Anda di halaman 1dari 3

Judul : Azab dan Sengsara

Penulis : Merari Siregar

Tahun Terbit : 2003

Penerbit : Balai Pustaka

Jumlah Halaman : 163

Cetakan : Kedua puluh empat

Sinopsis Novel Azab dan Sengsara

oleh Efiza Nikmatul Afifah

Novel azab dan Sengsara karya Merari Siregar ini menceritakan


tentang kisah seorang gadis bernama Mariamin yang selalu merasakan
kemalangan dan kesengsaraan dalam hidupnya. Mariamin berasal dari
keluarga yang kaya serta terpandang di Kota Sipirok. Sutan Baringin,
ayah Mariamin, merupakan orang kaya di kampungnya. Kekayaan itu
didapatkan dari warisan yang ditinggalkan oleh nenek Mariamin. Namun
keluarga Mariamin jatuh miskin karena ketamakan Sutan Baringin. Hal itu
terjadi ketika adanya persengketaan pembagian warisan dengan Baginda
Diatas, adik Sutan Baringin. Sutan Baringin ingin memiliki sendiri harta
warisan tersebut dan tidak mau membaginya dengan Baginda Diatas.
Sutan Baringin bahkan tidak mau mengakui Baginda Diatas sebagai
adiknya. Sehingga ketika perkara itu dibawa ke meja hukum Sutan
Baringin terbukti berbohong bahwa ia tidak memiliki adik. Sesuai dengan
perjanjian awal bahwa yang kalah dalam persengketaan itu harus
menanggung semua biaya selama proses hukum berlangsung. Akhirnya
Sutan Baringinlah yang membayar semua biaya tersebut. Untuk menutupi
hutang-hutang dan biaya selama proses hukum tadi Sutan Baringin
menjual semua harta bendanya termasuk rumah besar yang sudah lama
ditempatinya. Akhirnya keluarga Mariamin pindah ke sebuah rumah kecil
di dekat sungai Sipirok. Selama tinggal di rumah kecil tersebut Sutan
Baringin dihantui rasa penyesalan karena tidak mau mendengarkan
nasihat dari sang istri untuk mau membagi harat warisan tadi dengan
Baginda Diatas. Tidak lama setelah itu Sutan Baringin akhirnya meninggal
karena sakit-sakitan.

Selain jatuh miskin dan ayahnya yang meninggal, Mariamin juga


mendapatkan kemalangan lainnya yaitu gagal menikah dengan Aminudin,
sahabat yang dicintainya sejak lama. Saat itu Aminudin tengah merantau
ke Deli. Ia mengirim surat kepada ayahnya agar menjemput Mariamin dan
membawanya ke Deli untuk dinikahi. Mariamin sangat senang menunggu
kedatangan ayah Aminudin ke rumahnya ketika hal itu diberitahukan
Aminudin kepadanya. Namun ayah Aminudin justru membawa gadis lain
ke Deli. Ayah Aminudin melakukan hal tersebut karena tidak setuju
dengan pilihan Aminudin. Ayah Aminudin tidak ingin memiliki menantu
orang miskin seperti Mariamin. Meskipun Mariamin merupakan gadis yang
baik budinya dan masih satu marga dengannya. Dengan terpaksa
Aminudin menikah dengan gadis pilihan ayahnya. Karena menurut orang
Batak sorang anak harus patuh kepada orang tuanya. Apalagi masalah
jodoh. Yang bisa menentukan adalah para orang tua. Mendengar kabar
pernikahan Aminudin itu Mariamin sangat sedih. Ia sakit-sakitan dan
seperti sudah tidak memiliki semangat hidup.

Tidak hanya itu saja, Mariamin harus merasakan penderitaan lagi


ketika ia dinikahkan dengan orang yang tidak dikenalnya. Orang itu
merupakan seorang kerani yang berasal dari Medan. Mariamin dan
ibunya, Nuria, berharap dengan pernikahan itu bisa membuat Mariamin
tidak merasakan kesengsaraan lagi. Namun ternyata suami Mariamin,
Kasibun, memiliki penyakit kelamin dan suka main tangan. Sampai suatu
hari, dengan keadaan tubuhnya yang lebam-lebam Mariamin memutuskan
untuk melaporkan Kasibun ke polisi. Ia sudah tidak kuat mendapatkan
siksaan dari suaminya itu. Akhirnya Mariamin memilih bercerai dengan
Kasibun dan Kasibun dikenai denda atas perbuatannya.

Kisah ini diakhiri dengan pulangnya Mariamin ke kampung


halamannya di Sipirok. Namun ketika ia sampai di sana, rumah kecil yang
ditinggalinya di pinggir sungai bersama ibu dan seorang adiknya sudah
rata dengan tanah. Mariamin pun meninggal setelah itu.

Anda mungkin juga menyukai