Anda di halaman 1dari 6

TUGAS REMEDIA BAHASA INDONESIA 3

NAMA : AGUNG WIRAYOGI


KELAS : XII IPA E
NO ABSEN : 02
ANALISIS NOVEL AZAB DAN SENGSARA

Identitas buku
1.      Judul buku         :  Azab dan Sengsara

2.      Pengarang          :  Merari Siregar

3.      Tahun Terbit       :  1920

4.      Penerbit              :  Balai Pustaka

Sinopsis
Karena pergaulan mereka sejak kecil dan hubungan saudara sepupu, antara
Mariamin dan Aminuddin terjadilah jalinan cinta. Ibu Mariamin, Nuria menyetujui
hubungan itu karena Aminuddin adalah seorang anak yang baik budinya lagipula ia
ingin putrinya dapat hidup berbahagia tidak selalu menderita oleh kemiskinan
mereka.

Orang tuanya Amiuddin adalah seorang kepala kampung,bangsawan kaya dan


disegani oleh bawahannya karena sifatnya yang mulia dan kerajinan kerjanya.

Ayahnya bernama Baginda Diatas dan sifatnya menurun pada anaknya. Sedangkan
keluarga Mariamin adalah keluarga miskin disebabkan oleh tingkah laku ayahnya
almarhum yang suka berjudi, pemarah, mau menang sendiri,dan suka berbicara
kasar. Akibatnya keluarganya jauh miskin hingga akhir hayatnya, Tohir ( Sultan
Baringin ) mengalami nasib sengsara.

Hubungan mereka ternyata tidak mendapat restu dari Baginda Diatas karena
keluarga Mariamim adalah keluarga miskin bukan dari golongan bangsawan. Suatu
ketika Aminuddin memutuskan untuk pergi meninggalkan Sipirok pergi ke Deli
(Medan) untuk bekerja dan berjanji pada kekasihnya untuk menikah jika saatnya
dia telah mampu menghidupinya.

Sepeninggal Aminuddin, Mariamin sering berkirim surat dengan Aminuddin. Dan


ia selalu menolak lamaran yang datang untuk meminangnya karena kesetiaannya
pada Aminuddin. Setelah mendapat pekerjaan di Medan Aminuddin mengirim
surat untuk meminta Mariamin untuk menyusulnya dan menjadi istrinya. Kabar itu
disetujui oleh ibunya Aminuddin ,akan tetapi Baginda Diatas supaya tidak
menyakiti hati istinya diam-diam pergi ke dukunmenanyakan siapakah jodoh
sebenarnya Aminuddin. Maka dikatakannya bahwa Mariamin bukanlah jodoh
Aminuddin melainkan seorang putri kepala kampung yang kaya dan cantik maaf
dan menyesali segala perbuatanya setelah melihat sifat-sifat Mariamin yang baik.

Beberapa bulan kemudian Mariamin dinikahkan oleh seorang kerani yang belum
dikenalnya,bernama Kasibun. Yang ternyata Tanpa sepengetahuan Aminuddin,
Baginda Diatas membawa calon menantunya hendak dijodohkan dengan
Aminuddin di Medan. Ternyata Aminuddin kecewa mendapat bukan pilihannya,
akan tetapi ia tidak dapat menolak keinginan ayahnya serta adat istiadat yang kuat.
Kemudian diberitahukan Mariamin bahwa pernikahannya tidak berdasarkan cinta
dan ia minta maaf serta bersabar menerima cobaan ini.

Mariamin jatuh sakit karena cintanya yang terhalang. Suatu hari Baginda Diatas
datang hendak minta diketahui ia baru menceraikan istrinya di Medan untuk
mengawini Mariamin. Suatu ketika Aminuddin mengunjungi Mariamin di
rumahnya, namun menimbulkan kecurigaan dan rasa cemburu dalam diri Kasibun.
Kemudian Kasibun menyiksa Mariamin dan merasa tidak tahan hidup bersama
suaminya,ia kemudian melapor pada polisi dan suaminya kalah perkara dengan
membayar denda. Kasibun harus mengaku bersalah dan merelakan bercerai
darinya. Mariamin merasa bersedih dan ia pulang ke Sipirok rumah ibunya.
Badannya kurus dan sakit-sakitan, hingga akhirnya meninggal dunia dengan amat
sengsara.

Pengarang ingin menceritakan dua orang bersaudara yang menjalin hubungan


cinta, namun terhalang oleh adat istiadat setempat dan berakhir sampai salah
satunya telah dijemput maut.

Keunggulan dan Kelemahan


 Keunggulan  : Dalam cerita ini menceritakan jalinan kasih yang terjadi di
dalam satu lingkungan keluarga yang dikisahkan dengan berbagai rintangan
seperti yang banyak terjadi di kehidupan sehari-hari . Namun cerita ini
berakhir dengan akhir yang sedih.
 Kelemahan   :  Bahasa yang digunakan masih kurang dapat dipahami secara
langsung, namun haruslah dibaca berulang-ulang agar mengerti jalan
ceritanya. Terkadang jalan ceritanya bersifat fiktif dan diceritakan terlalu
mendramatisir.

Unsur-unsur intrinsik Novel   

a.Tema

Adat dan kebiasaan yang kurang baik di tengah-tengah masyarakat dapat


membawa azab dan sengsara.                                              
 
b. Tokoh

Mariamin : Baik, pengiba, rajin, ramah, penyabar, dan pemaaf


Aminu’ddin : Baik, rajin, pengiba, pandai, dan berbakti.
Sutan Baringin atau Ayah Mariamin : Pemarah, malas, tamak, angkuh, dan bengis.
Nuria atau Ibu Mariamin : Penyabar, sederhana, setia, dan pengiba
Baginda Diatas atau Ayah Aminu’ddin : Baik, rajin, dan bijaksana.
Ibu Aminu’ddin : Baik, pengiba, dan setia.
Kasibun : Jahat, bengis, pandai dalam tipu daya, buas, dan ganas
Marah Sait : Jahat, dan suka menghasut

c. Latar 

Waktu     : Senja, malam hari, pagi hari, siang hari, dalam perjalanan pulang dari
sawah, hari Jum’at     
Tempat    : Di atas batu besar di sebelah rusuk rumah dekat sungai sipirok, di
dalam rumah Mariamin, rumah Aminu’ddin di kampung A, di sawah, di pondok,
di jalan, di stasiun, di rumah kerabat Aminu’ddin di Medan, di perahu, di rumah
Kasibun di Medan, dikantor polisi, dan tempat peristirahatan terakhir Mariamin
selama-lamanya (di kuburan).

d. Amanat
      Janganlah menjadi orang yang serakah

      Jangan mengambil hak milik orang lain

      Tabahlah dalam menghadapi segala cobaan

      Adat dan kebiasaan yang kurang baik sebaiknya di hilangkan agar tidak
menyengsarakan bagi orang yang menjalankannya.

      Jangan mengambil hak milik orang lain

e. Alur Campuran

Pengenalan tokoh, di waktu senja, saat Aminu’ddin berpamitan pada Mariamin


hendak pergi ke medan untuk mencari pekerjaan, kemudian menceritakan saat
Mariamin dan Aminu’ddin masih kanak-kanak dan orang tua dan keduanya dari
sejak menikah kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin yang telah berada di
medan dan memperoleh pekerjaan, selanjutnya Aminu’ddin menikah dengan gadis
lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang yang
tidak dikenalnya, pernikahannya tidak bahagia dan Mariamin pun bercerai dan
kembali ke negerinya sampai ia meninggal dan dikubur di Sipirok kota
kelahirannya.

f. Sudut Pandang

Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga

g. Gaya Penulisan

Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu
dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan
personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana
dalam novel tersebut.

Unsur Ekstrinsik
  1.Latar belakang pengarang
        Merari Siregar (1896-1940), dilahirkan di Sipirok, Sumatera Utara, adalah
seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Angkatan Balai Pustaka. Setelah
meraih ijazah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta, ia bekerja sebagai guru
bantu di Medan, kemudian bekerja di Rumah Sakit Umum Jakarta, dan terakhir di
Opium & Zoutregie Kalianget, Madura. Selain Azab dan Sengasara, yang
merupakan tonggak kesusastraan Indonesia, ia juga menulis cerita si Jamin dan si
Johan yang merupakan saduran karya Jus vVan Maurik (1918).

  2.Zaman ketika karya sastra Azab dan Sengsara dibuat.

        Roman Azab dan sengsara disusun pada tahun 1920 dan cetakan pertama pada
tahun 1927, dimana pada waktu itu bangsa Indonesia tengah berjuang untuk
merebut kemerdekaannya dari tangan penjajahan Bangsa Jepang. Meskipun begitu,
jalan cerita di dalamnya tidak menyinggung masalah peperangan yang terjadi pada
waktu roman ini dibuat.

        Akan tetapi, isinya lebih banyak membahas tentenag adat istiadat yang
dimiliki oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara pada masa itu.

Anda mungkin juga menyukai