Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA

“KOROSI”

KELAS :

XII – MIPA 1

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

➢ ANIS FITRIANI
➢ ALYSA MULYANENGSIH
➢ JEJEN JENI HAMIDAH
➢ LATIFA PUTRI ALFIANTI
➢ THERESIA RENATA SIBURIAN

JL. A.H. NASUTION – SUKUP NO. 15 KEL. CIGENDING KEC. UJUNG BERUNG

TLP. (022) 7807127 – 7807131 BANDUNG 40611


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa membuka pintu
rahmat kepada hamba-Nya dengan memberi kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk
melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab, begitupun dengan bimbingan-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik itu bantuan secara langsung
maupun tidak langsung, dan semoga keikhlasan hatinya untuk membantu kami senantiasa
Allah akan Membalasnya. Amin Yaarabbal Alamin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput
dari kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun, demi penyempurnaan laporan kami yang akan
datang. Dan harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.1 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 6
1.3 Manfaat .................................................................................................................................. 6
BAB II..................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
2.1. Pengertian Korosi ................................................................................................................. 7
2.2. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Korosi ................................................. 8
2.3. Bentuk – Bentuk atau Jenis - Jenis Korosi ....................................................................... 10
2.4. Proses Terjadinya Korosi Pada Besi ................................................................................. 12
2.5. Dampak dari Korosi ........................................................................................................... 14
2.6. Cara Pencegahan Korosi ..................................................................................................... 15
2.7. Bakteri Penyebab Korosi .................................................................................................... 17
2.8. Proses Katodik .................................................................................................................... 17
BAB III................................................................................................................................................. 19
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi didefinisikan suatu kerusakan atau penurunan kualitas suatu logam yang
disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan. Korosi merupakan proses alami yang tidak
akan pernah berhenti atau akan terus terjadi selama material logam tersebut mengalami
kontak dengan lingkungannya. Akan tetapi, proses korosi dapat dikendalikan,
diminimalisasi atau diperlambat proses perusakannya (Ramadhanna, 2012).

Peralatan-peralatan berat dalam dunia industri, mesin besar, pipa saluran (minyak,
air, gas) yang berada diluar akan cepat rusak karena hujan, kabut, dan faktor lingkungan
lain yang membawa bahan-bahan pengoksida sehingga menyebabkan terjadinya korosi
pada peralatan itu. Untuk mencegah banyaknya pengeluaran biaya yang besar, maka
dilakukan pengendalian terhadap korosi. Salah satu cara pengendalian korosi adalah
dengan pemberian inhibitor yang berfungsi memperlambat laju korosi pada lingkungan
operasi.

Inhibitor merupakan pengendalian pengendalian proses korosi dengan penambahan


suatu zat kimia dalam jumlah yang sangat sedikit pada pada suatu lingkungan tertentu
sehingga dapat menurunkan laju korosinya dengan mengubah lingkungannya menjadi
tidak korosif. Inhibitor bersifat reversible, yang artinya dapat lepas dari permukaan logam
yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Oleh karena itu, konsentrasi minimum dari
senyawa inhibitor harus dijaga untuk memepertahankan lapisan endapan tipis tersebut.

Inhibitor bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan


logam dan umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line.
Inhibitor pada korosi logam terdapat dua, yaitu anorganik dan organik. Fosfat, kromat,
dikromat, silakat, borat, tungsat, molibdat, dan arsenat adalah beberapa senyawa
anorganik yang digunakan sebagai inhibitor pada korosi logam. Namun senyawa-senyawa
tersebut merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya relatif mahal, dan tidak ramah
lingkungan (Saputra, 2011).

Pada inhibitor organik senyawa yang digunakan adalah senyawa heterosikilik yang
mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan elktron bebas.
Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi
sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam (Susilowati, 2011).
Dari Penelitian yang dilakukan Stupnisek-Lisac (2002), inhibitor korosi logam yang paling
efektif adalah senyawa-senyawa organik. Senyawa organik yang sedang dikembangkan

4
saat ini adalah green inhibitor. Green inhibitor ini berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biji-
bijian. Green inhibitor dari tumbuhan yang sering digunakan dapat diperoleh dari proses
ekstraksi, leaching, pressing.

Adapun kandungan yang terdapat pada green inhibitor salah satunya antioksidan.
Zat antioksidan mampu menunda, menghambat, dan mencegah proses korosi. Salah satu
tumbuhan yang mengandung antioksidan yaitu daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
yang mengandung tanin. Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing
wuluh yang dilakukan Herlih (1993) dalam Faradisa (2008) menunjukkan bahwa buah
belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat, minyak atsiri, fenol, flavonoid
dan pektin. Batang belimbing wuluh mengandung saponin, tanin, glukosida, kalsium
oksalat, sulfur, asam format, peroksida, sedangkan daunnya mengandung tanin, sulfur,
asam format, peroksida, kalsium oksalat, kalium sitrat.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan tumbuhan


sebagai green inhibitor (Ramadhanna, 2012) memperlihatkan green inhibitor dari daun
pepaya dengan jumlah 8% w/v dapat berpengaruh dalam menghambat laju korosi.
Penelitian Ramadhanna (2012) menggunakan pengaruh variasi air garam dan luas
permukaan besi yaitu semakin tinggi konsentrasi air garam yang dipakai maka akan
meningkatkan laju korosi. Perbedaan laju korosi laju korosi menggunakan inhibitor dan
tanpa inhibitor yaitu pelat menggunakan inhibitor laju korosinya sebesar 0,0972 mm/tahun
pada medium 6,5% air garam sedangkan tanpa inhibitor mempunyai laju korosi 0,1331
mm/tahun pada medium 6,5% air garam.

Hermawan (2012), melakukan penelitian ekstrak kulit buah kakao sebagai inhitor
korosi baja menggunakan media korosif yaitu air laut, air hujan, dan asam sulfat 1M
menyimpulkan kulit buah kakao dapat menurunkan laju korosi dengan bertambahnya
konsentrasi inhibitor. Laju korosi pada media air laut sebesar 0,0387 mg/cm2 jam, pada
media air hujan laju korosinya sebesar 0,0235 mg/cm2 jam, dan pada media asam sulfat
1M laju korosinya sebesar 1,392 mg/cm2 jam.

Haryono (2010), membandingkan efektifitas inhibitor organik dari ekstrak kopi,


gambir, getah pinus, dan ekstrak tembakau serta tingkat penurunan laju korosinya dengan
media air laut. Didapatkan laju korosi dengan penggunaan getah pinus sebesar 87,22%,
gambir sebesar 11,34%, ekstrak tembakau 63,75%, dan ekstrak kopi sebesar 57,84% pada
rentang suhu 29-37°C.

Pada penelitian ini, peneliti ingin membuat bioinhibitor dari tumbuhan yaitu
dengan menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai inhibitor
korosi baja. Menggunakan media perendaman HCl dengan konsentrasi berbeda dan lama
perendaman, akan dilihat dan dihitung laju korosi dan efisiensi ekstrak daun belimbing
wuluh yang akan dijadikan sebagai inhibitor korosi.

1.1 Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian korosi?
1.2.2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya korosi?

5
1.2.3. Apa saja bentuk – bentuk korosi?
1.2.4. Bagaimana proses terjadinya korosi pada besi?
1.2.5. Bagaimana cara pencegahan korosi?

1.2 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian korosi
1.3.2. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya korosi.
1.3.3. Untuk mengetahui bentuk – bentuk korosi
1.3.4. Untuk mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi pada besi.
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan korosi dilakukan.

1.3 Manfaat
1.4.1. Mendapat pengalaman pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
siswa.
1.4.2. Menambah pengetahuan mengenai penerapan kesetimbangan kimia dalam
kehidupan sehari – hari.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korosi

Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam
atau perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan
lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya
logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan
hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut
dengan perkaratan.

Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai
zat di lingkungan yang menghasilkan senyawa – senyawa yang tak dikehendaki. Korosi
atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat
padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)


mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi
itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq)

Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang

7
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa
besi oksida ataubesi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan
bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).

2.2. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Korosi


1. Uap air

Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi.
Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.

2. Oksigen

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya


korosi. Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara
tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial
listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).

Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri
berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan
logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.

3. Larutan Garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak
mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.

4. Permukaan Logam

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan,


yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin
dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub
yang akan bertindak sebagai anode dan katode.

5. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam
mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan
demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

8
6. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat.

7. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.


Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal
ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat.
Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-
perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

8. Tingkat Keasaman (pH)

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:

2H+(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

9. Metalurgi
• Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial
dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang
terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi.
• Efek galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-
atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu
terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial
pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam
yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian
rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan
reaksi oksidasi pada daerah anode.
10. Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan


korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain:

9
protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi
sulfur-sulfida.

2.3. Bentuk – Bentuk atau Jenis - Jenis Korosi


1. Korosi Merata (Uniform Corrosion)

Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam berbentuk pengikisan, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi
merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu.
Biasanya terjadi pada perlatan – peralatan terbuka, misal : permukaan luar pipa.
Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk
senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara
lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive
maintenance).

2. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda
dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah
yang terkorosi.

3. Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)

Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik
berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam
kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial
tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung terlokalisir ke arah
pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Ini
hanyalah merupakan masalah perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan
rangka banyak melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu
harus diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, agar tidak sampai
menimbulkan masalah korosi.

4. Korosi Selektif (Selective Leaching)

Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi
pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya
lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan
larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
10
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa
pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah
pada pipa.

5. Korosi antar Kristal (Intergranular Corrosion)

Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 –
815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan
krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

6. Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Cracking)

Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik


(corrosionfatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
inducedhydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan
akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat
rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang
dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena
berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

7. Korosi Erosi

Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk
extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis
protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air.
Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi
bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di
pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau
angin. Pada kasus ini lapis protektif dihilangkan.

8. Korosi Lelah

Merupakan kegagalan logam akibat aksi gabungan beban dinamik dan lingkungan
korosif.

9. Pitting Corrosion

Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan
metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit

11
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat
diantisipasi :

• Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup (air laut)
akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill
scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.
• Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya
seperti stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air
mengandung chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan
laut.
10. Impingement Attack

Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan


kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa
dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan
kerusakan bagian lain dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada
setiap situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang biasanya
mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

11. Perusakan Cavitasi

Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung
di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan
perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya
terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk
dari partikel vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan
membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.

2.4. Proses Terjadinya Korosi Pada Besi


1. Logam besi yang kontak dengan udara dioksidasi menjadi ion Fe2+
2. Ion Fe2+ larut dalam air dan bergerak ke katode melalui tetesan air
3. Elektron bergerak ke katode melalui logam
4. Elektron mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air
5. Sebagian oksigen yang larut dalam air mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang
membentuk karat pada besi.

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi
(Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :

1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi


• Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen
terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di
bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan
oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda
(reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-

12
• Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi
(III) dalam senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida
asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi lebih besar
dari besi

Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi
(anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi.
Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut :

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-
kosida berikut akan terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Reaksi setengah redoksnya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0 = + 1,23 volt

Anode : Fe → Fe2+ + 2e- E0 = + 0,44 volt

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O E0 = + 1,67 volt

Reaksi di atas berlangsung spontan

Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi
(III) terhidrasi. Reaksinya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt

Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e- E0= - 0,77 volt

Reaksi sel : 2Fe2+ + ½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46 volt

Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :

2Fe3+ + (x + 3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6H+

Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi membentuk
Fe2+ atau Fe3+. Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan
biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx)
yang dikenal dengan hujan asam.

Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir
terbentuk Fe2O3.x(H2O).

Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang
dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang

13
mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia,
logam yang mempunyai potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan
logam dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor
lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan
seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk
pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.

Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di
permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah
mengalami korosi.

2.5. Dampak dari Korosi

Karatan adalah logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan


bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara
teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja,
sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan
sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat
berinteraksi dengan lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia
yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak
dapat dicegah atau dihentikan sama sekali.

Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat


proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya
transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang
memberikan elektron dan lingkungannya sebagai penerima elektron. Reaksi yang terjadi
pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut
kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut.
Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam
dan menangkap elektron-elektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang ditimbulkan
korosi sungguh luar biasa.

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi,
kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau
jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat
penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panas,
dan lain sebagainya.

Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi


basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara
terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur
diatas 500°C.

14
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya adalah :

1. Adanya kerugian teknis dan depresiasi


2. Menurunnya efisiensi
3. Menurunnya kekuatan kontruksi
4. Apperance yang buruk
5. Karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance

Selain menimbulkan kerugian korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya


pabrik cat (coating), adanya pekerjaan cathodic protection.

Untuk memilih material agar dampak negatif dari korosi dapat dikurangi dijelaskan
sebagai berikut:

1. Ketahanan korosi, yang dimaksud disini adalah tingkat kemungkinan bertahannya


material di lingkungan yang korosif.
2. Availibility, faktor ketersediaan. Material dengan jumlah ketersediaan yang terbatas
akan menimbulkan kesulitan dalam hal kapasitas produksi.
3. Cost, dalam memilih material diusahakan agar biaya material bisa ditekan sekecil
mungkin.
4. Strength, apabila kekuatan material tidak bisa dipenuhi maka material yang telah
dipilih tidak dapat dipakai.
5. Appearance, sifat material akan bertambah signifikan jika dipergunakan untuk
memproduksi barang – barang yang bersifat eksotis.
6. Producibilitas, perlu dianalisa bisa tidaknya dibuat sesuai fungsi barang yang akan
dibuat.

2.6.Cara Pencegahan Korosi

Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur berbagai barang


atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan
mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu
mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.

Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui
pula bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara
pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.

1. Mengecat

Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan
udara dan air.

2. Melumuri dengan Oli dan Gemuk

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak besi dengan air.

15
3. Dibalut dengan Plastik

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
pelastik. Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.

4. Tin Plating (pelapisan dengan timah)

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong logam yang
tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak
dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores,
maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial
reduksi besi lebih negatif dari pada timah (E0 Fe = -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh
karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektro kimia
dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi,
hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

5. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium)

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung
yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium plating juga dilakukan
dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun
lapisan kromium itu ada yang rusak.

6. Zink Plating

Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini
dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi
terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida
logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih
lanjut.

Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak
membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi
besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial
setengah reaksi oksidasinya :

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e- E0 = –0,44 V

Fe(s) → Fe2+(g) + 2e- E0 = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng
habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng).
Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel
terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam
tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai
sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.

16
7. Proteksi katodik

Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi
besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh
karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi
terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi.

2.7.Bakteri Penyebab Korosi

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri.
Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :

1. Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan
klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-
daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar
H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai
fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat,
hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang
mengkonsumsi hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi
sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam
sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit
mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

3. Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan
dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan
Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser
besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

2.8. Proses Katodik

Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e-

17
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)

Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu
diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.

Penambahan Inhibitor

Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif
dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik,
inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

1. Inhibitor anodic

Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak
digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.

2. Inhibitor katodik

Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen
(oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah
hidrazin, tannin, dan garam sulfit.

3. Inhibitor campuran

Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik


dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu
sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat,
molibdat, dan fosfat.

4. Inhibitor teradsorpsi

Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan


logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada
permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–
tetraaza–adamantane.

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan /


reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku
sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub
positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga
terjadilah peristiwa korosi.

18
BAB III

KESIMPULAN

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-
kosida berikut akan terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan bereaksi
dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan
dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II)
di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).

19
DAFTAR PUSTAKA

http://nasrahanjani.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-lengkap-korosi.html

http://mutiarasybh.blogspot.com/?m=1

http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.com/2015/10/makalah-korosi.html

http://eprints.polsri.ac.id/998/2/BAB%20I.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai