Anda di halaman 1dari 11

Peristiwa G30S/PKI

Angel Yunisari

0033949199

SMA Kristen Nasional Anglo

Cikarang

2021
BAB I
1.1 Latar Belakang
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di
seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun 1965 anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan
pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk
pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya,
PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Pada bulan Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden –
sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan
bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting.
Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”. PKI menyambut “Demokrasi
Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat
untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM.
Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan
kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum
buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang
mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus
menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Pada kunjungan Menlu
Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai menjanjikan 100.000 pucuk
senjata jenis chung, penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke
Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S. Pada
awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri
RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari
ABRI. Tetapi petinggi Angkatan Darat tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan
nuansa curiga-mencurigai antara militer dan PKI.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer.
Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga slogan
“kepentingan bersama” polisi dan “rakyat”. Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami
slogan “Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi”. Di bulan Agustus 1964, Aidit
menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari “sikap-sikap sektarian”
kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri
untuk membuat “massa tentara” subjek karya-karya mereka. Di akhir 1964 dan
permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas
hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para
pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan
bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapapun (milik negara =
milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia, di mana
di sana rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya
kepada rakyat. Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-
perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab
ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jenderal-
jenderal militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet. Jendral-jendral tersebut
masuk kabinet karena jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat
mentri. Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad,
dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di
dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat
berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi
demokratis “rakyat”. Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah
angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang “perasaan kebersamaan dan
persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan
unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis”. Rezim Sukarno
mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di
industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka
adalah milik pemerintahan NASAKOM. Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas
persiapan-persiapan untuk pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk
pendirian “angkatan kelima” di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja
dan petani yang bersenjata.
Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk
melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah
berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-
batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam
laporan ke Komite Sentral PKI bahwa “NASAKOMisasi” angkatan bersenjata dapat
dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan “angkatan kelima”.
Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di
Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus
militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat
negara.
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit
parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan
kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit
tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan
alasan PKI melakukan tindakan tersebut. Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang
Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi
Hasil) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk
pada tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil
pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai
politik pada masa itu.
Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak
jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak
pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya
dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka
ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang
disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer
untuk membersihkannya. Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga
dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat
di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal
demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka
akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa
seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).
1.2 Rumusan Masalah
a. Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI.
b. Pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut.
c. Dugaan terjadinya pelanggaran HAM.
d. Pengaruh peristiwa tersebut terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu untuk menangani
permasalahan tersebut.
f. Bukti keberhasilan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghilangkan
ideologi komunis.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang peristiwa G30S/PKI
2. Mendeskripsikan peristiwa G30S/PKI
3. Memenuhi tugas portofolio sebagai syarat kelulusan
1.4 Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Metode ini melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang mendukung
seperti buku-buku referensi, skripsi, jurnal, serta data-data di internet.
2. Metode kualitatif
Metode yang melakukan pengumpulan data yang sifatnya narasi, dapat berupa
kata-kata atau dokumentasi.
BAB II

ISI
2.1 Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI.
Pengaruh PKI pada tahun 1965 mencapai pada puncaknya dimana pengikut
dan simpatisan PKI telah memasuki dengan elemen masyarakat, dan memiliki
hubungan yang cukup baik dengan Presiden Soekarno. Di tahun 1965 itu, PKI
mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk menambah angkatan militer yang
dinamakan ‘Angkatan Kelima’ diluar dari TNI dan berdiri sendiri. Hal ini tentunya
menyebabkan kecurigaan antara pihak militer dan PKI. Selain itu PKI juga telah
mnyusupi hingga ke kalangan polisi sehingga situasi semakin memasan, dimana
banyak hasutan hasutan dan konfrontasi antara rakyat dengan TNI, hal ini menjadi
fondasi untuk rencana G30S.
Selain itu, PKI juga menghasut Presiden Soekarno untuk bersikap lebih tegas
dan menolak negosiasi yang diusulkan oleh Presiden Pilipina dan Perdana Mentri
Malaysia saat itu. Hal ini menyebabkan rakyat Malaysia saat itu yang menyerbu
gedung KBRI dan membuat PM Malaysia saat itu Tunku Abdul Rahman dipaksa
menginjak lambang negara Indonesia. Aksi ini membuat Presiden Soekarno sangat
murka dan membuat gerakan “Ganyang Malaysia” untuk balas dendam dan aksi ini
tidak didukung penuh oleh Militer, karena Malaysia memiliki bantuan dari Inggris,
dan Indonesia dengan kondisi ekonomi dan tentara yang kurang memadai dirasa oleh
para Jendral angkatan darat tidak bisa menyaingi kekuatan militer mereka. Alhasil
akibat pertempuran setengah hati yang dilakukan di Kalimantan, dan lokasi lokasi
tertentu di Malaysia gagal, bahkan Indonesia kalah dalam perang gerilya yang
menjadi keunggulannya dari jaman dulu. Mengetahui tidak didukung penuh oleh
militer, akhirnya Presiden Soekarno menjadi dekat dengan PKI.
Ekonomi Indonesia sedang terpuruk pada tahun 1965 dimana hal ini
menyebabkan dukungan dari rakyat kepada Presiden Soekarno berkurang. Ditambah
lagi dengan kebijakan “Ganyang Malaysia” yang dianggap akan memperparah
kondisi ekonomi Indonesia saat itu, kepercayaan masyarakat Indonesia dan militer
mencapai titik terburuk saat itu. Kenaikan inflasi sebesar 650% semakin
memperburuk suasana dan situasi saat itu, dimana rakyat banyak yang kelaparan.
Pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari RRC menyebabkan proses
perdagangan menjadi turun dan berakibat pada penurunan ekonomi. Kesengsaraan
rakyat akibat kondisi ekonomi ini juga akhirnya yang menjadikan rakyat mengamuk
ketika 6 jendral terbunuh, dan konsekuensinya adalah pembantaian orang orang yang
tertuduh atau dicurigai sebagai PKI.
2.2 Pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut.
G30S adalah peristiwa terkelam dalam sejarah Indonesia. Banyak tuduhan
yang dilempar ke berbagai pihak, yaitu (1) PKI, (2) Dewan Jenderal TNI AD, (3)
Soekarno, (4) Soeharto, (5) CIA. PKI yang manjalankan G30S, makanya PKI
tertuduh di sini. Akibatnya, di buku-buku sekolah banyak yg menulis G30S-PKI,
padahal belum tentu.
TNI AD tertuduh karena sebelum G30S terjadi, berdasarkan dokumen
Gilschrist, TNI berencana mengkudeta Soekarno pada tgl 5 Okt 1965 bertepatan
dengan Show of Force TNI. Untuk itu PKI berinisiatif melancarkan 'kudeta' duluan.
Awalnya Soekarno tidak mau mennandatangani Supersemar, Soeharto seolah
memaksa dengan mengutus tiga orang TNI untuk nodong Soekarno. Soeharto
menjadikan PKI sebagai ajang unjuk diri bahwa dirinya mampu.
Apa hubungannya dengan CIA? Tahun 1965, dunia lagi dilanda Cold War
antara Amerika Serikat (AS) dan US (Uni Sovyet). Kebetulan kala itu Indonesia
sabgat dekat dengan blok US. AS khawatir Indonesia jadi negara komunis, karena
Vietnam, Tiongkok, dan Korea Utara udah mulai didominasi komunis. Buat cegah itu,
CIA diutus AS tuh buat ngacak2 komunisme. Sampai sekarang pihak-pihak yang
seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa G30S masih diperdebatkan.
2.3 Dugaan terjadinya pelanggaran HAM.
Wakil Ketua Komnas HAM Nurcholis mengatakan Komnas HAM
menyimpulkan telah menemukan cukup bukti adanya dugaan kejahatan terhadap
kemanusiaan setelah pecah peristiwa G30S PKI. Kesimpulan ini diambil berdasarkan
penyelidikan selama empat tahun terakhir. "Terdapat bukti permulaan yang cukup
untuk menduga terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai salah satu bentuk
pelanggaran HAM yang berat," kata Nurcholis. Dugaan pelanggaran itu terjadi antara
lain sebagai akibat dari pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa dan perampasan kemerdekaan atau kebebasan
fisik.
"Terdapat bukti permulaan yang cukup untuk menduga terjadinya kehjahatan
terhadap kemanusiaan sebagai bentuk pelanggaran HAM yang berat sebagai berikut,
satu pembunuhan pasal 7b, pemusnahan pasal 7b, dan pasal 9b UU 26 tahun 2000
kemudian perbudakan, pengusiran, penyiksaan, perampasan kemerdekaan dan
kebebasan fisik pemerkosaan dan penghilangan orang secara paksa," kata Nurcholis.
Mereka yang dianggap bisa dimintai pertanggungjawabannya adalah semua pejabat
dalam struktur Kopkamtib 1965-1968 dan 1970-1978 serta semua panglima militer
daerah saat itu.
PKI telah melanggar salah satu hak dasar manusia , yaitu hak untuk hidup. hal
ini dibuktikan pada pasal UU No. 39 tahun 1999 mengenai macam macam hal dasar
manusia. Tetapi sebagian ahli hukum Indonesia berpendapat bahwa pemberontakan
G3OS PKI merupakan perbuatan makar. karena melanggar pasal 107 KUHP , yaitu
PKI berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah.
2.4 Pengaruh peristiwa tersebut terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum
stabil. Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum
mapan. Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik
antar partai politik. Kehidupan ekonomi lebih suram, sehingga kemelaratan dan
kekurangan makanan mterjadi dimana – mana. Presiden Soekarno menyalahkan orang
– orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang berakhir dengan gugurnya Pahlawan
Revolusi serta korban – korban lainnya. Namun Presiden Soekarno menyatakan
gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terjadi dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno
ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap Soekarno membela PKI.
Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata Rakyat Indonesia.
Demonstrasi besar – besaran terjadi pada tanggal 10 januari 1966. Para
demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan TRITURA
( Tri Tuntutan Rakyat ), meliputi Pembubaran PKI, Pembersihan Kabinet Dwikora
dari unsur – unsur OKI, Penurunan harga – harga ( Perbaikan Ekonomi ). Pemerintah
mengadakan reshuffle ( pembaharuan ) terhadap Kabinet Dwikora menjadi Kabinet
Dwikora yang disempurnakan dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya seratus
menteri sehingga dikenal dengan Kabinet Seratus Menteri.
Akan tetapi pembentukan kabinet tersebut ditentang oleh KAMI dan rakyat
banyak sebab dalam kabinet tersebut masih dijumpai menteri-menteri yang pro-PKI
atau mendukung PKI Sehingga mereka melakukan aksi ke jalan dengan
mengenpeskan ban-ban mobil para calon menteri yang akan dilantik. Aksi tersebut
menewaskan seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim, Kematian Arif
Rahman Hakim tersebut memengaruhi munculnya aksi demonstrasi yang lebih besar
yang dilakukan mahasiswa dan para pemuda Indonesia di Jakarta maupun di daerah-
daerah lainnya.
2.5 Upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu untuk menangani
permasalahan tersebut.
Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima Kostrad segera mengambil
langkah-langkah untuk memulihkan keamanan ibu kota. Operasi militer dilakukan
pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada pukul 19.15, pasukan Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD) berhasil menduduki Gedung RRI Pusat dan
Gedung Telekomunikasi serta mengamankan seluruh Medan Merdeka tanpa
perlawanan. Batalion 328 Kujang/Siliwangi menguasai Lapangan Banteng untuk
pengamanan Markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya. Batalion I Kaveleri berhasil
mengamankan BNI I dan Percetakan Uang di Kebayoran. Dalam waktu singkat,
Jakarta sudah dapat dikuasai kembali oleh ABRI.
Operasi penumpasan dilanjutkan dengan sasaran Pangkalan Udara
Utama/Lanuma Halim Perdanakusuma, yang menjadi basis kekuatan G30S/PKI.
Operasi ini bertujuan untuk mencari tempat dan mengusut nasib jenderal yang diculik.
Letnan Kolonel Untung sebagai pemimpin gerakan memerintahkan kepada seluruh
anggota gerakan untuk mulai bergerak pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada
dini hari itu, mereka melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap
enam perwira tertinggi dan seorang perwira pertama dari Angkatan Darat.  Pada
Angkatan Darat tersebut disiksa dan dibunuh yang kemudian dimasukkan ke dalam
salah satu sumur tua di Lubang Buaya yang terletak di sebelah selatan Pangkalan
Udara Utama Halim Perdanakusuma.  
Pada tanggal 2 Oktober 1965, Presiden Soekarno memangil semua Panglima
ABRI ke Istana Bogor. Pada pertemuan itu, presiden memutuskan bahwa pimpinan
Angkatan Darat berada sepenuhnya di tangan presiden. Untuk menjalankan tugas
harian Angkatan Darat, presiden kemudian mengangkat Mayjen Pranoto
Reksosamudro sebagai pengambil alih KSAD, sedangkan Mayjen Soeharto
ditugaskan untuk memulihkan keamanan, dan ketertiban akibat Gerakan 30
September. Keputusan presiden itu diumumkan melalui RRI pada pukul 13.30 tanggal
3 Oktober 1965.

2.6 Bukti keberhasilan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghilangkan


ideologi komunis.
Bukti keberhasilan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghilangkan
ideologi komunis.
Komunis adalah ideologi politik yang berfokus pada penciptaan masyarakat tanpa
kelas, menghilangkan kepemilikan pribadi atas properti, dan mempromosikan
kepemilikan komunal atas alat-alat produksi. Komunis memiliki tujuan utama untuk
menciptakan masyarakat dan sistem ekonomi yang maju dalam hal teknologi dan
tenaga-tenaga produktif.
Alasan komunis tidak bisa diterima di Indonesia karena Indonesia adalah
negara yang terdiri dari bermacam agama. Bahkan sila pertama dalam Pancasila
menyebutkan “Ketuhanan yang Maha Esa”, artinya Indonesia adalah negara yang
beragama dan mengakui Tuhan, sementara konsep ketuhanan tidak ada dalam paham
komunis. Dan Indonesia menganut sistem demokrasi, sementara komunisme tidak
mengakui itu dan kekuasaan mutlak ada di tangan pemerintah. Sehingga pemerintah
melakukan upaya untuk menghilangkan ideologi komunis.
Bukti keberhasilan dari upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menghilangkan ideologi komunis, yaitu dengan melakukan perumusan arah kebijakan
umum pembinaan ideologi Pancasila melalui UKP Pembinaan Ideologi Pancasila.
Pemerintah juga melakukan penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila
dan road map pembinaan ideologi Pancasila, koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Peristiwa kudeta pada pemerintahan Orde Baru presiden Soeharto yang


dipimpin oleh PKI pada awal 1960-an. Pada awalnya, PKI mendapat dukungan dari
Presiden Soekarno dengan memberi kekuatan politik besar. Akan tetapi, pada tahun
1965 PKI telah mempunyai jutaan anggota yang dipengaruhi adanya hiperinflasi dan
kemiskinan yang meluas. Hal ini menyebabkan TNI Angkatan Darat tidak sejalan
dengan PKI. Perjuangan TNI dan rakyat Indonesia dalam menumpas pemberontakan
PKI merupakan usaha yang luar biasa dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia yang nilai-nilainya sangat cocok dengan keanekaragaman bangsa
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai