sungai. Gelombang sungai
solah-olah dapat bergerak dan memainkan cahaya dari obor, kalimat tersebut
menimbulkan efek estetis pada pambaca. Majas yang digunakan dalam kalimat di
Kutipan 14
Prajurit yang ada di atas kapal itu hanya mampu mengangguk. Rani tak
juga melepas ikatan di tangan Hasan. Ia bagaikan menarik sapi gembala
yang akan menuju rumah potong hewan. Para prajurit hanya mngikuti
dengan delik mata kearah Hasan karena mereka mengetahui siapa Hasan.
(halaman: 63)
sama. Ungkapan Ia bagaikan menarik sapi gembala yang akan menuju rumah
Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas perbandingan
jenis personifikasi.
Kutipan 15
69
Kami memilih mati di laut dari pada pulang tanpa kemenangan. Suara
teriakan anak buah kapal yang disambut yang lain dengan teriakan
betul!. (halaman: 66)
Pada kalimat tersebut terdapat kata yang berlawanan yaitu kata mati dan
kemenangan. Ungkapan Kami memilih mati di laut dari pada pulang tanpa
yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas pertentangan jenis oksimoron.
Kutipan 16
Angin sepoi-sepoi bertiup, terik mentari begitu bersinar, tapi terasa sejuk
dengan suara burung-burung laut beterbangan. Dua panglima perang
Gowa itu duduk di anjungan kapal. Juru masak kapal datang membawa
makanan untuk Karaeng Galesong dan Daeng Bora. (halaman: 72)
bersinar dan kalimat tapi terasa sejuk dengan suara burung-burung laut
beterbangan. Terik mentari tidak terasa panas tapi menjadi sejuk, seharusnya
suasana terasa panas. Namun, pada kalimat tersebut menimbulkan efek estetis
pada pembaca. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 17
Pada kalimat tersebut terdapat kata yang bukan arti sebenarnya tetapi
karena terlihat penuh nafsu amarah yang akan meledak-ledak, rona wajahnya
70
memerah melukiskan kemarahan pada Andi Basse. Majas yang digunakan dalam
Kutipan 18
ibarat dan bagai yang membandingkan dua hal berlawanan. Ungkapan Karena
orang yang tak memiliki kehormatan ibarat binatang saja yang berjalan. Ia
dengan binatang. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah
Kutipan 19
pertunjukan yang seru. Suara riuh yang di dengar tida berbeda jauh dengna
pertunjukan yang seru. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 20
71
Senyum manis tersungging dari bibir manis Elis dan kalimat Rambut ikal
kemerah-merahan dengan hidung mancung dan kulit putih tubuh padat dan
digambarkan secara jelas. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 21
tergelincir dari atas kepala, matahari tidak mungkin tergelincir dari kepala. Majas
personifikasi.
Kutipan 22
Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, bagai kilat, Ali dan Rani
bergerak ke depan. Karaeng Caddi menjaga Elis. Terlihat dua kuda berlari
kencang ke arah mereka ditunggangi laki-laki itu. Ada empat orang
mengejar keduanya dengan mengendarai kuda. (halaman: 103)
72
kalimat Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, bagai kilat, Ali dan Rani
yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas perbandingan jenis
perumpamaan.
Kutipan 23
karena terdapat sifat insani ombak seolah-olah makhluk hidup yang berkejar-
Kutipan 24
pada kalimat tersebut menggunakan kata bagai yang membandingkan dua hal
berlainan.
Kutipan 25
Oh....Daeng, Aku makin sayang pada dirimu degan ketegasan yang ada
padamu, kata Elis dengan bangga. Desiran angin yang meniup daun-
daun nyiur yang ada di pantai yang ada di sekitar mereka menambah
kemesraan, ditingkahi dengan kicauan burung-burung pantai yang terus
beterbangan.sinar matahari berpendar di atas air laut. (halaman: 108)
Kalimat Desiran angin yang meniup daun-daun nyiur yang ada di pantai
air laut. Kalimat tersebut melukiskan suatu gambaran yang jelas melalui
komparasi untuk menciptakan suatu kesan yang indah terhadap pembaca. Majas
yang digunakan pada kalimat di atas adalah majas perbandingan jenis metafora
Kutipan 26
yang berbaju merah, tampak gagang badik Karaeng segera berkilauan tertimpa
yang di paparkan secara jelas walau pun tdak menggunakan kata eksplisit tetapi
74
Kutipan 27
Hari masih buta, kabut menyelimuti usai subuh. Dingin terasa menusuk
tulang. Tapi sudah terdengan hiruk pikuk di sekitar istana Karaeng
Pallangga. Puluhan ekor kambing dan sapi tersembelih sudah. Pekerja pria
lalu memotong-motong daging dekat istal kuda. Agak jauh dari istana.
(halaman: 130)
Pada kalimat tersebut terdapat sifat insani yang menyatakan benda mati
seolah-olah makhluk hidup. Ungkapan hari masih buta, kabut menyelimuti usai
subuh. Dingin terasa menusuk tulang. Kata kabut menyelimuti dan menusuk
menusuk adalah makhluk hidup. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di
Kutipan 28
Pada kalimat tersebut terdapat sifat insani kepada benda-benda yang tidak
bernyawa. Ungkapan kalau waktu mengijinkan aku akan hadir. Pada kalimat
ijin. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 29
dua hal yang berlainan. Ungkapan Tatapan matanya tidak sayu, bagai elang yang
siap menerkam. Tatapan mata dibandingkan dengan elang yang akan menerkam
ungkapan tersebut dua hal yang berlainan tetapi dengan menggunakan kata bagai
dianggap sama. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah
Kutipan 30
Pallangga bagai daun kayu yang tertiup angin, Akupun demikian, bagai
batang kayu yang mengikuti arus angin. Pada dua kalimat tersebut terdapat kata
eksplisit yang membandingkann dua hal yang berbeda tetapi dianggap sama. Kata
eksplisit yang digunakan dalam kalimat tersebut yaitu bagai. Majas yang
Kutipan 31
secara eksplisit menggunakan kata bagai. Ungkapan Bumi terasa bergetar bagai
padahal pernyataan tersebut berlainan untuk mendapat efek estetis digunakan kata
bagai. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 32
Laju perahu terus membelah laut yang cukup tenang dimalam itu. Awak
kapal lainnya duduk-duduk mengamati laut yang teduh. Lajunya sungguh
tenang bagai diayun perlahan melewati Pantai Barongbong. Tampak
Pantai Barongbong berdiri kokoh menghadap laut. Benteng itu gelap,
hanya disinari oleh rembulan. (halaman: 160)
Pada kalimat tersebut menyatakan sifat insani pada kalimat pertama dan ke
emplisit yang menggunakan kata bagai. Ungkapan Laju perahu terus membelah
laut yang cukup tenang dimalam itu. Awak kapal lainnya duduk-duduk mengamati
laut yang teduh dan Tampak Pantai Barongbong berdiri kokoh menghadap laut.
Benteng itu gelap, hanya disinari oleh rembulan. Kalimat tersebut dinyatakan
majas personifikasi karena perahu dapat membelah lautan dan pantai berdiri
kokoh seolah-olah dapat dilakukan oleh benda mati. Ungkapan Lajunya sungguh
kata bagai. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 33
perjalanan. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas
Kutipan 34
sesutu yang berlainan tetapi dianggap sama. Ungkapan Semua yang duduk dikursi
terdiam. Mulutnya bagai terkunci, kaku menatap gadis yang sesenggukan. Mulut
yang terdiam dibandingkan dengan kunci yang yang tertutup rapat sehingga
kalimat tersebut menimbulkan efek estetis pada pembaca. Majas yang digunakan
Kutipan 35
Pada kalimat tersebut terdapat sifat insani, benda mati seperti makhluk
personifikasi.
Kutipan 36
Tuan Ronald beranjak dari kursinya. Emma dan Elis juga demikian.
Mereka berjalan kehalaman rumah. Sinar rembulan di malam itu menerpa
teras. Suara lolongan anjing menjadikan suasana terasa menakutkan.
Namun, rembulan menghaus rasa takut dengan sinarnya yang terang.
Tuan Ronald duduk sambil mengambil cerutu dari kotak meja. (halaman:
206)
Ungkapan Tuan Ronald beranjak dari kursinya. Emma dan Elis juga
Namun, rembulan menghaus rasa takut dengan sinarnya yang terang. Tuan
Ronald duduk sambil mengambil cerutu dari kotak meja. pada ungkapan tersebut
melukiskan suatu keadaan dengan jelas melalui komparasi. Majas yang diganakan
Kutipan 37
seolah bernyawa. Ungkapan menatap bulan yang menyiram raut wajahnya yang
cantik. Bulan pada kalimat tersebut dapat menyiram raut wajah, seperti yang
dilakukan oleh manusia. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 38
Hmm... jikalau Aku berada di sisi Karaeng Caddi, hatiku tenang dan
bahagia.Ujar Elis seraya memandangi rembulan dan ribuan bintang
berkilau bagai berlian. (halaman: 207 )
anggap sama. Ungkapan Ujar Elis seraya memandangi rembulan dan ribuan
dengan berlian padahal dua hal tersebut berbeda. Kalimat tersebut menimbulkan
efek estetis pada pembaca. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 39
Angin agak mereda. Perahu yang ditumpangi oleh mereka itu terus
membelah Teluk Bone. Nelayan di sekitar laut itu kembali dari menangkap
ikan. Perahu jenis pelang terlihat beriringan kembali ke bibir pantai
dengan awak yang bernyanyi rupanya mereka menangkap ikan cukup
banyak kata Ambo Kagi sambil memperhatikan sebuah perahu pelang.
(halaman: 212)
seperti makhluk hidup. Ungkapan Perahu yang ditumpangi oleh mereka itu terus
membelah Teluk Bone. Perahu pada kalimat tersebut dianggap mampu membelah
Teluk Bone. Majas yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas
Kutipan 40
mata dari pantulan ombak laut yang berayun-ayun. Dikatakan demikian, kerana
menggunakan kata ekplisit tidak mengubah nilai estetis pada kalimat tersebut.
Majas yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas perbandingan jenis
metafora.
Kutipan 41
Pada kalimat tersebut terdapat kalimat eksplisit yaitu kata bagai yang
wajah Elis mampu menyapu mata, seolah-olah seperti manusia. Majas yang
perumpamaan.
Kutipan 42
Pada kalimat tersebut terdapat perbandingan dua hal yang berlainan tetapi
di anggap sama. Jawaban dari pertanyaan yang banyak dibandingkan dengan air
yang mengalir, pernyataan tersebut hal yang berbeda tetapi dengan menggunakan
81
kata bak dianggap sama. Majas yang digunakan pada kalimat di atas menyatakan
Kutipan 43
Lamat-lamat angin membawa suara merdu dari petikan kecapi. Denting kecapi
melukiskan suatu gambaran suara petikan kecapi. Majas yang digunakan dalam
Kutipan 44
Mentari pagi bersinar dengan lembut. Angin pagi bertiup. Senyum wajah
Karaeng Caddi tampak bersinar. Doja saya berterima kasih selama Saya
disini. Kalau sempat, jalan-jalanlah ke Makasar, kata Karaeng Caddi saat
berpapasan dengan Doja di pintu mesjid. (halaman: 307)
Pada kalimat tersebut melukiskan suasana pagi dengan angin yang sejuk
yang digambarkan secara jelas. Kalimat tersebut menimbulkan efek estetis pada
Kutipan 45
Karaeng Caddi, tapi bangkit lagi dan berlari. Ibarat mereka mengiringi
pengantin hingga ke gerbang kampung itu. (halaman: 314)
Pada kalimat tersebut terdapat dua hal yang berbeda tetapi dianggap sama
berlainan yang dianggap sama. Majas yang digunakan dalam kalimat di atas
Kutipan 46
Malam telah menyelimuti kampung itu. Air laut telah pasang. Deburan-
deburan ombak terdengar dari arah Puang Lolo. Karaeng Caddi usai
melaksanakan shalat Isya dan makan malam. Pertanda Ia harus bersiap-
siapke kapal. (halaman: 323)
Ungkapan malam telah menyelimuti kampung itu. Air laut telah pasang.
terdapat sifat insani benda yang tidak bernyawa dianggap seperti makhluk hidup.
Malam pada kalimat tersebut dapat menyelimuti kampung merupakan suatu yang
personifikasi.
Kutipan 47
mencapai efek estetis suasana kapal dipudukan dengan ayunan ombak dan sinar
Kutipan 48
Sayang, ada beberapa prajurit Belanda dari Bone yang tak mempan
tusukan badik Karaeng Caddi. Para prajurit itu berbalik arah menyerbu
Karaeng Caddi. Bagai anjing liar mereka mengamuk dan menyerang
Karaeng Caddi. Namun, tiga prajurit itu bagai menusuk angin. Mereka
kepayahan sendiri. Kembali panglima perang dari Pallangga itu dengan
mudah menusukan badiknya. (halaman: 339)
dua hal yang berbeda tetapi dianggap sama ungkapan yang terdapat kata eksplisit
bagai menusuk angin dan bagai anjing liar. Majas yang digunakan pada kalimat di
Kutipan 49
Kutipan 50
Sombayya, engkau laksana angin, kami bagai daun yang bertiup. Engkau
laksana angin sungai, kami batang kayu yang hanyut, kami hormati
keputusan sombayya, tapi biarkan kami mengobarkan semangar
perlawanan kami diluar Gowa, kata Karaeng Galesong sambil mencabut
badiknya dan mengacungkan ke atas. (halaman: 380)
menyatakan dua hal yang berbeda tetapi dianggap memiliki kesamaan. Majas
perumpamaan.
Kutipan 51
Pada kalimat tersebut terdapat sifat insani benda tidak bernyawa dianggap
hari itu. Kabut dibandingkan dengan manusia yang mampu menyelimuti, untuk
Kutipan 52
Pada kalimat tersebut tedapat perbandingan dua hal yang berbeda tetapi
membandingkan dua hal yang berbeda antara melawan musuh dengan memetik
jamur di musim hujun. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
Kutipan 53
kata bagai dianggap sama. Majas yang digunakan pada kalimat di atasmenyatakan
Kutipan 54
Adiknya dan elis berlari menyelamatkan diri dan keluar dari arena
pertempuran. Beberapa orang prajurit musuh yang mencoba untuk
mengejar dan menangkapnya, tak luput dari amukan Karaeng Caddi.
Amukan yang luar biasa, benar-benar bagai ayam jantan yang bersabung
nyawa tak takut mati. Ia tak memikirkan lagi ancaman-ancaman, bagai tak
mendengar. Tiada kompromi.(halaman: 404)
berbeda tetapi dianggap sama. Ungkapan Amukan yang luar biasa, benar-benar
bagai ayam jantan yang bersabung nyawa tak takut mati. Amukan yang luar biasa
86
dibandingkan dengan ayam yang tidak takut mati saat bersabung dengan
Majas yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas perbandingan jenis
perumpamaan.
Kutipan 55
pleonasme.
Kutipan 56
Kutipan 57
bagai neraka, yang suaranya tidak pernah didengar sekalipun oleh perang
sepanjang pengalaman belanda berperang. (halaman: 47)
Kalimat bahwa malam itu adalah malam yang sangat mengerikan bagai
neraka. Pada kalimat tersebut menyatakan dua hal yang berlaian tetapi dianggap
sama. Majas yang digunakan pada kalimat di atas menyatakan majas pebandingan
jenis perumpamaan.
Kutipan 58
kuning menyapu tubuh karaeng Caddi dan Daeng Bora. Cahaya matahari
memiliki sifat insani seperti makhluk hidup yaitu dapat menyapu tubuh Karaeng
Caddi. Majas yang digunakan dalam kalimat di atas adalah majas perbandingan
jenis personifikasi.
Kutipan 59
Caddi merasakan bagai meneguk segelas air di tengah padang pasir yang cukup
estetis. keadaan Karaeng Caddi dibandingkan dengan padang pasir yang luas.
Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas adalah majas perbandingan
jenis personifikasi.
Kutipan 60
Pada kalimat tersebut terdapat kata yang mubazir yang sebenarnya tidak
depannya. Pada kaliam tersebut terdapat kata diam dan membisu spara tidak
Kutipan 61
Deru ombak, kemilau air tertimpa cahaya bulan di subuh hari itu. Angin
darat bertiup manja seakan-akan mendorong semangat rombonagn
prajurit itu meninggalkan tanah tumpah darah mereka. Entah berapa
banyak dari para wanita dan sebagai prajurit meneteteskan air mata
berpisah dengn tanah air. Mereka tak mampu lagi bertahan, tinggal
melawan atau mati bermandikan darah. (halaman: 427)
ombak, kemilau air tertimpa cahaya bulan di subuh hari itu. Gagasan yang ke dua
Majas yang digunakan pada kalimat di atas menyatakan majas perbandingan jenis
metafora.
Kutipan 62
Seiring deengan layar berkembang, saat itu pula mentari terlihat muncul
dari peraduannya. Ayam jantan yang dibawa oleh prajurit berkokok di atas
89
Pada kalimat tersebut terdapat sifat insani yang dimiliki makhluk hidup.
Ungkapan Laju kapal memecah ombak. Laju kapal dibandingkan dengan sifat
makhluk hidup yang mampu memecahkan, tetapi kalimat tersebut memiliki nilai
estetis terhadap pembaca. Majas yang digunakan dalam kalimat tersebut di atas
bahasa pada setiap majas tersebut sangat sederhana dan mudah untuk dipahami.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Penggunaan Pemajasan
No Rumpun Jenis Majas Jumlah
1 Perbandingan Personifikasi 21
Perumpamaan 24
Pleonasme 3
90
Metafora 11
Defersonifikasi 1
2 Pertentangan Oksimoron 2
Klimaks 1
jenis majas. Majas yang lebih dominan digunakan adalah majas perbandingan dan
dan klimaks 1, dengan itu maka jumlah majas perbandingan ada 60 buah dan
majas pertentangan ada 3 buah jadi jumlah pemajasan dalam novel Gadis
Portugis ada 63 buah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan majas perumpamaan
lebih banyak digunakan oleh pengarang untuk menimbulkan efek estetis pada
novel.
memahami novel dengan baik. Kalimat deklaratif pada novel Gadis Portugis
91
terdapat 29 buah yang terdiri dari kalimat informasi 20 buah dan kalimat
pernyataan 9 buah.
diberikan pengarang melalui narasi menguatkan kejadian yang terjadi pada saat
satu kalimat yang digunakan yaitu kalimat deklaratif, penyampaian situasi dan
diberikan melalui kalimat deklaratif seperti pengenalan tokoh, situsi latar, dan
Pada novel ini pengarang mengambil sudut pandang murni dari sisi
Kerajaan Gowa dan menempatkan Kerajaan Bone dan tokoh Arung Palakka
sebagai tokoh yang benar-benar antagonis tanpa mengkaji lebih dalam sejarah
lawan selalu menjadi pihak yang salah secara total. Namun sebagai pembaca
92
sejarah, seharusnya kita bisa melihat dengan sudut pandang yang lebih lebar,
yang dipakai dalam suatu karya dengan tujuan untuk memberikan kesan
keindahan yang mewakili perasaan dan pikiran pengarang terhadap karya sastra
yang dihasilkannya. Majas yang terdapat pada novel Gadis Portugis terdapat 63
buah yang terdiri dari majas perbandingan dengan jenis majas personifikasi 21
buah dan klimaks 1, dengan itu maka jumlah majas perbandingan ada 60 buah dan
beberapa jenis majas seperti majas oksimoron dan klimaks. Majas yang sering
ide dan gagasan menjadi lebih indah dengan menggunakan majas perbandingan.
93
royong, anak cere, sinrilik, konro, massita elong, pajoga. Penggunaan istilah
Indonesia.
Pengarang novel ini telah mengangkat latar sejarah Makassar yang akan
unsur pemajasan dalam cerita tidak mengurangi nilai sejarah yang terdapat dalam
pemajasan yang digunakan maka semakin kaya kosakata yang digunakan dalam
melalui kalimat deklaratif disampaikan secara jelas dan pernyataan yang diberikan
94
sesuai dengan fakta pada saat itu, sehingga siswa akan mudah memahami isi novel
melalui kalimat yang digunakan oleh pengarang. Majas yang digunakan oleh
pengarang dalam novel Gadis Portugis merupakan jenis majas yang sering
yang sederhana dalam setiap majas akan memudahkan siswa dalam memahami
novel tersebut.
tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Maka novel
Gadis Portugis memenuhi kriteria tujuan pembelajaran sastra baik itu dari aspek
novel Gadis Portugis yang tepat digunakan sebagai bahan pembelajaran apresiasi
satra di sekolah, untuk menentukan jenjang pendidikan dapat dilihat dari faktor
bahasa, faktor psikologis, dan faktor latar belakang budaya, berikut uraiannya.
untuk mengapresiasi karya sastra tersebut. Dalam novel Gadis Portugis karya
gaya bahasa yang sederhana sehingga siswa dapat memahami isi novel dengan
memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami karya satra dengan baik.
95
Sedangkan gaya bahasa yang digunakan pengarang memberi efek estetis untuk
menarik minat siswa dalam mgapresiasi karya sastra. Berdasarkan hal tersebut
berarti novel ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di
SMA.
Manan dapat digunakan bahan pembelajara apresiasi sastra pada siswa SMA,
karena siswa SMA sudah berpikir realistis dan mampu memecahkan masalah
sendiri. Seperti yang terkandung dalam Novel tersebut harus mampu mengambil
keputusan dengan cepat dalam keadaan yang sulit. Sedangkan dari tahap
ditemukan penyebabnya.
Bahan pengajaran sastra dilihat dari aspek latar belakang budaya harus
kepercayaan yang di anut pada saat itu yaitu agama Islam, sehingga siswa bisa
karena isi dari novel Gadis Portugis karya Mappajarungi Manan memenuhi
kriteria bahan pembelajaran sastra baik itu dari aspek penggunaan bahasa, aspek
BAB V
5.1 Simpulan
nusantara setelah jatuhnya Malaka. Pada saat itu banyak perwakilan dagang
dengan baik oleh Kerajaan Gowa termasuk pendirian rumah ibadah bagi
perang oleh Kerajaan Gowa. Selain itu novel ini bercerita tentang percintaan
antara Makassar dan Belanda cinta mereka bertahan di tengah perbedaan adat
istiadat Gowa dan Portugis. Dibangun dengan unsur intrinsik cerita novel ini
buah yang terdiri dari majas klimaks dan oksimoron. Majas yang sering
untuk memberikan efek estetis dan memberikan kesan yang mendalam kepada
disampaikan menjadi lebih menarik. Selain itu penggunaan bahasa pada majas
diberikan dalam kalimat sangat jelas dan mudah dipahami. Unsur pemajasan
yang digunakan sangat beragam dan mudah dipahami karena bahasa yang
disampaikan sederhana.
5. Novel Gadis Portugis karya Mappajarungi Manan tepat digunakan bahan
konsep, perspektif, dan apresiasi yang dapat dilihat dari penggunaan kalimat
dan pemajasan. Selain itu nilai-nilai budaya dan nilai sejarah yang terkandung
99
dalam novel Gadis Portugis karya Mappajarungi Manan juga sesuai dengan
latar budaya kita. Dilihat dari unsur psikologis novel tersebut sesuai dengan
tahapan siswa SMA yang sudah mulai realistik selalu berpikir kritis, sehingga
siswa akan mudah memahami isi dari karya sastra dan akan mempermudah
5.2 Saran
dengan penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran yang ingin disampaikan
sebagai berikut.
yang efektif dan majas (gaya bahasa) yang beragam dan mudah untuk
tersebut tepat digunakan pada jenjang pendidikan SMA karena sesuai dengan
sastra di SMA.
3. Untuk bahan pembelajaran sastra di SMA hendaknya kita menggunakan