Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS CERPEN

BANGKIT KARYA ALFRED PANDIE

Disusun Oleh :

1. Agung Adiyatna
2. Lela Meitha Ekasari
3. Selviyanti Hermansyah

SMA NEGERI 1 LURAGUNG


TAHUN AJARAN 2019/2020
BANGKIT

Karya : Alfred Pandie

Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.


Pandanganku pada langit tua.
Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian malam.
Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.

Hari ini benar-benar hari yang melelahkan?


Konflik dengan orang tua karena tidak lulus sekolah.
Hari ulang tahun yang gagal di rayakan?

Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik
yang menyebalkan?

Teman-teman yang konvoi merayakan kemenangan, sedang aku?

Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas

Angin malam berhembus menebarkan senyumku walau sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku
menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi.

Sakit memang putus cinta.

Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang tergiang-ngiang
merobek otak ku.

“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah caramu, oke
aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat
masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.

Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.

“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..” seorang pemabuk
dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan, ia mengeluarkan sebilah pisau lipat
dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di
sampingku dan menyerahkan padanya.

“ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapnya malam.

Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air suangai yang mengalir airnya
deras. Sini di atas jembatan tua ini.

Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya
tak ada yang penting bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri
bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh.

Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?

Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan menampar
pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat wanita
lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah

Dan ia berlalu pergi.

Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun.

Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan
tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.

“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”.
Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.

“kenapa kamu menamparku..?”


“Kenapa kamu menolongku?”

Aku sudah tak berarti lagi.. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan tuduhan yang
tak jelas, aku memulai pembicaraan”.

Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku.

“apa kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”.Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam.
Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara

“maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan
berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari
mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh,

Aku mulai merinding karena sedikit takut, sehingga aku tak membalas uluran tangannya.

“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti
ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit, harus rela
kedinginan, di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan toko, dan kalau sudah penuh
oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku
mengambil tas mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong sampah
sudah membusuk karena hujan kemarin, biasanya aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih
bisa layak ku telan, rasa lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata yang
anda ingat hanya perut dan perut.”

Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini.

Aku hanya terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimna
mungkin seandainya sekarang aku berada di posisis ini?

Aku yang terlahir dari keluarga sederhana namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya
meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata
itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat.

Aku memang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa
kebersaman kita mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada.
Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih
karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat.

Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas ku
padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku
harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di jalani

Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia
jodohku, belum tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”.

Aku berlari menuruni tangga meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit
yang menampakan bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan
berlalu.

Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan bunga mawar banyak
sekali di tangannya, sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil,
kami saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai bicara “maafkan aku sayang, ternyata aku yang
salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan
bunga dengan sebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi disinilah
aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas kekasihku ini.

Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi tangis dan canda menghiasi malam,
sementara kedua orang tuaku tersenyum senang.

Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku
banyak hal. Khususnya arti bersyukur

Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak berbekas?

Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.

Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan berarti kehangatan ini harus
berakhir

Tamat
Sinopsis

Seorang gadis yang putus asa karena tidak lulus sekolah sehingga tidak mendapatkan hadiah
yang dia harapkan, yakni sepeda motor.

Berjalan di tempat yang sunyi sepi di malam hari dalam keadaan frustasi dan tidak lagi
memiliki harapan hidup, harapannya hanyalah mati.

Pertemuan dengan seorang pria pemabuk dan bertato, dengan tubuh yang sangat kurus, diawali
dengan kesan sangat menegangkan. Pria pemabuk itu meminta semua uang dan barang yang dimiliki
si gadis, tapi ternyata jawaban si gadis adalah “ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya
ingin mati…!” si pria pemabuk itu tak sudi menerima barang seorang gadis yang lemah itu.

Pertemuannya berlanjut dengan sebuat kisah masalalu si pria pemabuk yang suram, dan
dampak buruk yang ia dapat yang kemudian berpengaruh terhadap perjalanan hidupnya sekarang,
memberikan motivasi dan menyadarkan si gadis bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Karna
hidup itu berharga.

Si gadis sadar akan kesalahannya, dia memberikan apa yang dia punya kepada si pria
pemabuk, dan berlari menemui kehangatan hidupnya, yakni cinta dan kasih sayang.

Analisis Teks Cerpen

BANGKIT
Karya : Alfren Pandie

Tema : Jangan mudah putus asa / kehidupan

Alur : Alur maju, Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan masalah
sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.

N
Struktur Bagian Isi Bukti
o
Chaya bulan malam ini begitu
Waktu Malam hari
indahnya
Aku termenung di pinggir jalan,
Di pinggir jalan dan di atas memegang kepalaku yang sakit. „Di
1. Latar Tempat
jembatan sini di atas jembatan tua ini angin
sepoi-sepoi menyerang tubuh ku‟.
Aku berjalan menyusuri lorong
Suasana Sunyi sepi
malam sepi nan gelap.‟
2. Penokohan “Kenapa kamu menolongku? Aku
sudah tak berarti lagi.”
“Aku hanya meminta tanpa pernah
mudah putus asa, kurang tahu bagaimana orang tuaku
Aku
bersyukur dan selalu mengeluh mendapatkannya.”
“ini ambil semua.. Aku tak butuh
semua ini. Aku hanya ingin
mati…!”
Pria pemabuk pemabuk dan kuat menghadapi “seorang pemabuk dengan botol bir
beratnya hidup di tangan kiri dengan jalan yang tak
beraturan”
“Hidup di jalan seperti ku ini,
hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar, bahkan untuk tertidur
saja itu sulit”
Kekasihku sedang berdiri di
Kekasih Romantis depanku dengan bunga mawar
banyak sekali di tangannya
sementara di belakangnya orang tua
dan adikku yang berdiri di samping
Keluarga Penuh kasih sayang mobil.
sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang.
Orang pertama Cerpen bangkit menggunakan
Sudut
3. sebagai pelaku kata ganti “aku” sebagai tokoh mengisahkan tentang dirinya sendiri.
pandang
utama. utama
“Hidup di jalan seperti ku ini”
Majas
4. Gaya bahasa - “Bagaimna mungkin seandainya
perbandingan
sekarang aku berada di posisis ini?”
1. Jangan mudah putus asa
dalam menjalani kerasnya
hidup.
2. Bersyukurlah atas apa yang
telah dimiliki.
3. Hidup tidaklah sempurna
kadang manusia diatas dan
5. Amanat - -
kadang dibawah.
4. Jangan lari dari
permasalahan.
5. Kegagalan adalah awal dari
keberhasilan.
6. Masalah apapun jangan
berhenti untuk bangkit
aku hanya meminta tanpa pernah
Saat tokoh “aku‟ menyadari
tahu bagaimana orang tuaku
selama ini dia hanya nafsu,
Nilai moral mendapatkannya, semuanya cukup,
padahal lebih banyak orang
tapi ternyata itu bukan kebahagian,
yang kesulitan diluar sana.
itu nafsu sesaat.
Hidup di jalan seperti ku ini,
hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar, bahkan untuk tertidur
saja itu sulit, harus rela kedinginan,
di gigit nyamuk dan tempat ku
tertidur hanya di emperan toko, dan
Pria pemabuk berjuang kalau sudah penuh oleh gembel lain,
6. Nilai bertahan hidup di jalanan yang terpaksa aku harus mencari tempat
keras. Dikehidupan nyata lain yang menurutku layak. Maaf
banyak orang yang melakukan bila aku mengambil tas mu. Aku
Nilai perjuangan
apapun untuk berjung hidup. butuh makan, sudah 3 hari aku tidak
Kitaharus berjuang makan, sisa makanan di tong
mempertahankan hidup di sampah sudah membusuk karena
dunia yang keras ini. hujan kemarin, biasanya aku
mencari secerca kenikmatan disana
yang masih bisa layak ku telan, rasa
lapar tak akan bisa membuatmu
jijik. Setiap hari saat membuka mata
yang anda ingat hanya perut dan
perut.

Anda mungkin juga menyukai