Anda di halaman 1dari 3

Perjanjian Terlarang

Judul Buku : Kembar Gaib


Penulis : Erby S. dan Irfan Syam
Penerbit : Coconut Books
Cetakan : I, September 2018
Halaman : 202 halaman
ISBN : 978-602-5508-48-6
Harga : Rp. 65.000,-

“Ketika sumpah telah terucap, niat yang kuat tertanam di hati maka jangan sekali-
kali mencoba untuk melanggar janji” begitu salah satu kutipan dari novel “Kembar Gaib”.
Novel ini diangkat dari cerita asli karya Irfan Syam dengan mengusung tema horror yang
membuatnya semakin menarik. Seperti yang kita ketahui, di era millenial kebanyakan novel-
novel yang beredar dipasaran adalah novel dengan tema percintaan yang dikemas secara
berbeda baik kisah-kisah romantisme ala remaja maupun kisah cinta yang rumit dengan
persoalan yang kompleks khas dewasa. “Kembar Gaib” hadir untuk menambah warna dunia
pernovelan Indonesia. Novel ini menjadi cerita pertama bagi Irfan Syam yang diadaptasi
menjadi novel untuk kelak menjadi film bioskop. Menarik bukan? Tentu saja membuat kita
semakin tertarik untuk mendalami lebih jauh tentang alur cerita novel “Kembar Gaib” ini.
Sutrisno, warga desa Pasar Wetan, kecamatan Cikarang, Garut mengalami
ketidakberuntungan dalam kehidupan rumah tangganya. Istrinya Mira, selama hampir 7 tahun
usia pernikahan mereka tetapi Mira belum juga memperlihatkan tanda-tanda kehamilan.
Sebenarnya hubungan Sutrisno dan Mira baik-baik saja mengenai hal tidak mempunyai
keturunan bukanlah hal besar yang harus dipermasalahkan. Namun, Nur Romlah yang
merupakan ibu Sutrisno sangat menginginkan kehadiran cucu di tengah-tengah keluarga
mereka.
Nur Romlah mengusahakan berbagai upaya agar menantunya tersebut bisa hamil.
Hingga suatu ketika Mira dinyatakan hamil. Kabar ini tentu saja menjadi angin segar bagi
permasalahan yang selama ini dialami oleh keluarga Sutrisno. Hari berganti hari, minggu
berganti minggu hingga bulan berganti bulan tibalah saatnya Mira melahirkan. Suasana
malam mencekam menyelimuti desa yang begitu tenang dan damai. Terlalu hitam dan kelam.
Pintu dan jendela rumah di sekitar desa itu tertutup dan dikunci oleh penghuninya.
Suara alunan tangisan bayi yang saling bersahutan seakan-akan memecah ketegangan
yang terjadi. Ternyata, bayi yang dilahirkan Mira adalah bayi kembar. Ibu Badriyah dukun
beranak di desa tersebut memberikan bayi pertama kepada Sutrisno. Bayi yang lahir pertama
berjenis kelamin laki-laki diberi nama Dana dan yang lahir kedua berjenis kelamin
perempuan diberi nama Dini. Namun, ada kesedihan yang terelip diantara kebahagian
keluarga Sutrisno. Mira terbujur kaku diatas ranjang usai melahirkan bayi kembarnya. Hal ini
menjadi kesedihan mendalam bagi Sutrisno.
Mengetahui hal buruk akan terjadi, dengan sigap Nur Romlah segera memerintahkan
Sutrisno untuk mengurus pemakaman Mira malam itu juga. Nur Romlah berencana agar
setelah pemakaman Mira, dirinya dan keluarganya segera pergi meninggalkan desa tersebut.
Sutrisno bukanlah tipikal pria pembangkan, maka dari itu dia segera menuruti perkataan
ibunya tersebut. Saat Sutrisno meminta bantuan pada warga, pak RT menemuinya dan
berkata agar Sutrisno segera pegi meninggalkan desa tersebut. Sutrisno kebingungan,
mengapa pak RT menyuruhnya untuk pergi. Setelah pemakaman Mira usai, keluarga Sutrisno
bergegas meninggalkan desa trsebut.
7 tahun berlalu, keluarga Sutrisno menempati sebuah rumah sederhana di daerah
ibukota. Dana dan Dini tumbuh menjadi anak yang periang dan cerdas. Namun, dibalik
kehidupannya yang sekarang ada hal-hal aneh yang masih sering saja terjadi. Sekan-akan
akan selalu mengintai keluarga Sutrisno. Bau-bau anyir darah, bayangan-bayangan hitam,
dan hal lainnya masih terus saja terjadi. Singkat cerita, usaha Sutrisno berkembang pesat.
Yang awalnya dia hanya seorang pegawai toko, sekarang dia sudah memiliki beberapa
cabang toko yang menjual beras.
Sutrisno diminta untuk datang ke dasanya dulu oleh salah satu sahabat kecilnya
sekaligus menyelesaikan urusan pembayaran. Kaget bukan kepalang, salah satu warga desa
menceritakan hal yang terjadi pada masa lalu. Ternyata, Nur Romlah melakukan perjanjian
dengan jin agar bisa mendapatkan ketrunan. Tiba-tiba saja tingkah laku Surisno berubah
drastis dia seakan-akan ingin menyerang ibunya sendiri. Ternyata, tubuh Sutrisno dirasuki
oleh jin yang melakukan perjanjian dengan ibunya. Jin tersebut marah, karena Nur Romlah
tidak menepati janjinya tersebut. Harusnya, salah satu dari anak kembar Sutrisna diserahkan
kepada jin tersebut sebagai tumbal.
Pertarungan terus terjadi, Nur Romlah berusaha melindungi cucu-cucunya. Dengan
sekuat tenaga Nur Romlah mengucapkan mantra-mantra. Namun, tubuhnya terdorong ke
tanah sehingga menyebabkan dia jatuh tersungkur. Diam-diam tangan kananya meraba ke
tanah, ada sebatang kayu yang ujungnya runcing. Dengan sekuat tenaga Nur Romlah
berusaha menancapkan kayu tersebut ke perut Sutrisna. Namun naas, kayu tersebut malah
berbalik arah dan menusuk tubuh Nur Romlah. Nur Romlah mati seketika.
Novel “Kembar Ghaib” bisa menjadi sebuah pilihan yang tepat untuk bahan bacaan.
Karena, saya rasa untuk saat ini novel dengan genre horror belum banyak pilihannya. Selain
itu, kisah pada novel ini diangkat dari kisah nyata salah satu penulisnya. Dan hal tersebutlah
yang menjadikan novel “Kembar Ghaib” mempuyai daya tarik tersendiri di kalangan para
pembaca. Pemilihan diksinya juga bagus, seakan-akan mengajak pembaca untuk menyelami
daya khayal mereka tentang penggambaran novel ini.
“Don’t look the book from the cover” begitu pepatah mengatakan, novel ini seperti
terbungkus pada cover yang salah. Cover yang kurang menarik, terkesan monoton hanya
dengan hanya tulisan besar memnuhi sampul depan dengan aksen-aksen berupa darah-darah.
Harusnya cover novel ini dibuat dengan tambahan animasi makhluk ghaibnya agar
menambah daya tarik pembaca. Terjadi juga berupa kesalah-kesalahan pengetikan yang
menurut saya cukup banyak karena lebih dari dua kata. Bukankah ada tim editing yang
bertugas memperbaiki penulisa-penulisan yang ada pada novel tersebut.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita memang harus mempercayai keberadaan
makhluk selain dari golongan kita. Mempercayai bukan berarti kita harus bekerja sama
dengan mereka dalam berbagai hal. Misalnya saja novel “Kembar Gaib” yang menceritakan
adanya perjanjian manusia dan jin. Saya harap, pembaca nanti tidak hanya sekedar
menjadikan ini sebagai hiburan semata. Namun, dapat memetik hikmah dari apa yang sudah
dibaca. Dan untuk kedepannya semoga akanlebih berkembang lagi genre-genre novel di
Indonesia. Sehingga tidak monoton itu-itu saja.

Anindya Putri Pratiwi


Mahasiswa PBSI UTM Semester 2
Universitas Trunojoyo Madura

Anda mungkin juga menyukai