Sulawesi Tengah
Pada zaman dahulu kala Sungai Miu dan Sungai Gumasa adalah dua anak
sungai yang terpisah dua. Tapi, satu kejadian membuatnya bergabung
menjadi satu menjadi Sungai Palu.
Sewaktu anaknya meregang nyawa, ibu Bolampa yang sedang hamil tua
berfirasat. Hatinya “kontak” dengan kejadian yang menimpa anaknya. Maka,
dia mencari anaknya di Sidiru dan sampai di rumah Raja Sidiru. Begitu kaget
dia melihat kepala Bolampa berada di tiang baruga. Dipanggillah Raja Sidiru
sambil ngoceh-ngoceh tak karuan. Raja Sidiru pun membunuhnya.
Kemudian, jenazahnya disimpan di peti mati kayu. Beberapa hari berikutnya,
bayi yang dikandung permaisuri Palu lahir. [Baca kumpulan cerita rakyat
Nusantara lainnya]
Bayi itu diambil oleh Raja Sidiru dan diserahkan kepada orang tua yang
belum dikaruniai anak untuk dirawat. Orang tua itu senang mendapat anak
dari Raja Sidiru. Mereka merawat dan mendidik anak titipan itu dengan baik
dan memberinya nama Tuvunjagu. Tapi, dasar keturunan Bolampa, anak itu
punya kekuatan dan sifat yang sama. Setelah dewasa, Tuvunjagu sering
membunuh teman-temannya. Kedua orang tua yang makin renta itu lalu
menceritakan semuanya oerihal asal-usul Tuvunjagu.
“Itu kau pernah lihat tengkorak yang terpancang di tiang baruga Raja
Sidiru?”
“Oh, jadi yang membunuh ibu dan kakakku adalah Raja Sidiru?” tanya
Tuvunjagu dengan penuh dendam. Dendam kesumat pun bergumul di hati
Tuvunjagu.
9 tahun berikutnya…
“Dulu, ketika Bolampa dan ibunya kita bunuh, tidak ada orang Palu yang
datang ke Sidiru. Lebih baik kita buat jarak saja dengan Palu supaya
Tuvunjagu tidak datang ke sini lagi supaya tidak terjadi pertumpahan darah
yang lebih besar.”
Usul ini diterima Raja Sidiru yang langsung memerintahkan rakyat untuk
menyatukan kedua sungai itu. Setelah beberapa bulan bekerja, akhirnya
kedua sungai itu menyatu. Tuvunjagu pun tak pernah kembali lagi ke Sidiru.
Kini, kita mengenalnya dengan nama Sungai Palu. Demikian, cerita rakyat
Sulawesi tentang asal-usul Sungai Palu.
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah : Asal
Muasal Batu Bagga
Impalak adalah seorang anak yang tinggal di sebuah kampung pesisir Sulawesi Tengah.
la tinggal bersama ayahnya yang bernama Intobu. Mereka hidup sangat miskin. Sehari-
hari, Impalak membantu ayahnya menangkap ikan di laut dengan menggunakan
perahu.
Intobu selalu mengajarkan Impalak untuk bekerja keras dan pantang menyerah. Saat
mereka mencari ikan, terkadang cuaca buruk menghadang mereka, tetapi Intobu
mengajarkan Impalak agar tidak mudah menyerah.
Kondisi kehidupan mereka yang miskin membuat Impalak jenuh dan timbul
keinginannya untuk merantau. Namun, berulang kali ia merasa tak tega meninggalkan
ayahnya yang sudah tua renta.
"Ayah, aku ingin merantau untuk mernperbaiki kehidupan kita ini.” kata Impalak. Intobu
sangat berat membiarkan anaknya pergi. Namun, melihat kesungguhan Impalak,
akhirnya Intobu mengizinkannya.
Tahun demi tahun berlalu, Impalak belum juga kembali ke kampungnya. Ternyata, ia
telah berhasil di perantauan dan menjadi orang kaya raya. la sudah menikah dengan
seorang putri dari seorang saudagar kaya.
Suatu hari ketika Intobu sedang mengail ikan di pelabuhan dengan menggunakan
sampan. Intobu melihat sebuah bagga yang sedang menuju pelabuhan. Saat perahu itu
melintas di dekatnya, ia melihat Impalak, anaknya, dan seorang perempuan cantik.
Betapa bahagia Intobu. la segera mendayung perahunya mendekati kapal tersebut.
Impalak menoleh dan menyadari yang memanggil itu adalah ayahnya, tetapi ia pura-
pura tidak tahu, karena malu kepada istrinya. Sementara itu, Intobu terus memanggil
dari sampannya.
"Kak, sepertinya orangtua di sampan itu memanggil namamu. Apakah ia ayahmu?"
tanya istri Impalak.
Impalak tertawa mengejek, "Dinda, manalah mungkin ayahku seperti itu!" katanya
kepada sang istri.
Sementara itu, Intobu terus mendayung sampannya mengejar bagga milik Impalak
sambil terus berteriak memanggil anaknya. Tiba-tiba angin kencang bertiup dan
membuat sampan Intobu terombang-ambing tak terkendali.
"Impalak tolong aku!" teriak Intobu meminta tolong ketika sampannya tak terkendali.
Impalak justru tertawa mengejek menyaksikan ayahnya terombang-ambing oleh
gulungan badai.
Intobu yang tua renta sangat kecewa diperlakukan seperti itu oleh anak kandungnya.
Lalu, ia mengeluarkan kutukan kepada anaknya itu, "Kukutuk kau, Impalak dan perahu
bagga yang kau turnpangi menjadi batu!'"
Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, ombak besar menggulung menghantam perahu
Impalak dan mengempasnya ke pesisir pantai. Sekejap saja perahu bagga dan Impalak
berubah menjadi batu.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Sulawesi Tengah : Asal Usul Batu Bagga adalah kita
harus selalu menghargai dan menyayangi orangtua kita. Tuhan akan memberikan
hukuman setimpal jika kita durhaka kepada orangtua. Dan Tuhan juga akan
memberikan kita kebahagiaan dan kesuksesan jika kita berbakti pada orang tua kita.
Verba Material dan Verba Tingkah Laku – Cukup banyak
penggunaan verba atau kata kerja material dan tingkah laku pada teks
bahasa Indonesia, diantara penggunaan verba ini yaitu pada teks
prosedur kompleks dan teks cerita sejarah.
Untuk itu kita akan mencoba mendalami pengertian kedua verba ini
beserta contoh penggunaan dalam kata dan kalimatnya.
Verba Material
Verba tingkah laku adalah kata kerja yang mengacu pada tindakan
yang dilakukan dengan ungkapan (bukan sikap mental yang tidak
tampak).
Contoh Kalimat
1. Ibu begitu Khawatir karena sudah pukul 10 malam, dina belum juga pulang kerumah.
2. Paman begitu menikmati acara komedi yang tayang di Televisi semalam.
3. Keluarga kami sangat terharu, saat kakak lulus sebagai lulusan terbaik di universitasnya.
4. Pina merasa dia orang paling bahagia di dunia karena mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
5. Akbar tidak pernah tersinggung walaupun sering diejek teman sekelasnya.
6. Udin sedang memikirkan bagaimana nasibnya setelah merantau kejakarta nanti.
7. Elfina Berfikir bahwa dengan menjadi kaya, ia bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
8. Nurwanto Yakin dengan kerja kerasnya selama ini, akan ada hasil besar yang menunggunya
dikemudian hari.
9. Pak Lurah menolak uang suap yang diberikan kepadanya
10. Dina menerima hadiah dari kepala sekolah karena menjadi siswa teladan pada tahun ini.
11. Reni sedang bahagia karena telah diberi uang jajan lebih oleh orang tuanya.
12. Wann percaya bahwa usahanya selama ini tidak akan sia sia saja.
13. Rani Menyesal karena tidak datang pada ujian kemarin.
14. Ridwan sangat menghayati ketika Ayat Suci al Quran dibacakan.
15. Saya Bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan kekuatan.
16. Dia sangat Menghormati kedua orang tuanya karena sudah memberikan yang terbaik
untuknya selama hidupnya.
17. Binda bingung karena tugas yang diberikan guru matematika kepadanya sangat sulit.
18. Enjel tertawa lebar, melihat teman sekelasnya Rudi dipangkas botak oleh guru.
19. Iman akhirnya Mengakui kekalahannya dalam olahraga tenis.
20. Ibu marah besar melihat Adi yang selalu main Game di Handphone.
21. Saya mengagumi guru tersebut karena tidak pernah marah dan selalu memberikan motivasi,
22. Riki memutuskan mundur dari jabatan ketua kelas, karena merasa tidak dihargai temannya.
Jadi, jika adik adik siswa/i khususnya masih dalam jenjang pendidikan yang masih binggung
mengenai kata kerja mental tersebut artikel dan lain lain, Maka makalah pembahasan ini
sudah cukup mewakili jawaban untuk adik adik semua.
Demikianlah pembahasan artikel mengenai sebuah materi ini, semoga bermanfaat dan
menjadi ilmu pengetahuan baru bagi para pembaca.