Anda di halaman 1dari 3

Synopsis wo ai ni, allah

. Isi Buku / Ringkasan


Seorang pria cina bernama Tan Tio berusia sekitar 45 tahun, bersama gadis
kecilnya yang bernama Amei Chan adalah cerminan kerinduan spiritual yang tak
terperikan dikalangan atheis yang tak tahu mau kemanakah jalan hidupnya.
Pada suatu ketika Tan Tio pergi ke sebuah mesjid bersama dengan anaknya
yang setia selalu ikut kemana ayahnya pergi. Di mesjid itu, Tan Tio bertemu dan
bertanya pada ustadz Ibnu, Apakah anda pernah melihat Tuhan? Apakah anda
pernah menyentuh Tuhan atau mendengar suara-Nya? Kalau anda tidak pernah
melihat, mendengar suara-Nya dan meraba Dzat-Nya, lalu dari mana anda bisa
membuktikan keberadaan-Nya?
Dia tidak bisa dicapai oleh penglihatan, Dia tidak sama dengan apapun. Dia
maha mendengar lagi maha melihat. Ucap ustadz Ibnu. Namun mendengar tuan
Tan Tio yang terus menerus bertanya yang menurutnya tidak masuk akal,
membuatnya menjadi kesal dan menganggap Tan Tio adalah lelaki gila. Sampai si
ahli agama itu berpendapat bahwa lelaki itu sedang dalam proses pencarian jati
diri yang baru, setelah dia tak sekalipun peduli dengan pertanyaan pertanyaan
spiritualnya. Tan Tio tersinggung dengan ucapan Ustad Ibnu yang mengatakan dia
gila, dia pergi dari mesjid itu bersama dengan Amei Chan.
Tan Tio menangis karena masih belum mantap mempercayai Tuhan. Lalu
Tuan Tan Tio mendatangi wihara untuk menanyakan hal yang sama kepada biksu.
Biksu itu menjawab Tuhan itu adalah sebuah sistem atau hukum yang mengatur
alam semesta, kita yang menentukan nasib dan karma masing masing, kau akan
menjadi pribadi yang utuh dengan sifat dan semangat Avalokitesvara Bodhisativa.
Kau akan memiliki sifat welas asih dan saling membantu tanpa membenci satu
sama lain. Mendengar pernyataan tersebut, Tuan Tan Tio malah meracau dan
marah besar pada biksu tersebut, karena dulu Tan Tio adalah seorang penjudi,
perampok, komplotan bandar narkoba, dan ketua preman di kampung. Dia tidak
ingin mendapat karma dalam hidupnya seperti yang Sang Buddha katakan.
Mengetahui suaminya melakukan pencarian tersebut, istrinya marah besar dan
berpendapat bahwa suaminya kini mengidap skizofrenia. Istrinya Tan Tio pun
adalah seorang atheis juga. Mereka sudah menjadi atheis sejak berpuluh puluh
tahun yang lalu. Bahkan saat di Cina pun mereka tak pernah menyembah apapun.
Istrinya tidak mau kegilaan dalam melakukan pencarian tersebut menular pada
anaknya. Tapi dengan tegas Tan Tio mengatakan bahwa dia tidak gila dan hanya
Amei yang percaya pada hal itu.
Keesokan harinya, saat istrinya sedang pergi kerja, Tan Tio bersama anaknya
mendatangi rumah seorang penganut agama nasrani bernama Fransiscus
Sihombing. Fransiscus sudah menduga bahwa langganannya akan datang tiap
malam dan menyakan hal yang sama dan menyadari bahwa lelaki tersebut sudah
tidak waras akalnya, namun dia tetap melayaninya dengan senang hati. Apa yang
akan kau lakukan jika menjadi umat Islam?apakah kau percaya bahwa Tuhan itu
hanya berbentuk Dzat dan tidak pernah diketahui keberadaan-Nya? Lalu, kenapa
KaBah itu pusat dimana rumah Tuhan itu berada?, Fransiscus kaget dengan
pertanyaan yang berbeda dari hari sebelumnya. Mereka sangat membenci berhala
dan menganggap tuhan ada dimana-mana, Tuhan mereka berbeda, aku sangat
ingin mendalaminya. Tapi ahli agama di mesjid itu membuat aku seperti orang
bodoh saja.
Fransiscus tertegun mendengar pertanyaan Tan Tio, kemudian menjawab
Saya tak pernah menjadi umat Muhammad, karena umat Islam menganggap kita
kafir seolah-olah kita penjahat, padahal umat Nasrani sangat peduli dengan yang
namanya cinta kasih. Jika saya menjadi umat islam, saya akan menghormati
agama lain dan tidak memaksakan kehendak dengan mengancam dan teror.
Kemudian Tan Tio bertanya lagi kepada Fransiscus Fran, Tuhan ada dimana?
Fransiscus terkulai lemah mendengar pertanyaan Tan Tio dan menganggap Tan
Tio benar-benar orang gila. Sembahlah Tuhan Yesus, Tuan Tan, dia penuh
dengan cinta kasih Ujar Fransiscus. Tan Tio terdiam sejenak, badannya mulai
berkeringat dan segera permisi untuk pulang.
Di tengah perjalanan, Tan Tio bersama Amei berdiri di depan Mesjid Al-Akbar
yang sering disinggahinya. Beberapa orang keluar dari mesjid itu dan saling
bergerombol untuk melihat dari aksi lelaki yang menurut mereka sudah tidak
waras lagi. Mereka aling senang mendengar perbincangan antar Ustadz Rohim
dengan lelaki tua itu. Ustadz Rohim datang dan menghampiri Tan Tio, dia
tersenyum ramah dan mempersilakan lelaki itu masuk ke dalam masjid. Ustadz
Rohim segera minta maaf atas perlakuan temannya tempo hari jika jawabannya
tidak membuat Tuan Tan Tio mantap dan mengerti akan keberadaan Tuhan.
Ustadz Rohim menjelaskan bahwa Tan Tio terlalu berpikir tentang
logika, segala sesuatu jika dipikir dengan logika, yang tentunya otak itu Tuhan
yang menciptakan sendiri, maka kita sebagai makhluk ciptaan-Nya tak mungkin
dapat menjangkau semua. Tan Tio meninggalkan masjid tanpa berpamitan , dan
langsung menarik tangan gadis kecilnya. Hingga pada suatu malam menuju
perjalanan pulang, Tan Tio dibunuh ole A Liong, dia adalah ayah kandung Amei.
Tragedi pembunuhan itu disaksikan oleh anaknya sendiri Amei, sehingga
membuat dia depresi berat.sebelum meninggal ayahnya berpesan untuk
melanjutkan mencari Tuhan.
Dengan keadaan Amei yang seperti itu dan keinginannya untuk terus
menemukan Tuhan, Nyonya Tan menjadi marah besar. Dia sengaja meninggalkan
Amei di pinggir jalan dan ditinggalkannya gadis kecil itu sendirian, hingga ada
seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian melihatnya dengan iba dan
diajaknya dia pulang, dan dirawatnya Amei hingga menjadi gadis pintar dan
dewasa dan menjadi seorang gadis muslim.
C. Komentar Penulis
Wo Ai Ni ALLAH merupakan novel yang bagus, kuat, berkarakter inspiratif,
dan bisa untuk dibaca oleh kalangan siapapun. Sebuah novel yang penuh
tantangan, tentangan, dan keteladanan dalam meyakini keberadaan dan kebenaran
Allah SWT.
D. Kesimpulan
Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, harus meyakini adanya Tuhan, karena
dengan begitu kita adalah makhluk Tuhan yang beriman. Kisah dalam novel ini
menceritakan bahwa keberadaan Allah tidak bisa diukur dengan logika. Kita harus
mempercayainya dengan segala apa yang Allah ciptakan di muka bumi ini

Anda mungkin juga menyukai