Anda di halaman 1dari 24

Nama : Ribka Novia

NIM : AAB 115 075


M.K : Kajian Prosa

PERTANYAAN:
1) Jelaskan definisi prosa fiksi menurut pendapat ahli!
2) Jelaskan unsur-unsur yang membangun prosa fiksi!
3) Sebutkan lima pengarang prosa fiksi angkatan 1920 beserta sinopsi karyanya!
4) Sebutkan lima pengarang prosa fiksi angkatan 1933 beserta sinopsi karyanya!
5) Sebutkan lima pengarang prosa fiksi angkatan 1945-1966 beserta sinopsi karyanya!
6) Sebutkan lima pengarang prosa fiksi angkatan 1980-2000 beserta sinopsi karyanya!
7) Jelaskan empat pendekatan sastra menurut Abrams!
8) Jelaskan pokok-pokok pikiran sosiologi sastra menurut Renne Wellek dan Austin Warren!
9) Jelaskan pokok-pokok pikiran pendekatan antropologi sastra!
10) Jelaskan pokok-pokok pemikiran kritik sastra feminis!
11) Jelaskan pokok pikiran pendekatan psikoanalisis Sigman Freus dalam kajian prosa fiksi!

JAWABAN :
1) Prosa fiksi menurut para ahli :
 Aminuddin (2002:66)
Prosa fiksi ialah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan
pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya, sehingga menjalin suatu cerita.

 M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106)


Mereka mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera
berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk cerita atau prosa kisahan
yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya
imajinasi.
2) Unsur pembangun dari prosa fiksi terbagi menjadi dua yaitu, unsur ekstrinsik yang berarti
unsur yang berada diluar teks namun tetap saling berpengaruh terhadap penciptaan karya,
dan unsur intrinsik yang hadir didalam teks itu sendiri dan membangun keutuhannya yang
meliputi:
 Tokoh dan Penokohan, berarti pelaku cerita dengan sifat dan peranannya masing-
masing.
 Alur dan Pengaluran/Plot, rangkaian peristiwa yang saling berhubungan karena
hubungan sebab-akibat.
 Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan, keadaan sosial dan tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175).
 Sudut Pandang, cara menyampaikan cerita seperti sudut pandang pertama (aku) dan
sudut pandang ketiga (dia, mereka).
 Tema, merupakan inti pokok gagasan dari keseluruhan cerita atau kisah.
 Amanat, berarti pesan kebaikan yang dapat ditarik dari cerita yang disampaikan,
biasanya tidak disampaikan secara langsung namun dikemas rapi dalam keseluruhan isi
prosa.

3) Merari Siregar : AZAB DAN SENGSARA (1920)


Sinopsis : Di kota Sipirok, ada seorang bangsawan yang kaya raya. Keluarga bangsawan
kaya raya ini mempunyai dua orang anak, yang satu laki-laki dan satu lagi
perempuan. Anak yang laki-laki itu bernama Sutan Baringin. Sutan Baringin
begitu dimanjakan oleh ibunya, segala kehendaknya dituruti dan selalu dibela
bila dia melakukan kesalahan. Akibatnya perlakuan yang demikian kemudian
menjadikan Sutan Baringin seorang laki-laki yang manja, malas, keras kepala,
angkuh, serta berperangai jelek. Sutan Baringin kemudian dikawinkan dengan
Nuria, seorang perawan pilihan ibunya. Nuria, perawan yang berhati mutiara
itu, sebenarnya tidak mencintai Sutan Baringin. Namun karena terpaksa dan
menyenangi hati orang tua, maka dia pun dengan sabar selalu menemani Sutan
Baringin dengan setia sampai mereka punya anak, yang satu laki-laki dan
satunya lagi perempuan. Anak yang perempuan bernama Mariamin, sedangkan
yang laki-laki oleh pengarangnya tidak diceritakan. Mariamin termasuk
perempuan yang berbudi luhur, taat terhadap agama maupun orang tua, budi
bahasanya halus, serta sopan santun. Setelah merangkak remaja, Mariamin jatuh
cinta dengan pemuda yang bernama Aminuddin, yang tidak lain adalah saudara
sepupunya sendiri, yaitu anak adik perempuan Sutan Baringin. Namun
percintaan mereka tidak kesampaian karena dihalangi oleh ayah Aminuddin
sendiri, dengan alasan Mariamin adalah orang miskin. Sebenarnya Ibu
Aminuddin setuju, tapi karena suaminya tidak setuju, maka terpaksa dia
mengalah pada suaminya. Aminuddin sendiri kemudian kawin dengan perawan
pilihan orang tuanya. Setelah menikah, Aminuddin pergi ke Medan. Sedangkan
Mariamin sendiri kemudian jatuh sakit karena cintanya yang tidak kesampaian
itu. Oleh orang tuanya Mariamin dikawinkan dengan Kasibun, seorang laki-laki
hidung belang dan berperangai jelek, dan sekaligus Kasibun mempunyai suatu
penyakit yang kronis. Perlakuan Kasibun pada Mariamin begitu buruk dan
sudah sangat keterlaluan. Akhirnya Mariamin minta cerai. Di pengadilan
agama, gugatan cerai Mariamin dikabulkan oleh hakim agama, dan Mariamin
pun cerai dengan Kasibun. Dengan hati hancur, Mariamin kembali ke Sipirok,
dan di sanalah dia menetap dengan penuh kesengsaraan sampai akhir hayatnya.

APA DAYAKU KARENA AKU SEORANG PEREMPUAN (Sutan Nur Iskandar,


1923)
Sinopsis : Aku mau bersekolah karena Mamaknya orang yang berkuasa. Mamak lebih
berkuasa daripada Bapak. Adat kebiasaan di kampung, kemenakan lebih dahulu
ditawarkan oleh Mamaknya sebelum di berikan orang lain. Mamak meninggal,
hilang sudah tempat pergantunganku. Tunangannya datang ke rumah. Ia ingin
pergi ke Jakarta karena tidak nyaman tinggal di kampung. Ia adalah pengganti
Ibu yang sudah meninggal. Ia berjanji jika sudah setahun ia akan kembali ke
kampung. Aku risau, karena sebagian besar anak laki-laki yang sekolah di
Jakarta tidak mau pulang ke kampung halaman. Teman-teman banyak yang
datang mengadu kepadaku akibat menikah muda. Aku tidak boleh membantah,
karena ini adalah kehendak orang tua. Sebagian besar suami tidak bertanggung
jawab atas masalah kawin paksa. Mereka menganggap perempuan seperti benda
yang tidak bernyawa. Semua keluarga pasti malu kalau anak gadisnya tidak
cepat-cepat menikah, tetapi menikah di bawah umur mendatangkan banyak
masalah. Ani adalah perempuan yang berterus terang. Harta yang ia punya
adalah milik Mamaknya dan hasil usaha Bapaknya. Seorang ayah bersifat
otokratik terhadap anak perempuannya, bila ia menyekolahkan anaknya dan
terlibat dengan cinta. Ani terpaksa menulis surat surat untuk kekasihnya supaya
menjemputnya segera, walaupun ia tahu kehidupan kekasihnya belum mapan.
Saat kekasihnya menerima surat, permintaannya belum dapat dikabulkan.
Kekasihnya ingin ia menikah ketika umurnya sudah cukup. Bapak Ani meminta
kekasih Ani untuk megirim ulang surat dan perhelatan akan segera berlangsung.
Kalau tidak mengirim surat putus, ia harus mengirim surat talak untuk istrinya.
Keluarga harus menutup malu jika anak perempuannya tidak cepat-cepat
berkeluarga. Menikah sebelum berpencarian akan menimbulkan masalah besar
dalam keluarga. Pandangan generasi tua selalu berkaitan dengan Agama Islam,
menikah di usia tua seperti meniru orang Belanda. Ayah merasa menyesal
karena Mamak menyekolahkan Ani karena akhirnya Ani tidak menurut dengan
orang tua. Sesuatu yang baru sulit dirubah walaupun ada kebenarannya. Mamak
Datuk Hitam mempunyai pikiran yang sama dengan Ani. Setelah terima surat
dari kekasihnya, Mamak Datuk Hitam akan pulang ke kampung dan
menjelaskan yang sebenarnya. Amak Datuk Hitam bukanlah Mamak kandung,
ia selalu di dengar dan dihormati masyarakat kampung. Peranan Mamak Datuk
Hitam adalah memberika budi pekerti yang lembut, serta memberikan jasa,
pendidikan, dan pertanian kepada kampung. Pikiran Mamak Datuk Hitam selalu
berkaitan dengan pernikahan usia muda. Ia selalu diterima dengan dua cara,
dengan setuju, dan disindir secara halus yang masih kebiasaan rdilakukan oleh
masyarakat kampung. Durkana menangguhkan perkawinan karena ingin
menguatkan diri dengan senjata hidup dan Ani yang berjanji akan menunggu
waktu yang tepat. Mak Datuk Hitam berperan bahwa laki-laki harus menaruh
belas kasihan terhadap istri. Mamak Datuk Hitam berpendapat bahwa laki-laki
lupa dengan perasaan perempuan, seperti orang bangsawan yang menganiaya
kaum perempuan dan orang tua yang ingin beristri muda.

SALAH ASUHAN (Abdul Moeis; 1928)


Sinopsis : Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan
berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah
bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Busse, gadis
Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama
merekapun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena
perbedaan bangsa. Jika orang Bumiputra menikah dengan keturunan Belanda
maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie
pun meninggalkan minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja
ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan
sekolahnya. Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah.
Rapiah adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai
halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin anaknya dengan Rapiah
yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai
sekolahnya. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie
saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan
Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya
diperlakukan seperti pembantu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu
seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang
kerumahnya. Hanafi dan Rapiah dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu
Syafe’i. Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka ia harus berobat ke Betawi
agar sembuh. Di Betawi, Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana,
Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia
menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun
Hanafi seperti itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan ibu hanafi.
Perkawinwnnya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, samapai-sampai Corrie
dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati
dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit kolera dan meninggal
dunia, Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas
kematian Corrie, hanafi pun pulang kembali kekampung halamannya dan
menemui ibunya. Disana Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah
tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum racun untuk
mengakhiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT (Tulis Sutan Sati, 1928)


Sinopsis : Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang
Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka
ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau
yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena
sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin,
namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai
perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak
sombong seperti Kacak. Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak
begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia
mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah
berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun
Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak
Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan
Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari
hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan
mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman. Suatu hari istri
Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu
Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong
istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah
balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu
dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu
itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang
menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak
melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu,
rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat
hukuman dari Tuanku Laras. Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu
harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang
yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani
hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia.
Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun
diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari
menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari
mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan
penuh kepasrahan. Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya
itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih
dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun
masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka,
itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa
berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan
Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya. Untuk melaksanakan
niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk
melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan
ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan
Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan
kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah
Midun pisau. Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian
antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar
pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun
langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Setelah diperiksa, Maun
dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam
penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan
Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa
ada orang yang berani menjadi penghalangnya. Selama di penjara itu, Midun
mengalami berbagai siksaan. Dia disiksa oleh para sipir penjara ataupun oleh
Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani
mengganggu Midun ketika Midun suatu hari berhasil mengalahkan si jago para
tahanan. Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka
kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para
tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka. Suatu hari, ketika Midun
sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang
duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata
kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu
kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis
itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga
sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah. Setelah pertemuan itu, mereka
berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman
hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia
merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah.
Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang
waktu itu tinggal di Bogor. Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah
dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang
sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah
orang tua Halimah. Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau
Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun
bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan
keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak
mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam
Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab.
Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang
jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu. Sesuai dengan
saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin
lama makin besar. Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang
dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia
menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah
pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah
yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian,
rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak dibayar
atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia
jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada
Syekh . Halimah juga sangat marah pada Syekh. Karena gagal lagi akhirnya
Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang.
Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan.
Midun masuk penjara lagi. Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke
Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada
seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa
pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan
Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun
yang telah menyelamatkan nyawanya itu.

DARAH MUDA (Djamaluddin Adinegoro, 1928)


Sinopsis : Setelah lulus dari sekolah kedokterannya, Nurdin disuruh oleh orang tuanya
untuk kembali ke Padang (Bukittinggi), dikarenakan orang tuanya sudah sangat
rindu untuk ingin bertemu. Di perjalanan, Nurdin berkenalan dengan seorang
gadis Priangan yang bernama Rukmini. Rupanya, ia hendak menjenguk ibunya
di Bengkulu. Rukmini adalah seorang guru sekolah rendah.Sepulangnya dari
Padang, Nurdin bekerja di CBZ daerah Jakarta. Kurang dari setahun dia bekerja
di situ. Lalu, dia dipindah tugaskan ke Bukittinggi. Sampai di Bukittinggi,
Nurdin oleh Ibunya hendak dikawinkan dengan gadis se daerahnya atas pilihan
Ibunya. Namun, Nurdin menolak tawaran itu, sebab dia sudah terpaut dengan
Rukmini, gadis Priangan itu. Rupanya, tidak lama berselang, Nurdin bertemu
lagi dengan Rukmini di Padang, yaitu ketika Rukmini sedang berusaha mencari
tempat pengajar pada sebuah sekolah partikelir di Padang tersebut.
Di suatu hari Nurdin pulang ke Bukittinggi. Dia bertemu lagi dengan Rukmini
dalam kereta api yang ditumpanginya. Pada waktu itu, Rukmini sedang
menjenguk Ibunya yang sedang sakit di Bukittinggi. Ibu Rukmini ternyata
diobati oleh Nurdin, sehingga hubungan kedua anak muda itu semakin dekat
dan semakin akrab. Namun, Ibu Nurdin tidak menyetujui hubungan Mereka.
Setelah terjadi perselisihan paham dan perdebatan yang panjang antara Nurdin
dan Ibunya tentang masalah jodoh dan kawin paksa serta poligami. Akhirnya,
walaupun hanya dengan setengah hati Ibunya Nurdin memperbolehkan mereka
untuk menikah. Akan tetapi, walaupun Ibu Nurdin telah merestui mereka
dengan setengah hati itu, rupanya pernikahan antara kedua anak muda itu gagal.
Kegagalan itu disebabkan oleh masalah adat istiadat tata cara lamar-melamar.
Sebagai orang Minang, secara adat Ibu Nurdin ingin agar pihak perempuan yang
harus meminang pihak pria. Sebaliknya, menurut Rukmini, dimana menurut
adat Sunda yang melamar itu seharusnya pihak pria. Nah, di sini letak kedua
belah pihak sama-sama ngotot mempertahankan adat istiadat masing-masing.
Akibatnya karena tidak ada kata sepakat, maka mereka tidak jadi menikah pada
waktu itu. Akibat kenyataan itu, kenyataan Rukmini yang tidak mau mengalah
dan sekaligus dia tidak begitu setuju Nurdin menikah dengan gadis luar
masyarakat Minang. Maka, ibu Nurdin selanjutnya mulai melaksanakan niatnya
unntuk merenggangkan hubungan antara Nurdin dengan Rukmini. Dia
kemudian menyebar isu kepada keluarga Rukmini, bahwa Nurdin akan segera
menikah dengan gadis sedaerahnya atau gadis Minang dalam waktu dekat.
Rupanya ada seorang pria yang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan
ini, dia bernama Harun. Harun secara terang-terangan langsung melamar
Rukmini, sambil membawa isu bahwa Nurdin akan segera menikah. Tidak
hanya sebatas itu usaha Harun, karena ternyata lamaran dan cintanya sama
Rukmini, dia kemudian menyuruh Gapur, temannya agar mencuri foto
Rukmini. Maksud pencurian foto itu tidak lain agar Nurdin curiga dan cemburu.
Caranya dia pura-pura sakit. Foto Rukmini dia taruh di meja kamarnya.
Kemudian, dia panggil Nurdin agar mengobatinya. Rupanya siasat Harun ini
cukup sukses, sebab sewaktu Nurdin mengobati Harun di kamarnya itu dia
melihat foto Rukmini yang terpampang dengan cantik di kamar Harun. Nurdin
langsung cemburu dan curiga. Dia curuiga kepada Rukmini, bahwa benar
Rukmini telah berpaling darinya dan mendapat pemuda baru yang bernama
Harun itu. Hasilnya, Nurdin langsung memutuskan tali kasihnya dengan
Rukmini. Putusnya tali kasih Nurdin dengan Rukmini tidak hanya Harun yang
senang, terlebih ibunya Nurdin. Dia semakin sayang kepada Nurdin yang
memang terlihat jelas sudah renggang dengan Rukmini. Namun, kegembiraan
ibu Nurdin ini tidak lama, sebab tidak lama kemudian rupanya Nurdin jatuh
sakit akibat kenyataan itu. Melihat kenyataan itu, ibu Nurdin sangat menyesal
telah berbuat demikian. Penyesalannya itu, dia utarakan sendiri kepada Nurdin.
Sewaktu Nurdin sakit, Nurdin minta agar Rukmini bersedia menengoknya dan
sekaligus dia hendak minta maaf atas kesalahan pada Rukmini. Rukmini
memenuhi permintaan Nurdin itu, dia langsung datang ke Padang menjenguk
Nurdin. Dan pada saat itu, Rukmini menyerahkan buku hariannya kepada
Nurdin. Buku harian tersebut berisi tentang bagaimana besarnya cinta Rukmini
kepada Nurdin. Nurdin menjadi terharu setelah membaca buku harian Rukmini
tersebut. Hati dan pikirannya langsung terbuka, sebab ternyata Nurdin sembuh.
Nurdin langsung menikah dengan Rukmini. Akhirnya, jadilah mereka sebuah
keluarga yang bahagia

4) SI CEBOL RINDUKAN BULAN (Aman Datuk Madjoindo; 1934)


Sinopsis : Seorang gadis bernama Fatimah yang telah mencintai seorang pemuda bernama
Didong. Fatimah adalah putra orang kaya namun berhati lembut sedangkan
Didong adalah anak orang miskin namun dikenal santun dan baik. Ayah
Fatimah, Sutan Pandeka, mengundang pemuda bangsawan bernama Sutan Ajis
untuk bertamu. Sutan Ajis yang sifat serakahnya tak jauh berbeda dengan Sutan
Pandeka, menyambut baik maksud perjodohan tersebut hingga frekuensi
bertamu ke rumah Sutan Pandeka lebih intens. Konflik dimulai saat Sutan Ajis
mengajak Fatimah dan ayahnya ke Pariaman untuk mengunjungi arak-arakan
10 Muharram. Di perjalanan, Fatimah melihat Didong lalu memanggilnya.
Didong pun segera menyusul bendi yang membawa Fatimah menggunakan
sepeda. Sekuat tenaga ia mengayuh sepeda hingga akhirnya berhasil juga
menemukan Fatimah. Akan tetapi, sesampainya di tempat, Sutan Ajis ketahuan
ingin merampas harga diri Fatimah. Didong yang marah memukulnya hingga
Sutan Ajis cedera. Sutan Ajis tak mau terima, ia pun mengadukan Didong ke
polisi lantas Didong dipenjara. Peristiwa itu meninggalkan bekas di hati
Fatimah dan keluarga Sutan Ajis. Fatimah sakit parah dan orang tua Sutan Ajis
tidak mau menerima Fatimah sebagai menantu. Akhirnya karena sedihnya,
Fatimah meninggal. Sepeninggal Fatimah, Didong menjadi gila dan Sutan
Pandeka menjadi orang yang kurang waras.

KATAK HENDAK JADI LEMBU (Nur Sutan Iskandar; 1935)


Sinopsis : Bertemakan kesombongan seseorang dalam menjalani hidup yang dikisahkan
oleh seorang priyayi yang bernama Suria seorang Menteri Gubernur di kota
Sumedang yang memiliki sifat sombong, egois, dan gila hormat. Suria
merupakan Gubernur yang kaya raya memiliki tiga anak dan seorang istri
bernama Zubaidah. Pernikahan keduanya dilandasi karena Hj. Zakaria ayah dari
suria meminta Hj. Hasbullah ayah dari Zubaidah untuk menikahkan keduanya
karena mereka bersahabat. Kehidupan rumah tangga mereka tidak harmonis,
tetapi Zubaidah tetap baik dan penyayang terhadap keluarganya walaupun suria
merupakan sosok yang angkuh dan senang berfoya-foya. Hingga suatu ketika
keuangan keluarga Suria memburuk karena uang yang dimilikinya dihabiskan
hanya untuk menyenangkan hatinya. Suria yang semula bergelimang harta
menjadi miskin dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya
karena Suria terlilit hutang yang sangat besar. Suria bingung dengan keadaan
yang dialaminya sekarang hingga memutuskan untuk pergi ke Bandung yaitu
rumah dari anak sulungnya yang merupakan hasil pernikahannya dengan
Zubaidah. Dengan keadaan yang semakin memburuk kebiasaan Suria untuk
hidup berfoto-foya tidak dapat dirubahnya. Surya tetap menjalani hidup seperti
dulu saat bergelimang harta dan memiliki tahta hingga membuat Zubaidah
meninggal dunia. Keadaan itulah membuat Suria diusir oleh anaknya dan anak
yang lainnya tidak ingin Suria tinggal bersamanya. Suria sangat bingung dengan
keadaannya yang semakin memburuk. Suria pun memutuskan untuk tinggal
bersama orang tuanya, namun baru beberapa hari tinggal bersama orang tuanya
surya pergi entah kemana dan tidak pernah kembali lagi.
LAYAR TERKEMBANG (Sutan Takdir Alisjahbana, 1937)
Sinopsis : Menceritakan kehidupan dari seorang kakak dan adik yang bernama Tuti dan
Maria. Mereka berdua adalah anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di daerah
Banten, yang pada ketika itu hidup dengan pensiunannya di Jakarta bersama
kedua anaknya itu. Bundanya telah berpulang dulu dua tahun yang lalu sehingga
tinggallah mereka bertiga. Diawali dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu
Tuti, Maria, dan Yusuf di sebuah gedung aquarium di pasar ikan. Yusuf
merupakan seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang saat itu tidak
sengaja bertemu dengan kedua gadis tersebut Maria dan Tuti ketika ingin
mengambil sepedanya karena sepedanya terletak dengan sepeda mereka. Maria
seorang gadis yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum
selesai benar ia berpikir, ucapanya telah keluar menyatakan perasaan yang
bergelora, baik waktu kegirangan maupun waktu kedukaan. Air mata dan gelak
berselisih di mukanya sebagai siang dan malam. Sebentar ia iba semesra-
mesranya dan sebentar berderau gelaknya yang segar oleh kegirangan hatinya
yang remaja. Sebaliknya dengan Tuti, ia bukan orang yang mudah kagum, yang
mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia
tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak tahu yang akan dapat
dikerjakannya dan dicapainya. Segala sesuatunya diukurnya dengan
kecakapannya sendiri, sebab itu jarang memuji. Tentang apa saja ia mempunyai
pikiran dan pemandangan sendiri dan segala buah pikirannya yang tetap itu
berdasarkan pertimbangan yang disokong oleh keyakinan yang pasti. Jarang
benar ia hendak lombar-lombar, turut-menurut dengan orang lain, apabila
sesuatu tiada sesuai dengan kata hatinya. Tuti adalah guru dan juga seorang
gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan
memperjuangkan kemajuan atau cita-cita wanita. Dengan seiring berjalannya
waktu, mulai tumbuhlah benih cinta Yusuf pada Maria. Bahkan Yusuf rela
mempersingkat waktu liburan bersama orang tuanya di Martapura untuk
bertemu Maria di Bandung. Beberapa waktu kemudian Yusuf untuk pertama
kalinya menyatakan cinta kepada Maria saat berjalan-jalan di air terjun Dago.
Maria gembira sekali dan mengabarkan kejadian itu kepada Tuti. Melihat
pekerti Maria yang berubah karena mabuk cinta dan sering melamun membuat
Tuti tidak menyetujui hubungan mereka, karena hal tersebut mengakibatkan
laki-laki akan memandang rendah kaum wanita karena terlalu memperlihatkan
ketergantungannya. Melihat kemesraan antara Yusuf dan Maria, perasaan aneh
pun timbul di hatinya Tuti, yaitu kesepian. Hal ini dikarenakan pada dasarnya
jiwa wanita membutuhkan rasa kasih dan sayang seorang laki-laki. Dan
pendirian Tuti mulai goyah ketia Maria mengucapkan kalimat “cintamu cinta
perdagangan yang mempertimbangkan sampai kepada semiligram”. Ucapan itu
mengingatkan pada Hambali, mantan tunangannya dulu, yang dianggapnya
tidak mengerti perjuangan dan akan menghalangi langkahnya. Kisah terus
berlangsung dan tanpa disadari, hubungan Yusuf dan Maria mempengaruhi
sikap Tuti seperti sering memikirkan diri sendiri dan melamun. Hal ini
meninbulkan perasaan iri terhadap kebahagian mereka berdua. Suatu saat ada
seorang pemuda yang hendak melamar Tuti tetapi ditolaknya karena
menurutnya pemuda tersebut tidak sepadan denganya dan Tuti pun tidak
mencintainya, sesuai dengan sifatnya. Tuti tidak ingin menjadikan pernikahan
sebuah pelarian kesepian dan rasa takut dikejar oleh usianya. Maria jatuh sakit
terkena TBC dan harus dirawat di rumah sakit khusus penderita wanita di Pacet,
Sindanglaya Jawa Barat. Ayah, Tuti, dan Yusuf silih berganti menjenguk Maria,
namun sebulan lebih lamanya keadaan Maria semakin buruk. Pada suatu
kesempatan, Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya,
di situlah Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan.
Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam,
ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan
pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam
pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada
masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan organisasi-
organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan. Tetapi juga di desa atau di
masyarakat manapun, pengabdian itu dapat dilakukan. Semakin hari hubungan
Tuti dan Yusuf semakin akrab, sementara itu kondisi kesehatan Maria justru
semakin mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun sudah tidak dapat
berbuat lebih banyak lagi. Pada saat kritis Maria mengatakan sesuatu sebelum
ia meninggal. Yaitu ingin melihat Tuti dan Yusuf hidup bersama. Akhirnya
Yusuf dan Tuti bertunangan.
KALAU TAK UNTUNG (Selasih, 1933)

Sinopsis : Rasmani dan Masrul adalah dua orang sahabat karib. Persahabatan yang dimulai
sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain di
dalam diri Rasmani. Diam-diam ia mencintai pemuda yang begitu menyayangi
dan memanjakannya itu. Ketika Masrul harus pindah ke Painan untuk bekerja,
Rasmani dengan berat hati melepaskanya. Perasaan ini pun dirasakan oleh
Masrul. Surat pertama yang diterima Rasmani dari Masrul, setelah beberapa
hari mereka berpisah, membuatnya tak percaya. Guru yang mengajar di desanya
ini menduga akan mendapatkan berita yang menggembirakan, tetapi yang
terjadi justru sebaliknya. Dalam suratnya, Masrul mengatakan bahwa dia harus
menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua tahun setelah ia mendapatkan
banyak pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu karena terpaksa. Ia harus
menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya. Demi kebaikan Masrul,
Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan perasaannya yang
sakit. Diperantauan, Masrul bekerja sebagai juru tulis. Ia mendapat tawaran dari
Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang bernama Muslina. Pada mulanya,
Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya lebih tertarik pada Rasmani yang
telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak kepada Aminah dan
kaum kerabatnya apabila ia mengingkari janjinya. Akan tetapi, karena
kepintaran Guru Kepala dan istrinya itu mendesak Masrul, akhirnya Masrul
menerima tawaran itu. Keputusan Masrul untuk menikah dengan Muslina
membuat kaum kerabatnya kecewa dan marah besar. Perasaan Rasmani sendiri
begitu kacau. Bagaimana hati Rasmani ketika menerima surat Masrul yang
mengatakan beristri itu. Kehidupan rumah tangga Masrul dengan Muslina yang
sudah membuahkan seorang anak, ternyata tidak berjalan serasi. Keduanya
sering terjadi percekcokan. Hal itu disebabkan tidak dihargainya Masrul sebagai
seorang suami. Akibatnya, Masrul sering tidak pulang ke rumahnya. Ia
menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan yang semakin
memburuk dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan, membuat Masrul berpikir
untuk menceraikan Muslina. Jawabanya pun tidak memuaskan hatinya sehingga
keputusan cerai mutlak dilakukan. Sementara itu, Rasmani yang sudah
berkeinginan untuk tidak menikah setelah pujaan hatinya menikah dengan
orang lain, bertambah hancur hatinya. Ia tidak bisa melawan rasa cintanya pada
Masrul walaupun berbagai usaha dilakukannya, termasuk mengizinkan Masrul
menikah dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati
nurani. Hal ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang
mengatakan bahwa selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia
mencintai Rasmani. Api yang telah hampir padam itu, mulailah kembali
memperlihatkan cahayanya, menyala makin lama, makin besar. Kenyataan
yang tidak diduga oleh Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul
di kediamannya di Bukitinggi. Semua kejadian diceritakan oleh Masrul yang
membuat Rasmani begitu sedih dengan penderitaan kekasihnya itu. Beberapa
waktu kemudian, Masrul melamar Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan
pernikahannya, ia meminta izin untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu karena
sebelumnya ia telah mengundurkan diri dari pekerjaannya di Painan. Masrul
ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan harapan akan lebih cepat bekerja
dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya di Painan. Akan tetapi
sampai beberapa bulan lamanya, Masrul belum juga mendapatkan pekerjaan
dan berita keadaan dirinya tak pernah dikabarkan kepada Rasmani. Hal ini
membuat Rasmani berkecil hati dan menganggap Masrul tidak setia. Rasa putus
asa Rasmani bertambah setelah Masrul mengatakan bahwa Rasmani tidak usah
menunggunya kalau ada orang lain mencintainya, dalam suratnya yang datang
kemudian. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh sakit. Rupanya sakit
Rasmani yang hampir sembuh dengan kedatangan Dalipah, kakaknya yang
selalu mendampinginya dalam kesedihan, kambuh lagi karena dikabarkan
bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan membatalkan keputusan
yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang datang menyusul.
Surat yang membawa kabara baik itu rupanya lebih mengejutkan Rasmani dan
lebih merusakkan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang dahulu.
Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang datang terlambat.

5) AKI (Idrus, 1949)


Sinopsis : Ada sebuah keluarga kecil. Suami bernama Aki dan didampingi oleh istrinya
yang bernama Sulasmi. Dari dulu Aki adalah seorang laki-laki yang berhati
baik, suka menolong, membantu tanpa pamrih, dan mendermakan sebagian
hartanya. Tetangga dan teman-teman banyak yang senang padanya. Sangat
jarang ditemukan orang yang sebaik Aki. Sayangnya, Aki tidak pernah sholat
dan puasa. Mungkin karena dia melihat bahwa banyak orang yang sholat dan
puasa, tapi mereka tetap menipu, korupsi, dan berbuat jahat. Ini yang jadi
pertanyaan Aki yang belum terjawab. Kebahagiaan suami istri ini terusik,
karena Aki sudah lama menderita penyakit yang parah yaitu TBC. Oleh
karenanya, badan Aki kelihatan renta dan tidak sehat. Walaupun usianya baru
29 tahun, tapi kelihatan lebih tua seperti berusia 42 tahun. Setelah sekian lama
tak kunjung sembuh, Aki lalu meramalkan bahwa dia akan meninggal tahun
depan yaitu pada tanggal 16 Agustus. Akhirnya tanggal 16 sudah datang. Yaitu
waktu yang telah ditentukan bahwa Aki akan meninggal, ia memakai baju-baju
yang paling bagus untuk menanti kedatangan maut. Sekitar seperempat jam, ia
naik ketempat tidur. Lalu Sulasmi memanggil-manggil Aki, tetapi tidak
dijawabnya karena dia sedang tidur. Istrinya menduga bahwa Aki telah benar-
benar mati, maka ia menangis dan memanggil tetangga serta kawan-kawannya
yang menunggu diluar. Karena suasana yang ribut itu Aki lalu terbangun, dia
segera mengambil korek api dan menyulut rokok dan lisongnya. Tetangga dan
teman-teman tadi menjadi terkejut melihat Aki yang tidak jadi mati. Setelah
memastikan kenyataan, mereka lalu pulang. Tinggallah Aki dengan istrinya.
Malah Aki gembira dan berkata bahwa ia tidak jadi mati. Berdasar peristiwa itu,
dia justru mengatakan ingin hidup sampai berumur 60 tahun. Seiring
berjalannya waktu, keadaan Aki menjadi sebaliknya. Tiap hari badannya
bertambah sehat dan kelihatan seperti berumur 30 tahun, padahal sebenarnya
berumur 40 tahun. Ia merasa bahwa kematiannya akan berarti kerugian besar
bagi dunia, maka selama hidup kesempatan harus dipergunakan sepenuhnya
dalam arti yang baik. Kemudian Aki masuk fakultas hukum. Sekarang Aki bisa
menjawab pertanyaannya dulu. Bahwa sekarang ia percaya pada Tuhan, dan
hanya Tuhan yang menentukan umur dan waktu meninggalnya seseorang. Kini
dia tahu bahwa berbuat baik saja tidak cukup, harus diikuti sholat, puasa, dan
tauhid.

DITEPI KALI BEKASI (1951) karya Pramoedya Ananta Toer


Sinopsis : Farid adalah anak seorang bekas tentara kompeni, kaki tangan Belanda yang
dulu menindas warga Aceh. Melihat dan mendengar tentang kekejaman Inggris-
Belanda-Inlander membuat Farid ingin ikut berjuang dengan mengikuti
pelatihan tentara di Cikampek. Meski tak direstui ayahnya, Farid tetap berangkat
di tengah-tengah derum senjata peperangan yang terjadi di Jakarta. Di kereta ia
bertemu dengan sahabatnya, Amir dan Surip yang akan sama-sama pergi ke
Cikampek. Ikut pelatihan tentara disana. Setelah beberapa lama, Farid
ditempatkan di bagian kemiliteran jalanan, Surip di bagian keuangan, sedangkan
Amir langsung di tempatkan di garis depan, tempat pertempuran. Meski masih
terbilang muda, namun Amir telah memiliki banyak pengalaman di medan
perang. Berita penggedoran terhadap keluarganya yang menyebabkan seluruh
keluarganya tewas tak membuat Amir gentar, ia malah semakin giat dalam
perjuangannya. Hingga akhirnya ia gugur dalam pertempuran di Kampung Dua,
sebelah kanan Kranji. Berita ini langsung Farid sampaikan kepada Nanny,
seorang gadis Indo yang dekat dengan Amir. Ia pun segera datang ke Cikampek
dan langsung ke tempat pengumburan Amir. Farid dipindahkan ke Cikarang,
Nanny memutuskan untuk tetap tinggal di Cikampek bersama dengan Surip.
Farid pun diangkat menjadi kopral dan ditempatkan di Bakasi. Setelah 6 bulan
ikut tentara akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk menemui ayahnya di
Jakarta. Namun setibanya disana, ternyata ayah telah menjadi pekerja Nica. Hal
ini membuat Farid marah besar dan sempat tidak ingin bertemu dengan ayahnya.
Namun akhirnya mereka bertemu juga dirumah Bu Saleh, tetangganya yang
baik hati. Namun tak menunggu lama, hari itu Farid pun langsung kembali ke
Bekasi. Masalah yang dihadapi Farid tak hanya masalah di medan perang, tapi
juga masalah di hatinya. Ia jatuh cinta pada kekasih Amir, Nanny. Namun
ternyata Nanny pun merasakan hal sama terhadap Farid. Akhirnya mereka pun
menjalin hubungan setelah Farid menyatakan perasaannya terhadap Nanny.
Nama tentara keamanan rakyat diganti menjadi “tentara keselamat rakyat” dan
markas daerah pertempuran pun dipindahkan dari Bakasi ke Kranji. Disana
Farid terlibat hubungan dengan seorang anak haji bernama Safiah. Disana ia pun
bertemu dengan Surip yang telah bergabung ke bagian militer jalanan dengan
pangkat Letnan, lebih tinggi dibandingkan Farid. Surip memberitahukan kepada
Farid bahwa Nanny sekarang hidup serba kekurang karna tidak ada Surip lagi
di sampingnya. Keresahan semakin melanda hati Farid saat Surip mengatakan
kalau Nanny sungguh-sungguh mencintainya. Sementara itu di Bekasi, para
musuh telah berhasil merebut tempat itu dan akan segera melancarkan serangan
ke Kranji. Hal ini mengejutkan para tentara dan juga rakyat. Dan tentara terjepit,
persediaan senjata habis. Akhirnya rakyat diperintahkan untuk segera
mengungsi. Dalam keadaan gawat ini sebentar-sebentar pikiran Farid terus
melayang pada ayahnya dan Nanny gadis indo yang memilih untuk memihak
pada Indonesia. Sementara itu, tembakan terus-menerus terjadi antara kedua
pihak. Musuh di tepi sana. Tentara di tepi sini. Tepi menepi kali Bekasi yang
penuh riwayat. Bekasi yang penuh kejadian. Kini berulang kembali. Menang
atau kalah? Semua terletak pada kemauan dan keberanian mereka sendiri.

ATHEIS (Achdiat Kartamihardja, 1949)


Sinopsis : Hasan adalah pemuda desa yang taat pada agama, lugu dan selalu mendekatkan
diri pada Tuhan. Dia dibesarkan oleh seorang keluarga berdarah sunda yang
sederhana namun taat pada agama, sehingga Hasan tumbuh menjdi pemuda
yang berilmu agama yang cukup kuat dan juga sebagai pemuda lugu yang tidak
suka berfoya-foya. Suatu hari, dia melanjutkan sekolah di Bandung yaitu
MULO. Saat bersekolah di Bandung, Hasan mulai jatuh cinta kepada gadis yang
cantik bernama Rukmini. Akan tetapi, ketika Hasan sedang dimabuk cinta
dengan Rukmini, dia harus mendengar kabar bahwa Rukmini dijodohkan oleh
orangtuanya dengan seorang saudagar kaya dari Jakarta. Hasan sangat sedih dan
frustasi, tetapi ia tetap istiqomah dan tidak lari dari agamanya, sebaliknya dia
malah semakin taat pada agama. Setelah kejadian itu, Hasan bertemu dengan
teman teman kecilnya, Rusli. Lalu Rusli mengenalkan seorang janda cantik yang
wajahnya mirip dengan Rukmini wanita tersebut bernama Kartini. Hasan
merasa bahwa Rusli adalah seseorang yang menganut matrealisme, sedangkan
Kartini adalah wanita yang menganut pergaulan bebas. Dengan ilmu agama
yang dia punya, Hasan sadar bahwa dia harus mencoba menyadarkan mereka
akan tetapi hasan selalu menemui kegagalan, karena tempat dimana mereka
hidup dipenuhi dengan orang-orang yang berfikir seperti Rusli dan kartini.
Suatu ketika Hasan bertemu dengan teman Kartini yaitu Anwar, Anwar adalah
seorang yang menganut Atheis. Pertama-tama Hasan tidak terpengaruh dengan
cara fikir anwar itu, tetapi setelah beberapa lama Hasanpun mulai terpengaruh.
Sikap atheis Hasan yang yang tidak percaya keberadaan Tuhan itu semakin
memuncak ketika Hasan mulai jatuh cinta dengan Kartini yang dianggap Hasan
memiliki kesamaan sifat dengan Rukmini. Akhirnya mereka berdua
memutuskan untuk menikah tanpa ada saksi-saksi, hingga Hasanpun diusir oleh
orangtuanya. Setelah menikah, Hasan mengalami cukup sering pertengkaran
dengan Kartini. Hasan berfikir bahwa Kartini tetap tidak bisa mengubah sikap
pergaulan bebasnya itu meski sudah menikah. Sikapnya dengan Anwar pun
dianggap Hasan sebagai sesuau yang berlebihan dan hal ini membuat Hasan
cemburu. Akhirnya Hasan dan Kartini pun memutuskan untuk bercerai. Dengan
kejadian ini, Hasan kembali merasa membutuhkan Tuhan, dia butuh agama
untuk menenangkan hatinya. Akhirnya, Hasan memutuskan kembali kerumah
orangtuanya, dia sangat sedih, menyesal, dan merasa sangat ingin minta maaf.
Tetapi ketika dirumah orangtuanya Hasan menemukan ayahnya tengah sakit
parah. Dia sangat sedih, terus-menerus dia meminta maaf kepada ayahnya
sampai akhirnya ayahnya meninggal dan Hasan merasa ayahnya belun
memaafkannya. Hasan sangat sedih, menyesal juga marah dan dendam kepada
Anwar yang dianggapnya sebagai penghasut dirinya menjadi Atheis hingga
akhirnya ayahnya meninggal alam keadaan marah padanya. Tetapi pada saat
Hasan berusaha utuk membuat perhitungan dengan Anwar, Hasan tertembak
dipunggungnya dan dia meninggal ditempat kejadian akhirnya Hasan
meninggal dengan rasa sesal yang mendalam .

DUA DUNIA (N.H. Dini, 1956)


Sinopsis : Dua Dunia" mengisahkan seorang perempuan bernama Iswati yang baru saja
sembuh dari sakit tiphus yang menghabiskan rambutnya. Ia sedang menyisir
rambutnya dengan hati-hati sambil berdialog dengan ayahnya. Mereka
membicarakan perihal suami Iswati yang telah menceraikannya. Laki-laki itu
akan mengambil anaknya, Kanti, dan ingin mengasuhnya. Namun, Iswati
bersikeras ingin mempertahankan Kanti anak satu-satunya. Sekalipun peraturan
menyatakan bahwa anak perempuan harus mengikuti ayahnya jika kedua orang
tuanya bercerai, ia tetap akan membesarkannya sendiri. Ayah Iswati bercerita
tentang masa lalu ibunya yang penjudi sehingga menghabiskan uang berapa pun
yang ada di tangannya. Selain itu, Iswati terkenang ketika ia menyaksikan
Darwono suaminya berhubungan mesra dengan ibu tirinya. Darmono, ayah
Kanti selalu mengirim uang untuk putrinya, Kanti, tetapi uang itu tidak ke
sampai alamat yang dituju. Uang Kanti dipakai berjudi oleh ibunya. Saat itu
Iswati yang telah mengasuh Kanti dengan ihkas sedang berjuang untuk
mempertahankan anaknya yang akan diambil oleh ayahnya. Iswati
mengkhawatirkan jika suatu ketika Kanti sengsara diasuh oleh ayahnya. Ia tidak
peduli oleh peraturan agama yang menganjurkan agar anak wanita sebaiknya
diasuh oleh ayahnya jika terjadi suatu perceraian. Iswati yang menyayangi Kanti
dengan rasa kemanusiaan yang tinggi tidak peduli akan nasihat ayahnya.
Bahkan, Iswati telah mempersiapkan hartanya jika suatu ketika bekas suaminya
itu menuntut di pengadilan atas perlakuannya mempertahankan anak tidak
beribu itu.

6) CANTING (Arswendo Atmowiloto, 1986)


Sinopsis : mengisahkan kehidupan Tuginem sekeluarga yang bekerja sebagai buruh batik
merek Canting milik Raden Ngabehi Sestrokusumo yang sering dipanggil Pak
Bei. Keluarganya merasa beruntung karena Tuginem dijadikan istri oleh Pak
Bei. Untunglah, Tuginem yang disebut Bu Bei berhasil mengembangkan usaha
batik suaminya. Di samping itu, ia sendiri yang memasarkannya di Pasar
Klewer, Solo. Di rumah ia penyabar, halus, dan penuh kasih sayang terhadap
keluarganya. Tetapi, ketika berada di pasar, Bu Bei harus menjadi orang yang
terampil, teliti, tegas namun tetap ramah kepada pembeli, polisi, dan para
petugas di pasar, serta pandai dan cepat memutuskan suatu perkara. Menurut
Tuginem, tugas suaminya cukup berat karena Pak Bei harus menghidupi para
keluarga abdi dalem yang tinggal di halaman belakang rumahnya termasuk
orang tuanya. Mereka harus diberi perhatian khusus dan mendapat
kesejahteraan secukupnya. Oleh karena itu, Bu Bei harus berjuang keras
mengurus usaha suaminya untuk menutupi kebutuhan keluarganya, termasuk
pendidikan anak-anaknya. Dari hasil usaha batik Cantingnya itu, putra-putrinya
berhasil menjadi orang besar. Putranya yang sulung Dewabrata menjadi dokter,
Lintang Dewanti menjadi istri kolonel, Bayu Dewasunu menjadi dokter gigi,
Ismaya Dewakusuma menjadi insinyur, Wening Dewanti meraih gelar
dokteranda, dan anak bungsunya Subandini Dewaputri yang dipanggil Ni telah
lulus sebagai sarjana farmasi. Ketika mengetahui bahwa Bu Bei tidak
diperkenankan mengurus batik Cantingnya, Ni merasa terpanggil untuk
mengambil alih usaha itu. Akan tetapi, Pak Bei, Bu Bei, dan kakak-kakak Ni
merasa keberatan jika Ni tidak melanjutkan kariernya sebagai ahli farmasi. Hal
itu disebabkan oleh Ni adalah sarjana farmasi. Selain itu, mereka menyadari
bahwa batik tulis sudah kalah bersaing dengan pengusaha batik printing yang
bergerak dengan modal besar. Mereka berniat akan meninggalkan usaha batik
Canting yang masih tradisional. Ni berkeras hati untuk tetap melanjutkan
usahanya. Bersamaan dengan kemelut keluarga itu, tiba-tiba Bu Bei meninggal
secara mendadak. Konflik keluarga semakin meruncing, Ni dianggap tidak
sopan menentang kesepakatan keluarga. Bahkan kakak-kakak Ni dan Pak Bei
mencurigai bahwa gadis itu adalah anak hasil perselingkuhan ibu Bei dengan
buruh batik. Dugaan ayahnya semakin menguat ketika Ni tetap bertahan ingin
menjadi pengusaha batik. Karena merasa terpojok, Ni jatuh sakit dan hampir
saja nyawanya melayang. Untunglah, Ni masih memiliki semangat. Akhirnya,
ia melepas usaha batik cap Canting dan melebur dalam dunia batik printing
dengan dibantu saudara-saudaranya. Ternyata, dunia usaha batik tradisional
memang sangat sulit bersaing dengan batik printing. Diam-diam Ni menyadari
bahwa ayah dan saudara-saudaranya menyayangi dirinya. Bersamaan dengan
itu, ayahnya pun menyadari akan kekeliruannya yang selama ini sudah
mencurigai bahwa anak bungsunya itu bukan anak kandungnya. Pada akhir
cerita Pak Bei bersama kakak-kakaknya membantu usaha Ni. Mereka
menawarkan batik Ni kepada para turis asing. Ni akhirnya menikah dengan
Himawan tepat pada peringatan seribu hari Ibu Bei. Kemudian, ia memperoleh
seorang putra yang diberi nama Canting Sudarsono.

OLENKA (Budi Darma, 1983)


Sinopsis : menceritakan kisah hidup Olenka dan Fanton Drummon. Pertemuan Fanton
Drummon dan Olenka terjadi di sebuah lift Apartment Tulip Tree,
Bloomington, Amerika. Mereka lalu berkenalan. Fanton selalu dibayang-
bayangi wajah Olenka. Akhirnya, Fanton mengetahui Olenka sudah mempunyai
suami dan anak. Hubungan Olenka dan keluarganya (suami dan anaknya) tidak
harmonis. Suatu waktu Fanton pun berkenalan dengan suami dan anak Olenka,
bahkan Fanton menolong suami Olenka mencari pekerjaan. Lama-kelamaan
Fanton dan Olenka menjalin hubungan percintaan. Fanton merasa berbuat dosa
karena selama ini hubungan percintaanya dengan Olenka sangat bebas. Di sisi
lain, ia merindukan hangatnya kehidupan sebuah keluarga. Oleh karena itu, ia
ingin menikah dengan Olenka, tetapi Olenka menolaknya. Bahkan, Olenka
pergi meninggalkannya. Dalam perjalanan mencari Olenka, Fanton jatuh cinta
pada M.C. Dan, sewaktu Fanton melamar M.C., gadis itu menolaknya karena
M.C. merasa hanya sebagai gadis "perantara". Selang beberapa lama, Fanton
bertemu kembali dengan M.C. yang sudah cacat karena kecelakaan pesawat.
Fanton meminang M.C. kembali, tetapi M.C. tetap menolaknya. Pada
kesempatan lain, Fanton mendapat surat panjang dari Olenka. Surat itu
menceritakan perjalanan hidup Olenka dari kecil hingga dewasa. Fanton pun
jatuh cinta kembali pada Olenka, ia pun terus menelusuri jejak perempuan itu.
Suatu waktu Fanton membaca berita bahwa Olenka telah memalsukan lukisan
dan masuk rumah sakit karena kebanyakan minum obat. Sayang, akhirnya
Fanton tidak menjumpai Olenka.

BURUNG-BURUNG MANYAR (Y.B. Mangunwijaya, 1981)


Sinopsis : dikisahkan seorang anak manusia yang bernama Teto. Perjalanan hidupnya
penuh dengan liku-liku, penuh sejarah, serta peristiwa penting yang
menggiringnya. Teto adalah anak tunggal sebuah keluarga yang terbiasa dalam
kehidupan yang berkecukupan. Akan tetapi, hal itu seakan-akan tidak
berlangsung lama karena datangnya Jepang ke Indonesia. Ayahnya bernama
Kapten Brajabasuki adalah seorang Kepala Garnisun II. Ia menjadi buronan
Jepang. Belakangan ia tertangkap oleh Jepang. Nasibnya di ujung tanduk.
Nasibnya sangat bergantung pada kebijakan istrinya, Merice, yang oleh Jepang
dipaksa harus memilih sebagai gundik Jepang. Lain halnya dengan Atik atau
Larasati, teman sepermainan Teto di masa kecil yang kemudian tidak lain
adalah kekasih hati Teto. Atik berjuang membela bangsanya dengan mengabdi
di Kementerian Luar Negeri Indonesia. Akan tetapi, di antara Atik dan Teto
tidak mungkin bersatu lagi, masing-masing sudah mempunyai dinding pemisah
yang tebal dan tinggi. Suami Atik, Janakatamsi, merupakan seorang anak
Direktur Rumah sakit Jiwa menyadari hubungan istri dan Teto sebelumnya.
Dengan segala kebijaksanaannya, ia merayu Teto agar mau menjadi kakak
angkatnya. Teto terharu mendengarnya dan ia pun menerima ajakan itu. Demi
membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh keluarga Atik dan
suaminya, dan demi cintanya kepada Atik, serta demi membalas segala
kesalahan kepada negerinya, Teto dengan penuh ikhlas mengangkat ketiga
orang anak hasil perkawinan Atik dan Janakatamsi.
Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (Seno Gumira Ajidarma, 1995)
Sinopsis : Cerpen "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi" menceritakan keresahan
sebagian penduduk suatu kampung, terutama ibu-ibu. Mereka merasa terganggu
dengan kehadiran wanita muda di kampung mereka karena sejak kedatangan
wanita muda itu, suami-suami mereka menjadi dingin di tempat tidur. Hal itu
disebabkan oleh suami-suami mereka yang senang mengintip wanita muda itu
mandi. Deburan air dan senandungan wanita muda itu menimbulkan imajinasi
macam-macam pada lelaki di kampung itu. Bahkan, mereka bisa mencapai
orgasme hanya mendengar senandungan wanita muda itu. Tentu saja hal ini
dapat mengancam keutuhan rumah tangga mereka. Akhirnya, ibu-ibu beramai-
ramai berunjuk rasa kepada Pak RT. Mereka menginginkan wanita muda itu ke
luar dari kampung mereka. Pak RT ditemani Bu Soleha menemui wanita muda
itu. Mereka mengutarakan maksud kedatangannya. Wanita muda itu maklum
dan ia berjanji tidak akan menyanyi lagi di kamar mandi. Ternyata, usaha Pak
RT itu belum memuaskan hati para ibu-ibu. Mereka tetap protes kepada Pak RT
karena suami mereka masih suka membayangkan tubuh wanita muda itu ketika
mendengar deburan air di kamar mandi. Sekali lagi Pak RT menemui wanita
muda itu dan dengan berat hati menjelaskan kedatangannya kembali. Akhirnya,
wanita muda itu memutuskan untuk meninggalkan kampung itu, meskipun
sebenarnya ia tidak bersalah. Ternyata, kepindahan wanita muda tidak
menghilangkan imajinasi para lelaki kampung. Mereka tetap membayangkan
wanita muda yang sedang mandi. Agar tidak terjadi keresahan, Pak RT
mengajak ibu-ibu mendirikan fitness centre. Tujuannya adala agar ibu-ibu dapat
membahagiakan suaminya di tempat tidur.

7) Empat pendekatan sastra menurut Abrams :


1. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri.
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai dunia yang otonom, tetap tersendiri
dan sinambung, sama sekali tidak membutuhkan hal-hal lain di luar dirinya dengan
memusatkan pada segi-segi unsur intrinsik

2. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan penulis.


Pendekatan ekspresif, penulis mendapat sorotan yang khas sebagai pencipta yang
kreatif. Jiwa pencipta mendapat minat yang utama dalam penilaian dan pembahasan
karya sastra

3. Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan


kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan diluar karya sastra.

4. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan


kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati
karya sastra, memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya
merupakan karya sastra atau bukan.

8) Menurut Renne Wellek dan Austin Warren, sosiologi sastra dapat diklasifikasikan
masalah-masalahnya ke dalam tiga hal :
1. Sosiologi pengarang yang mempersoalakan status sosial, ideologi, sosial, dan hal
lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra
2. Sosiologi karya sastra mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, sehingga yang
menjadi pokok penelaah adalah hal yang tersirat dan tujuannya dalam karya sastra
3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

9) Antropologi sastra merupakan salah satu teori atau kajian sastra yang menelaah
hubungan antara sastra dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana sastra itu
digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat.

10) Kritik sastra feminis adalah studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada
perempuan. Menurut Djananegara berpendapat bahwa kajian feminisme adalah salah
satu kajian sastra yang mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan
adanya keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, adalah satu kritik sastra

11) Psikoanalisis dalam sastra memiliki empat pengertian : pertama adalah studi pesikologi
pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi; kedua adalah studi proses kretif; ketiga
adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra; dan
keempat adalah mempelajari dampak sastra pada pembaca. Namun, yang digunakan
dalam psikoanalisis adalah yang ketiga kerena sangat berkaitan dalam bidang sastra.
Asal-usul dan penciptaan karya sastra dijadikan pegangan

Anda mungkin juga menyukai