Anda di halaman 1dari 8

SINOPSIS NOVEL

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

Karya Tulis Sutan Sati(1928)

Oleh :

1. Putrilia
2. Fajar Nurohman
3. Sindia Amelia
4. Muhammad Rizal

KELAS IX E

SMP NEGERI 3 OKU

TAHUN AJARAN 2017 / 2018


Identitas Novel

Judul : Sengsara Membawa Nikmat


Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman
SINOPSIS

Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang


Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin
menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang
melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya
yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat
disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang
baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti
Kacak

Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki pada
Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa
mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara
agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun
selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah
dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang
dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi
dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung
waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap
menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah
balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas
dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun
menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah,
Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada
Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya
dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku
Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras
untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas
itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir
tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap
hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari
mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh
kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak
rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas
berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di
kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi
semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung
itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-
lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang
pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu
mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu
Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang
pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah
Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka
tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu.
Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan
dibawa ke kantor polisi.

Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan


wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya
hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di
kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh
Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para
tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari ber¬hasil
mengalahkan si jago Para tahanan.

Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka
kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para
tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat
seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika
gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon
itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang
hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati
juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.

Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu.
Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan
seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak
pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan
ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor.

Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha
Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun
membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.

Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal
bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun
merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan
minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta
mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar
kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa
pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha
Midun makin lama makin besar.

Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun,
rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun
dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak
bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak
Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia
uangnya tidak di¬bayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan
Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah
besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili
dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak
pengadilan. Midun masuk penjara lagi.

Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar
itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk
menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka
menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda
itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua
Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang
dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada
Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan.
Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.

Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun
menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian
diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung ditu¬gaskan
menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan
adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun
begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh
karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung
halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat
gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi
gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelap¬kan kas negara itu akan
terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu.
Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan
uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas
perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarga¬nya di
kampung.

Analisis Instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat

Tema : Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan


Tokoh dan Penokohan :
1. Midun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat
ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang
baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama.
Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya
raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di
Jakarta. Dia mempunyai hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya
kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala
Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.

Alur : Maju
Latar : Latar tempat
a. Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta

Amanat : - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang
tanpa ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang
datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan
hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang pada lembah kesengsaraan.

Sudut Pandang : Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat yaitu
sudut pandang serba tahu.
Dalam tipe ini tentunya pengarang akan bertindak serba tahu. Pengarang
mengetahui serba watak, keadaan, sifat hidup, dan sebagainya darai semua yang
ada. Dari tingkah laku yang amat pribadi sampai kepada hal-hal yang jelas kelihatan
dari setiap tokoh. Dari pikiran yang terselubung sampai kepada aktivitas konkret
dapat diamati. Pendek kata, pengarang benar-benar berperan sebagai seorang
dalang yang menciptakan bahkan menentukan segala yang ada. Pengarang tidak
hanya tahu ciri-ciri lahir maupun isi hati semua tokoh dalam cerita yang dikarangnya,
tetapi juga tahu tentang nasib yang akan dialami tokoh-tokoh itu.

Gaya Penulisan : Dalam penulisan Novel Sengsara Membawa Nikmat pengarang


lebih banyak menggunakan bahasa melayu yang tidak lain yakni bahasa yang
digunakan oleh masyarakat Minangkabau.

Anda mungkin juga menyukai