UNSUR INTRINSIK:
Novel ini menceritakan seorang pemuda bernama Hasan yang taat pada agama,
lugu, dan senantiasa mendekatkan diri dengan Tuhan. Ia melanjutkan
pendidikannya di sebuah sekolah di Bandung, yaitu MULO. Hasan lalu jatuh cinta
kepada seorang gadis cantik bernama Rukmini. Akan tetapi terdengar kabar
bahwasannya Rukmini hendak dijodohkan oleh orang tuanya kepada orang lain,
sehingga membuat Hasan merasa sangat sedih. Akan tetapi hal tersebut justru
semakin membuat Hasan semakin dekat dengan Tuhan.
Suatu saat Hasan bertemu dengan teman dekatnya bernama Rusli. Hasan
dikenalkan kepada seorang wanita cantik yang mirip dengan Rukimini oleh Rusli,
wanita itu bernama Kartini. Suatu saat Hasan bertemu dengan salah seorang
teman Kartini, yaitu Anwar. Ia adalah pengamut Atheis. Pada mulanya Hasan
Memang tidak terpengaruh oleh Anwar. Akan tetapi setelah beberapa waktu
Hasan mulai terpengaruh oleh Anwar. Sikap atheis Hasan memuncak saat ia
mulai jatuh Cinta pada Kartini yang dirasanya mirip dengan Rukmini. Akhirnya
Hasan dan Kartini melangsungkan pernikahan. Akan tetapi pernikahan mereka
selalu diwarnai oleh pertengkaran-pertengkaran. Hasan merasakan api cemburu
karena menganggap sikap Kartini kepada Anwar berlebihan, kemudian mereka
berdua memutuskan untuk bercerai. Dengan kejadian ini, Hasan kembali merasa
membutuhkan Tuhan.
Akhir cerita Hasan merasa menyesal dan memutuskan untuk pulang ke kampung
halamannya, kembali pada orang tuanya. Ternyata di rumahnya pun Ayah Hasan
tengah mengalami sakit parah lalu meninggal dunia, tentu membuat Hasan
semakin berseedih karena ia menganggap bahwa sampai akhir hayatnya, Ayah
Hasan belum memaafkannya. Hasan juga menyalahkan Anwar karena dianggap
yang telah membuat keadaannya demikian. Tetapi pada saat Hasan berusaha
utuk membuat perhitungan dengan Anwar , Hasan tertembak dipunggungnya dan
dia meninggal ditempat kejadian akhirnya Hasan meninggal dengan rasa sesal
yang mendalam .
Kisah Tuti dan Maria merupakan cerminan ide kesetaraan gender yang pada masa tersebut dianggap tabu.
Sang penulis menggambarkan kedua tokoh dengan baik. Dikisahkan, Tuti dan Maria memiliki perangai yang
berbeda. Tuti adalah sang kakak, ia serius juga aktif dalam kegiatan organisasi kewanitaan. Sementara itu,
Maria sang adik, memiliki tabiat yang lincah juga ceria. Ia banyak disenangi orang-orang. Di dalam kehidupan
dua gadis jelita ini, penulis memunculkan seorang tokoh bernama Yusuf, pemuda tampan mahasiswa
kedokteran yang di kemudian hari menjadi kekasih dari tokoh Maria.
Bagaimana reaksi Tuti dengan percintaan Maria? Tuti juga mendambakan pasangan jiwa seperti adiknya.
Hanya saja ia belum mendapatkan seseorang yang benar-benar mengisi. Memang ada yang menaruh hati
pada Tuti. Pemuda itu bernama Supomo. Ia baik, terpelajar juga berbudi luhur. Namun Tuti tidak merasakan
apa-apa pada jejaka tersebut. Ia menolak keinginan hati Supomo dan menenggelamkan dirinya dalam
kesibukan organisasi. Seiring perkembangan waktu, hubungan Maria dan Yusuf semakin intim. Bahkan kedua
keluarga telah sepakat untuk mengadakan pertunangan. Namun, sedihnya, sebab menjelang pernikahan
Maria terkena penyakit dan pada akhirnya ia meninggal. Sebelum menghembuskan nafas, ia berpesan agar
Yusuf menikahi kakaknya, Tuti.
Novel ini menceritakan riwayat seorang yang bernama Hamid ketika bertemu seseorang di
Mekah yang bersimpati kepadanya. Hamid menceritakan riwayat hidupnya dari kecil sampai saat
itu. Sejak berumur empat tahun dia sudah menjadi anak yatim. Hamid dan ibunya hidup dalam
keadaan susah. Sampai dia bertemu dengan sebuah keluarga yang dermawan. Keluarga itu
mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Zainab. Hamid dan Zainab disekolahkan di
tempat yang sama. Hubungan Hamid dan keluarga Zainab semakin akrab seperti keluarga
sendiri. Sampai akhirnya Hamid dan Zainab harus berpisah karena Hamid harus melanjutkan
pendidikannya sedangkan Zainab menjalani pingitan seperti adat masyarakat Padang waktu itu.
Ketika berpisah keduanya saling merindu. Sampai akhirnya Zainab menginjak dewasa dan akan
dinikahkan. Namun, dia tidak mau karena masih mencintai Hamid. Hamid pun sebenarnya cinta
pada Zainab, tapi dia tidak berani mengungkapkan perasaanya karena dia sadar bahwa
keadaannya dan Zainab tidak sepadan. Hamid akhirnya pergi merantau untuk bisa melupakan
Zainab. Hanya sepucuk surat yang diberikan kepada Zainab semenjak kepergiannya itu. Zainab
sedih karena tidak bisa membalas surat itu tanpa tertulis alamat pengirimnya. Zainab tidak tahu
keberadaan Hamid. Karena menahan sedih yang berkepanjangan, akhirnya ia pun sakit. Di
Mekah itulah Hamid bertemu dengan teman lamanya, Saleh. Saleh adalah suami dari sahabat
Zainab. Saleh menceritakan keadaan Zainab kepada Hamid. Zainab begitu mencitai Hamid
hingga dia belum juga menikah karena masih berharap kepulangan Hamid. Melalui Saleh itulah
Zainab diberitahu keadaan Hamid. Keduanya bisa saling berkomunikasi. Akan tetapi, sakit yang
diderita Zainab semakin parah. Mengetahui keadaan Zainab, Hamid pun sedih dan sakit. Sampai
dia harus ditandu dalam menjalani ibadah haji. Akhirnya datang surat yang mengabarkan bahwa
Zainab telah meninggal. Begitu mendengar kabar tersebut, sakit Hamid semakin parah. Dan tepat
di bawah Ka`bah Hamid meninggal.